Anda di halaman 1dari 5

CRITICAL JOURNAL REVIEW

“BESARNYA KERUGIAN EKONOMI AKIBAT MASALAH KESEHATAN”

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ekonomi Kesehatan

Dosen Pengampu: Rapotan Hasibuan, S.K.M., M.Kes

Disusun Oleh: Syafira Fajri Haqsyah (0801192017)

Kelas : IKM 5 Semester V

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021
Jurnal Bahasa Indonesia

I. Identitas Jurnal
Judul Artikel : Jurnal Kesehatan Masyarakat (JUKEMA)
Judul jurnal : Kerugian Eknomi Akibat Schizophrenia Pada Penderita Rawat Inap di Rumah
Sakit Jiwa Aceh Tahun 2016 dan Estimasi Nilai Kerugian Pada Tahun
Berikutnya
Penulis : Isnaini, Asnawi Abdullah, Irwan Saputra
Tahun terbit : Oktober 2018
Sumber database : Google Scholar
Alamat URL : http://ejournal.unmuha.ac.id/index.php/JKMA/article/view/642
Tanggal akses : 7 Oktober 2021

II. Ringkasan artikel/hasil penelitian


Tujuan Penelitian bertujuan untuk mengetahui besarnya kerugian ekonomi akibat schizophrenia
pada penderita rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Aceh tahun 2016 dan
mengestimasi nilai kerugian pada tahun berikutnya.
Subjek Penelitian Populasi berjumlah 318 penderita Schizophrenia rawat inap dan sampel
sebanyak 74 penderita
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskiptif dengan pendekatan Costs of Illness (COI)
menggunakan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dengan kriteria; penderita schizophrenia
yang dirawat di kelas III, penderita baru pulang dirawat saat penelitian
dilakukan, keluarga dapat diakses dan mau memberikan data.
Analisis menggunakan Microsoft Excel 2007 for Windows, dimana analisa regresi
Penelitian kuadrat terkecil (least squares regression analysis) dipakai untuk
mengestimasi jumlah penderita schizophrenia rawat inap tahun 2017, 2018
dan tahun 2019. Rata-rata biaya diketahui setelah diolah dengan software
SPSS versi 22.
Hasil Penelitian Dengan perkiraan jumlah penderita Schizophrenia rawat inap di Rumah Sakit
Jiwa Aceh tahun 2016 sebanyak 1.574 orang dan dikalikan dengan rata-rata
kerugian per penderita sebesar Rp 12.404.158, maka total kerugian ekonomi
(economic loss) akibat schizophrenia pada penderita rawat inap di BLUD
Rumah Sakit Jiwa Aceh tahun 2016 adalah sebesar Rp19.524.144.158,-.
Jumlah ini sekitar 1,02% dari 20 triliun rupiah kerugian ekonomi minimal
akibat masalah kesehatan jiwa seperti disampaikan Gani (2010) dalam
Seminar MDG’s dan Kesehatan Jiwa di Indonesia.

III. Keunggulan penelitian


 Penelitian ini sangat terinci, berbobot dan jelas
 Tujuan penelitiannya pun sangat bermanfaat guna mencegah kerugian ekonomi yang akan
datang
 Adanya hasil dari peneliti-peneliti sebelumnya yang juga mempunyai tipe penelitian sejenis
sehingga dapat menjadi bahan banding peneliti.
IV. Kelemahan penelitian
 Menyatukan metode penelitian dalam paragraf, sehingga menyulitkan pembaca
 Seharusnya dibuat beberapa poin.
V. Implikasi terhadap:
a) Teori
Gani (2000) menyebutkan bahwa secara teori ada empat jenis kerugian ekonomi yang timbul
dari suatu penyakit, dua jenis kerugian yang sering dihitung adalah akibatnya terhadap
produktivitas jangka pendek (short term production ef ects) dan akibatnya terhadap
produktivitas jangka panjang (long term production ef ects). Biaya kesempatan yang hilang
(opportunity cost) adalah hilangnya kesempatan produktif akibat sakit, sehingga mengurangi
jumlah pendapatan yang seharusnya diterima. Padahal seperti diketahui sumber daya manusia
yang sehat merupakan salah satu modal penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.

b) Pembangunan di Indonesia
Dari perspektif ekonomi, kerugian ekonomi akibat schizophrenia pada akhirnya akan
berdampak bagi negara. Hal ini terjadi selain karena biaya pengobatan yang ditanggung
pemerintah, hilangnya waktu produktif penderita dan keluarga pada akhirnya akan berimbas
pada menurunnya pendapatan perkapita negara. Permasalahan ini tentunya tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh pemerintah, tetapi diperlukan koordinasi dan kerjasama dari semua
pihak termasuk dari masyarakat.

c) Pembahasan dan Analisis


Pengeluaran langsung pemerintah yang dihitung dalam penelitian ini adalah total biaya klaim
untuk 74 penderita schizophrenia rawat inap tahun 2016 yang menjadi sampel penelitian. Data
didapat dari instalasi verifikasi klaim. Perhitungan tarif klaim penderita schizophrenia rawat
inap di Rumah Sakit Jiwa Aceh didasarkan pada Permenkes RI Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam penyelenggaraan program, yang terbagi dalam 3
(tiga) kelompok fase hari rawatan.
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa jumlah biaya langsung yang dikeluarkan pemerintah
berupa jumlah biaya klaim INA-CBG untuk 74 penderita schizophrenia rawat inap di Rumah
Sakit Jiwa Aceh tahun 2016 adalah Rp834.353.205,- dengan rata-rata biaya klaim
Rp9.937.667,- per penderita. Jika perkiraan jumlah penderita schizophrenia rawat inap di
Rumah Sakit Jiwa Aceh tahun 2016 sebanyak 1.574 orang dan dikalikan dengan rata-rata biaya
klaim per penderita, maka jumlah biaya langsung yang dikeluarkan pemerintah untuk penderita
schizophrenia rawat inap adalah sebesar Rp15.641.887.858,-. Jumlah ini berarti sekitar 3,2%
dari dana JKRA tahun 2016 dikeluarkan untuk pengobatan penderita schizophrenia rawat inap
di Rumah Sakit Jiwa Aceh.

VI. Kesimpulan dan saran


Kerugian ekonomi akibat schizophrenia pada 74 penderita rawat inap di Rumah Sakit Jiwa
Aceh tahun 2016 adalah sebesar Rp1.076.899.205,- dengan rata-rata kerugian Rp12.404.158 ,-
per penderita. Kerugian ini dihitung dari pengeluaran langsung (direct cost) pemerintah berupa
biaya klaim INA-CBG tahun 2016 dan pengeluaran langsung rumah tangga berupa biaya
konsumsi keluarga, biaya transportasi keluarga dan biaya lain-lainnya selama perawatan
penderita. Sedangkan biaya tidak langsung (indirect cost) yang dihitung adalah opportunity cost
pada 74 orang penderita dan keluarga. Dengan perkiraan jumlah penderita tahun 2016 sebanyak
1.574 orang dan dikalikan dengan rata-rata kerugian per penderita, maka total kerugian
ekonomi (economic loss) akibat Schizophrenia pada penderita rawat inap di Rumah Sakit Jiwa
Aceh tahun 2016 adalah sebesar Rp19.524.144.692,-. Jumlah ini sekitar 1,02% dari 20 triliun
rupiah kerugian ekonomi minimal akibat masalah kesehatan jiwa di Indonesia.
Bagi Dinas Kesehatan yang ada di seluruh Indonesia, khususnya Aceh, diharapkan lebih
mengedepankan program kesehatan jiwa di masyarakat, agar dapat mengurangi dampak
kerugian ekonomi dan meminimalkan hilangnya waktu produktif penderita dan keluarga
VII. Pustaka
Isnaini, I., Abdullah, A., & Saputra, I. (2018). Kerugian Ekonomi Akibat Schizophrenia pada
Penderita Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Aceh Tahun 2016 dan Estimasi Nilai Kerugian pada
Tahun Berikutnya. Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh), 4(2), 313-322.
Jurnal Bahasa Inggris

I. Identitas Jurnal
Judul Artikel : Public Health Journal
Judul jurnal : Epidemiology and economic loss of fasciolosis and dicrocoeliosis in Arak, Iran
Penulis : Mohsen Arbabi, Elnaz Nezami, Hossein Hooshyar dan Mahdi Delavari
Tahun terbit : 2018
Sumber database : Google Scholar
Alamat URL : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc6362328/
Tanggal akses : 7 Oktober 2021

II. Ringkasan artikel/hasil penelitian


Tujuan Penelitian untuk menilai epidemiologi infeksi ini dan menentukan signifikansinya dari
perspektif ekonomi di Arak, Iran
Subjek Penelitian mengevaluasi 118.463 domba, 207.652 kambing, dan 43.675 sapi melalui
analisis nekropsi.di rumah jagal
Metode Penelitian Dalam studi cross-sectional ini, data dikumpulkanselama 2013-2016 untuk
mengevaluasi prevalensi infeksition di rumah potong hewan Arak dan
menentukan langsung yang dihasilkan dari kecaman hati melalui analisis
postmortem. Melalui visualisasi dan palpasi, hati dan saluran empedu
diperiksa.
Analisis Data diolah oleh Microsoft Excel 2017dan IBM SPSS Statistics (Ver. 16, US)
Penelitian untuk penentuanbangsa perbedaan yang signifikan antara variabel.
Hasil Penelitian Berdasarkan temuan, fasciolosis dan dicrocoeliosis adalah masalah serius di
rumah jagalArak, Iran, dan menimbulkan kerugian finansial yang besar
karena untuk kutukan hati dan penurunan berat badan.

III. Keunggulan penelitian


 Penelitian ini sangat terinci, berbobot dan jelas
 Tujuan penelitiannya pun sangat bermanfaat guna mencegah kerugian ekonomi yang akan
datang
 Adanya hasil dari peneliti-peneliti sebelumnya yang juga mempunyai tipe penelitian sejenis
sehingga dapat menjadi bahan banding peneliti.
 Menggunakan bahasa Inggris dengan grammar yang baik
IV. Kelemahan penelitian
 Tidak terdapat saran yang disampaikan dari penulis
V. Implikasi terhadap:
a) Teori
Tingkat produksi berkurang, menuruntingkat pertumbuhan hewan, dan produksi berkualitas
rendah produk ternak untuk manusia, peningkatan kerentanan infeksi sekunder, dan biaya
pengendalian penyakit tindakan adalah salah satu konsekuensi dari fluke infes-stasiun.
Selanjutnya, investasi parah mungkin secara langsung atau tidak langsung menyebabkan
kematian melalui pemicu atau mengintensifkan penyakit.

b) Pembangunan di negaranya
Hubungan antara kerugian ekonomi dan penyakit, seperti fasciolosis dan dicrocoeliosis,sangat
penting, terutama mengenai nutrisi elemen dihapus dari siklus nutrisi manusia karena penyakit
parasit. Tidak ada catatan yang tersedia dibeban keuangan fascioliasis dan dicrocoeliosis di
wilayah Iran ini. Berdasarkan temuan tersebut, sebelumnya alensi dan signifikansi ekonomi dari
fasciolosis dan dicrocoeliosis cukup besar pada pemotongan ternak.ditempatkan di rumah
potong hewan Arak.

c) Pembahasan dan Analisis


Berdasarkan temuan, fasciolosis dan dicroco-eliosis adalah masalah serius di rumah jagalArak,
Iran, dan menimbulkan kerugian finansial yang besar karenauntuk kutukan hati dan penurunan
berat badan. Pra-lence dari Fasciola dan Dicrocoelium infeksi adalah0,56% dan 0,77%, masing-
masing, yang relative tidak signifikan. Selain itu, prevalensi fasciolosis adalah 0,75% pada
domba, 0,42% pada kambing, dan 0,76% pada ternak. Selanjutnya, prevalensi dicrocoeliosis
adalah 0,60% pada kambing, 1,14% pada domba, dan 0,60%pada sapi. Prevalensi infeksi cacing
hati diternak ruminansia tergantung pada beberapa faktor seperti lingkungan, iklim, dan pilihan
diagnostic metode. Perubahan kondisi iklim sangat eratberkorelasi dengan perubahan prevalensi
hewanfasciolosis [37].Jelas, kondisi peternakan domba (yaitu, lebih banyak kontak dengan
inang parasit perantara dibandingkan dengan sapi dan kambing) sebagian besar karena
tingginya insiden penyakit pada domba. Namun demikian, sapi dan kambing mungkin
menunjukkan keturunan resistensi iter. Dalam penelitian saat ini, fascio-kerugian (0,56%)
kurang umum dibandingkan dengan hasil serupa yang telah dilaporkan oleh Khoramian dkk
dengan 3,28%, Khosravi dan Babbahamdy dengan 8,48%, dan Abdi dengan 0,98% di berbagai
bagian Iran. Hasil kami adalah lebih rendah dari nilai-nilai ini.

VI. Kesimpulan dan saran


Temuan saat ini menyoroti pentingnya penyakit pada hewan ternak dan menunjukkan perlunya
pengembangan langkah-langkah pengendalian dengan mempelajari beban ekonomi dan
mengevaluasi epidemiologi penyakit lokal. Dalam penelitian ini, total tahunan kerugian
ekonomi lebih tinggi daripada yang dilaporkan di Asella,Etiopia [51]. Perbedaan jumlah
pemotongan-hewan tered di rumah potong hewan dan harga pasar rata-rata hati dan daging di
berbagai daerah mungkin menjelaskan untuk perbedaan kerugian ekonomi dalam studi daerah.
Temuan saat ini menunjukkan bahwa fasciolosisdan dicrocoeliosis masih merupakan faktor
risiko utama untuk kesehatan produk ternak di Arak, Iran. Kerugian finansial akibat kutukan
hati dan penurunan berat badan tidak langsung adalah substansial dalam penelitian ini. Oleh
karena itu, penerapan strategi pengendalian dan pencegahan diperlukan.

VII. Pustaka
Arbabi, M., Nezami, E., Hooshyar, H., & Delavari, M. (2018). Epidemiology and economic
loss of fasciolosis and dicrocoeliosis in Arak, Iran. Veterinary world, 11(12), 1648.

Anda mungkin juga menyukai