Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK I
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat yang utama di seluruh dunia, terutama di Asia Tenggara dan Afrika
menderita gizi buruk dan 17% Balita kekurangan gizi. Profil kesehatan Provinsi
Jawa Tengah tahun 2017 menunjukkan jumlah kasus gizi buruk di Jawa Tengah
tahun 2017 dengan indikator berat badan menurut tinggi badan sebanyak 1.352
kasus. Kabupaten Pati menduduki posisi keempat terbanyak dengan 78 kasus gizi
buruk (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018). Puskesmas Jakenan adalah
Puskesmas dengan jumlah kasus gizi buruk terbanyak ke-tiga di Kabupaten Pati.
ditangani dengan kebijakan dan program jangka pendek serta sektoral, apalagi
hanya ditinjau dari aspek pangan saja. Masalah gizi harus segera ditangani melalui
dan Malaysia. Mereka dapat mengatasi masalah gizi secara tuntas dan lestari
dengan membuat seperti peta jalan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang.
pertumbuhan fisik, kapasitas kerja, dan kinerja reproduksi pada saat dewasa.
Selain itu, gizi buruk dapat meningkatkan angka kesakitan, risiko gangguan
penyakit kronis pada saat dewasa, dan angka kelahiran bayi dengan Berat Badan
fisik, mental, dan kecerdasan. Orang tua perlu lebih memperhatikan tumbuh
kembang anak di usia Balita mengingat akibat kurang gizi pada Balita bersifat
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Gizi Buruk
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang
yang dibutuhkan oleh tubuh. Balita disebut menderita gizi buruk apabila indeks
berat badan menurut umur (BB/U) < -3 SD (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
morbiditas dan mortalitas di antara anak-anak dan remaja di seluruh dunia. Setiap
tahun, lebih dari 5 juta anak di seluruh dunia meninggal karena kekurangan gizi.
produktifitas, pertumbuhan fisik, kapasitas kerja, dan kinerja reproduksi pada saat
dewasa. Selain itu, gizi buruk dapat meningkatkan angka kesakitan, risiko
gangguan penyakit kronis pada saat dewasa, dan angka kelahiran bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR meningkatkan risiko bayi mengalami
gangguan fisik, mental, dan kecerdasan. Orang tua perlu lebih memperhatikan
tumbuh kembang anak di usia Balita mengingat akibat kurang gizi pada Balita
Secara umum, faktor penyebab gizi buruk dibagi menjadi 2 yaitu penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung gizi buruk antara lain
kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi serta adanya penyakit
infeksi. Konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi
yang memenuhi syarat gizi seimbang (beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan
anak. Penyakit infeksi yang berkaitan dengan gizi buruk antara lain diare,
cacingan, dan penyakit pernapasan akut. Adapun penyebab tidak langsung gizi
pola asuh yang kurang memadai, dan rendahnya tingkat pendidikan. Faktor
kemiskinan sering disebut sebagai akar masalah gizi karena berkaitan dengan
daya beli pangan rumah tangga sehingga berdampak terhadap pemenuhan zat gizi
anggota keluarga. Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kejadian gizi
buruk adalah riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi yang mengalami
BBLR dapat mengalami komplikasi penyakit. Kondisi ini dapat terjadi karena
Faktor penting lain yang berkaitan dengan gizi buruk adalah pola asuh orang
tua yang kurang memadai. Pola asuh memegang peranan penting dalam terjadinya
gangguan pertumbuhan pada anak. Orang tua perlu menaruh perhatian pada aspek
pertumbuhan anak bila ingin mengetahui keadaan gizi mereka. Keluarga yang
memiliki faktor pengasuhan Balita yang baik, akan mampu mengoptimalkan
Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk gizi buruk yang disertai
timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan
otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan
hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis
meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Pada stadium lanjut yang
Tanda – tanda:
o Cengeng, rewel
o Perut cekung
o Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.
o Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air, serta penyakit
kronik.
Pengobatan :
pemanas.
2. Makanan dengan porsi kecil tapi sering,dengan tinggi protein dan kalori,
misalkan susu bubuk skim. Gula dan minyak makan dapat di tambahkan dari
Pencegahan:
vitamin dan mineralnya sedikit. Kwashiorkor yang murni dijumpai pada anak
yang timbul diantaranya adalah tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut
yang sangat mencolok. Pada umumnya penderita sering rewel dan banyak
menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apatis atau kesadaran yang
menurun.
Pengobatan :
3. Pada saat nafsu makan sudah kembali, naikkan masukan volume dan
energinya, berikan protein 2g/kg, campuran mineral (termasuk Mg, K, Zn, Cu)
dan multivitamin, termasuk asam folat. Campuran yang dapat bermanfaat adalah
4. Sesudah 7-10 hari, berikan susu beserta minyak makan, paling sedikit 150
kkal/kg. Pada saat itu masukan disesuaikan denag nafsu makan. Berikanlah
kacangan.
Ø Terapy Kwashiorkor
1. Diet
sonde/infuse.
b. Bentuk diet
BB ideal + BB sebenarnya
2
4. Transfusi darah
Pencegahan :
protein.
yang terjadi pada tubuh anak. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti
kulit, rambut, atau mata. Adapun antropometri didasarkan pada ukuran tubuh
manusia dan dilakukan sesuai dengan usia anak (Supariasa, dkk., 2012).
protein dan energi. Ketidakseimbangan terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Beberapa
indeks pengukuran yang digunakan dalam penentuan status gizi yaitu indeks berat
badan menurut umur (BB/U), indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dan
Berat badan memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak).
Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak, seperti
terserang infeksi, kurang nafsu makan, dan menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. Oleh karena itu indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi
keadaan pertumbuhan skeletal. Tinggi badan pada keadaan normal tumbuh seiring
dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan tampak dalam waktu yang
relatif lama. Oleh karena hal tersebut, indeks TB/U menggambarkan status masa
lampau. Berat badan mempunyai hubungan yang linear dengan tinggi badan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA