Anda di halaman 1dari 4

Permasalah: untuk mencari akses terhadap keadilan

Dalam pendidikan Indonesia saat ini untuk tingkat SD, SMP SMA dalam penerimaan peserta Didik Baru
menggunakan sistem zonasi. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan stigma sekolah favorit secara
perlahan. Namun di banyak daerah yang menerapkan sistem ini, masih banyak timbul masalah. Dan
yang ditakutkan adalah calon murid tidak mendapatkan sekolah. Hal ini dapat dimungkinkan terjadi
karena dapat kita ketahui bersama fasilitas sarana dan prasarana dalam pendidikan masih belum rata
bahkan dipulau Jawa yang pembangunan paling pesat.

Dan di Blitar sendiri banyak murid khususnya tingkat SMA yang tidak mendapatkan sekolah karena
sistem zonasi sekolah ini. Salah satu dari banyak murid ada Nobel, dia merupakan siswa yang cukup
dikatakan baik dengan memiliki nilai yang cukup bagus. Dan ada sekolah menengah atas negeri yang
terdekat yakni 1800 m, dan kebetulan merupakan sekolah favorit. namun dia tidak masuk disekolah
karena poin zonasi kecil dari yang lain. Yang dimana jika semakin dekat poin zonasi semakin besar.
Sedangkan dia memiliki teman yang rumahnya lebih jauh namun bisa sekolah di sekolah tersebut. Dia
merasa heran tetapi tidak bisa berbuat apa apa. Akhirnya Nobel tidak mendapatkan sekolah. Dan tidak
dapat sekolah di swasta karena orang tua hanya seorang buruh dan ibu rumah tangga dengan 3 adiknya
sehingga tidak memiliki biaya ketika Senasib dengan Nobel, Sifa juga mengalami hal serupa yakni tidak
mendapatkan sekolah.Tetapi berbeda, Sifa tidak mendapatkan sekolah dikarenakan rumah terlalu
pelosok, dan sekolah menengah atas negeri paling dekat berjarak 20 km. Dan ditambahkan kondisi
keluarga Sifa yang bisa dikatakan miskin.

Selain itu, masih adanya stigma sekolah favorit mendorong adanya praktik jalur belakang untuk dapat
sekolah favorit. Sehingga kami juga mewancarai salah satu yang terlibat dalam bisnis jual beli kursi di
SMA melalui telepon, ia dapat memasukkan calon murid yang jaraknya terhitung jauh ke SMA negeri
favorit. Dia menggunakan jaringan alumni dan dapat mengubah domisili. Terkait dengan domisili dia bisa
mengubah sistem sehingga poin zonasi besar dan ada juga menggunakan sistem titip ke kartu keluarga
yang tempat tinggal dekat dengan SMA negeri favorit tersebut.

Disisi lain, mendengar berita ada beberapa calon siswa SMA negeri tidak mendapatkan sekolah, Forum
anak Blitar bertindak melakukan perlindungan terhadap hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak. Forum anak Blitar ini mendata anak anak yang tidak mendapatkan sekolah karena korban sistem
zonasi ini termasuk Nobel dan Sifa. Forum mewadahi segala keluh yang dihadapi anak anak dalam PPDB
SMA negeri. Lalu setelah itu, perwakilan Forum Anak Blitar mendatangi Kantor Cabang Dinas Pendidikan
Jatim Wilayah Kabupaten Kota Blitar di Jalan A Yani. Perwakilan tersebut menyampaikan keluhannya
keluhan yang dialami oleh Nobel dan Sifa serta calon siswa yang lain.

Forum anak Blitar berharap, Dinas Pendidikan bisa membuka kembali PPDB melalui jalur offline. Agar
anak-anak dari keluarga kurang mampu bisa masuk ke SMA Negeri. Itu karena sekolah negeri dinilai
lebih murah jika dibandingkan swasta. Lalu Saat dikonfirmasi melalui telfon, Kepala Cabang Dinas
Pendidikan Provinsi Jatim Wilayah Blitar Trisilo Budi Prasetyo mengatakan, pihaknya sudah menjalankan
PPDB 2021 sesuai intruksi dari Pemerintah Provinsi maupun Pusat menggunakan jalur online maupun
offline. Trisilo berharap orang tua bisa menerima jika anaknya tidak bisa bersekolah di SMA/SMK Negeri
untuk melanjutkan pendidikan di sekolah swasta karena tidak ada kesenjangan pendidikan baik di negeri
maupun swasta.

Karena tanggapan dari kepala dinas pendidikan dirasa kurang memberi solusi, forum anak Blitar ini
mencari sponsor( beasiswa) untuk Nobel dan calon siswa lainnya agar dapat sekolah di sekolah swasta.
Dan pada akhirnya Nobel dan beberapa calon siswa lainnya mendapatkan beasiswa yang telah dicarikan
oleh forum anak Blitar sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Analisis ROLAX

Berdasarkan kerangka Rolax, ada enam tahapan proses pencarian keadilan. Pertama, seseorang
menyadari bahwa situasi atau pengalaman tertentu merugikan, dan merupakan ketidakadilan. Kedua,
seseorang merasa ketidakadilan tersebut disebabkan perbuatan yang dilakukan atau tidak dilakukan
oleh orang lain, dan atas dasar itu merumuskan sebuah keluhan.
Ketiga, pencari keadilan mengadukan keluhan tersebut terkait dengan pelanggaran hukum (adat,
negara, Islam) yang merugikan, dan menuntut pemulihan atas pelanggaran tersebut. Keempat, pencari
keadilan dapat mengungkapkan keluhan dan mengadukannya di hadapan sebuah forum (pengadilan,
dewan adat, kepala kampung, dll) yang dapat membantunya untuk memperoleh pemulihan. Kelima,
penanganan pengaduan oleh forum yang dipilih dengan menerapkan norma-norma yang berlaku secara
imparsial. Keenam, pencari keadilan memperoleh ganti rugi atas keluhannya ketika putusan atau
kesepakatan dilaksanakan.1

Jika dilihat dari permasalahan sistem zonasi sekolah, analisis ini dimulai dari permasalahan hidup dalam
mencari keadilan. Disini Nobel dan Sifa merasa pasrah ketika tidak mendapatkan sekolah. Mereka sadar
karena dari kelompok yang miskin dan terpinggirkan tidak dapat melakukan untuk mencari akses
terhadap keadilan.mereka Merasa adanya ketidakadilan dalam PPDB ini, dan merasa dirugikan. Hal ini
disebabkan tidak terpenuhi hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak ini yang didasarkan
pada Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31. Dalam pasal ini dijelaskan
Bahwa setiap warga berhak mendapatkan pendidikan. Dan diperkuat lagi Undang Undang Nomor 23
tahun 2003 tentang Perlindungan Anak yang dirubah Oleh Undang Undang Nomor 35 tahun 2014 pasal
9, dijelaskan bahwa Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat.

Dalam segi Hak Asasi Manusia pada anak, Pengertian hak anak atas pendidikan seharusnya dikembalikan
pada pengertian dan pemahaman dasar tentang apa itu hak asasi manusia itu sendiri. Hillary Rodham
menyatakan bahwa konsep dasar dari subtansi hak-hak anak sebagai HAM merupakan suatu selogan
dalam proses pencapaian suatu pengertian dan pemahaman hakiki dari hak-hak anak itu sendiri. Sebagai
suatu proses, pengertian dan pemahaman hak-hak asasi anak sebagai bagian dari HAM mengalami
perubahan substantif berdasarkan evolusi dan revolusi waktu dari konsep perlindungan (protection)
keotonomi (outonomy) dari konsep ketidakmatangan mental dan fisik (nurturance) menjadi

1
kematangan pribadi dalam penetuan sikap dan nasibnya sendiri (self determination), serta dari konsep
(welfare) ke keadilan (justice). 2

Selanjutnya, karena mengetahui beberapa anak tidak mendapatkan sekolah dalam PPDB SMA negeri,
forum anak Blitar hadir sebagai perantara dalam upaya perlindungan hak anak untuk mendapatkan
pendidikan yang layak tersebut. Forum anak Blitar mendata anak anak yang tidak mendapatkan sekolah
dalam PPDB SMA negeri. Dari pendataan tersebut sebagai besar permasalahan ada pada jarak rumah
dengan sekolah. Ada yang rumahnya jauh dan tidak ada sekolah terdekat. Namun juga ada yang
rumahnya tidak jauh dari sekolah terdekat, tapi kebetulan sekolah favorit calon murid tergeser sehingga
tidak mendapatkan sekolah.

Dalam juknis Penerimaan Peserta Didik baru tahun 2021, menjelaskan pengukuran jarak Zonasi
menggunakan Googlemaps. Untuk menentukan jarak menggunakan radius dari sekolah semakin dekat
poin zonasi semakin besar.dan secara logika semakin jauh maka poin zonasi kecil. Namun ada
pengakuan dari Nobel, ada salah satu temannya yang rumahnya berjarak jauh dari sekolah yang dituju
Nobel. Namun bisa diterima disekolah tersebut, bisa dikatakan Teman merupakan anak orang
terpandang sehingga muncul beberapa pertanyaan. Mengapa bisa teman Nobel bisa diterima? Apakah
menggunakan jalur belakang?.

Sehingga kami mencoba mewancarai seseorang yang pernah terlibat dalam Jual beli kursi di SMA negeri
favorit, dari wawancara melalui telepon ia mengaku dapat memasukkan anak ke sekolah favorit dengan
biaya yang cukup besar kisaran belasan juta. Ia memanfaatkan jaringan alumni yang kuat sehingga bisa
memastikan anak bisa masuk disekolah tersebut. Namun karena sistem Zonasi ia memutar otak
sehingga menemukan cara agar bisa memasukkan anak ke sekolah favorit dengan menggunakan surat
domisili dan masuk ke sistem sehingga seorang anak dapat diterima di sekolah sekarang.

Dari forum anak Blitar sebenarnya juga mengetahui hal tersebut, namun tidak bisa berbuat apa apa
karena untuk pembuktian yang sulit dan biaya yang cukup besar. Selain orang tua dari Nobel dan anak
lain juga menyatakan tidak ingin berurusan dengan masalah hukum. Orang tua Nobel mengatakan Jika
dibuka maka banyak orang yang tidak senang.

Selanjutnya, Forum anak Blitar menampung keluhan dari Nobel dan keluarga serta Korban zonasi
lainnya dalam satu berkas. Dalam berbagai digunakan untuk mencari keadilan untuk anak anak korban
zonasi sekolah. Dari berkas tersebut dilampirkan bukti bukti adanya pelanggaran dan adnya hak yang
harus dipenuhi oleh negara.

Sehingga Forum anak Blitar untuk mendapatkan akses terhadap keadilan untuk Nobel dan anak lain
korban zonasi sekolah. Tidak dimungkinkan melalui jalur mitigasi karena proses yang biasanya panjang
dan ditakutkan korban zonasi ini tidak dapat bersekolah saat tahun ajaran baru dimulai. Sehingga
perwakilan dari Forum anak Blitar mendatangi Kantor Cabang Dinas Pendidikan Jatim Wilayah
Kabupaten Kota Blitar di Jalan A Yani. Perwakilan tersebut menyampaikan keluhannya keluhan yang
dialami oleh Nobel dan Sifa serta calon siswa yang lain.

2
H.Muladi”Hak asasi manusia” PT refika aditama bandung (hal.210)
Pemilihan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Jatim Wilayah Kabupaten Kota Blitar untuk menyampaikan
keluhannya ini dikarenakan dinas ini memiliki fungsi pengawasan berjalan PPDB SMA negeri. Tugas
terpenting pengawas pendidikan idealnya mampu memberikan alternatif pemecahan masalah dalam
pembelajaran.3 Dari situ diharapkan dengan disampaikan keluhan oleh forum anak Blitar kepada kantor
Cabang Dinas Pendidikan Jatim Wilayah Kabupaten Kota Blitar untuk memberikan alternatif untuk
permasalahan yang dihadapi korban zonasi sekolah ini. Dari forum anak Blitar meminta agar ada
pendaftaran offline untuk anak anak korban zonasi sekolah ini.

Lalu tanggapan dari kepala kantor Cabang Dinas Pendidikan Jatim Wilayah Kabupaten Kota Blitar Trisilo
Budi Prasetyo melalui sambungan telepon kepada Forum anak Blitar, menyampaikan bahwa pihaknya
sudah menjalankan PPDB 2021 sesuai intruksi dari Pemerintah Provinsi maupun Pusat menggunakan
jalur online maupun offline. Trisilo berharap orang tua bisa menerima jika anaknya tidak bisa bersekolah
di SMA/SMK Negeri untuk melanjutkan pendidikan di sekolah swasta karena tidak ada kesenjangan
pendidikan baik di negeri maupun swasta.

Karena dari tanggapan Kepala kantor Cabang Dinas Pendidikan Jatim Wilayah Kabupaten Kota Blitar
dirasakan kurang memuaskan dan tidak memberikan solusi agar korban zonasi sekolah ini dapat
mengenyam pendidikan yang layak. Untuk itu, forum anak Blitar mencari sponsor (beasiswa) agar anak
anak korban zonasi sekolah dapat sekolah di SMA swasta. Karena beberapa korban zonasi sekolah salah
satunya Nobel merupakan dari keluarga yang kurang mampu.

Dari usaha forum anak Blitar ini akhirnya, Nobel dan beberapa anak korban zonasi sekolah yang kurang
mampu dan cenderung terpinggirkan mendapatkan beasiswa dari sebuah perusahaan toko bangunan
terbesar di Blitar dan beberapa perusahaan lainnya yang bekerja sama dengan forum anak Blitar. Dari
beasiswa itu menanggung biaya SPP dan peralatan sekolah sampai lulus SMA. Berkat bantuan beasiswa
tersebut akhirnya Nobel dan beberapa anak korban zonasi sekolah dapat bersekolah dan mendapatkan
pendidikan yang layak.

Anda mungkin juga menyukai