E
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPOKALEMIA BERAT
DI RUANG ICU RSU NEGARA
PADA TANGGAL 11 APRIL 2022
OLEH :
I PUTU APRILIA PRATAMA
21089142016
2021/2022
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium kurang dari 3,5
mEq/L. Hipokalemia terjadi ketika tubuh terlalu banyak mengeluarkan
kalium yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti muntah-muntah, diare
berlebih, penyakit ginjal maupun konsumsi obat diuretik. Gejala
hipokalemia antara lain mual dan muntah, hilang nafsu makan, konstipasi,
tubuh terasa lemas, kram otot dan jantung berdebar. Kadar kalium dalam
darah yang sangat rendah, yaitu kurang dari 2,5 mmol/L, dapat berakibat
fatal. Kondisi ini tergolong hipokalemia berat. Beberapa gejala
hipokalemia berat yang dapat muncul antara lain illeus paralitik,
kelumpuhan, gangguan irama jantung, hingga henti napas. (Dinkes, 2015)
Hipokalemia terjadi apabila kadar kalium serum < 3,5 mEq/L atau <
3,5 mmol/L. Hipokalemia sedang apabila kadar kalium serum antara 2,5 –
3,0 mEq/L dan hipokalemia berat apabila kadar kalium serum < 2,5
mEq/L. Hipokalemia dapat diakibatkan oleh asupan kalium yang tidak
adekuat, peningkatan ekskresi kalium atau terjadinya pergeseran kalium
ekstrasel menuju ruang intrasel. Peningkatan eksresi kalium merupakan
penyebab yang paling sering menjadi penyebab hipokalemia
2. Epidemiologi
Epidemiologi hipokalemia baik secara global maupun di Indonesia
masih belum ada data tertulis secara pasti, walaupun secara klinis
sering dijumpai pada praktik sehari-hari.
Global
Frekuensi penderita hipokalemia dalam populasi secara global
sulit di estimasi. Hampir 21% pasien yang dirawat di rumah sakit
memiliki kadar kalium < 3,5 mEq/L dimana 5% diantaranya < 3
mEq/L selain itu, sekitar 24% pasien yang dirawat tidak memperoleh
penanganan hipokalemia yang adekuat. Hipokalemia ditemukan pada
7–17% populasi pasien yang mengalami kelainan kardiovaskular dan
40% pada pasien yang memperoleh terapi diuretik. Pada pasien lansia,
sekitar 5% memiliki kadar kalium < 3 mEq/L (Nathania, 2019)
Indonesia
Hingga saat ini, masih belum ada data mengenai prevalensi
penderita hipokalemia di Indonesia. Berdasarkan penelitian potong
lintang yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
antara Desember 2005 hingga Juni 2006 didapatkan 23% pasien yang
dirawat akibat penyakit infeksi sebesar 23%
3. Patofisiologi
Patofisiologi kondisi hipokalemia berkaitan dengan peran
utama kalium dalam tubuh. Kalium merupakan kation intraseluler
yang terbanyak dan esensial dalam kehidupan karena berkaitan dengan
regulasi sel dan beberapa proses seluler. Kadar kalium total dan
distribusi kalium melalui sel membran berkaitan dengan fungsi sel
secara normal, terutama saraf dan sel otot. Keseimbangan kadar
kalium normal diregulasi oleh pompa ion spesifik, secara primer oleh
seluler, membrane-bound, dan pompa ATPase Natrium Kalium; serta
kadarnya dipertahankan dalam rentang yang sempit yakni antara 3,5 –
5,3 mEq/L. Kadar kalium dalam darah dicapai dengan keseimbangan
antara asupan dan ekskresi serta distribusi antara kompartemen
intraseluler dan ekstraseluler.
Kadar Kalium
Rendah
(Hipokalemia)
Gangguan Paralisis
Respirasi Renal Pencernaan Kardiovaskular
Hipokalemia
Ketidakseimbangan
Pernapasan Kekurangan Penurunan C
Nutrisi Kurang Dari Kelemahan Otot
Dangkal Volume Cairan Jantung
Kebutuhan
Gangguan
Imobilitas Fisik
Defisit Perawatan
DIri
(Bonita, 2017)
4. Klasifikasi
Menurut WHO klasifikasi Hipokalemia dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
5. Gejala klinis
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada klien dengan Hipokalemia
yaitu:
Gejala bisa muncul ketika kadar kalium dalam tubuh rendah, yaitu
di bawah 3,6 mmol/L. Meski begitu, hipokalemia ringan umumnya tidak
menimbulkan gejala. Gejala awal yang muncul adalah sebagai berikut:
Ileus paralitik
Kelumpuhan
Gangguan irama jantung (aritmia)
Henti napas
6. Pemeriksaan diagnostic
Diagnosis hipokalemia dapat dipastikan dengan wawancara
mengenai gejala dan riwayat penyakit yang diderita, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang. Beberapa jenis pemeriksaan
penunjang yang dianjurkan melputi:(Nathania, 2019)
8. Komplikasi
Adapun komplikasi dari Hipokalemia adalah:
a. Rhabdomyolysis
b. Ileus paralitik
c. Gangguan otak pada penderita sirosis (ensefalopati hepatik)
d. Penyakit ginjal
e. Kelumpuhan otot pernapasan
B. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah
komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi
data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data.
Pengumpulan data antara lain meliputi :
a. Data umum
1. Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat, status,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis)
2. Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan,
alamat, hubungan dengan pasien)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan
pasien adalah kelemahan, lesu, dan merasa tidak nyaman.
2) Riwayat kesehatan sekarang Data diambil saat pengkajian
berisi tentang perjalanan penyakit pasien dari sebelum
dibawa ke IGD sampai dengan mendapatkan perawatan
di bangsal.
3) Riwayat kesehatan dahulu Adakah riwayat penyakit
terdahulu yang pernah diderita oleh pasien tersebut,
seperti dirawat di RS berapa kali.
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi
sebelumnya, persepsi pasien dan keluarga mengenai
pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.
2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum
sehari –hari, jumlah makanan dan minuman yang
dikonsumsi, jeni makanan dan minuman, waktu berapa
kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis
makanan yang disukai, penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan
selama sakit , mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa
kali sehari, konstipasi, beser.
4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas
(muncul keringat dingin, kelelahat/ keletihan),
perubahan pola nafas setelah aktifitas, kemampuan
pasien dalam aktivitas secara mandiri.
5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa
tidur siang, gangguan selama tidur (sering terbangun),
nyenyak, nyaman.
6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan
kemampuan mengetahui tentang penyakitnya
7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan
terisolasi diri atau perasaan tidak percaya diri karena
sakitnya.
8) Pola reproduksi dan seksual
9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan
terhadap
penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa alasan
yang jelas.
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis,
interaksi , komunikasi, car berkomunikasi
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan
beribadah selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan
beribadah.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri
akibat pembedahan skala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan
rembes pada balutan. Tanda-tanda vital pasien (peningkatan
suhu, takikardi), kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi.
2. Sistem pernapasan
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada
pasien post pembedahan pola pernafasannya sedikit
terganggu akibat pengaruh obat anesthesia yang diberikan
di ruang bedah dan pasien diposisikan semi fowler untuk
mengurangi atau menghilangkan sesak napas.
3. Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi pada permukaan jantung, tekanan
darah dan nadi meningkat.
4. Sistem pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual
akibat sisa bius, setelahnya normal dan dilakukan
pengkajian tentang nafsu makan, bising usus, berat badan.
5. Sistem musculoskeletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada
sistem ini karena pada bagian kaki biasannya jika sudah
mencapai stadium 3 – 4 dapat menyerang sampai otot. Dan
adanya penurunan aktivitas pada bagian kaki yang terkena
ulkus karena nyeri post pembedahan.
6. Sistem intregumen
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input
dan output yang tidak seimbang. Pada luka post
debridement kulit dikelupas untuk membuka jaringan mati
yang tersembunyi di bawah kulit tersebut.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang sering muncul :
1) Penurunan Curah Jantung b.d hipotensi postural
2) Ketidak efektifan Pola Nafas b.d Otot Pernapasan Melemah
3) Kekurangan Volume Cairan b.d polyuria
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorekesia
5) Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan Otot
6) Gangguan Imobilitas fisik b.d periode paralisis
7) Defisit Perawatan Diri b.d Kelemahan Otot
3. Intervensi Keperawatan
SpO2)
2. Dapat mentoleransi
kelelahan
asites
pola nafas b.d Otot asuhan keperawatan selama 1. Monitor TTV Pasien ( TD,
2. Menunjukkan jalan
SpO2)
hepatojugular (+)
4. memelihara tekanan
kecemasan atau
kebingungan
3. Tidak terjadi
yang berarti
6 NOC : NIC :
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy : ambulation
Imobilitas fisik b.d keperawatan 1. Monitoring vital sign
periode paralisis selama….x…. gangguan sebelm/sesudah latihan dan lihat
mobilitas fisik teratasi respon pasien saat latihan
2. Konsultasikan dengan terapi
dengan kriteria hasil: fisik
- Joint Movement : tentang rencana ambulasi sesuai
Active dengan kebutuhan
- Mobility Level 3. Bantu klien untuk
- Self care : ADLs menggunakan
- Transfer tongkat saat berjalan dan cegah
performance terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga
1. Klien meningkat dalam kesehatan lain tentang teknik
aktivitas fisik ambulasi
2. Mengerti tujuan dari 5. Kaji kemampuan pasien
peningkatan mobilitas dalam
3. Memverbalisasikan mobilisasi
perasaan dalam 6. Latih pasien dalam
meningkatkan pemenuhan kebutuhan ADLs
kekuatan dan secara mandiri sesuai
kemampuan berpindah kemampuan
4. Memperagakan 7. Dampingi dan Bantu pasien
penggunaan alat Bantu saat
untuk mobilisasi mobilisasi dan bantu penuhi
(walker) kebutuhan
ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
melakukan aktivitas
dimiliki
tidak mampu
melakukannya
6. Ajarkan klien/keluarga
untuk mendorong
kemandirian untuk
memberikan bantuan
mampu untuk
melakukannya
kemampuan
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari - hari
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursallam, 2011).
4. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif.
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
Daftar Pustaka
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Jilid 2. Yogyakarta : Penerbit
Mediaction
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Jilid 3. Yogyakarta : Penerbit Mediaction
Heather, Herdman, T. 2018. Nanda-I Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta : EGC
( Diakses pada tanggal 11 April 2022 pada pukul 01:35)
http://sardjito.co.id/sardjitowp/wp-content/uploads/2018/10/Mengenal-Hipokalemia.pdf (Diakses
pada tanggal 11 April 2022 pada pukul 01:35)
http://eprints.ums.ac.id/25519/12/naskah_publikasi.pdf ( Diakses pada tanggal 11 April
2022 pada pukul 02:50)
http://eprints.ums.ac.id/31753/2/05._BAB_II.pdf ( Diakses pada tanggal 11 April 2022
pada pukul 02:25)
hhttp://conference.unsyiah.ac.id/TIFK/1/paper/view/771/66 ( Diakses pada tanggal 11 April
2022 pada pukul 01:45)
http://eprints.ums.ac.id/16724/2/BAB_I.pdf ( Diakses pada tanggal 11 April 2022 pada
pukul 01:25)