Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

E
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPOKALEMIA BERAT
DI RUANG ICU RSU NEGARA
PADA TANGGAL 11 APRIL 2022

OLEH :
I PUTU APRILIA PRATAMA
21089142016

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021/2022
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium kurang dari 3,5
mEq/L. Hipokalemia terjadi ketika tubuh terlalu banyak mengeluarkan
kalium yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti muntah-muntah, diare
berlebih, penyakit ginjal maupun konsumsi obat diuretik. Gejala
hipokalemia antara lain mual dan muntah, hilang nafsu makan, konstipasi,
tubuh terasa lemas, kram otot dan jantung berdebar. Kadar kalium dalam
darah yang sangat rendah, yaitu kurang dari 2,5 mmol/L, dapat berakibat
fatal. Kondisi ini tergolong hipokalemia berat. Beberapa gejala
hipokalemia berat yang dapat muncul antara lain illeus paralitik,
kelumpuhan, gangguan irama jantung, hingga henti napas. (Dinkes, 2015)

Hipokalemia terjadi apabila kadar kalium serum < 3,5 mEq/L atau <
3,5 mmol/L. Hipokalemia sedang apabila kadar kalium serum antara 2,5 –
3,0 mEq/L dan hipokalemia berat apabila kadar kalium serum < 2,5
mEq/L. Hipokalemia dapat diakibatkan oleh asupan kalium yang tidak
adekuat, peningkatan ekskresi kalium atau terjadinya pergeseran kalium
ekstrasel menuju ruang intrasel. Peningkatan eksresi kalium merupakan
penyebab yang paling sering menjadi penyebab hipokalemia

2. Epidemiologi
Epidemiologi hipokalemia baik secara global maupun di Indonesia
masih belum ada data tertulis secara pasti, walaupun secara klinis
sering dijumpai pada praktik sehari-hari.

Global
Frekuensi penderita hipokalemia dalam populasi secara global
sulit di estimasi. Hampir 21% pasien yang dirawat di rumah sakit
memiliki kadar kalium < 3,5 mEq/L dimana 5% diantaranya < 3
mEq/L selain itu, sekitar 24% pasien yang dirawat tidak memperoleh
penanganan hipokalemia yang adekuat. Hipokalemia ditemukan pada
7–17% populasi pasien yang mengalami kelainan kardiovaskular dan
40% pada pasien yang memperoleh terapi diuretik. Pada pasien lansia,
sekitar 5% memiliki kadar kalium < 3 mEq/L (Nathania, 2019)

Indonesia
Hingga saat ini, masih belum ada data mengenai prevalensi
penderita hipokalemia di Indonesia. Berdasarkan penelitian potong
lintang yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
antara Desember 2005 hingga Juni 2006 didapatkan 23% pasien yang
dirawat akibat penyakit infeksi sebesar 23%

3. Patofisiologi
Patofisiologi kondisi hipokalemia berkaitan dengan peran
utama kalium dalam tubuh. Kalium merupakan kation intraseluler
yang terbanyak dan esensial dalam kehidupan karena berkaitan dengan
regulasi sel dan beberapa proses seluler. Kadar kalium total dan
distribusi kalium melalui sel membran berkaitan dengan fungsi sel
secara normal, terutama saraf dan sel otot. Keseimbangan kadar
kalium normal diregulasi oleh pompa ion spesifik, secara primer oleh
seluler, membrane-bound, dan pompa ATPase Natrium Kalium; serta
kadarnya dipertahankan dalam rentang yang sempit yakni antara 3,5 –
5,3 mEq/L. Kadar kalium dalam darah dicapai dengan keseimbangan
antara asupan dan ekskresi serta distribusi antara kompartemen
intraseluler dan ekstraseluler.

Keseimbangan kalium dipertahankan terutama melalui regulasi


ekskresi duktus pengumpul renal. Ekskresi kalium akan meningkat
akibat beberapa faktor seperti aldosteron, aliran tinggi sodium akibat
penggunaan diuretik (sebagai contoh furosemide), aliran urine yang
tinggi akibat penggunaan diuretik osmotik, kadar kalium serum yang
tinggi dan adanya ion negatif pada duktus pengumpul akibat
bikarbonat. Ekskresi kalium akan menurun akibat beberapa faktor
seperti defisiensi aldosteron absolut atau resistensi terhadap
aldosteron, rendahkan kadar natrium pada duktus pengumpul,
rendahnya aliran urine, kadar kalium serum yang rendah dan gagal
ginjal.

Faktor Renal dan Keseimbangan Kalium

Ginjal dapat beradaptasi terhadap perubahan asupan kalium


baik secara akut maupun kronis. Apabila asupan kalium secara kronis
tinggi, ekskresi kalium akan meningkat. Dalam kondisi penyakit ginjal
kronis, ginjal masih mampu mempertahankan keseimbangan kalium
hingga laju filtrasi glomerulus mencapai kurang dari 15-20 mL/ menit.
Pada kondisi gagal ginjal yang berat, proporsi kalium yang diekskresi
melalui saluran cerna akan meningkat. Kolon menjadi lokasi utama
regulasi ekskresi dari kalium. Oleh karena itu, kadar kalium dapat
dipertahankan tetap normal walaupun dengan kondisi insufisiensi
ginjal.
Distribusi Kalium

Kalium merupakan kation utama dalam intrasel sehingga kadar


kalium serum merupakan indikator yang buruk untuk mengetahui
simpanan kadar kalium dalam tubuh. Kalium dapat menembus
membran sel dengan mudah, sehingga kadar kalium serum
menunjukkan perpindahan kalium antar kompartemen intrasel dan
ekstrasel. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi kalium antar
ruang intrasel dan ekstrasel adalah adanya hormon glukoregulasi
(insulin meningkatkan masuknya kalium ke dalam sel sedangkan
glukagon mengganggu kemampuan kalium masuk ke dalam sel).
Stimulus adrenergik baik akibat komplikasi pemberian agonis
adrenergik beta eksogen maupun kondisi hiperadrenergik pada
pasien withdrawal alkohol (alcohol use disorder) atau infark
miokard (stimulus adrenergik beta meningkatkan kemampuan kalium
masuk ke dalam sel sedangkan adrenergik alfa mengganggu
kemampuan kalium masuk ke dalam sel), dan pH (alkalosis baik
metabolik maupun respiratorik meningkatkan masuknya kalium ke
dalam sel sedangkan asidosis mengganggu masuknya kalium ke dalam
sel)(Bonita, 2017)
WOC

asupan yang tidak adekuat, konsumsi alkohol, obat obatan,


pengeluaran kalium berlebih melalui ginjal/gastrointestinal

Kadar Kalium
Rendah
(Hipokalemia)

Gangguan Paralisis
Respirasi Renal Pencernaan Kardiovaskular
Hipokalemia

Otot Pernapasan anoreksia, mual, Distrimia/hipotensi


Polyuria Neuromuskular
Melemah muntah Postural

Ketidakseimbangan
Pernapasan Kekurangan Penurunan C
Nutrisi Kurang Dari Kelemahan Otot
Dangkal Volume Cairan Jantung
Kebutuhan

Gangguan Pola Intoleransi


Nafas Aktivitas

Gangguan
Imobilitas Fisik

Defisit Perawatan
DIri

(Bonita, 2017)

4. Klasifikasi
Menurut WHO klasifikasi Hipokalemia dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Hipokalemia ringan memiliki kadar kalium 3,1 - 3,5 mmol/L

b. Hipokalemia sedang memiliki kadar kalium 2,5 – 3,0 mmol/L

c. Hipokalemia berat memiliki kadar kalium <2,5 mmol/L

5. Gejala klinis
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada klien dengan Hipokalemia
yaitu:
Gejala bisa muncul ketika kadar kalium dalam tubuh rendah, yaitu
di bawah 3,6 mmol/L. Meski begitu, hipokalemia ringan umumnya tidak
menimbulkan gejala. Gejala awal yang muncul adalah sebagai berikut:

 Mual dan muntah


 Nafsu makan menghilang
 Konstipasi
 Tubuh terasa lemah
 Kesemutan
 Kram otot
 Jantung berdebar

Kadar kalium dalam darah yang sangat rendah, yaitu kurang


dari 2,5 mmol/L, dapat berakibat fatal. Kondisi ini tergolong
hipokalemia berat. Beberapa gejala hipokalemia berat yang dapat
muncul adalah:

 Ileus paralitik
 Kelumpuhan
 Gangguan irama jantung (aritmia)
 Henti napas

Gangguan irama jantung yang muncul bisa terlalu lambat


(bradikardia), terlalu cepat (takikardia), atau tidak beraturan,
misalnya atrial fibrilasi. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada orang
yang mengonsumsi obat digoxin.(Nathania, 2019)

6. Pemeriksaan diagnostic
Diagnosis hipokalemia dapat dipastikan dengan wawancara
mengenai gejala dan riwayat penyakit yang diderita, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang. Beberapa jenis pemeriksaan
penunjang yang dianjurkan melputi:(Nathania, 2019)

 Tes darah untuk menilai kadar kalium dalam tubuh.


 Tes urine untuk menilai apakah pasien kehilangan terlalu banyak
kalium atau tidak saat buang air kecil.
 Elektrokardiogram (EKG) untuk memeriksa irama jantung.
Pasalnya, hipokalemia yang parah dapat memicu aritmia.
 
7. Therapy/Tindakan penanganan
Pemerian kalium oral :
Pemberian Kalium 40-60 mEq dapat meningkatkan kadar
kalium1-1,5 mEq/L dan pemberian 135-60 mEq dapat
meningkakan kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L.

Pemberian kalium intravena :


Kecepatan pemberian KCL melalui vena perifer 10 mEq per
jam, atau melalui vena sentral 20 mEq per jam atau lebih pada
keadaan tertentu.
Konsentrasi cairan infus KCL bila melalui vena perifer, KCL
maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl isotonis 1000 ml karena
bila melebihi dapat menimbulkan rasa nyeri dan menyebabkan
sclerosis vena.
Konsentrasi cairan infus kalium bila melalui vena central, KCL
maksimal 40 mEq dilarukan dalam NaCl isotonis 100 ml. Pada
keadaan arimia yang berbahaya atau adanya kelumpuhan otot
pernafasan, KCL dapat diberikan dengan kecepatan 40-100 meq/jam.
KCL sebanyak 20 meq dilarutkan dalam 100 ml NaCl isotonic
Sediaan yang dipilih adalah kalium khlorida karena meningkatkan kalium plasma
lebih cepat dibandingkan kalium kalium bikarbonat, kalium fosfat atau kalium
sitrat.

Konsumsi makanan yangmengandung banyak kalium diantaranya

1. Kandungan kalium >1000 mg [25 mmol]/100 daun ara kering,


sirup gula, rumput laut

2. Kandungan kalium >500 mg [12.5 mmol]/1 seperti buah kering


diantaranya kacang-kacangan, Alpukat, sereal, Gandum, kacang kapri

3. Kandungan kalium >250 mg [6.2 mmol]/100 g) adalah sayur-


sayuran, bayam, tomat, brokoli, labu, bit, wortel, kembang kol, kentang,
buah-buahan,pisang, blewah, kiwi, jeruk, mangga, daging sapi, babi,
daging sapi muda, kambing.(Nathania, 2019)

8. Komplikasi
Adapun komplikasi dari Hipokalemia adalah:

a. Rhabdomyolysis
b. Ileus paralitik
c. Gangguan otak pada penderita sirosis (ensefalopati hepatik)
d. Penyakit ginjal
e. Kelumpuhan otot pernapasan
B. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah
komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi
data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data.
Pengumpulan data antara lain meliputi :
a. Data umum
1. Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat, status,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis)
2. Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan,
alamat, hubungan dengan pasien)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan
pasien adalah kelemahan, lesu, dan merasa tidak nyaman.
2) Riwayat kesehatan sekarang Data diambil saat pengkajian
berisi tentang perjalanan penyakit pasien dari sebelum
dibawa ke IGD sampai dengan mendapatkan perawatan
di bangsal.
3) Riwayat kesehatan dahulu Adakah riwayat penyakit
terdahulu yang pernah diderita oleh pasien tersebut,
seperti dirawat di RS berapa kali.
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi
sebelumnya, persepsi pasien dan keluarga mengenai
pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.
2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum
sehari –hari, jumlah makanan dan minuman yang
dikonsumsi, jeni makanan dan minuman, waktu berapa
kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis
makanan yang disukai, penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan
selama sakit , mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa
kali sehari, konstipasi, beser.
4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas
(muncul keringat dingin, kelelahat/ keletihan),
perubahan pola nafas setelah aktifitas, kemampuan
pasien dalam aktivitas secara mandiri.
5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa
tidur siang, gangguan selama tidur (sering terbangun),
nyenyak, nyaman.
6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan
kemampuan mengetahui tentang penyakitnya
7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan
terisolasi diri atau perasaan tidak percaya diri karena
sakitnya.
8) Pola reproduksi dan seksual
9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan
terhadap
penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa alasan
yang jelas.
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis,
interaksi , komunikasi, car berkomunikasi
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan
beribadah selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan
beribadah.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri
akibat pembedahan skala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan
rembes pada balutan. Tanda-tanda vital pasien (peningkatan
suhu, takikardi), kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi.
2. Sistem pernapasan
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada
pasien post pembedahan pola pernafasannya sedikit
terganggu akibat pengaruh obat anesthesia yang diberikan
di ruang bedah dan pasien diposisikan semi fowler untuk
mengurangi atau menghilangkan sesak napas.
3. Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi pada permukaan jantung, tekanan
darah dan nadi meningkat.
4. Sistem pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual
akibat sisa bius, setelahnya normal dan dilakukan
pengkajian tentang nafsu makan, bising usus, berat badan.
5. Sistem musculoskeletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada
sistem ini karena pada bagian kaki biasannya jika sudah
mencapai stadium 3 – 4 dapat menyerang sampai otot. Dan
adanya penurunan aktivitas pada bagian kaki yang terkena
ulkus karena nyeri post pembedahan.
6. Sistem intregumen
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input
dan output yang tidak seimbang. Pada luka post
debridement kulit dikelupas untuk membuka jaringan mati
yang tersembunyi di bawah kulit tersebut.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang sering muncul :
1) Penurunan Curah Jantung b.d hipotensi postural
2) Ketidak efektifan Pola Nafas b.d Otot Pernapasan Melemah
3) Kekurangan Volume Cairan b.d polyuria
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorekesia
5) Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan Otot
6) Gangguan Imobilitas fisik b.d periode paralisis
7) Defisit Perawatan Diri b.d Kelemahan Otot

3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan

Keperawatan NOC NIC

1 Penurunan Curah Tujuan : Cardic Care

Jantung b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor adanya perubahan

Hipotensi Posturah keperawatan selama …x… tekanan darah

jam diharapkan masalah 2. Monitor TTD pasien ( TD,

berkurang atau hilang Respirasi, Nadi, Suhu,

kriteria hasil : SpO2)

Cardiac Pupm 3. Catat Adanya tanda dan


Effectiveness gejala penurunan Cardiac

Circulation Status 4. Monitor EKG dan Frekuensi

Vital Sign Status dan bunyi Jantung

1. Tanda Vital dalam 5. Kolaborasi dengan dokter

rentan normal (TD, terkait dalam pemberian

Nadi, Respirasi, Suhu, pengobatan yang tepat

SpO2)

2. Dapat mentoleransi

aktivitas tidak ada

kelelahan

3. Tidak ada edema paru,

perifer dan tidak ada

asites

2 Ketidak efektifan Tujuan : setelah dilakukan Airway management :

pola nafas b.d Otot asuhan keperawatan selama 1. Monitor TTV Pasien ( TD,

Pernapasan …x… jam diharapkan RR, N, S, SpO2)

Melemah masalah berkurang atau 2. Buka jalan nafas, gunakan

hilang teknik chin list atau jaw

 Respiratory status : thrust bila perlu

ventilation 3. Posisikan px untuk

 Respiratory status : memaksimalkan ventilasi

airway patency 4. Auskultasi suara nafas, catat

 Vital sign status adanya suara tambahan

Criteria hasil : 5. Kolaborasi dengan dokter

1. Mendemonstrasikan dalam pemberian O2

batuk efektif dan suara

nafas yang bersih

2. Menunjukkan jalan

nafas yang paten


3. TTV dalam rentan

normal ( TD, RR, N, S,

SpO2)

Kekurangan Tujuan : setelah dilakukan Fluid management :


Volume Cairan b.d
3 asuhan keperawatan selama 1. monitor vital sign
polyuria
…x… jam diharapkan 2. kaji lokasi dan luas edema

masalah berkurang atau 3. monitor masukan makanan /

hilang cairan dan hitung intake

 electrolit and acid base kalori

balance 4. monitor status hemodinamik

 fluid balance termasuk CVP, MAP, PAP,

 hydration dan PCWP

kriteria hasil : 5. Kolaborasi dengan dokter

1. terbebas dari edema, dalam pemberian terapi

efusi, anaskara yang tepat

2. bunyi nafas bersih,

tidak ada dyspneu

3. terbebas dari distensi

vena juguralis, reflek

hepatojugular (+)

4. memelihara tekanan

vena sentral, tekanan

kapiler paru, output

jantung dan vital sign

dalam batas normal

5. terbebas dari kelelahan,

kecemasan atau

kebingungan

4 Ketidakseimbanga Tujuan : setelah dilakukan Nutrition management :


n nutrisi kurang
asuhan keperawatan selama 1. Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan
tubuh b.d …x… jam diharapkan 2. Beri informasi kepada pasien
anorekesia
masalah berkurang atau mengenai kebutuhan nutrisi

hilang yang tepat

Criteria hasil : 3. Anjurkan pasien makan dikit

1. Adanya peningkatan tapi sering

berat badan sesuai 4. Timbang BB pasien secara

dengan tujuan teratur ( bila memungkinkan)

2. Mampu 5. Kolaborasi dengan ahli gizi

mengidentifikasi untuk menentukan jumlah

kebutuhan nutrisi kalori dan nutrisi

3. Tidak terjadi

penurunan berat badan

yang berarti

5 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitas b.d - Self Care ADLs 1.Observasi adanya pembatasan
Kelemahan Otot - Toleransi aktivitas klien dalam melakukan aktivitas
- Konservasi energi 2. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor nutrisi dan sumber
keperawatan selama energi yang adekuat
….x..jam Pasien bertoleransi 4. Monitor pasien akan adanya
terhadap aktivitas dengan kelelahan fisik dan emosi secara
Kriteria Hasil : berlebihan
1.Berpartisipa 5. Monitor respon kardivaskuler
si dalam aktivitas fisik terhadap aktivitas (takikardi,
tanpa disertai disritmia,
peningkatan tekanan sesak nafas, diaporesis, pucat,
darah, nadi dan RR perubahan hemodinamik)
2. Mampu 6. Monitor pola tidur dan
melakukan aktivitas lamanya
sehari hari (ADLs) secara tidur/istirahat pasien
mandiri 7. Kolaborasikan dengan Tenaga
3. Keseimbang aktivitas dan Rehabilitasi Medik dalam
istirahat merencanakan progran terapi
yang
tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu
dilakukan
9. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda,
krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
13. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
17. Monitor respon fisik,

emosi, social dan spiritual

6 NOC : NIC :
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy : ambulation
Imobilitas fisik b.d keperawatan 1. Monitoring vital sign
periode paralisis selama….x…. gangguan sebelm/sesudah latihan dan lihat
mobilitas fisik teratasi respon pasien saat latihan
2. Konsultasikan dengan terapi
dengan kriteria hasil: fisik
- Joint Movement : tentang rencana ambulasi sesuai
Active dengan kebutuhan
- Mobility Level 3. Bantu klien untuk
- Self care : ADLs menggunakan
- Transfer tongkat saat berjalan dan cegah
performance terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga
1. Klien meningkat dalam kesehatan lain tentang teknik
aktivitas fisik ambulasi
2. Mengerti tujuan dari 5. Kaji kemampuan pasien
peningkatan mobilitas dalam
3. Memverbalisasikan mobilisasi
perasaan dalam 6. Latih pasien dalam
meningkatkan pemenuhan kebutuhan ADLs
kekuatan dan secara mandiri sesuai
kemampuan berpindah kemampuan
4. Memperagakan 7. Dampingi dan Bantu pasien
penggunaan alat Bantu saat
untuk mobilisasi mobilisasi dan bantu penuhi
(walker) kebutuhan
ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan

7 Defisit Perawatan - Self Care : ADLs - Self Care A+ssistane :


Diri b.d
Tujuan : setelah dilakukan ADLs
Kelemahan Otot
asuhan keperawatan selama 1. Monitor kemampuan

…x… jam diharapkan klien untuk perawatan

defisit perwatan diri teratasi diri yang mandiri

dengan kriteria hasil : 2. Monitor kebutuhan klien

1. Klien Terbebas dari bau untuk alat alat bantu

badan untuk kebersihan diri,

2. Klien Menyatakan berpakaian, berhias,


kenyamanan terhadap toileting dan makan.

kemampuan untuk 3. Sediakan bantuan sampai

melakukan ADLs klien mampu secara utuh

3. Dapat Melakukan untuk melakukan self

ADLs baik dengan care

bantuan atau mandiri 4. Dorong klien untuk

melakukan aktivitas

sehari – hari uang normal

seusai kemampuan yang

dimiliki

5. Dorong untuk melakukan

secara mandir, tapi beri

bantuan Ketika klien

tidak mampu

melakukannya

6. Ajarkan klien/keluarga

untuk mendorong

kemandirian untuk

memberikan bantuan

hanya jika pasien tidak

mampu untuk

melakukannya

7. Berikan aktivitas rutin

sehari – hari sesuai

kemampuan

8. Pertimbangkan usia klien

jika mendorong

pelaksanaan aktivitas

sehari - hari
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursallam, 2011).

4. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif.
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
Daftar Pustaka

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Jilid 2. Yogyakarta : Penerbit
Mediaction
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Jilid 3. Yogyakarta : Penerbit Mediaction
Heather, Herdman, T. 2018. Nanda-I Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta : EGC
( Diakses pada tanggal 11 April 2022 pada pukul 01:35)
http://sardjito.co.id/sardjitowp/wp-content/uploads/2018/10/Mengenal-Hipokalemia.pdf (Diakses
pada tanggal 11 April 2022 pada pukul 01:35)
http://eprints.ums.ac.id/25519/12/naskah_publikasi.pdf ( Diakses pada tanggal 11 April
2022 pada pukul 02:50)
http://eprints.ums.ac.id/31753/2/05._BAB_II.pdf ( Diakses pada tanggal 11 April 2022
pada pukul 02:25)
hhttp://conference.unsyiah.ac.id/TIFK/1/paper/view/771/66 ( Diakses pada tanggal 11 April
2022 pada pukul 01:45)
http://eprints.ums.ac.id/16724/2/BAB_I.pdf ( Diakses pada tanggal 11 April 2022 pada
pukul 01:25)

Anda mungkin juga menyukai