Anda di halaman 1dari 26

Balada Satar Punda

INDUSTRI EKSTRAKTIF DAN


DERITA RAKYAT YANG
BERKEPANJANGAN

Oleh
Than Naga, Melky Nahar,
Alsis Goa, OFM
Profil Desa
Satar Punda
Satar Punda merupakan salah satu Desa di Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten
Manggarai Timur. Letaknya persis berbatasan dengan Kecamatan Reo, Kabupaten
Manggarai. Luas wilayah Desa Satar Punda sekitar 21,66 km2, dengan jumlah
penduduk Per 31 Agustus 2021 sebanyak  2.417 jiwa, dan tersebar di kampung
Satar Teu, Lengko Lolok, Luwuk, Serise, Tumbak, Lada, Watu Roga, Golo Koe, dan
Lengko Tong.

3
Secara iklim dan topografi, Desa Satar Punda sama dengan wilayah Manggarai
pada umumnya yaitu beriklim tropis dan subtropis dengan topografi dikelilingi
bukit, dataran, sungai serta ada daerah yang berpapasan langsung dengan pantai.

Mayoritas penduduk di Desa Satar Punda berprofesi sebagai petani dan peternak,
sebagian lainnya, terutama yang bermukim di wilayah pesisir bekerja sebagai
nelayan. Sektor pertanian yang dikembangkan warga sebagian besar adalah lahan-
lahan kering yang ditanami tanaman palawija seperti padi, kacang - kacangan,
jagung dan juga tanaman umur panjang seperti jambu mete, pisang dan kelapa.
Adapun lahan-lahan basah, seperti sawah, misalnya, jumlah dan sebarannya
terbatas, salah satunya di Luwuk.

Peta Satar Punda

4
Selain mengelola lahan pertanian, sumber perekonomian warga di Satar Punda
juga dari sektor peternakan, yaitu beternak sapi dan babi serta ternak kecil ayam
misalnya. Adapun perempuan, selain beraktivitas di kebun dan ladang, juga
menenun songke. Tenun songke merupakan kain khas adat orang Manggarai
Raya yang telah diwariskan leluhur.

Di saat musim kemarau, warga di Satar Punda juga berusaha mencari dan
mengumpulkan kayu-kayu kering dari lahan dan hutan untuk dijual keluar Desa,
terutama di Reo dan Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai. Seringkali, para
petani ini tak mengeluarkan biaya angkut, sebab, sebagian pebisnis kayu api ini
datang langsung di kampung-kampung warga di Satar Punda.

Agnes Sogia,
Perempuan Luwuk, Satar Punda

“Sebelum tambang masuk di Satar Punda, sawah-


sawah kami hasilnya bagus meski tidak menggunakan
pupuk. Hal ini berubah ketika material tambang
PT Arumbai Mangabekti mencemari sawah kami.
Akibatnya hasil panen berkurang dan kini selalu
bergantung pada pupuk”

55
Diluluh-Lantakan
Tambang
Sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan pengrajin menenun, juga usaha
penyediaan kayu api itulah sebagai modalitas utama dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomi rumah tangga warga, termasuk untuk urusan biaya pendidikan, biaya
kesehatan, hingga acara adat/kebudayaan.

Berdasarkan catatan uji petik lapangan yang dilakukan Badan Geologi Nasional
dan para peneliti internasional, ditemukan berbagai jenis mineral di rahim bumi
Nusa Tenggara Timur, dengan potensi endapan mineral yang prospektif, seperti
emas, mangan (Sukmana, 2007 & 2012) , pasir besi, batubara (Dahlan, n.d),
tembaga (Tampubolon, 2007). Mineral-mineral itu tersebar di kepulauan Lembata,
Flores, Sumba dan Timor.

Di Manggarai dan Manggarai secara keseluruhan, penyelidikan akan potensi


endapan mineral telah dimulai sejak 1980 oleh PT. Aneka Tambang (ANTAM).
Tipe pemineralan yang ditemukan, antara lain emas, perak, tembaga, pasir besi,
timbal dan mangan. Dari tipe mineral yang ditemukan itu, diketahui potensi emas

6
tersebar di Batu Gosok, Waning, dan Tebedo, Kecamatan Komodo, Manggarai
Barat dan di Wae Dara, Kecamatan Reo, Manggarai. Di Wae Dara, Kecamatan Reo
juga ditemukan potensi perak, seng, tembaga dan timbal. Sementara untuk pasir
besi, ditemukan di Nangarawa, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai
Timur.

Adapun mangan, merupakan mineral yang paling banyak ditemukan di wilayah


Manggarai secara keseluruhan (Sukmana, 2007). Di Kecamatan Cibal Kabupaten
Manggarai, misalnya, mangan ditemukan di Wae Pateng dan Riung. Selain di
Kecamatan Cibal, mangan juga paling banyak ditemukan di Kecamatan Reo
yang tersebar di Desa Kajong, Desa Bajak, Desa Robek, Desa Wangkung, dan di
Ropang, Desa Lante. Sedangkan di wilayah Manggarai Timur, mangan ditemukan
di Desa Satar Punda, Kecamatan Lambaleda1. 

Penyelidikan mineral mangan oleh PT ANTAM di Satar Punda ini tidak berlangsung
lama, mulai 1980 hingga 1982. Namun, hasil penyelidikan PT ANTAM itu membuka
pintu bagi perusahaan-perusahaan lain untuk melakukan ekstraksi kekayaan alam
Satar Punda. 

Aktivitas perusahaan tambang di Desa Satar Punda

1 Inventarisasi Mangan di Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_


content&view=article&id=465&Itemid=470

7
Buruh kasar perusahaan tambang sedang memungut batu mangan di konsesi perusahaan

Salah satu perusahaan tambang yang beroperasi di Satar Punda adalah PT Istindo
Mitra Perdana dengan anak perusahaannya PT Arumbai Mangabekti. PT. Istindo
Mitra Perdana adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang
pertambangan.

Sejak tahun 1995, PT. Istindo Mitra Perdana mulai melakukan kegiatan eksplorasi
dan dilanjutkan dengan kegiatan eksploitasi/produksi di sekitar wilayah Lamba
Leda. Dalam melakukan operasional kegiatan pertambangan, PT. Istindo Mitra
Perdana sebagai pemegang konsesi/perizinan bekerja sama dengan mitranya
yaitu PT. Arumbai Mangabekti untuk melakukan kegiatan penambangan. Kuasa
Pertambangan Eksploitasi KW. 96 PP 0414 atas nama PT. Istindo Mitra Perdana
diberikan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum
No. 494/24.02/DJP/1999, tanggal 23 Agustus 1999, seluas 1.307 hektar, yang
mana telah diperbaharui atau diciutkan sesuai dengan Surat Keputusan Bupati

8
Manggarai Nomor : HK/116/ 2004, tanggal 07 Juli 2004 menjadi seluas 763,3
hektar2 Dengan terbitnya Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, maka SK Bupati Manggarai

tersebut di atas telah disesuaikan dengan Surat Keputusan baru yaitu, SK


Bupati Manggarai Timur No. HK/95/2009, tanggal 12 Oktober 2009, Tentang
Persetujuan Perubahan Kuasa Pertambangan Eksploitasi HK/116/2004 menjadi
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi/IUP Produksi Kepada PT. Istindo
Mitra Perdana, yang berlokasi di desa Satar Punda, Lamba Leda Manggarai Timur
dengan luas areal 763,3 Ha. Karena IUP akan berakhir pada 2017, maka pada
2016   PT Istindo Mitra Perdana  memperbarui izin operasi produksi hingga tahun
2027 pada lahan yang sama seluas 736,3 hektar3.

Selain PT. Istindo Mitra Perdana - PT. Arumbai Mangabekti yang telah masuk
dan menambang mangan di Satar Punda, terdapat juga perusahaan tambang lain
yang muncul belakangan pada 2000-an, yakni PT Aditya Bumi Pertambangan.  PT
Aditya Bumi Pertambangan mendapat izin operasi produksi mangan sejak tahun
2009 di lahan seluas 2.222 hektar dan akan berakhir pada tahun 2029 mendatang.
Berdasarkan peta koordinat wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) yang
dikeluarkan oleh bupati Manggarai Timur, wilayah kegiatan pertambangan PT.
Aditya Bumi Pertambangan meliputi Satar Teu, Lengko Lolok, Tumbak, dan Waso
- termasuk wilayah Dampek (Bdk. Keputusan Bupati Manggarai Timur tentang
Persetujuan Peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Menjadi Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT Aditya Bumi Pertambangan pada
tanggal 27 Agustus 2009).

2 JPIC OFM, 2015. Catatan Kasus Pertambangan Serise, Satar Punda


3 Mineral One Data Indonesia https://modi.esdm.go.id/portal/detailPerusahaan/3750?jp=1

9
Puluhan Tahun
Dikeruk Tanpa
Pemulihan

Aktivitas penambangan mangan di Satar Punda telah meninggalkan daya rusak


yang tak terpulihkan. Daya rusak itu meliputi alih fungsi lahan dalam skala besar,
tercemarnya air dan udara, konflik sosial, hingga intimidasi, kekerasan, dan
kriminalisasi.

Dalam kaitan dengan alih fungsi lahan, misalnya, kehadiran tambang di Satar
Punda menyebabkan tanaman pertanian warga hancur dan bahkan kehilangan
lahan garapan. Klaim kepemilikan atas sejumlah tanah lingko (tanah ulayat)
dilakukan oleh perusahaan tambang, setelah berhasil mendekati dan bertransaksi
dengan tetua adat tertentu. Penyerahan tanah lingko itu seringkali tak diketahui
warga yang memiliki hak yang sama atas tanah ulayat itu.

Operasi penambangan yang terjadi juga telah menyebabkan tercemarnya sawah


warga di Luwuk akibat material tambang perusahaan. Demikian juga dengan
perkebunan jambu mete yang produktivitasnya menurun akibat tercemar debu
ketika masuk musim berbunga. Sumber air untuk konsumsi rumah tangga dan

10
lahan pertanian juga ikut terdampak, debit berkurang dan tercemar limbah
tambang. Selama bertahun-tahun, banyak penduduk desa – balita, anak-anak dan
orang dewasa – menderita sakit dada dan perut, bahkan batuk darah akibat polusi
udara dan air. Kaum ibu tidak bisa mendapatkan air bersih karena air sumur telah
berubah hitam akibat limbah tambang. Selama musim kemarau, debu mangan
menyelimuti rumah penduduk, peralatan dapur, tanaman, dan makanan. Anak-
anak tidak bisa bermain di luar rumah karena ketika mereka melakukan hal itu,
pakaian atau seragam sekolah mereka menjadi hitam. Penyakit yang terindikasi
sebagai ispa kronis menimpa warga sekitar areal pertambangan bahkan ada
beberapa warga yang meninggal dengan indikasi yang sama4.

Terganggunya kesehatan warga itu sejalan dengan temuan penelitian yang


dilakukan Achmad Naufal Azhari dan I Made Djaja berjudul Mangan dalam Udara
Ambient dan Iritasi Saluran Pernapasan pada Anak-anak di Desa Satar Punda
pada 2011 yang menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi mangan dalam udara
ambient telah melebihi baku mutu udara yang ditetapkan oleh US EPA. Konsentrasi
mangan dalam udara yang melebihi baku mutu itu memiliki kecenderungan/
berisiko 3,34 kali lebih besar untuk menyebabkan iritasi saluran pernapasan pada
anak-anak dibandingkan dengan konsentrasi mangan dalam udara ambient yang
masih dibawah nilai baku mutu5.

Lokasi tambang Mangan, Desa Satar Punda

4 https://www.floresa.co/2015/11/06/perjuangan-tolak-tambang-di-manggarai-dan-peran-gereja/
5 Achmad Naufal Azhari & I Made Djaja, 2011. Konsentrasi mangan dalam udara ambient dan kejadian iritasi saluran pernafasan
pada anak-anak usia 6 sampai 12 Tahun di desa Satar punda, kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Fakultas Kesehatan
Masyaratat Universitas Indonesia

11
Dampak buruk lain yang dialami warga adalah konflik sosial, intimidasi dan
kriminalisasi. Sejak awal kehadiran tambang di Satar Punda, warga terbelah
menjadi kelompok kontra dan pro. Perbedaan sikap itu tampak didesain oleh
perusahaan, sehingga warga kemudian berkonflik dengan sesama warga itu
sendiri. Sikap tidak saling tegur-sapa antar suku, tetangga, bahkan hingga dalam
keluarga itu sendiri, adalah menu harian yang dihidangkan oleh perusahaan bagi
warga yang secara tradisional sangat santun dan peduli satu sama lain sebelum
hadirnya pertambangan di areal tersebut. 

Kampung Lengko Lolok, Desa Satar Punda

Intimidasi dan kriminalisasi juga menjadi salah satu pola pendekatan perusahaan
untuk melumpuhkan resistensi warga. Dalam kaitan dengan tambang PT Aditya
Bumi Pertambangan, warga yang menolak lahannya digusur, lantas memagari
lahannya masing-masing, justru dianggap melakukan perusakan. Bahkan
dua petani asal Tumbak atas nama Robert Hama dan Adrianus Rusli divonis
penjara 3 bulan, karena berkasus dengan Dali Marpaung, seorang karyawan
perusahan PT. Aditya Bumi Pertambangan dengan delik pidana yang telah
dihapus oleh MK (No.1/PUU-XI/2013) yakni ‘perbuatan tidak menyenangkan’6.

6 JPIC OFM, 2013. Summary Report Persoalan Tambang PT Aditya Bumi Pertambangan dan Masyarakat Adat Satarteu

12
Sipry Amon,
Tua Adat Serise, Satar Punda

“Perusahaan tambang seringkali menggunakan jasa


polisi untuk menakut-nakuti kami. Padahal, yang kami
pahami, polisi itu bertugas untuk mengayomi dan
melindungi masyarakat, sehingga kami tidak perlu
merasa takut. Perlawanan yang kami lakukan adalah
mempertahankan tanah ulayat demi masa depan anak
cucu”

Demikian juga dengan di Serise, warga yang menolak tambang dilaporkan


PT Arumbai Mangabekti/PT Istindo Mitra Perdana ke polisi dengan tuduhan
mengada - ada, yakni menghalangi - halangi kegiatan pertambangan dan
melakukan perbuatan tidak menyenangkan. Warga atas nama Siprianus Amon,
Yohanes Pani, Yeremias Pani, dan Matias Kimu Kole ditangkap lalu dijebloskan
ke penjara selama lima bulan. Apa yang dialami dan dirasakan oleh warga Satar
Punda berbanding terbalik dengan keuntungan yang dinikmati oleh PT. Arumbai
Mangabekti /PT. Istindo Mitra Perdana yang mana usaha mangannya diekspor
dan dipasarkan ke Xingang dan Qinzhou China dengan keuntungan pendapatan
per tahun rata-rata Rp. 2.052.300.0007.

Setelah merampas lahan, mencemari air, lahan pertanian, dan udara, juga
menimbulkan konflik sosial, intimidasi dan kriminalisasi, sekitar tahun 2015,
seluruh perusahaan tambang di Satar Punda berhenti sementara melakukan
operasi produksi. Sejumlah kerusakan yang terjadi, diabaikan begitu saja, tanpa
ada pemulihan. Lubang-lubang tambang dibiarkan menganga, perusahaan pergi
meninggalkan konflik sosial berkepanjangan.

7 Peruhe, M, “Entangled in The Mining Bitternes: Understanding mining Policy and It's Impacts on the Communities of Satar Punda, in
Nusa Tenggara Timur”, Melbourne: Victoria University.

13
Perluasan &
Percepatan
Perusakan
Setelah lebih dari lima tahun hidup tenang tanpa ada gangguan dari industri
tambang, kini warga Satar Punda kembali mendapat ancaman serupa, bahkan jauh
lebih besar. Ancaman besar itu terkait dengan rencana penambangan batu gamping
dan pendirian pabrik semen yang terintegrasi dengan pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara. Pemerintah pun telah mengeluarkan izin
usaha pertambangan bagi PT Istindo Mitra Manggarai untuk menambang batu
kapur/gamping - salah satu bahan baku semen - dan izin lokasi untuk pendirian
pabrik semen milik PT Semen Singa Merah NTT.

14
Rencana penambangan batu gamping dan pabrik semen yang terintegrasi
dengan PLTU Batubara itu membawa ancaman besar bagi keselamatan rakyat
dan lingkungan. Aktivitas penambangan yang berbasis lahan skala besar tentu
berdampak pada hilangnya ruang produksi warga di sektor pertanian/perkebunan.
Apalagi pihak perusahaan telah mengklaim kepemilikan sejumlah tanah ulayat,
berikut mengikat sejumlah warga pemilik lahan melalui pemberian DP (down
payment) untuk kepentingan pembebasan tanah. 

Peta tambang, pabrik semen, dan PLTU

15
Dari informasi yang diperoleh, wilayah izin tambang PT Istindo Mitra Manggarai
itu juga mencakup wilayah perkampungan warga Lengko Lolok. Karena itu
skenario relokasi telah dirancang oleh PT. Istindo Mitra Manggarai, yakni warga
akan direlokasi ke lokasi baru, tanah milik warga Satar Teu. Demikian juga
dengan lokasi pabrik semen PT Semen Singa Merah NTT, perusahaan berencana
merelokasi warga Luwuk ke Serise.

Ironisnya, rencana relokasi perkampungan warga itu tidak melalui proses


musyawarah mufakat yang melibatkan seluruh warga kampung. Tetapi merupakan
skenario jahat perusahaan yang hanya melibatkan tetua adat tertentu yang
dipandang mendukung rencana tambang dan pabrik semen. Bahkan proses
pelepasan tanah dan relokasi perkampungan warga oleh PT Istindo Mitra
Manggarai itu sarat dengan manipulasi dan rekayasa. Dalam polemik relokasi
warga Lengko Lolok ke Satar Teu, misalnya, PT Istindo Mitra Manggarai diduga
membuat tiga kesepakatan sepihak dengan tetua adat tertentu dari Satar Teu.
Sejumlah kesepakatan itu, antara lain:

1. Warga Satar Teu mendukung kehadiran tambang di Desa


Satar Punda
2. Warga Satar Teu sepakat dengan relokasi penduduk
kampung Lengko Lolok ke lokasi/tanah yang terletak di
atas sumber mata air warga Satar Teu
3. Warga Satar Teu sepakat menggeser tapal batas kampung
untuk kepentingan relokasi warga Lengko Lolok

Tiga kesepakatan itu dibuat secara tertutup, tidak diketahui seluruh warga Satar
Teu. Kini, rencana relokasi yang termuat dalam sejumlah kesepakatan itu menjadi
pemicu konflik baru bagi warga di Satar Teu dan Lengko Lolok.

Sementara kampung Luwuk yang hendak dijadikan lokasi pendirian pabrik semen
dan PLTU Batubara hendak dipindahkan ke Serise. Jaraknya sekitar 500 meter
dari Luwuk. Lokasi relokasi ini berada tepat di pelabuhan Serise dan di sekitar
pemukiman warga Serise, dengan luas lokasi yang ditargetkan pihak perusahaan
sekitar 2 hektar. Di tempat relokasi ini, PT Semen Singa Merah NTT sudah
membangun rumah percontohan.

16
Adapun lahan yang menjadi tempat relokasi bagi warga Luwuk ini, merupakan
milik tiga orang yang diketahui merupakan orang-orang dekat Trenggono selaku
salah satu pemegang saham dan direktur PT Istindo Mitra Manggarai. Warga lain
yang memiliki lahan di sekitar tempat relokasi warga Luwuk itu juga terus di lobi
pihak perusahaan untuk melepas lahan. Kepada warga dijanjikan ganti rugi yang
untung dan pengadaan meteran listrik secara gratis. 

Relokasi warga dari kampung halamannya itu tidak sekedar soal pindahnya rumah,
tetapi juga tercerabutnya komunitas warga dari kampung mereka yang tentu
punya nilai budaya dan historis. Relokasi itu juga berpotensi melahirkan masalah
sosial baru, terkait adanya resistensi dari warga-warga di kampung sekitar lokasi
baru, yang kini mulai mencuat.

Di samping itu, ada bahaya lain yang mengintai. Proses pengolahan semen
tentu membutuhkan pasokan energi listrik yang besar, yang tidak memadai jika
hanya mengandalkan listrik dari PLN. Dari informasi yang diperoleh, rencana
penambangan dan pabrik semen oleh kedua perusahaan itu akan terintegrasi
dengan pembangunan PLTU Batubara serta terminal pengepakan dan pelabuhan
yang semuanya berpotensi menimbulkan kerusakan yang dahsyat dan
berkepanjangan.

Pabrik semen yang dalam proses produksinya menggunakan bahan bakar fosil bisa
menimbulkan dampak gas rumah kaca, dampak fisik secara langsung terhadap
pekerja dan masyarakat sekitar, dan pada tingkat kebisingan serta getaran
mekanik dari rangkaian proses produksi.

Tak hanya itu, debu yang dihasilkan oleh kegiatan industri semen, baik pada
tahap penambangan bahan baku maupun selama proses pembakaran hingga
pengangkutan bahan baku ke pabrik dan bahan jadi keluar dari pabrik, serta
pengantongannya, juga berisiko besar bagi kesehatan pekerja dan masyarakat
sekitar. Debu juga berpotensi merusak tanaman dan sumber air.

Ini tentu belum termasuk limbah pabrik semen, semisal debu dan partikel,
yang masuk ke dalam kategori limbah gas dan limbah B3. Udara sebagai media
pencemar untuk limbah gas atau asap keluar bersamaan dengan udara yang pada
akhirnya berdampak buruk bagi kesehatan.

17
Tidak hanya itu, PLTU juga menghasilkan emisi Nitrogen Dioksida (NO2) dan
Sulfur Dioksida (SO2) yang dapat meningkatkan risiko penyakit pernafasan dan
jantung pada orang dewasa. Bahkan, emisi tersebut dapat menyebabkan hujan
asam yang merusak tanaman dan tanah, serta membawa kandungan logam berat
beracun, seperti arsenik, nikel, krom, timbal dan merkuri.

Dengan demikian, akumulasi dari setiap jenis aktivitas yang akan dilakukan
pihak perusahaan, jelas tak hanya berisiko bagi masyarakat di Lengko Lolok dan
Luwuk, tetapi juga masyarakat sekitar yang terpapar dari seluruh jenis aktivitas
perusahaan.

PT Istindo Mitra Manggarai yang akan menambang batu gamping di Satar Punda
telah mengantongi izin produksi melalui SK DPMPTSP.540/135/PTSP/XI/2020
dengan luas konsesi seluas 585,33 hektar. Masa berlaku izin tambang perusahaan
ini dimulai sejak 25 November 2020 dan baru berakhir pada 25 November 20408.

8 ESDM, Mineral One Data Indonesia, https://modi.esdm.go.id/portal/detailPerusahaan/9398?jp=1

18
Partikel halus yang
dihasilkan dari semua
jenis pembakaran,
termasuk pembangkit
listrik

Partikel ini akan (Partikulat (PM2.5), Partikel

PM2.5
menetap di udara udara berukuran lebih kecil
dari 2.5 mikron (mikrometer).
dalam jangka waktu
Nilai Ambang Batas (NAB)
lama dan mudah adalah Batas konsentrasi
tertiup angin hingga polusi udara yang diperbolehkan
ratusan mil berada dalam udara ambien.
NAB PM2.5 = 65 µgram/m3)

Mengandung
senyawa beracun
jika terhirup dapat
masuk hingga aliran
darah manusia

Dalam jangka panjang, dapat


menyebabkan asma, infeksi
saluran pernapasan akut, kanker
paru-paru dan memperpendek
harapan hidup

19
Jenis polutan dan bahayanya bagi kesehatan

C02
Karbon
PM2.5 Dioksida
Dapat menyebabkan
PM10
ashma akut, bronchitis,
Partikulat radang paru-paru & Partikulat
Matter gangguan pernafasan Matter
lainnya
Dapat menyebabkan Dapat menyebabkan
ashma akut, bronchitis, ashma akut, bronchitis,
radang paru-paru & radang paru-paru &
gangguan pernafasan gangguan pernafasan

S02
lainnya lainnya

Karbon

Hg Dioksida
Dapat menyebabkan N0X
ashma akut, bronchitis,
radang paru-paru &
Mercury Nitrogen
gangguan pernafasan
Oksida
Logam berat lainnya
berbahaya yang dapat Dapat menyebabkan
menyebabkan kerusakan ashma akut, bronchitis,
otak berat pada janin, radang paru-paru &
kelainan mental gangguan pernafasan
pemicu kanker lainnya

20
Aktor di Balik
Tambang &
Pabrik Semen
PTSP/XI/2020 dengan luas konsesi seluas 585,33 hektar. Masa berlaku izin
tambang perusahaan ini dimulai sejak 25 November 2020 dan baru berakhir pada
25 November 2040.⁹

9 ESDM, Mineral One Data Indonesia, https://modi.esdm.go.id/portal/detailPerusahaan/9398?jp=1

21
Pemegang Saham Perusahaan Tambang

PT Istindo
Mitra
Manggarai

Pemilik dan pemegang


saham kedua perusahaan ini,
mayoritas diisi oleh
orang-orang yang sama

PT Mangan
Reo
Indonesia
95%
Saham
5%
Saham

Trenggono
Direktur Utama

Pemegang saham
Tju Bin Kuan mayoritas PT Mangan
Reo Indonesia, sebanyak
Direktur
2.475 lembar
saham

Memiliki
Suhandi saham sebanyak
komisaris 25 lembar
saham10

10 Ditjen AHU Kemenkum HAM, Profil Perseroan di Indonesia, diakses 4 November 2021

22
PT Semen Singa Merah NTT & Temali

PT Semen Singa Merah NTT


yang akan membangun pabrik semen
dan mendirikan PLTU Batubara di
Satar Punda, merupakan sebuah
perusahaan yang berafiliasi dengan
Hongshi Holding Group

Hongshi Group yang Di Indonesia, Hongshi


menjual dengan merek Singa Cement telah mulai
Merah (red lion) itu, merupakan berinvestasi sejak 2018 lalu,
salah satu pemain industri salah satunya melalui pabrik
semen global yang berbasis di semen Jember Hongshi
Cement di Puger, Jember,
Hongkong11
Jawa Timur

Jember Hongshi Cement


ini merupakan proyek kerja sama
antara Hongshi dengan PT Semen
Imasco Asiatic Indonesia12

Di Luwuk Satar Punda, yang direncanakan akan dibangun pabrik semen, PT Semen
Singa Merah NTT dikabarkan telah mengantongi izin lokasi dari Bupati Manggarai
Timur, Andreas Agas. Proses penerbitan izin lokasi itu dilakukan secara tertutup,
sarat dengan transaksional, bahkan tak pernah dibuka ke warga dan publik hingga
saat ini.

11 http://www.hongshigroup.com/introduction.html
12 https://singamerah.com/about-pt-semen-imasco-asiatic/

23
Blasius Bandung,
Petani di Luwuk, Satar Punda

“Saya bisa hidup dan


sekolahkan keempat anak
saya dari hasil pertanian,
bukan penghasilan dari
kerja tambang”

24
Isfridus Sota,
Petani di Lengko Lolok, Satar Punda

“Yang akan hilang kalau tambang


tetap beroperasi di Lengko Lolok
adalah kampung bersejarah kami,
tanah-tanah lingko kami akan hancur,
sehingga tidak ada harapan untuk
masa depan, baik kami para orang tua,
anak-anak, dan cucu-cece kami nanti”

25

Anda mungkin juga menyukai