Anda di halaman 1dari 8

Anggi Setiorini l OWAS

OWAS (Ovako Work Analysis System)


Anggi Setiorini1
1
Bagian Anatomi, Histologi, Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Metode pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui risiko pekerjaan dari sisi ergonomi salah satunya menggunakan OWAS
(Ovako Working Analysis System). Metode OWAS memberikan informasi mengenai penilaian postur tubuh pada saat bekerja
sehingga dapat melakukan evaluasi dini atas risiko kecelakaan tubuh manusia. Bagian-bagian penting pada tubuh yang dilakukan
penilaian dengan OWAS meliputi pergerakan tubuh bagian punggung, bahu, tangan dan kaki, termasuk paha, lutut dan
pergelangan kaki. Metode ini cepat dalam mengidentifikasi sikap kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja yang menjadi perhatian dari metode ini adalah system musculoskeletal. Sistem musculoskeletal yang
mencakup sistem saraf, tendon, otot dan struktur penunjang seperti bantalan tulang punggung (discus intervertebral).
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja terutama pada bagian muskuloskeletal adalah mengurangi dan menghilangkan pekerjaan
yang beresiko terhadap keselamatan kerja. Hal tersebut merupakan prinsip dasar mengatasi masalah kecelakaan kerja.

Kata kunci : owas, sistem muskuloskeletal, kecelakaan kerja

OWAS (Ovako Work Analysis System)


Abstract
One of the measurement methods used to determine job risks from an ergonomic perspective is the OWAS (Ovako Working
Analysis System). The OWAS method provides information on posture assessment at work so that it can conduct an early
evaluation of the risk of accidents to the human body. Important parts of the body that are assessed by OWAS include body
movements of the back, shoulders, hands, feet, including thighs, knees and ankles. This method is quick to identify work
attitudes that have the potential to cause work accidents. Work accidents that are of concern to this method are the
musculoskeletal system. The musculoskeletal system includes the nervous system, tendons, muscles, supporting structures such
as spinal cushions (intervertebral disc). Preventing work accidents, especially in the musculoskeletal part, is reducing and
eliminating work that is risky to work safety. This is the basic principle of overcoming the problem of work accidents.

Keywords: owas, musculoskeltal system, work accident

Korespondensi: Anggi Setiorini, alamat Jl. Raden Gunawan 2, Hajimena, Natar , HP 081379850648, e-mail
anggisetiorini@fk.unila.ac.id

Pendahuluan sistem kerja manusia bertindak sebagai


Tubuh manusia dirancang untuk perencana, perancang, pelaksana dan
melakukan aktivitas sehari – hari. Adanya pengendali terhadap sistem kerja tersebut.
koordinasi dari kekuatan sistem otot yang Suatu sistem kerja yang tradisional, peran
memungkinkan manusia untuk dapat manusia meliputi 75% dari aktivitas sistem kerja
menggerakkan anggota tubuh dan melakukan tersebut, sedangkan untuk sistem kerja yang
suatu pekerjaan. Secara perspektif dari segi terotomasi peran manusia hanya mencapai 25%
keilmuan ergonomi, setiap beban kerja yang dari aktivitas sistem kerja tersebut. Sistem kerja
diterima oleh seseorang haruslah sesuai dan tradisional yang dilakukan secara Manual
seimbang terhadap kemampuan fisik, kognitif, material handling merupakan salah satu
maupun keterbatasan manusia dalam pekerjaan dengan risiko tinggi karena disadari
menerima beban suatu pekerjaan tersebut.1 atau tidak selama proses dilakukan akan terjadi
Pada dasarnya suatu sistem kerja terdiri over exertion. Risiko yang terpenting dari faktor
dari empat komponen utama yaitu manusia, ergonomi dalam tempat kerja adalah
bahan, mesin/peralatan dan lingkungan kerja. musculoskeletal disorders (MSDs) atau
Sistem kerja tidak bisa terlepas dari pengaruh gangguan otot.2,3
manusia, karena dalam membangun suatu

JK Unila | Volume 4 | Nomor 2 | Oktober 2020 |1


Anggi Setiorini l OWAS

Manusia sebagai bagian dari suatu sistem pekerjaan itu, supaya mereka benar2
kerja mempunyai kelebihan dan keterbatasan memahami akan resiko dari pekerjaan barusan
dalam melaksanakan fungsinya dalam sistem dan tahu langkah untuk menghilangkan/ kurangi
kerja,oleh karena itu analisa biomekanika resiko pekerjaan itu.
sangat penting untuk mengetahui apakah cara 2. Stop pekerjaan yang berbahaya. Tujuan
kerja operator sudah benar dan tingkat stop di tempat ini bukan berarti berhenti total
terjadinya kecelakaan kerja sangat kecil, serta bekerja, namun bila JSA telah dikerjakan dengan
dapat menyesuaikan antara pekerjaan, dan baik, masih ada bahaya yang muncul karena
peralatan dengan kemampuan operator perkembangan kerja, karena itu sebaiknya stop
tersebut. Terutama saat terjadinya interaksi sejenak pekerjaan, diskusikan hal itu sampai
antara operator dengan peralatan yang diperoleh solusi agar pekerjaan dapat tetap
digunakan sudah nyaman bagi operator.4 berjalan dengan aman.
3.
Ada beberapa metode biomekanika untuk Laporkan setiap kecelakaan yang
analisis sikap kerja, salah satu nya yaitu Ovako berlangsung, peristiwa hampir celaka(near miss)
Work Posture Analysis System (OWAS). OWAS sekecil apa pun pada orang yang
merupakan suatu metode untuk mengevaluasi berwenang( contoh safety officer, supervisor).
dan menganalisa sikap kerja yang tidak nyaman Dengan memberikan laporan setiap peristiwa
dan berakibat pada cidera musculoskeletal. meskipun itu kecil, karena itu kita dapat
Bagian sikap kerja dari pekerja yang diamati mengurangi/menghila ngkan kekuatan bahaya
meliputi pergerakan tubuh dari bagian yang muncul sebelum itu jadi kecelakaan yang
punggung, bahu, tangan, dan kaki (termasuk fatal.6
paha, lutut, pergelangan kaki). 5
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian
Isi yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
Risiko Kerja yang dapat menimbulkan korban manusia dan
Menghambat resiko ialah upaya atau harta benda (Permenaker No.
mengurangi beban dalam kerja agar selamat 03/MEN/1998). Pengertian lain kecelakaan kerja
dari kecelakaan bekerja.Semua orang yang adalah semua kejadian yang tidak direncanakan
bekerja di industri beresiko mengalami yang menyebabkan atau berpotensial
kecelakaan kerja. Begitu banyak bahaya dapat menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau
muncul dari sekeliling tempat kita bekerja. Salah kerugian lainnya (Standar AS/NZS 4801:2001).
satu langkah untuk menghambat kecelakaan Sedangkan definisi kecelakaan kerja menurut
kerja yaitu dengan mengambil keputusan OHSAS 18001:2007 adalah kejadian yang
prosedur pekerjaan serta melatih para pekerja berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
untuk dapat menggerakkan prosedur itu. Dalam menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung
membuat prosedur pekerjaan bahaya yang akan dari keparahannya) kejadian kematian atau
timbul telah di identifikasi serta di siapkan. kejadian yang dapat menyebabkan kematian. 7
Beberapa hal yang dapat dikerjakan jika kita
ingin menghambat resiko keselamatan kerja. Langkah Menghambat Kecelakaan Kerja
Salah satunya ialah 3,yakni: Setelah mengetahui sebab-sebab
1. Kaji resiko dari setiap pekerjaan yang terjadinya kecelakaan ditempat kerja, karena itu
akan dikerjakan. Hal seperti ini dapat dikerjakan dalam prakteknya, mencegah kecelakaan kerja
dengan membuat JSA(Job Safety Analisys) atau bisa dikerjakan dengan dua kegiatan dasar
analisis keselamatan kerja. Yang membuat JSA yakni:
tentunya ialah orang yang ikut serta langsung 1. Kurangi kondisi yang tidak nyaman
pada pekerjaan itu(contoh supervisor ). Sesudah Kurangi kondisi kerja yang tidak aman jadi posisi
JSA dibikin, serta di setujui oleh orang yang depan perusahaan atau laboratorium dalam
berwenang, tentunya mesti disosialisasikan menghambat kecelakaan kerja.
pada kebanyakan orang yeng ikut serta pada Penanggungjawab keselamatan kerja harus

JK Unila | Volume 4 | Nomor 2 | Oktober 2020 |2


Anggi Setiorini l OWAS

membuat tugas sedemikian rupa untuk Petroleum Institute (API) dan praktik yang
menghilangkan atau kurangi bahaya fisik. Pakai direkomendasikan serta standar Organisasi
risk assesment atau checklist pengawasan alat Internasional untuk Standardisasi (ISO).9
untuk mengidentifikasi serta menghilankan Terkait dengan uraian di atas, kiat
bahaya-bahaya yang mungkin. penerapan manajemen resiko sebenarnya
2. Kurangi tindakan pekerja yang kurang sangatlah diperlukan dalam mencapai serta
nyaman menjaga keunggulan suatu organisasi. Berbagai
Tindakan-tindakan karyawan yang tidak aman pendekatan seringkali dikerjakan dalam
(atau tidak sesuai prosedur kerja) bisa dikurangi menghadapi resiko dalam organisasi atau
dengan berbagai kegiatan/ langkah, yakni: perusahaan contohnya:
a) seleksi serta penempatan a. Mengabaikan resiko sama sekali, karena
b) propaganda, kampanye, atau tentang dianggap adalah hal yang di luar kendali
keselamatan kerja manajemen. Saran itu, adalah langkah
c) pelatihan tentang prosedur kerja serta pendekatan yang tidak tepat, karena tidak
keselamatan kerja sera dorongan positif semua resiko ada di luar jangkauan kendali
(positive reinforcement).8 organisasi / perusahaan.
b. Hindari semua pekerjaan atau proses
Manajemen Risiko produksi yang mempunyai resiko. Hal seperti ini
Penerapan Kesehatan serta keselamatan adalah suatu yang mustahil dikerjakan, karena
kerja (K3) ditempat kerja adalah upaya utama semua kegiatan di tempat kerja sampai tingkat
dalam mewujudkan lingkungan kerja yang aman, spesifik tetap mengandung resiko.
nyaman serta sehat dan membuat perlindungan c. Mengaplikasikan Manajemen Resiko, dalam
serta meningkatkan pemberdayaan pekerja artian umum, resiko tinggi yang dihadapi
yang sehat, selamat serta bekerja tinggi. sebenarnnya adalah suatu rintangan yang perlu
Sebatas tahu serta mengerti arah yang akan diatasi serta melalui satu pemikiran positif
diraih, tiada melakukan tindakan nyata dalam diharapkan akan memberi nilai lebih atau
faktor higiene perusahaan, ergonomi, kesehatan imbalan hasil yang tinggi juga.
serta keselamatan kerja, bukan merupakan Faktor ekonomi, sosial serta legal adalah banyak
langkah yang tepat untuk mengatasi hal yang terkait dengan penerapan manajemen
kemungkinan terjadinya karena negatif resiko. Dampak finansial karena peristiwa
ditempat kerja. Manajemen risiko keselamatan kecelakaan kerja, gangguan kesehatan atau
dan kesehatan kerja (K3): identifikasi, analisis sakit karena kerja, kerusakan atau kerugian aset,
dan eliminasi (dan/atau mitigasi ke tingkat yang biaya premi asuransi, moral kerja dan lain-lain,
dapat diterima atau ditoleransi) dari bahaya, sangatlah mempengaruhi produktivitas.
serta risiko selanjutnya, yang mengancam Demikian pula faktor sosial serta keselarasan
kelangsungan hidup perusahaan. Manajemen penerapan ketentuan perundang undangan
risiko keselamatan adalah pemeriksaan yang yang tercermin pada segi kemanusiaan,
cermat terhadap pekerjaan, apa yang dapat kesejahteraan serta keyakinan masyarakat
menyebabkan kerugian, sehingga dapat membutuhkan penyelenggaraan manajemen
dipertimbangkan tindakan pencegahan yang resiko yang dikerjakan melalui partisipasi pihak
cukup, atau harus berbuat lebih banyak untuk terkait.10
mencegah bahaya.9,10 Pada prinsipnya manajemen resiko adalah
Manajemen risiko dimulai dengan upaya kurangi dampak negatif resiko yang
pendekatan multi-disiplin untuk perencanaan menyebabkan kerugian pada asset organisasi
pekerjaan dan fasilitas. Proses perencanaan ini baik berbentuk manusia, material, mesin,
tertanam dalam sistem manajemen yang metoda, hasil produksi ataupun finansial.
menyediakan kerangka kerja untuk semua Dengan sistematik dikerjakan pengendalian
kegiatan manajemen operasi dan keselamatan kekuatan bahaya dan resiko dalam proses
organisasi. Proses manajemen risiko organisasi produksi melalui aktivitas :
juga disediakan dalam standar American

JK Unila | Volume 4 | Nomor 2 | Oktober 2020 |3


Anggi Setiorini l OWAS

a. Identifikasi potensi bahaya dan mengandung komponen penting dari sistem


b. Penilaian resiko sebagai akibat manifestasi hematopoietik.15
potensi bahaya Sistem ini menjelaskan bagaimana tulang
c. Penentuan langkah pengendalian untuk terhubung ke tulang dan serat otot lain melalui
menghambat atau kurangi kerugian jaringan ikat seperti tendon dan ligamen. Tulang
d. Aplikasi teknologi pengendalian memberikan stabilitas pada tubuh. Otot
e. Pemantauan serta pengkajian selanjutnya.11 menjaga tulang tetap di tempatnya dan juga
berperan dalam pergerakan tulang. Untuk
Sistem Muskuloskeletal memungkinkan gerakan, tulang yang berbeda
Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang dihubungkan oleh persendian. Tulang rawan
digunakan pada tubuh manusia yang berfungsi mencegah ujung tulang bergesekan langsung
sebagai lokomotor dan penopang bagi tubuh satu sama lain. Otot berkontraksi untuk
manusia. Merupakan sistem yang sangat menggerakkan tulang yang menempel pada
penting pada tubuh manusia. Kelainan pada sendi.16
sistem ini dapat mengganggu keseharian
manusia karena menimbulkan keluhan-keluhan Anatomi Sistem Muskuloskeletal
tertentu. Terdiri dari 2 sistem utama yaitu Sistem muskuloskeletal tersusun dari
sistem kerangka dan sitem otot.12 berbagai bagian dan jaringan tubuh, yaitu:
Sistem ini berperan penting dalam gerakan 1. Tulang
tubuh. Oleh karena itu, bila sistem Tulang merupakan salah satu bagian
muskuloskeletal terganggu, kemampuan dalam utama dalam sistem muskuloskeletal yang
bergerak dan melakukan aktivitas pun bisa berfungsi untuk menopang dan memberi
terganggu. Dengan adanya sistem bentuk tubuh, menunjang gerakan tubuh,
muskuloskeletal, tubuh dapat bergerak dan melindungi organ-organ tubuh, serta
menjalani berbagai aktivitas, seperti berjalan, menyimpan mineral kalsium dan fosfor. Orang
berlari, berenang, hingga sesederhana dewasa umumnya memiliki sekitar 206 tulang.
mengambil suatu benda. 13 Tulang terdiri dari lapisan luar dan
Sistem muskuloskeletal juga berperan dalam. Lapisan luar tulang memiliki tekstur
dalam membentuk postur dan bentuk tubuh keras dan terbuat dari protein, kolagen, serta
serta melindungi berbagai organ penting, berbagai macam mineral, termasuk kalsium.
seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan Sementara itu, bagian dalam tulang memiliki
hati.14 tekstur yang lebih lembut dan berisi sumsum
Sistem muskuloskeletal manusia (juga tulang, yaitu tempat diproduksinya sel darah
dikenal sebagai sistem lokomotor manusia , dan merah, sel darah putih, dan trombosit atau
sebelumnya sistem aktivitas adalah sistem keping darah.
organ yang memberi manusia kemampuan 2. Sendi
untuk bergerak menggunakan sistem otot dan Sendi merupakan sambungan antara
rangka. Sistem muskuloskeletal memberikan kedua tulang. Sendi ada yang bisa digerakkan,
bentuk, dukungan, stabilitas, dan gerakan pada tetapi ada juga yang tidak. Sendi yang tidak bisa
tubuh. Itu terdiri dari tulang kerangka , otot , digerakkan contohnya adalah sendi yang
tulang rawan , tendon , ligamen , sendi , dan terdapat di lempengan tengkorak. Sedangkan,
jaringan ikat lainnya yang mendukung dan sendi yang bisa digerakkan meliputi sendi jari
mengikat jaringan dan organ menjadi satu. tangan dan kaki, siku, pergelangan tangan, bahu,
Fungsi utama sistem muskuloskeletal termasuk rahang, panggul, lutut, dan pergelangan kaki.
mendukung tubuh, memungkinkan gerakan, 3. Otot
dan melindungi organ vital. Bagian kerangka Ada tiga jenis otot yang merupakan
dari sistem berfungsi sebagai sistem bagian dari sistem muskuloskeletal, yaitu otot
penyimpanan utama untuk kalsium dan fosfor rangka, otot jantung, dan otot polos. Otot
rangka adalah otot yang melekat pada tulang
dan sendi. Otot ini bisa meregang dan

JK Unila | Volume 4 | Nomor 2 | Oktober 2020 |4


Anggi Setiorini l OWAS

berkontraksi saat tubuh bergerak, seperti saat Cara Kerja Sistem Muskuloskeletal
berjalan, menggenggam benda, atau saat Ketika tubuh hendak bergerak maka otak
mengubah posisi tubuh, misalnya menekuk dan akan mengirimkan sinyal melalui sistem saraf
meluruskan lengan atau kaki. Sementara itu, untuk mengaktifkan otot rangka. Setelah
otot polos adalah jenis otot yang terdapat pada menerima impuls atau rangsangan dari otak,
organ-organ tubuh, misalnya saluran cerna dan otot akan berkontraksi. Kontraksi otot ini akan
pembuluh darah. Aktivitas otot polos diatur menarik tendon dan tulang untuk membuat
oleh saraf otonom, sehingga mereka dapat tubuh bergerak, Sedangkan untuk
bekerja secara otomatis. Sama seperti otot mengendurkan otot, sistem saraf akan
polos, otot jantung juga bekerja secara otomatis mengirimkan pesan ke otot agar mengendur
dalam memompa darah ke seluruh tubuh, tetapi dan rileks. Otot yang rileks akan berhenti
struktur jaringan otot ini mirip dengan otot berkontraksi, sehingga gerakan tubuh akan ikut
rangka. terhenti.18
Di saluran pencernaan, otot polos
bertugas untuk menggerakkan usus agar OWAS
makanan dan minuman bisa dicerna, kemudian OWAS merupakan sebuah metode
dibuang sebagai kotoran. Pada pembuluh darah, ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi
otot polos bertugas untuk mengatur aliran postural stress pada pekerja yang dapat
darah dengan cara melebarkan atau mengakibatkan musculoskeletal disorders atau
menyempitkan pembuluh darah. kelainan otot. Metode ini dimulai pada tahun
4. Tulang rawan 1970-an di perusahaan Ovako Oy Finlandia.
Tulang rawan adalah sejenis jaringan Dikembangkan oleh Karhu dan kelompoknya di
ikat yang menutup sendi. Selain berada di Laboratorium Kesehatan Buruh Finlandia yang
antara sambungan tulang, tulang rawan juga mengkaji tentang pengaruh sikap kerja terhadap
ada di hidung, telinga, dan paru-paru. Tulang gangguan kesehatan seperti sakit pada
rawan memiliki struktur yang kokoh, tetapi lebih punggung, leher, bahu, kaki, dll. Penelitian
kenyal dan lentur, tidak seperti tulang rangka. tersebut memfokuskan hubungan antara postur
Tulang rawan bertugas untuk mencegah tulang kerja dengan berat beban. Seiring berjalannya
dan sendi saling bergesekan serta menjadi waktu, metode ini disempurnakan oleh Stofert
peredam fisik saat tubuh mengalami cedera. pada tahun 1985. Metode OWAS memberikan
5. Ligamen informasi mengenai penilaian postur tubuh
Ligamen adalah jaringan ikat yang pada saat bekerja sehingga dapat melakukan
menghubungkan tulang dan sendi. Ligamen evaluasi dini atas risiko kecelakaan tubuh
terdiri atas serat elastis yang tersusun dari manusia yang terdiri atas beberapa bagian
protein. Jaringan ikat ini berfungsi untuk penting.19
menopang sendi, seperti lutut, pergelangan kaki,
siku, dan bahu, serta memungkinkan Metode OWAS merupakan salah satu
pergerakan tubuh. metode yang memberikan output berupa
6. Tendon kategori sikap kerja yang beresiko terhadap
Tendon adalah jaringan ikat tebal dan kecelakaan kerja pada bagian musculoskeletal.
berserat yang berfungsi untuk menghubungkan Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada
otot ke tulang. Tendon terdapat di seluruh bagian punggung, tangan, kaki, dan berat beban.
tubuh, mulai dari kepala, leher, hingga kaki. Ada Masing-masing bagian memiliki klasifikasi
banyak jenis tendon dan salah satunya adalah sendiri-sendiri. Postur dasar OWAS disusun
tendon Achilles, tendon terbesar di tubuh. dengan kode yang terdiri empat digit, dimana
Tendon ini menempelkan otot betis ke tulang disusun secara berurutan mulai dari punggung,
tumit dan memungkinkan kaki serta tungkai lengan, kaki dan berat beban yang diangkat
untuk bergerak. Sementara itu, tendon rotator ketika melakukan penanganan material secara
cuff di bahu berfungsi untuk menunjang gerakan manual. Berikut ini adalah klasifikasi sikap
bahu dan lengan.17

JK Unila | Volume 4 | Nomor 2 | Oktober 2020 |5


Anggi Setiorini l OWAS

bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa dan 3. Sikap Kaki


dievaluasi.20 a. Duduk
b. Berdiri bertumpu pada kedua kaki
lurus
1. Sikap Punggung c. Berdiri bertumpu pada satu kaki
a. Lurus lurus
b. Membungkuk d. Berdiri bertumpu pada kedua kaki
c. Memutar atau miring kesamping dengan lutut ditekuk
d. Membungkuk dan e. Berdiri bertumpu pada satu kaki
memutar atau dengan lutut ditekuk
membungkuk kedepan dan f. Berlutut pada satu atau kedua lutut
menyamping g. Berjalan

Gambar 3. Klasifikasi sikap kerja bagian


kaki

4. Berat Beban
a. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W =
10 Kg)
b. Berat beban adalah 10 Kg – 20 Kg (10 Kg <
W = 20 Kg)
c. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg
(W > 20 Kg)

Tabel 1. Penilaian Analisis Postur Kerja OWAS

Gambar 1. Klasifikasi sikap kerja bagian


punggung
2. Sikap Lengan
a. Kedua lengan berada dibawah
bahu
b. Satu lengan berada pada
atau diatas bahu Hasil dari analisa postur kerja
c. Kedua lengan pada atau diatas bahu OWAS terdiri dari empat level skala sikap
kerja yang berbahaya bagi para pekerja.
KATEGORI 1 : Pada sikap ini tidak ada
masalah pada system muskuloskeletal
(tidak berbahaya). Tidak perlu ada
perbaikan.
KATEGORI 2 : Pada sikap ini berbahaya
pada sistem musculoskeletal (postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang
signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang
Gambar 2. Klasifikasi sikap kerja bagian
akan datang.
lengan
KATEGORI 3 : Pada sikap ini berbahaya
pada sistem musculoskeletal (postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang

JK Unila | Volume 4 | Nomor 2 | Oktober 2020 |6


Anggi Setiorini l OWAS

sangat signifikan). Perlu perbaikan segera Manual Handling di Pabrik Es Batu Pt.
mungkin. Sumber Tirta Surakarta. Skripsi thesis,
KATEGORI 4 : Pada sikap ini sangat Universitas Muhammadiyah Surakarta.
berbahaya pada system muskuloskeletal Tersedia dari
(postur kerja ini mengakibatkan resiko yang http://eprints.ums.ac.id/32143/
jelas). Perlu perbaikan secara langsung / 3. Lowe, B. D., Dempsey, P. G., & Jones, E. M.
saat ini juga.21 2019. Ergonomics assessment methods
used by ergonomics professionals. Applied
Tabel 2. Kategori Penilaian OWAS Ergonomics, 81, 102882.
doi:10.1016/j.apergo.2019.102882.
Tersedia dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3142225
5/
4. Dempsey, P.G., 2019. On the role of
ergonomics at the interface between
Tabel di atas menjelasakan klasifikasi postur research and practice. In: In: Bagnara, S.,
kerja ke dalam kategori tindakan. Contoh postur Tartaglia, R., Albolino, S., Alexander, T.,
kerja dengan kode 2352 yang berarti postur Fujita, Y. (Eds.), Proceedings of the 20th
tersebut masuk dalam kategori tindakan dengan Congress of the International Ergonomics
derajat perbaikan level 4. Artinya pada sikap Association (IEA 2018), vol. 824. Springer
kerja tersebut memiliki bahaya bagi sistem Nature, Switzerland, pp. 256–263 Advances
musculoskeletal yang akan menyebabkan MSDs, in Intelligent Systems and Computing.
maka sangat diperlukan perbaikan secara 5. Marta Gómez-Galán, José Pérez-
langsung atau saat ini juga.22 Alonso, Ángel-Jesús Callejón-Ferre, Javier
López-Martínez. 2017.Musculoskeletal
Rangkuman disorders: OWAS review. Tersedia dari
Metode OWAS merupakan salah satu metode 10.2486/indhealth.2016-0191
yang memberikan output berupa kategori sikap 6. Jannah, Mega Raudhatin. 2017. Analisis
kerja yang beresiko terhadap kecelakaan kerja Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada bagian musculoskeletal. Metode OWAS (K3) melalui Pendekatan HIRADC dan
mengkodekan sikap kerja pada bagian Metode Job Safety Analysis pada Studi
punggung, tangan, kaki, dan berat beban. Kasus Proyek X di Jakarta. Sarjana thesis,
Masing-masing bagian memiliki klasifikasi Universitas Brawijaya. Tersedia dari
sendiri-sendiri. http://repository.ub.ac.id/2105/
7. Suma'mur. 2013. Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Daftar Pustaka
8. Sandewa, S. 2014. Hubungan Perilaku
1. Savitri, Ilva Widyaningtyas, Hardian, and
dengan Risiko Kecelakaan Kerja pada
Sumekar, Tanjung Ayu. 2015. HUBUNGAN
Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
ANTARA AKTIVITAS MEMBATIK DENGAN
Labuang Baji Makassar., 5(4). Available at.
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Vol 5 No.
PADA PENGRAJIN BATIK TULIS.
4. Stikes Nani Hasanuddin Makasar.
Undergraduate thesis, Faculty of
9. Bryan Alfons Willyam Sepang, Jermias
Medicine.Tersedia dari
Tjakra, Juno E. Ch. Langi, D. R. O.
http://eprints.undip.ac.id/46302/
Walangitan. 2013. MANAJEMEN RISIKO
2. ERDIANSYAH, MUHAMAD. 2014. Hubungan
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Tingkat Risiko Postur Kerja Berdasarkan
PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO
Metode Rula Dengan Tingkat Risiko
ORLENS FASHION MANADO. Tersedia dari
Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja

JK Unila | Volume 4 | Nomor 2 | Oktober 2020 |7


Anggi Setiorini l OWAS

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/ 17. ASM Leni. 2017. Modul Praktikum Anatomi


article/view/1392 Sistem Muskuloskeletal. Tersedia dari
10. Gabby E. M. Soputan, Bonny F. Sompie, http://eprints.aiska-
Robert J. M. Mandagi. 2014. MANAJEMEN university.ac.id/458/1/MODUL%20PRAKTIK
RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN UM%20ANATOMI%20SISTEM%20MUSKUL
KERJA (K3) (Study Kasus Pada OSKELETAL.pdf
Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar). 18. Seiji Fukumoto. 2018.Homeostasis and
Tersedia dari Disorder of Musculoskeletal
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jim System.Humoral factors produced by
e/article/view/7135 osteocytes as druggable targets for skeletal
11. Suzana Indragiri, Triesda Yuttya. 2018. diseases. Tersedia dari
MANAJEMEN RISIKO K3 MENGGUNAKAN https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2951252
HAZARD IDENTIFICATION RISK 0/
ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC). 19. Yong-Ku Kong, Sung-Yong Lee, Kyung-Suk
Tersedia dari Lee, Dae-Min Kim. 2018.Comparisons of
http://jurnal.stikescirebon.ac.id/index.php/ ergonomic evaluation tools (ALLA, RULA,
kesehatan/article/view/77 REBA and OWAS) for farm work. Tersedia
12. Takeshi Miyamoto. 2018. Homeostasis and dari
Disorder of Musculoskeletal System https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2830198
Pathogenesis of musculoskeletal diseases 4/
and strategies for their treatment. Tersedia 20. Tzu-Hsien Lee & Chia-Shan Han. 2015.
dari Analysis of Working Postures at a
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2951251 Construction Site Using the OWAS Method.
9/ Tersedia dari
13. Harbir Singh, Lakhwinder Pal Singh. 2019. https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.
Musculoskeletal disorders among insurance 1080/10803548.2013.11076983
office employees: A case study. Tersedia 21. Christopher Brandl 1 , Alexander
dari Mertens 1 , Christopher M Schlick. 2016.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3145053 Ergonomic analysis of working postures
8/ using OWAS in semi-trailer assembly,
14. Fariborz Mohammadipour, Mohammad applying an individual sampling strategy.
Pourranjbar , Sasan Naderi, Forouzan Rafie. Tersedia dari
2018. Work-related Musculoskeletal https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2719247
Disorders in Iranian Office Workers: 7/
Prevalence and Risk Factors . Tersedia dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3089489
0/
15. Kelsey J Picha, Kate N Jochimsen, Nicholas
R Heebner, John P Abt, Ellen L Usher, Gilson
Capilouto, Tim L Uhl. 2018. Measurements
of self-efficacy in musculoskeletal
rehabilitation: A systematic review .
Tersedia dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3023860
7/
16. Michael Akbar 1 , Thomas Dreher 2 , Ralf
Stücker. 2019. Growth-related disorder of
the musculoskeletal system. Tersedia dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3119011
2/

JK Unila | Volume 4 | Nomor 2 | Oktober 2020 |8

Anda mungkin juga menyukai