Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN

INDIKATOR MUHAMMADIYAH SEBAGAI ORGANISASI YANG


BERORIENTASI KEPADA PEMBAHARUAN

Disusun Oleh:
Melyin Giatmidi (B200200511)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

muhammadiyah adalah gerakan islam yang didirikan kyai haji ahmad dahlan tahun 1330 h
atau bertepatan dengan 1912 m1. gerakan ini lahir di kauman yogyakarta, sebuah kampung
di samping kraton yogyakarta. sesuai namanya kauman adalah kampung yang banyak berisi
kaum atau para ahli agama. dengan demikian muhammadiyah lahir di tengah masyarakat
yang taat menjalankan islam.
namun demikian islam yang berjalan di masyarakat muslim pada umumnya, termasuk
kauman di dalamnya, adalah islam yang dalam pandangan kyai dahlan tidak saja telah
berakulturasi dengan budaya jawa, lebih dari itu, yaitu islam yang telah terkungkung oleh
hegemoni budaya jawa. kehadiran muhammadiyah adalah sebuah bentuk perlawanan
terhadap praktek islam yang dianggap keliru itu. paling tidak ada dua hal yang dapat
menjelaskan kehidupan umat islam masa itu, pertama, islam dipahami sebagai agama ritual
yang akan memberikan keselamatan dunia akhirat. tetapi ajaran-ajaran islam diamalkan
oleh umat tidak menyentuh persoalan- persoalan sosial kemasyarakatan yang berkembang.
meskipun banyak ahli agama, banyak juga berdiri pesantren, tetapi pengembangan
keilmuan islam hanya berputar-putar pada persoalan-persoalan ilmu itu sendiri, yang
kebanyakan adalah ilmu kebahasaan (nahwu, shorof), fiqh ibadah dan masalah-masalah
keimanan yang tidak menyentuh problem aktual keummatan2. kedua, adalah kenyataan
tentang ketertingalan umat islam dalam bidang sosial, politik dan ekonomi yang menjadikan
umat islam sebagai umat pinggiran yang tidak ikut menentukan arah perubahan
masyarakat3.
di tengah masyarakat seperti itulah muhammadiyah berdiri. ia hadir untuk sebuah tujuan
terwujudnya islam yang sebenar-benarnya. muhammadiyah ingin menjadikan nilai-nilai
ajaran islam yang menyeluruh dan ideal itu mewujud dalam kehidupan nyata dalam bentuk
masyarakat yang adil, makmur dan diridhoi allah swt. muhammadiyah ingin menjadikan
kehidupan islam tidak hanya sekedar pada masalah fiqih ibadah, nahwu shorof, dan
berbagai ilmu alat lain, tetapi juga masuk ke dalam persoalan keduniaan yang lebih luas
untuk menciptakan kehidupan umat yang lebih berdaya dan maju. umat islam tidak boleh
hanya menerima keadaan menjadi golongan kelas bawah, miskin dan bodoh, selalu diatur
dan diperdaya, ditindas dan dijajah, selalu anti dengan segala yang datang dari selain orang
muslim (kafir) dan selalu sangat percaya diri dengan ke-tradisionalannya. impian
muhammadiyah adalah umat islam yang cerdas, berfikir maju, dan memiliki tanggung jawab
memimpin peradaban ini, menjadikannya umat yang bertauhid dan menjadikan kehidupan
yang adil makmur serta penuh kebaikan dan mendapat ridho dari allah.

BAB II
PEMBAHASAN
Muhammadiyah sebagai Organisasi yang Berorientasi Kepada Pembaharuan

Muhammadiyah memandang bahwa berorganisasi untuk menjalan kegiatan dakwah


hukumnya wajib. Hal ini didasarkan pemahaman bahwa manusia dengan kehidupannya
merupakan obyek pokok dalam hidup pengeabdinya kepada Allah. Manusia adalah makhluk
berpribadi. Namun pribadi manusia tidak akan mempunyai arti nilai dan nilai hidupnya
kehidupanya sendiri-sendiri.

Muhammadiyah berpendapat bahwa hidup bermasayarakat adalah sunnatullah dan


berfungsi untuk memberi nilai yang sebenar-benarnya bagi kehidupan manusia. Ketertiban
pribadi dan hidup bersama adalah unsur pokok dalam membentuk kehidupan masayarakat
yang baik, bahagia, sejahtera.

Dalam pelaksanannya, Muhammadiyah memiliki struktur oragnisasi dari tingkat ranting


hingga pusat, yaitu terdiri dari: Pimpinan Ranting, Pimpinan cabang, Pimpinan Daerah,
Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Pusat. Proses pemilihan pimpinan Muhammadiyah
dilakukan melalu proses permsyawaratan yang diatur secara khusus oleh Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga. Pimpinan Muhammadiyah inilah yang mengelola dan
mengkoordinir seluruh kegiatan Muhammadiyah dan amal usahanya.

Muhammadiyah dan Prinsip Hidup Berkemajuan

Membicarakan Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari pribadi pendirinya, yaitu K.H.
Ahmad Dahlan. Murid beliau, K.H. R. Hadjid, menggambarkan bahwa K.H. Ahmad Dahlan
merupakan sosok kyia cerdas, memahami kitab-kitab yang sukar, dan memiliki keistimewaan
berupa rasa khauf (takut) terhadap hari akhir. K.H. Ahmad Dahlan juga merupakan ulama
yang mengajarkan Islam tidak hanya sebatas transfer ilmu pangetahuan tetapi ia mendidik
murid untuk mepraktekkan/mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an yang dipelajari. Menurut K.H.
Ahmad Dahlan mengamalkan ajaran Islam tidak perlu menunggu mengetahui semuanya,
tetapi apa yang telah diketahui terus dipraktekkan, dimulai dari yang sidikit dan kecil. Untuk
itulah beliau sering dikatakan kyai yang memiliki prinsip berilmu amaliyah dan beramal ilmiah.

Berdasarkan gambaran di atas, dapat dimkanai bahwa untuk meraih kehidupan bahagia
menurut Muhammadiyah, seseorang harus memiliki sifat dan sikap hidup dan khidupan yang
kuat dalam aspek aqidah, ibadah, dan perilaku. Kekuatan akidah dan ibadah diwujudkan
dengan kuatnya rasa takut (khauf) kepada Allah SWT yang diwujudkan dengan lurus dan
benarnya aqidah, jauh dari sikap syirik, tahayul dan khurafat. Aqidah yang dimiliki didasarkan
pada semangat hidup tauhid sebagai ajaran pokok agama Islam. Semangat tauhid yang murni
akan menghantarkan pemiliknya memiliki atribut yang akan melekat pada pribadinya, yaitu;
(1) Memiliki keyakinan yang utuh dan totalitas; (2) Menolak segala bentuk kesyirikan; (3)
Memiliki jiwa progresif untuk meraih kemuliaan hidup; (4) Memiliki tujuan hidup yang jelas;
(5) Memiliki visi mengembangkan kehidupan yang harmonis antar sesama manusia
(rahmatan lil alamin).

Ajaran tauhid adalah esensi dan tumpuan ajaran Islam yang tetap, tidak berubah-rubah, sejak
Nabi Adam hingga Nabi Muhammad saw. Kepercayaan tauhid ini meliputi tiga aspek; yaitu
keyakinan bahwa Allah mencipta dan memlihara alam semseta; keyakinan bahwa Allah SWT
adalah Tuhan yang Haq; Keyakinan bahwa Allah SWT yang berhak dan wajib disembah.
Seseorang yang memiliki tauhid akan tumbuh dalam dirinya dua kesadaran; yaitu
kepercayaan akan hari akhir di mana manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya;
dan kesadaran bahwa hidup manusia semata-mata untuk beramal sholeh. Tauhid juga akan
mengantarkan kehidupan manusia pada posisi dan kedudukannya sebagaimana tujuan
penciptaannya oleh Allah SWT serta mengantarkannya pada kedudukan yang mulia di sisi
Allah SWT.

Menurut Muhammadiyah, jika seseorang yang memiliki tauhid yang murni maka akan
memiliki semangat ibadah dalam hidupnya. Hidup manusia seyogyanya harus diorientasikan
untuk beribadah dan tunduk dan patuh hanya kepada-Nya. Hal ini sebagaimana ditegaskan
Allah SWT dalam firman-Nya:

ُ‫ون‬
ِ ‫س إِّلُ ِليَ ْعبد‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِجنُ َو‬
َُ ‫اْل ْن‬

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.” (Q.S. Adz- Dzariyat/51: 56)

Ibadah dari ibadah secara bahasa memiliki makna; (1) ta’at (2)ُ‫ الطاعة‬tunduk
(3) ‫ الخضوع‬hina ‫ الذ ُل‬dan (4) pengabdian ‫التنسك‬. Jadi ibadah merupakan bentuk ketaatan,
ketundukan, dan pengabdian kepada Allah SWT. Adapun secara istilah, Ibnu Taimiyah
memberikan defenisi ibadah dengan segala sesuatu yang mencakup semua hal yang dicintai
dan diridhai Allah SWT, baik berupa ucapan dan amalan, yang nampak dan tersembunyi.
Sedangkan Majelis Tarjih Muhammadiyah mendefinisikan ibadah dengan:

‫ى هللا بامتثال أوامره واجتنا ب نواهيه والعمل بما أذن ب ُه الشا رع‬
ُ ‫التقرب أل‬

Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah-perintah-
Nya dan menjauhi larangan-laranga-Nya. Juga yang dikatakan ibdah adalah beramal dengan
yang diizinka oleh Syari’at Allah SWT.
Pengertian di atas memberikan gambaran bahwa ibadah adalah aktifitas yang mencakup
totalitas seluruh aspek kehidupan manusia, baik lahir maupun batin, sehingga pelaksanaan
ibdah harus melibatkan hati, lisan, dan anggota badan. Pelaksanaan ibadah ini terbagi
menjadi dua, yaitu:

1. Ibdah khashshah (ibadah khusus), yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan
oleh nash, seperti: shalat, zakat, puasa, haji, dan semacamnya.
2. Ibadah ‘ammah (ibadah umum), yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan
niat karena Allah SWT semata, misalnya: berdakwah, melakukan amar ma’ruf nahi
munkar di berbagai bidang, menuntut ilmu, bekerja, rekreasi dan lain-lain yang
semuanya itu diniatkan semata-mata karena Allah SWT dan ingin mendekatkan diri
kepada-Nya.

Pemahaman ibadah semacam ini selanjutnya akan mendorong seseorang untuk beramal
sholeh. Iman, ibadah, dan amal sholeh merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan satu
sama lain. Kebermaknaan dan kebahagiaan hidup akan diraih manakala seseorang memiliki
kemanfaat bagi kehiduopan orang lain. Menurut Muhammadiyah, amal sholeh adalah
perwujudan dari perjuangan untuk mencapai tujuannya dan merupakanbagian dari kegiatan
sabilillah (jalan untuk menyampaikan ajaran Islam, memuliakan agama-Nya dan melaksankan
hukum-hukum-Nya). Setiap orang harus mau terlibat dalam kegiatan sabilillah, karena hal ini
adalah ciri dari keimanan seseorang dan bagian dari pemenuhan amanat Allah SWT selaku
khalifah di muka bumi.

Dalam pelaksanaanya, kegiatan sabilillah harus didukung oleh penguasaan ilmu agama dan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) guna terlaksanya kegiatan tersebut secara baik.
Untuk itulah, seorang muslim yang baik menurut Muhammadiyah adalah orang yang memiliki
kepribadian yang tidak hanya mampu memagang teguh ajaran Islam, tetapi memiliki
semangat intelektual, keluasaan dan penguasaan pengetahuan yang dapat mendorong
dirinya untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat, selalu berjuang dan beramal sholeh
untuk mewujudkan kehidupan yang penuh kedamaian dan kesejahteraan berdasar nilai-nilai
ajaran Islam dan perundangan yang berlaku.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Muhammadiyah lahir sebagai jawaban dari Ahmad Dahlan atas praktek-praktek umat Islam
yang ti- dak sesuai dengan syariat Islam. Memusatkan diri pada program yang jelas tentang
pembaharuan Islam Jawa. Perumusan kembali doktrin Islam dipandang dari syariat Islam
murni, pembaharuan pedidikan Muslim, dan pembelaan keimanan terhadap pengaruh-
pengaruh dari luar.
Hakekatnya, Muhammadiyah tidak lebih dari sebuah organisasi atau suatu perkumpulan.
Organisasi yang digunakan sebagai alat perjuangan untuk menegakkan kemuliaan dan
kejayaan Islam secara hakiki. Muhammadiyah sesungguhnya tidak lebih dari organisasi
dakwah yang mengikuti jejak generasi-genegenerasi Muslim terdahulu. Kapasitas
Muhammadiyah di bidang agama tidak lebih dari muttabi’ (pengikut mazhab yang ada), dan
bukan mujtahid (penyimpul hukum agama sehingga melahirkan pendapat atau mazhab
baru). Organisasi ini bukan pula mubtadi’ (pembuat ajaran baru dalam agama). Sama
kapasitasnya dengan para ulama seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdul Wahab yang
tidak pernah menyebut diri mereka sebagai pembawa mazhab baru walaupun banyak orang
mengakui kapasitas keulamaan mereka.
Peran organisasi Muhammadi- yah dalam dakwah pembaharuan Islam meliputi berbagai
bidang kehidupan seperti keagamaan, kemasyarakatan, dan pendidikan. Peran bidang
keagamaan untuk meluruskan praktik-praktik masyarakat terutama di wilayah Sukoharjo
sesuai pedoman agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah (membersihkan dan menegakkan
tauhid). Untuk peran di bidang kemasyarakatan adalah membebaskan warga Sukoharjo dari
kebodohan, keterasingan, dan kemiskinan. Sebagai peran terakhir dan paling menonjol
adalah bidang pendidikan dengan memelihara trdisi-tradisi keagamaan. Pelaksanaannya
melalui pembangunan lembaga-lembaga pendidikan mulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini) sampai Perguruan Tinggi.

Referensi:

https://lppi.umy.ac.id/muhammadiyah-dan-semangat-hidup-berkemajuan-materi-osdi-
2014/

https://media.neliti.com/media/publications/42157-ID-pendidikan-muhammadiyah.pdf

http://eprints.ums.ac.id/45790/4/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai