Anda di halaman 1dari 5

PRODIGY

Kebakaran terjadi di sebuah sekolah, di New City. Menurut warga setempat,


kebakaran terjadi pada hari Rabu sekitar pukul 10.00. Berdasarkan pernyataan beberapa
saksi, sumber api berasal dari halaman belakang sekolah dan beberapa murid terlihat
berkumpul di lokasi tersebut di waktu yang berdekatan dengan terjadinya kebakaran.

Menurut hasil investigasi, barang-barang yang bisa menyebabkan kebakaran tidak


ditemukan di lokasi tersebut. Sedangkan menurut seorang murid yang berhasil
menyelamatkan diri saat berada di waktu dan lokasi kejadian, seorang murid yang bersama
dengannya adalah penyebab kebakaran sekolah tersebut.

Murid penyebab kebakaran tersebut, sebut saja A, terlihat mengeluarkan api dari
tubuhnya. Api dari tubuh A menyerang murid-murid yang berada di sekitarnya,
menyebabkan murid-murid lainnya tewas dan hanya seorang murid, yang melaporkan A,
selamat. Api tersebut menyebar dengan cepat sampai bangunan sekolah.

Kejadian aneh ini sudah pernah terjadi sebelumnya pada beberapa anak lainnya di
New City. Kejadian aneh ini terus bermunculan yang diperkirakan masih akan terus
bertambah. Beberapa ahli menyatakan bahwa anak-anak tersebut memang memiliki
‘sesuatu’ di tubuhnya.

“Saat ini anak-anak yang diketahui memiliki kemampuan tersebut, ditangani oleb
pihak yang berwenang, anak-anak itu akan ditahan-”

“Kau sudah selesai?”

Clint menurunkan korannya sedikit dan melihat ke arah sumber suara. Seorang pria
menyilangkan lengannya, bersandar di ambang pintu seperti sudah menunggu untuk beberapa
lama, menunjuk jam tangannya. “Semuanya sedang menunggu, Tuan Clint.”

Clint berdiri, meletakkan korannya di atas meja, “Sudah ditunggu? Apa aku
terlambat? Jam berapa ini? Kenapa kau tidak memanggilku, Matthan?”

Matthan memejam matanya sekejap, saat dia membuka matanya, dia memelototi
Clint. “Kau masih menyalahkanku?! Aku memanggilmu beberapa kali, kau mengabaikanku!”

Clint terdiam, tidak berani adu mulut dengan Matthan lebih jauh lagi. Seorang
Matthan Hudson sudah dikenalnya dengan baik. Wajah itu, wajah galak yang dipasangnya
setiap saat, ditambah tatapan sedingin es yang menusuk, dan aura seperti niat membunuh
yang meluap-luap. Dia bukan hanya cemberut seperti biasa, dia marah dan lagi sangat besar.
Clint tahu benar apa yang akan terjadi padanya. Kalau dia melawan, bisa saja dia lembur
selama seminggu, Matthan akan membuat jadwalnya sepadat mungkin. Dia memperlihatkan
senyumnya secerah mungkin dan minta maaf, membuat Matthan bersabar sedikit, “M-maaf,
maaf, jangan marah, tidak akan kulakukan lagi.”

Matthan menghela nafas, mencoba mendinginkan kepalanya, pikirnya emosi hanya


akan membuatnya tambah lelah, “Ah, sudahlah. Sekarang jalan saja, atau tidak jadi rapat….
Mereka sangat marah, menunggu selama 2 jam. Untung saja mereka tidak pergi.”

“Oh, kerja bagus. Aku tahu kau bisa diandalkan.” Clint mengambangkan senyumnya
sambil memukul pelan bahu Matthan dan berjalan mendahuluinya.

Clint memperhatikan penampilan Matthan. Rapi seperti biasa, dari rambut sampai
ujung kaki. Memang benar-benar seorang Matthan. Hanya, sepertinya hari ini dia terlihat
lelah. Lembur dan tidak mandi 3 hari pun tidak membuat aura karismatiknya hilang. Clint
penasaran semarah apa mereka sampai membuat Matthan kewalahan. Apalagi ini harus
dihadapinya nanti, hanya memikirkannya sudah membuatnya merinding.

“Keterlaluan. Apa saja yang kau lakukan tadi?!” Matthan memeras rambutnya,
teringat kejadian memuakkan di aula pertemuan tadi. Suara kerasnya bergema di sepanjang
koridor sepi.

Clint tersentak saat dia baru saja melangkahkan kaki kananya. Dia berhenti sebentar,
melirik ke belakang. Matthan yang dibelakangnya juga ikut berhenti. Matthan mengerutkan
dahinya, heran, “Apa?”

Clint menoleh dan berjalan, “Kau tahu? Aku sedang meneliti.”

“Hah?”

“Menurutmu, 1 orang lawan 100 orang, siapa yang menang?”

“Bukankah jawabannya sudah pasti? Tentu saja, 100 orang.”

“Lalu, bagaimana kalau 1 orang itu dua kali lebih kuat dari 100 orang,” Clint
menekan tombol close, lift ini bergerak menuju lantai 25. “Kalau 100 orang bilang benar dan
hanya 1 orang bilang salah, menurutmu siapa yang lebih dipercaya? Tentu saja 100 orang,
bukan? Tapi bagaimana kalau 1 orang itu lebih berkuasa dari 100 orang itu? Semua orang
pasti lebih percaya dengan yang punya kekuatan, bahkan bisa dibilang takut. Seperti katanya,
kualitas lebih penting dari kuantitas. Lalu pertanyaannya, apakah yang katanya benar itu
memang benar dan yang salah memang salah?” Mereka tiba di lantai 25, Clint menekan
tombol open, mereka berjalan keluar dari lift, aula pertemuan di ujung lorong.

“Jadi?” Matthan menyilangkan lengan, serius mendengar Clint.

“Yah, maksudku, bukannya hukum sama saja? Mereka membuat hukum, menulis
aturan-aturan yang diterima akal, melarang hal yang tidak boleh dilakukan. Tapi pada
akhirnya, itu juga pendapat manusia kan? Hanya karena mereka punya hak untuk itu, apa
yang mereka katakan itu absolute. Jadi, kalau muncul seseorang yang melebihi kadar hukum
itu, kira-kira apa yang terjadi? Jawabannya ada dua. Satu, bisa saja mereka memilih yang
lebih hebat dan hukum ditinggalkan. Lalu dua, mereka menolak karena tidak bisa menerima
yang lebih hebat. Karena itu,” Clint membuka pintu ruangan pertemuan. Sambil membuka
pintunya lebih lebar lagi, dia tersenyum lebar, “Aku ingin tahu yang mana yang mereka pilih,
satu atau dua, ya kan, Matty?”

Matthan hanya membalasnya dengan senyuman sambil mengangkat bahu. Clint


melangkah masuk ruangan itu dengan santai, mengheningkan para hadirin yang sedang asik
berbicara, “Ya, ya, ini harus kulakukan, bukan?” Dengan senyum lebarnya sambil membuka
lebar kedua tangannya, “Ladies and gentlemen!!! Sekarang, yang kalian tunggu-tunggu! Mari
kita mulai, pembicaraan utama kita, [PRODIGY]!”

***

Anda mungkin juga menyukai