Anda di halaman 1dari 4

Nama : Murni

NIM : 21230134P

STUDI KASUS IPE (DIABETES MELITUS)

A. Rangkuman Kasus

Ny. A (45) datang dengan keluhan DM sejak 3 tahun yang lalu, sering pusing,
dan kadang nyeri dada. Klien mengatakan bahwa tumit kanannya luka sejak 1 bulan
yang lalu dan semakin meluas. Saat ini klien mendapatkan tx metformin dan
glucobay. Ny.P mengatakan diit tidak teratur, tidak pernah lagi cek gula darah dan
belum pernah cek lab. Hasil pemeriksaan fisik menunjukan TD: 140/90 mmHg,
GDS : 357 mg/dl TB: 159 BB: 60 kg.

B. Perasaan Terhadap Masalah

Dari pengalaman saya mengikuti pendidikan IPE, saya memandang bahwa


melalui Interprofesional education (IPE)diharapkan berbagai profesi kesehatan dapat
menumbuhkan kemampuan antarprofesi, dapat merancang hasil dalam pembelajaran
yang memberikan kemampuan berkolaborasi, meningkatkan praktik pada masing-
masing profesi dengan mengaktifkan setiap profesi untuk meningkatkan praktik agar
dapat saling melengkapi, membentuk suatu aksi secara bersama untuk meningkatkan
pelayanan dan memicu perubahan; menerapkan analisis kritis untuk berlatih
kolaboratif, meningkatkan hasil untuk individu, keluarga, dan masyarakat;
menanggapi sepenuhnya untuk kebutuhan mereka, mahasiswa dapat berbagi
pengalaman dan berkontribusi untuk kemajuan dan saling pengertian dalam belajar
antarprofesi dalam menanggapi pertanyaan, di konferensi dan melalui literatur
profesional dan antarprofesi. Dan IPE ini memberikan manfaat antara lain
meningkatkan praktik yang dapat meningkatkan pelayanan dan membuat hasil yang
positif dalam melayani klien; meningkatkan pemahaman tentang pengetahuan dan
keterampilan yang memerlukan kerja secara kolaborasi; membuat lebih baik dan
nyaman terhadap pengalaman dalam belajar bagi peserta didik; secara fleksibel dapat
diterapkan dalam berbagai setting.  Hal tersebut juga dijelaskan oleh WHO (2010)
tentang salah satu manfaat dari pelaksanaan praktek IPE dan kolaboratif yaitu strategi
ini dapat mengubah cara berinteraksi petugas kesehatan dengan profesi lain dalam
memberikan perawatan.

C. Evaluasi

Dalam pelaksanaan program dianjurkan melibatkan IAI dan Stakeholder lain


maupun organisasi kesehatan lainnya dalam perwujudan IPE (Inter Professional
Education). Kerjasama dapat berupa keikutsertaan, pembuatan panduan maupun
sponsor untuk pelaksanaan kegiatan. Program ini diharapkan terlaksana sesuai arahan
dan panduan serta tepat sasaran. Dengan adanya kerja sama yang baik antar disiplin
ilmu diharapkan pasien yang terkena penyakit Diabetes dapat menjadi lebih peduli
lagi terhadap penyakitnya.

D. Analisis Kasus
Dari masalah-masalah pasien yang ada tersebut diatas, saya akan mencoba
menganalisis masalah yang ada pasien tersebut yaitu:  
1. Kepatuhan dan Kurang Pengetahuan Pasien
Dalam hal ini saya membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan pasien diabetes mellitus yang ditinjau dari faktor predisposisi, faktor
dorongan dan faktor dukungan. Ketiga hal tersebut dirincikan menjadi lima faktor
yaitu: faktor pengetahuan, sikap, lingkungan fisik, sarana dan prasarana serta faktor
dukungan keluarga. Kepatuhan berobat dinilai dari kepatuhan dalam minum obat
dan kontrol menurut anjuran dokter. bahwa masih banyak penderita diabetes
mellitus yang kurang pengetahuan tentang penyakit tersebut, sehingga penderita
bersikap tidak setuju dengan apa yang dianjurkan oleh dokter. Faktor lainnya yang
mempengaruhi kekurangpatuhan penderita adalah kurangnya dukungan keluarga
dalam memberi bantuan dan dorongan kepada penderita dalam menjalani
pengobatan di puskesmas sesuai yang dianjurkan oleh dokter. Hal tersebut diatas
memiliki peran penting bagi pasien agar konsisten dalam menjalani terapi. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa bila faktor predisposisi, dukungan dan dorongan telah
dimiliki dan dikuasai oleh penderita diabetes, maka tingkat kepatuhan akan tinggi
sehingga penderita diabetes mellitus patuh baik dalam menelan obat diabetes
maupun kontrol ke dokter. Sebaliknya, bila faktor-faktor tersebut tidak dimiliki
oleh penderita, maka tingkat kepatuhan akan rendah. Oleh karena itu, perlu
ditingkatkan program penyuluhan kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan
dengan berbagai macam media serta ditambahkan penyuluhan-penyuluhan
ditingkat yang lebih khusus, agar masyarakat memiliki tingkat pengetahuan yang
tinggi tentang penyakit diabetes mellitus. Kepribadian masyarakat juga berperan
dalam hal menyikapi penyakit ini dengan menyetujui segala anjuran yang
diberikan oleh dokter. Pada hal ini, diperlukan juga dukungan keluarga dalam
menasehati dan mengawasi penderita menelan obat serta membantu penderita
untuk pergi kontrol ke puskesmas.
2. Diit
Tujuan utama terapi diet adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar
gula darah menjadi normal atau mendekati normal. Pengetahuan pasien tentang
diet diabetes melitus merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk
perilaku kepatuhan dalam menjalani diet sehingga tujuan tersebut dapat tercapai.
Salah satu tolak ukur kepatuhan dalam menjalani terapi diet adalah kadar gula
darah pasien yang terkontrol Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan diet dengan kadar gula darah pasien diabetes, contoh dari edukasi diet
adalah:
 Menganjurkan untuk mengurangi jumlah makanan dan menambah
frekuensi makannya, misal dalam 1 piring makan itu terdapat setengah
sayuran, seperempat karbohidrat, dan seperempat protein, dan menambah
frekuensi makan yg teratu dari jam 7 pagi, 12 siang, dan 7 malam.
3. Perawatan Kaki
Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes melitus adalah
masalah kaki. Misalnya luka pada kaki yang tidak kunjung sembuh, infeksi bakteri
atau jamur, dan yang paling parah adalah pembusukan jaringan sehingga perlu
dilakukan amputasi. Masalah pada kaki penderita DM disebabkan oleh dua hal,
yakni:
 Aliran darah yang buruk. Hal ini terjadi karena kerusakan pembuluh darah
yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama.
Aliran darah yang terganggu menyebabkan kaki tidak mendapatkan nutrisi
yang cukup, sehingga kulit kaki menjadi lemah, mudah luka dan sukar
sembuh jika terjadi luka.
 Kerusakan saraf. Hal ini juga terjadi karena kadar gula darah yang tinggi
dalam waktu lama. Kerusakan saraf menyebabkan kepekaan seorang pasien
DM terhadap rasa nyeri menjadi berkurang, sehingga pasien tidak sadar
saat kakinya terluka.

Untuk mencegah terjadinya masalah kaki pada pasien DM, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah

 Mengajarkan dan menganjurkan pasien untuk senam kaki/ menggerakan


kaki selama 15 menit perhari.
 Menganjurkan pasien untuk memakai alas kaki yang tertutup serta pas
dan nyaman digunakan.
 Mengajarkan dan menganjurkan kepada pasien untuk melakukan
perawatan kaki secara rutin.
 Apabila memotong kuku, jangan terlalu pendek, agar tidak terjadi luka.
4. Oral Hygiene
Pada kerusakan gigi yang parah, bakteri dapat masuk ke aliran darah dan
mengganggu sistem kekebalan tubuh. Sel sistem kekebalan tubuh yang rusak
melepaskan sejenis protein yang disebut cytokines. Cytokines inilah penyebab
kerusakan sel pankreas penghasil insulin, hormon yang memicu diabetes. Jika ini
terjadi sekali saja, walaupun orang itu sebelumnya dalam keadaan sehat maka
orang tersebut berpeluang menderita diabetes tipe 2. Selain itu tingginya
kandungan kolesterol dari glukosa yang dibutuhkan tubuh merupakan faktor utama
pemicu risiko diabetes bagi orang yang mengalami kerusakan gigi. Dan kolesterol
rendah dapat menolong orang sehat untuk tidak terserang problem gangguan gigi
yang mampu memicu diabetes. Untuk itu, penderita diabetes sebaiknya mengikuti
diet rendah kalori, rajin mengonsumsi obat pengatur hormon insulin dan menjaga
kesehatan gigi. Dan alangkah baiknya jika orang sehat juga ikut menjaga kesehatan
giginya agar tidak berisiko terkena diabetes.

5. Terapi
Dalam menjelaskan pasien bahwa terapinya hanya untuk mencegah terjadinya
komplikasi, dan mengontrol saja, dan menerangkan kepada pasien agar selalu
patuh terhadap anjuran pemberian obat, karena apabila terjadi komplikasi maka
biaya perobatan akan lebih mahal, sehingga membuat pasien semakin patuh.

E. Kesimpulan
Dari pengalaman tersebut diatas, pasien DM dibuat untuk merasa nyaman terhadap
penyakitnya agar lebih peduli dan patuh terhadap pengobatan yang diberikan oleh dokter.

F. Daftar Pustaka
Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia, 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jakarta. FKUI.

Anda mungkin juga menyukai