Anda di halaman 1dari 5

Nama : Feny Dwi Faradila

NMP : 21230149 P
Jurusan :Program Studi Ilmu Keperawatan (Si)
Fakultas : Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen BengkuluT.A 2021/2022
Kelas : Konversi Kepahiyang
Mata kuliah : KDK
Dosen pengajar : Ns. Meri Epriana S.Kep.M.Kes

TUGAS CONTOH KASUS IPC & IPE DALAM KEPERAWATAN

Interprofessional Education | Winda Intan Permatahati. Pendidikan Dokter. 200703101491

REFLEKSI KASUS IPE (DIABETES MELITUS)

A.Rangkuman Kasus

Tn. W, laki-laki, 43 tahun, datang ingin kontrol diabetes mellitus (DM) tiap bulan. Pasien tidak
merasakan adanya keluhan yang memberat, tetapi pasien mengeluh sering mengantuk, gigi ngilu
dan kadang-kadang badan terasa pegal sejak ±2 minggu SMRS. Pasien menderita DM sejak 3
tahun yang lalu, dan rutin minum obat(metformin 500 mg, 3x1). Pasien juga menderita hipertensi
dan rutin minum obatcaptopril 3x12.5 mg). Riwayat DM pada keluarga (+) yaitu kakak pasien.
Pasienmemiliki kendala dalam mengatur diet dan pola makan. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum baik, TD:150/100 mmHg, N: 92x/menit, R:16x/menit, S:afebris.
Hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu 324. Pasien didiagnosa denganDiabetes mellitus tipe II
dengan hipertensi grade I. Terapi yang diberikan Metformintab 500mg 3x1, Glimepirid tab 2mg
1-0-0, Amlodipin tab 5mg 1-0-0, Captopril tab12.5mg 3x1.B.

B. Perasaan Terhadap Masalah

Dari pengalaman saya mengikuti pendidikan IPE, saya memandang bahwa melalui
Interprofesional education (IPE) dapat menumbuhkan kemampuan antar profesi, dapat
merancang hasil dalam pembelajaran yang memberikankemampuan berkolaborasi,
meningkatkan praktik pada masing-masing profesi denganmengaktifkan setiap profesi untuk
meningkatkan praktik agar dapat salingmelengkapi, membentuk suatu aksi secara bersama untuk
meningkatkan pelayanandan memicu perubahan; menerapkan analisis kritis untuk berlatih
kolaboratif,meningkatkan hasil untuk individu, keluarga, dan masyarakat;
menanggapisepenuhnya untuk kebutuhan mereka, mahasiswa dapat berbagi pengalaman dan
berkontribusi untuk kemajuan dan saling pengertian dalam belajar antarprofesi
dalammenanggapi pertanyaan, di konferensi dan melalui literatur profesional danantarprofesi.
Dan IPE ini memberikan manfaat antara lain meningkatkan praktik yangdapat meningkatkan
pelayanan dan membuat hasil yang positif dalam melayani pasien; meningkatkan pemahaman
tentang pengetahuan dan keterampilan yangmemerlukan kerja secara kolaborasi; membuat lebih
baik dan nyaman terhadap pengalaman dalam belajar bagi peserta didik; secara fleksibel dapat
diterapkan dalam berbagai setting. Hal tersebut juga dijelaskan oleh WHO (2010) tentang salah
satu manfaat dari pelaksanaan praktek IPE dan kolaboratif yaitu strategi ini dapat mengubah cara
berinteraksi petugas Kesehatan dengan profesi lain dalam memberikan perawatan.

C. Evaluasi

Dalam pelaksanaan program dianjurkan melibatkan IAI dan Stakeholder lainmaupun organisasi
kesehatan lainnya dalam perwujudan IPE (Inter ProfessionalEducation). Kerjasama dapat berupa
keikutsertaan, pembuatan panduan maupunsponsor untuk pelaksanaan kegiatan. Program ini
diharapkan terlaksana sesuai arahandan panduan serta tepat sasaran. Dengan adanya kerja sama
yang baik antar disiplinilmu diharapkan pasien yang terkena penyakit Diabetes dapat menjadi
lebih pedulilagi terhadap penyakitnya.

D. Analisis Kasus

Dari masalah-masalah pasien yang ada tersebut diatas, saya akan mencobamenganalisis masalah
yang ada pasien tersebut yaitu:

1.KEPATUHAN DAN KURANG PENGETAHUAN PASIEN:


Dalam hal ini saya membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhikepatuhan pasien
diabetes mellitus yang ditinjau dari faktor predisposisi, faktor dorongan dan faktor dukungan.
Ketiga hal tersebut dirincikan menjadi lima faktor yaitu: faktor pengetahuan, sikap, lingkungan
fisik, sarana dan prasarana serta faktor dukungan keluarga. Kepatuhan berobat dinilai dari
kepatuhan dalam minum obatdan kontrol menurut anjuran dokter. bahwa masih banyak penderita
diabetesmellitus yang kurang pengetahuan tentang penyakit tersebut, sehingga penderita bersikap
tidak setuju dengan apa yang dianjurkan oleh dokter. Faktor lainnya yangmempengaruhi
kekurangpatuhan penderita adalah kurangnya dukungan keluargadalam memberi bantuan dan
dorongan kepada penderita dalam menjalani pengobatan di puskesmas sesuai yang dianjurkan
oleh dokter. Hal tersebut diatasmemiliki peran penting bagi pasien agar konsisten dalam
menjalani terapi. Jadi,dapat disimpulkan bahwa bila faktor predisposisi, dukungan dan dorongan
telahdimiliki dan dikuasai oleh penderita diabetes, maka tingkat kepatuhan akan tinggisehingga
penderita diabetes mellitus patuh baik dalam menelan obat diabetesmaupun kontrol ke dokter.
Sebaliknya, bila faktor-faktor tersebut tidak dimilikioleh penderita, maka tingkat kepatuhan akan
rendah. Oleh karena itu, perlu

2. DIIT:

Tujuan utama terapi diet adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar gula darah menjadi
normal atau mendekati normal. Pengetahuan pasien tentangdiet diabetes melitus merupakan hal
yang sangat penting untuk membentuk perilaku kepatuhan dalam menjalani diet sehingga tujuan
tersebut dapat tercapai.Salah satu tolak ukur kepatuhan dalam menjalani terapi diet adalah kadar
guladarah pasien yang terkontrol Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan diet dengan kadar gula darah pasien diabetes, contoh dari edukasi diet adalah:
Menganjurkan untuk mengurangi jumlah makanan dan menambahfrekuensi makannya, misal
dalam 1 piring makan itu terdapat setengahsayuran, seperempat karbohidrat, dan seperempat
protein, dan menambahfrekuensi makan yg teratu dari jam 7 pagi, 12 siang, dan 7 malam.

3.PERAWATAN KAKI:

Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes melitus adalahmasalah kaki.
Misalnya luka pada kaki yang tidak kunjung sembuh, infeksi bakteriatau jamur, dan yang paling
parah adalah pembusukan jaringan sehingga perludilakukan amputasi. Masalah pada kaki
penderita DM disebabkan oleh dua hal,yakni: Aliran darah yang buruk. Hal ini terjadi karena
kerusakan pembuluh darahyang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu
lama.Aliran darah yang terganggu menyebabkan kaki tidak mendapatkan nutrisiyang cukup,
sehingga kulit kaki menjadi lemah, mudah luka dan sukar sembuh jika terjadi luka. Kerusakan
saraf. Hal ini juga terjadi karena kadar gula darah yang tinggidalam waktu lama. Kerusakan saraf
menyebabkan kepekaan seorang pasienDM terhadap rasa nyeri menjadi berkurang, sehingga
pasien tidak sadar saat kakinya terluka.Untuk mencegah terjadinya masalah kaki pada pasien
DM, langkah pertamayang harus dilakukan adalah
1. Mengajarkan dan menganjurkan pasien untuk senam kaki/ menggerakankaki selama 15 menit
perhari.
2. Menganjurkan pasien untuk memakai alas kaki yang tertutup serta pasdan nyaman digunakan.
3. Mengajarkan dan menganjurkan kepada pasien untuk melakukan perawatan kaki secara rutin.
4. Apabila memotong kuku, jangan terlalu pendek, agar tidak terjadi luka.4.

4. ORAL HYGIENE:

Pada kerusakan gigi yang parah, bakteri dapat masuk ke aliran darah danmengganggu sistem
kekebalan tubuh. Sel sistem kekebalan tubuh yang rusak melepaskan sejenis protein yang disebut
cytokines. Cytokines inilah penyebabkerusakan sel pankreas penghasil insulin, hormon yang
memicu diabetes. Jika initerjadi sekali saja, walaupun orang itu sebelumnya dalam keadaan sehat
makaorang tersebut berpeluang menderita diabetes tipe 2. Selain itu tingginyakandungan
kolesterol dari glukosa yang dibutuhkan tubuh merupakan faktor utama pemicu risiko diabetes
bagi orang yang mengalami kerusakan gigi. Dan kolesterolrendah dapat menolong orang sehat
untuk tidak terserang problem gangguan gigiyang mampu memicu diabetes. Untuk itu, penderita
diabetes sebaiknya mengikutidiet rendah kalori, rajin mengonsumsi obat pengatur hormon
insulin dan menjagakesehatan gigi. Dan alangkah baiknya jika orang sehat juga ikut menjaga
kesehatangiginya agar tidak berisiko terkena diabetes.

5.TERAPI :

Dalam menjelaskan pasien bahwa terapinya hanya untuk mencegah terjadinyakomplikasi, dan
mengontrol saja, dan menerangkan kepada pasien agar selalu patuh terhadap anjuran pemberian
obat, karena apabila terjadi komplikasi maka biaya perobatan akan lebih mahal, sehingga
membuat pasien semakin patuh.

E.KESIMPULAN: Dari pengalaman tersebut diatas, pasien DM dibuat untuk merasa


nyamanterhadap penyakitnya agar lebih peduli dan patuh terhadap pengobatan yang
diberikanoleh dokter.F.

DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia, 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta. FKUI.

Anda mungkin juga menyukai