berdering. Lio, Tasya dan Naren selalu menjadi teman Jeni di berbagai
suasana yang berbeda. Jeni hampir tidak pernah melamun lama seperti
dulu. Hal tersebut tentu saja membuat Ibu dan Sena merasa lebih lega.
Jeni makin sering keluar bersama dengan Lio. Sikap Lio yang sangat
Naren pun semakin dekat dengan Jeni. Mereka juga masih sering pergi
bersama ke toko buku. Beberapa hari setelah kejadian toko buku itu
Setelah hampir 5 bulan Jeni tidak mengingat kesakitannya, kali ini Jeni
dibalik bilik baca. Naren yang sedari tadi mencari Jeni, terheran melihat
Jeni berada disana. Karena jarang sekali Jeni membaca di bilik baca.
“Keinget lagi ya?”, tanya Naren ketika duduk dibilik sebelah Jeni.
Jeni mengusap air matanya ketika mendengar suara Naren dan terdiam
sejenak.
akan keluar. Tapi dia sudah berjanji tidak akan bertanya hingga Jeni siap
menceritakan.
Jeni terisak merasakan sakit yang ia kira telah hilang, ternyata semakin
parah.
tanya Jeni
melihat Ayah bersama… wanita lain, dan aku cukup mengerti apa yang
mencerna cerita itu. Dan ia menyadari mengapa Jeni selalu terluka setiap
Ibu dan kakaknya, saat kejadian Ibunya tengah memarkir mobil. Saat
Ibu keluar mobil, Ibu sudah mendapati Ayah tergeletak di jalan. Ibu
Tuhan berkata itu bukan yang terbaik. Mengapa Tuhan mengizinkan kita
melangkah ke takdir tersebut, jika ternyata takdir yang kita jemput itu
salah?
***
Pelajaran terakhir untuk hari ini telah selesai. Tasya yang dari tadi
kayak gak ada gunanya jadi temen. Kamu selalu diem dan bilang gak
“Karena kamu temen baikku, bisa bantu aku dengan gak tanya
Lio mengantar Jeni pulang dengan mobilnya. Satu bulan ini Lio sudah
mendapat surat izin pertamanya. Jadi dia bisa mengantar Jeni kapan saja.
lamunannya.
“Hari ini peringatan 3 tahun kematian Ayah, nanti sore aku sama
Ibu dan Mbak Sena mau ziarah ke makam Ayah, malemnya ada
“Gak usah gak apa-apa Yo, kita biasa cuma bertiga kesana”, cegah
Jeni
Mobil Lio berhenti didepan rumah Jeni. Saat Lio hendak turun, Jeni
mencegahnya.
Jeni pun turun dari mobil Lio dan melambaikan tangan ketika mobil Lio
***
Sena terlihat sudah cukup tegar. Jeni semakin merasa hal yang ia ketahui
itu tidak akan dia ungkap kepada keluarganya. Selamanya. Ia tidak ingin
Ibu semakin sedih dan Mbak Sena yang telah tegar menjadi terluka. Jeni
hanya bisa menangis disana, menelan pil pahit itu sendiri, menginginkan
akan datang hari ini. Tapi kedatangan Naren membuat hatinya menjadi
tenang.
mata dia melihat Naren, dan air matanya seolah terhenti. Jeni tak pernah
menghampiri Jeni.
Naren pulang.
***
mengajak Jeni ke toko buku agar Jeni segera lebih baik. Namun Jeni
lampu kota yang kerlap kerlip warna-warni dan suara nyanyian merdu
Naren dan Jeni tiba-tiba merasa canggung. Seperti begitu banyak kata,
“Hmm, seru, dia orangnya beda banget sama aku, jadi setiap dia
cerita sesuatu, jadi seru aja, karena banyak hal-hal baru yang aku tau”,
jelas Jeni
“Kita sama, kayak rel kereta api, jalan lurus sejajar, bersama, tapi
Naren. Mengapa Naren berkata seperti itu. Apakah Naren merasa tidak
Naren merasa terbebani atau bahkan risih dengan rahasia yang ia tau?
Tapi yang jelas, Jeni merasa Naren tidak memiliki perasaan yang sama