Petugas kesehatan di layanan kesehatan ini paling dekat dengan masyarakat, termasuk
memiliki program pengembangan yang melibatkan peran masyarakat melalui keberadaan kader
kesehatan. Sayangnya, program sosialisasi dan kader kesehatan di Puskesmas sering tidak maksimal
pelaksanaannya karena hanya bertujuan untuk menyelesaikan program, bukan pada perubahan
perilaku masyarakat agar lebih sehat.
Selain itu, kondisi dan kemampuan Puskesmas di lndonesia berbeda-beda di setiap wilayah,
tergantung dari kapasitas dan manajemen masing-masing Puskesmas. Ketimpangan sumber daya
manusia, akses informasi serta infrastruktur memengaruhi kinerja Puskesmas dalam melaksanakan
Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara beberapa
program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja sama lintas program
yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa program terkait yang ada di
puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program adalah untuk menggalang kerja sama
dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja sama lintas sector. Suatu program dikatakan
berhasil bila dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya, maka dari itu kerjasama di
lintas program diperlukan agar usaha promotif dan prefentif dapat tercapai.
Selain dibutuhkan kerjasama lintas program yang baik, keaktifan tenaga kesehatan dirasa
sangat perlu karena itu adalah salah satu upaya puskesmas yang mendukung peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dengan memadukan ilmu/ praktik keperawatan dengan
kesehatan
masyarakat lewat dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya
kesehatannya. Dengan peningkatan kunjungan rumah di harapkan terdapat peningkatan
kemandirian keluarga rawan.
Terdapat banyak masalah yang seharusnya dapat diatasi oleh Puskesmas sebagai ujung
tanduk pelayanan kesehatan di masyarakat, salah satunya dengan meningkatkan penangan masalah
kesehatan jiwa, karena masih ada Orang Dengan Gangguan liwa (ODGl) yang masih di pasung.
Untuk memenuhi kebutuhan orang dengan masalah kejiwaan yang di pasung dan terlantar,
diperlukan upaya yang komprehensif dari segala aspek kesehatan, ekonomi, dan sosial. Upaya
tersebut dikenal dengan program Menuju lndonesia Bebas Pasung. Upaya ini mengatur tentang
peran pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
Puskesmas diberdayakan sehingga mampu menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan jiwa
serta juga harus menyediakan pengobatan yang diperlukan. Rumah Sakit Umum harus menyediakan
tempat tidur sehingga bisa merawat ODGl yang memerlukan perawatan. Rumah Sakit liwa selain
sebagai pusat rujukan juga harus mampu menjadi pusat pembinaan kesehatan jiwa bagi layanan
kesehatan di wilayahnya.
Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas
kesehatan kota dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terdapat di Puskesmas juga merupakan
fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat,
representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan
kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis
dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan
perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Dalam laporan tahun 2020, jumlah ODGl
ditemukan sebanyak 6 kasus. lnformasi seperti ini perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan
agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.
Berbicara tentang Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3), merupakan instrumen
vital dalam sistem kesehatan. lnformasi tentang kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan di
puskesmas, kematian, dan berbagai informasi kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan
keputusan dan pembuatan kebijakan di tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan.
(Santoso,
2008)
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada
pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat
wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi yang
berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar. ladi, data dan informasi
merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan informasilah yang
berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan organisasi tersebut (Tiara, 2011).
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal :
Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang berlaku
untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam format
laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas menerima laporan-laporan
dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke
koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten
meneruskan ke masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas
Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan
Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan sebagai
berikut :
1. Bulanan;
2. Tribulan;
3. Tahunan.
Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KlA, imunisasi, KB, dan penggunaan
obat- obat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas,
rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi.
Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan
lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan
puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten dan kecamatan memerlukan
data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data atau informasi harus lengkap dan data
tersebut harus diterima tepat waktu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis
dan diinformasikan (Santoso, 2008).
2. Kurang aktifnya tenaga esehatan dalam Tenaga kesehatan lebih aktif dalam melakukan
melakukan kunjungan ru ah kunjungan rumah, karena i u adalah salah satu
tindakan promotif yang menjadi tujuan
Puskesmas dalam asyarakat.
melayani
4. Belum optimalnya Sistem lnformasi Sistem lnformasi Kesehatan harus lebih aktif
Kesehatan sehingga ring ditemukan dalam pengumpulan dan pengolahan data.
s
keterlambatan dalam pengiriman laporan. Karena dari data tersebut s atu program dapat
berjalan efektif.