Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN

Disusun Oleh :

JAMILAH
NPM 18210100131

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN
KEBUTUHAN AMAN NYAMAN DI RUANG PULAU NUMFOOR
RUMAH SAKIT TNI-AL Dr. MINTOHARDJO JAKARTA

A. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Gg Aselih Jagakarsa
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk RS : 7 April 2022
Tanggal pengkajian : 7 April 2022
DX Medis : Diabetes Melitus

B. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Umur : 25 tahun
Jeniskelamin : Laki-laki
Alamat : Tanjug Barat
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Karyawan Swasta

C. Pengkajian
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh luka ditelapak kaki kiri yang semakin membesar, nyeri dan kemerahan,
badan meriang.
2. Riwayat penyakit sekarang
Diabetes Melitus dengan luka gangren
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
5. Riwayat pekerjaan /kebiasaan
Klien bekerja serabutan
6. Riwayat alergi
Tidak ada riwayat alergi
7. Pengkajian sistem tubuh
a. Sistem pernapasan
I : Bentuk dada simetris, frekuensi nafas normal : 20x/menit
P: tidak ada nyeri tekan pada kedua paru
P : terdapat bunyi sonor pada paru
A: suara nafas vesikuler
b. Sistem Kardiovaskuler
I : bentuk dada simetris
P : tidak teraba pembesaran jantung, denyut jantung meningkat , HR : 94 x/menit
P : terdengar suara redup
c. Sistem Persyarafan
Nervus olfaktori : penciuman normal
Nervus opticus : pengihatan normal
Nervus okulomotorius : gerakan bola mata baik
Nervus trochearis : gerakan mata kedalam dan kebawah normal
Nervus trigeminus : gerakan mengunyah baik, wajah normal
Nervus abdusens :deviasi mata ke lateral baik
Nervus fasialis : ekspresi wajah normal
Nervus vestibulokoklearis : pendengaran dan keseimbangan baik
Nervus glossofaringeus : tidak ada penurunan sensasi rasa
Nervus vagus : reflex menelan baik
Nervus asseorius : gerakan bahu normal

d. Sistem Perkemihan
Tidak ada keluhan, BAK sehari 7-8 x, warna urin kuning jernih
e. Sistem Pencernaan
I : bentuk perut datar, tidak ada bekas luka operasi
P : tidak ada nyeri tekan
P: terdengar timpani
A: bising usus normal (3-5 kali/menit)
f. Sistem Muskuloskeletal
I;luka ditelapak kaki kiri yang semakin membesar, nyeri dan
P:kulit kemerahan, badan meriang. Ukuran diameter luka 1x5 cm, aroma tidak
sedap.
g. Sistem Endokrin
I: tidak tampak pembesaran pada kelenjar tiroid,
P : tidak ada nyeri tekan pada daerah leher, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
h. Sistem sensori persepsi/Pengideraan
Tidak ada keluhan pada sistem sensori persepsi dan pendengaran
i. Sistem integument
Terdapat luka di telapak kaki kiri, luka sekitar 5 cm dengan kedalaam sekitar 1 cm,
warna merah kehitaman, agak bau
j. Sistem imun dan hematologi
Suhu 37,5ºC, akral hangat

8. Pengkajian fungsional
a. Oksigenasi
Napas spontan
b. Cairan dan Elektrolit
Minum air putih 7 - 8 gelas/hari, BAK lancar
c. Nutrisi
Makan 3x/hr habis 1 porsi
d. Aman dan Nyaman
Pasien merasa tidak nyaman karena menahan nyeri
e. Eliminasi
Tidak ada diare, BAK lancar
f. Aktivitas dan Istirahat
Pasien sulit untuk istirahat malam, tidur 5 jam, sering terbangun, tidur siang 1 jam.
g. Psikososial
Mudah bergaul dengan orang lain
h. Komunikasi
Pasien kooperatif saat bicara dengan perawat

9. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil laboratorium

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Hemoglobin 13,6 g/dl 13 – 17
Eritrosit 2.99 * juta/ul 4.4 – 5.9
Leukosit 16.70 * ribu/ul 3.8 – 11
Hematokrit 25.4 * % 40 – 52
Trombosit 268 Ribu/ul 150 – 440
LED 135 * mm/jam < 15
GDS 302 * mg/dl < 200
HbA1c 7.40 * % < 6.5%
SGOT 17 U/L < 37
SGPT 21 U/L < 41
BUN 49.07 * Mg/dl 6 – 20
Kreatinin 1.72 * Mg/dl 0.70 – 1.36
CRP >200 * Mg/L 0 – 10

b. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil rontgen thorak
Paru normal dan tidak tampak kardiomegali.

10. Program Therapi


a. Therapi injeksi :
IVFD NaCl 0,9 % I, RL I /24 jam
Ceftriaxon 1 x 2 gr IV jam 12.00 (antibiotik)
Metronidazole 500 mg 2 x 1 ampul IV jam 18.00 (antibiotik)
Sliding scale dengan novorapid kelipatan 4 start 160
b. Therapi oral :
Dormer 2 x 1 tablet oral jam 18.00, 06.00 (rasa nyeri)
Furosemid 40 mg 1 x 1 per 2 hari oral jam 18.00 (diuresisi)
c. Perawatan luka 2 x sehari

D. Analisa Data

Hari/Tgl/ Data Fokus Etiologi Problem


Jam
7/4/2022 DS : Trauma jaringan Resiko infeksi
15.30 a. Pasien mengatakan (proses infeksi)
terdapat luka ditelapak
kaki kiri
b. Pasien mengatakan luka
awalnya hanya goresan
kecil 2 minggu yang
lalu dan dirasakan
semakin membesar

DO :
a. Terdapat luka di telapak
kaki kiri
b. Luka ada yang hitam
dan sedikit kemerahan
c. Lebar luka ± 5 cm,
kedalaman ± 1 cm
d. TTV : TD 130/70
mmHg, suhu 37,5ºC,
nadi 90 x/menit, RR 20
x/menit
e. Hasil laboratorium :
Leukosit 16.70 ribu/uL
LED 135 mm/jam
f. Terapi :
Ceftriaxon 1 x 2 gr IV
Metronidazole 500 mg
2 x 1 ampul IV

7/4/2022 DS : Agen pencedera Nyeri akut


15.30
a. Pasien mengatakan fisiologis
nyeri hilang timbul di
kaki kiri yang ada
lukanya
P : luka di kaki
Q : hilang timbul
seperti di tusuk-tusuk
R : di telapak kaki kiri
S : skala 5/sedang
T : sejak 2 minggu yang
lalu
b. Pasien mengatakan
skala nyeri 5

DO :
a. Pasien tampak meringis
menahan nyeri
b. Skala nyeri 5 (sedang)
c. Terapi :
dormer 2 x 1 tablet/oral

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi b/d trauma jaringan (proses penyakit)
2. nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis

E. Intervensi keperawatan
Nama : Tn M Umur: 50 Tahun RM: 0013-30-47
Ruang: Pulau Numfoor 3.1 Kelas : II

Tgl Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi TTD


Keperawatan
10/ Resiko infeksi Setelah dilakukan perawatan Observasi : Jamilah
4/2 b/d trauma selama 3 x 24 jam infeksi 1. Monitor tanda dan
0 jaringan teratasi gejala infeksi lokal
22 (proses Dengan kriteria hasil dan sistemik
penyakit)
kriteria saat target Terapeutik :
dikaji 1. Batasi jumlah
1. demam 1 5 pengunjung
2. kemerah 1 5 2. Berikan perawatan
an kulit
3. nyeri 1 5 3. Cuci tangan
4. bengkak 1 5 sebelum dan
5. bau 1 5 sesudah kontak
busuk dengan pasien dan
6. kadar 1 5 lingkungan pasien
leukosit 4. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi

Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka
4. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
5. Anjurkan
meningkata
asupan cairan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu

10/ nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan Observasi : Jamilah


4/2 agen keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi lokasi,
022 pencedera jam, masalah gangguan rasa karakteristik, durasi,
fisiologis nyaman nyeri teratasi, dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : intensitas nyeri
indikator saat target 2. Identifikasi skala
dikaji nyeri
1. Keluhan 3 5 3. Identifikasi respon
nyeri nyeri non verbal
2. Meringis 3 5
3. Frekuens 4 5 Terapeutik :
i nadi 1. Berikan teknik
4. TD 4 5 nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (TENS,
terapi musik, teknik
nafas dalam,
kompres hangat /
dingin)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (suhu
ruangan,
kebisingan,
pencahayaan)

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jekaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan tehnik
relaksasi napas
dalam.
4. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
5. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
6. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian analgetik

F. Implementasi Keperawatan
Nama : Tn M Umur: 50 Tahun RM: 0013-30-47
Ruang: Pulau Numfoor 3.1 Kelas : II

Tgl No Implementasi Respon TTD


Jam Dx
10/4/2 1 monitor tanda dan gejala terdapat luka di telapak kaki Jamilah
infeksi kiri, luka merah kehitaman,
022 klien mengatakan badannya
meriang
10.00
1 mengajarkan kepada klien klien mengatakan mengerti
cara mencuci tangan yang penjelasan dari perawat dan
benar melakukan dengan benr
1 luka dengan kedalaman ± 1
melakukan perawatan luka cm dan lebar ± 5 cm,
dengan teknik aseptik membuang jaringan nekrotik,
dibersihkan dan di tutup
dengan kassa steril

1 Ceftriaxon 2 gr IV
memberikan injeksi
2 P : luka di kaki
13.00
mengidentifikasi nyeri Q : hilang timbul seperti di
tusuk-tusuk
R : di telapak kaki kiri
S : skala 4/sedang
T : sejak 2 minggu yang lalu

2 klien melakukan relaksasi


mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dengan baik,
napas dalam klien mengatakan nyeri
berkurang.

G. Evaluasi
Nama : Tn M Umur : 50 Tahun RM:0013-30-47
Ruang: Pulau Numfoor 3.1 Kelas : II

Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD


Jam
10/4/2022 Resiko infeksi b/d trauma S : Jamilah
jaringan (proses penyakit klien mengatakan terdapat
16.00 luka ditelapak kaki kiri
yang semakin membesar

O:
luka ditelapak kaki kiri,
luka dengan kedalaman ±
1 cm dan lebar ± 5 cm,
warna hitam kemerahan

A:
masalah keperawatan
belum teratasi

P : intervensi teruskan
 Lakukan perawatan
luka
 Kolaborasi dengan
dokter pemberian
antibiotik

10/4/2022 nyeri akut b/d agen S : Jamilah


pencedera fisiologis pasien mengatakan nyeri di
16.00 bagian luka telapak kaki
kiri

O:
TTV TD 130/70 mmHg,
suhu 37,5ºC , nadi 90
x/menit, pernapasan 20
x/menit
skala nyeri 4 (sedang)

A : masalah belum teratasi

P : intervensi teruskan
 Anjurkan teknik
relaksasi napas
dalam
 Kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgetik
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

DISUSUN OLEH:

JAMILAH
18210100131

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN

A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


1. Definisi/deskripsi kebutuhan aman dan nyaman
Potter & Perry, 2006 mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan
telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah
keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon
terhadap suatu ransangan.

Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis. Pemenuhan kebutuhan
keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pasien, perawat
atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut (Asmadi,
2008).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito,
2006).

2. Fisiologi sistem/fungsi normal sistem rasa aman dan nyaman


Pada saat impuls ketidaknyamanan naik ke medula spinalis menuju kebatang otak dan
thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stress.
Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respon
fisiologi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan


a.Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan
b. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
c. Gangguan persepsi sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yangberbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan
d. Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit
e. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan
f. Gangguan tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya

4. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada rasa aman dan nyaman
a. Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh kecelakaan yang
terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami pasien lansia
b. Oksigen
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan
mempengaruhi keamanan pasien
c. Pencahayaan
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Tata pencahayaan
dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan pasien rawat inap

5. Manifestasi Klinis
a. Vakolasi
1) Mengaduh
2) Menangis
3) Sesak nafas
4) Mendengkur
b. Ekspresi Wajah
1) Meringis
2) Mengeletuk gigi
3) Mengernyit dahi
4) Menutup mata, mulut dengan rapat
5) Menggigit bibir

c. Gerakan Tubuh
1) Gelisah
2) Imobilisasi
3) Ketegangan otot
4) Peningkatan gerakan jari dan tangan
5) Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
6) Gerakan melindungi bagian tubuh

d. Interaksi Sosial
1) Menghindari percakapan
2) Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
3) Menghindar kontak social
4) Penurunan rentang perhatian

6. Komplikasi
a. Hipovolemik
b. Hipertermi
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Edema Pulmonal
f. Kejang
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa aman dan nyaman seperti :
a. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
b. Menggunakan skala nyeri
1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat
berkomunikasi dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan
lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon,
namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.

8. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : ditemukan kulit tampak pucat, menggigil, gelisah, dan lemah
b. Palpasi : pada permukaan ini ditemukan kulit teraba dingin, nadi lambat.
c. Auskultasi : tekanan darah menurun.
9. Penatalaksanaan
a. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman
atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing klien
menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga
secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.Hipnosis diri
dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan
dapat mengurangi ditraksi. Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana
untuk meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus
nyeri.
c. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan,
menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara
gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi intelektual (bermain
kartu).
d. Terapi dengan pemberian analgesic
Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti
pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid
(morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi lebih
nyaman walaupun terdapat nyeri.
e. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur atau
terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru seperti
decubitus
B. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman. Lingkungan
klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. Keamanan yang
ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan
cedera yang akan mempengaruhi rasa aman dan nyaman klien.
a) Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/ bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman klien
3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
nyaman. Karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko
terkena penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman seperti nyeri.

b.Pemeriksaan fisik: data fokus


1) Ekspresi wajah
a) Menutup mata rapat-rapat
b) Membuka mata lebar-lebar
c) Menggigit bibir bawah
2) Verbal
a) Menangis
b) Berteriak

c. Tanda- tanda vital


1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernapasan
d.Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mealokasikan tempat atau rasa yang tidak nyaman

e. Pemeriksaan Penunjang
1) USG
USG digunakan untuk data penunjang apabila ada rasa tidak nyaman pada
bagian perut
2) Rontgen
Rontgen untuk mengetahui tulang/organ yang abnormal yang dapat
mengganggu rasa nyaman klien

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Ansietas (Buku saku diagnosis keperawatan, hal 42)
a. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom,
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi
dan memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
b. Batasan karakteristik
1) Perilaku
a) Penurunan produktivitas
b) Mengekspresikan kehawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup
c) Gerakan yang tidak relevan
d) Gelisah
e) Memandang sekilas
f) Insomnia
g) Afektif
h) Gelisah
i) Kesedihan yang mendalam
j) Distres
k) Ketakutan
l) Perasaan tidak adekuat
2) Fisiologis
a) Wajah tegang
b) Insomnia
c) Peningkatan keringat
d) Peningkatan ketegangan
e) Terguncang
3) Faktor yang berhubungan
a) Terpajan toksin
b) Hubungan keluarga/hereditas
c) Transmisi dan penularan interpersonal
d) Krisis situasi dan maturasi
e) Stres
f) Penyalahgunaan zat
g) Ancaman kematian

Diagnosa 2:Nyeri akut (Buku saku diagnosis keperawatan, hal 530)


a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial, awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan
intensitas ringan sampai berat
b. Batasan karakteristik
1) Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat
2) Objektif
a) Posisi untuk menghindari nyeri
b) Perubahan tonus otot
c) Perubahan selera makan
c. Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab cedera (misalnya, biologis, kimia, fisik dan psikologis)

Diagnosa 3: Gangguan rasa nyaman (Asuhan Keperawatan Praktis, hal 364)


a. Definisi
Merasa kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual,
ligkungan dan sosial.
b. Batasan karakteristik
1) Menangis
2) Gangguan pola tidur
3) Takut
4) Ketidakmampuan untuk rileks
5) Melaporkan perasaan tidak nyaman
6) Melaporkan distress
7) Melaporkan kurang puas dengan keadaan
b. Faktor yang berhubungan
1) Gejala terkait penyakit
2) Sumber yang tidak adekuat
3) Kurang pengendalian lingkungan
4) Kurang privasi
5) Kurang control situasi

3. Perencanaan
Diagnosa 1: Ansietas (Buku saku diagnosis keperawatan, hal 42)
Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC
1) Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang
dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi dan
koping
2) Pasien menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering
dan selalu)
Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1) Intervensi : Lakukan bimbingan antisipasi
Rasional : Agar pasien mampu menghadapi kemungkinan krisis perkembangan dan
situasional
2) Intervensi : Ajarkan teknik menenangkan diri
Rasional : Untuk meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami distres
akut
3) Intervensi : Ajarkan cara peningkatan koping
4) Rasional : Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan
atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup

Diagnosa 2: Nyeri akut (Buku saku diagnosis keperawatan, hal 530)


a. Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC
1) Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering atau selalu)
2) Mengenali awitan nyeri.
3) Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1) Intervensi : Ajarkan manajemen nyeri
2) Intervensi : Untuk menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ketingkat yang
lebih nyaman yang dapat ditoleransi oleh pasien : Ajarkan manajemen alam
perasaan : Untuk memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan dan
pemeliharaan pada pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik
depresi maupun peningkatan alam perasaan
Diagnosa 3: Gangguan rasa nyaman (Asuhan Keperawatan Praktis, hal 364)
a. Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC
1) Ansiety
2) Fear leavel
3) Sleep deprivation
4) Comfort
5) Kriteria hasil
6) Mampu menongtrol kecemasan
7) Status lingkungan yang nyaman
8) Konrol gejala
9) Status kesehatan meningkat
b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1) Intervensi : Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : Untuk menjalin hubungan saling percaya
2) Intervensi : Ajarkan teknik menenangkan diri
Rasional : Untuk meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami
distres akut
3) Intervensi : Ajarkan cara peningkatan koping
Rasional : Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,
perubahan atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran
hidup

4. Evaluasi
Evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
dievaluasi setiap selesai melakukan perasat dan evaluasi hasil berdasarkan rumusan
tujuan terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acauan tentang perencanaan
lanjutan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh pasien.
Daftar Pustaka

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jkarta: Salemba Medika.

Anonim. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman Praktik


Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan.

Carpenito. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Kemenkes. (2016). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.

Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatn Praktis. Jakarta:Mediaction

Potter & Ferry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi
4. Jakarta: EGC

Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai