PENDAHULUAN
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan kegiatan pelaku
ekonomi yang menjalankan suatu usaha sesuai dengan bidang yang dikehendakinya dan
dapat didirikan oleh perorangan maupun oleh badan usaha. Ada 3 bidang usaha di
Indonesia yaitu usaha barang, jasa, dan manufaktur. Menurut Kementrian Perindustrian
dalam Norkamsiah, dkk (2016), usaha barang adalah bidang usaha yang kegiatannya
menjual produk berwujud kepada konsumen atau pembeli sehingga dari kegiatan ini
terjadi adanya pemindahan kepemilikan produk tersebut dari penjual ke pembeli. Usaha
jasa adalah bidang usaha dimana para pelaku usaha lebih menekankan pada pejualan
produk yang tidak berwujud. Usaha manufaktur adalah bidang usaha yang kegiatannya
mampu menciptakan suatu barang dan jasa yang bukan tergolong sebagai produk primer,
dimana dalam kegiatannya tersebut mencakup selama proses awal sampai akhir menjadi
suatu produk jadi siap dijual.
UMKM berperan penting bagi Indonesia. Selain memiliki kontribusi yang besar
bagi PDB, UMKM menyerap lebih banyak tenaga kerja dibandingkan usaha skala besar.
(Tambunan, 2009:59). Sesuai dengan data yang disajikan Kementrian Koperasi dan
Usaha Kecil Mikro Kecil dan Menengah UMKM memiliki peran serta terhadap
penyerapan tenaga kerja di Indonesia yang tercatat mengalami peningkatan dari tahun
2016 sampai 2017 sebesar 3.844.806 atau 3,41%. Tahun 2017 UMKM juga
berkontribusi dalam PDB Indonesia yang mengalami peningkatan sebesar 695.352,9
atau 9,92% dibandingkan dengan tahun 2016. (www.depkop.go.id ).
Dalam menghadapi krisis ekonomi, UMKM terbukti lebih tangguh daripada
perusahaan besar. Rohmad Hadiwijoyo, Ketua Dewan Direktur CIDES (Center for
Information and Development Studies) menyebutkan tiga hal yang membuat UMKM
lebih tahan menghadapi krisis ekonomi. (1) Produk UMKM lebih merakyat dan
dibutuhkan setiap hari, (2) Lebih banyak sumber daya lokal (sumber daya manusia,
bahan baku dan alat) yang terlibat dalam UMKM, (3) UMKM cenderung menggunakan
pembiayaan yang bersumber dari pemiliknya sendiri tidak ditopang pinjaman dari bank
(Indonesia.Go.Id).
Dilansir dari laman Kompasiana (01/01/2020), BPS melaporkan secara berturut-
turut penyerapan tenaga kerja pada tahun 1997 pada perusahaan kecil, sedang dan besar
mencapai 57.50 juta (87.62%), 7.7 juta (11.75%) dan 0.393 juta (0.61%) dan pada tahun
1998 menjadi 57.34 juta (88.66%), 6.9 juta (10.78%) dan 0.464 juta (0.56%).
Peran besar UMKM dalam membantu perekonomian Indonesia memang tidak
diragukan lagi. Sebagai bentuk dukungannya, pemerintah menyediakan program
pembinaan dan pelatihan untuk pelaku UMKM (www.modalrakyat.id). Menurut
Widyastuti (2017) pelaku UMKM seringkali terkendala dalam permodalan untuk
mengembangkan usaha yang lebih maju agar mampu menjangkau pangsa pasar yang
lebih luas demi meningkatkan penjualan produk mereka serta mampu terus bertahan di
pangsa pasar. Salah satu upaya untuk memperoleh suntikan dana yaitu dengan
melakukan pengajuan kredit perbankan. Hingga saat ini banyak program pemerintah
yang disediakan untuk mendukung permodalan sektor UMKM.
Sumber modal yang paling umum digunakan oleh UMKM adalah Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang merupakan program pendanaan pemerintah bagi perseorangan,
badan usaha dan kelompok usaha yang belum memiliki agunan tambahan serta
memenuhi kriteria tertentu. Namun, dalam realisasinya program Kredit Usaha Rakyat
(KUR) tidak sesuai dengan yang diharapkan para pelaku UMKM. Menurut Baas dan
Schrooten (2006) dalam Widyastuti (2017), program KUR masih sulit diperoleh pelaku
UMKM karena lembaga perbankan yang ditunjuk oleh pemerintah untuk penyaluran
kredit usaha sangat berhati – hati. Mereka membutuhkan informasi yang jelas terkait
kondisi UMKM khususnya mengenai informasi akuntansi yang memadai, namun
pelaku UMKM belum mampu memberikan informasi akuntansi yang diminta oleh
pihak perbankan. Hal ini seringkali menyebabkan pengajuan kredit yang dilakukan oleh
pelaku UMKM sulit mendapatkan persetujuan atau bahkan ditolak.
Informasi akuntansi selain diperlukan sebagai syarat pengajuan kredit atau
pendanaan, juga memiliki peranan penting lainnya diantaranya yaitu dapat memberikan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan yang strategis oleh manajemen atau
pemilik perusahaan serta untuk mengetahui dan menganalisa perkembangan usaha
secara detail. Menurut Zuhdi (2011), manajemen informasi akuntansi yang baik akan
sangat berguna bagi usaha kecil untuk menentukan harga dan membuat berbagai
keputusan.
Menurut Widyastuti (2017) pentingnya informasi akuntansi masih kurang
disadari oleh para pelaku UMKM. Pencatatan atas laporan keuangan cenderung
dilakukan secara sederhana sesuai dengan pemahaman mereka. Oleh sebab itu, hal ini
menjadikan pelaku UMKM menetapkan suatu keputusan hanya berdasarkan perkiraan
dan pemikirannya tanpa adanya bukti dasar yang kuat atas penetapan keputusan
tersebut. Seringkali mereka belum mampu menerapkan standar akuntansi keuangan
untuk menyusun laporan keuangan.
Suhairi (2004) dalam Kurniawansyah (2016) menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan yang rendah dan pengetahuan yang tidak komprehensif mengenai Standar
Akuntansi Keuangan menjadi titik lemah UMKM. Lebih lanjut, Adnrianto (2016)
laba yang lebih kecil yaitu terdapat selisih Rp. 33.781.182 dibandingkan perhitungan
yang sebelumnya dilakukan oleh UD. Pak Gex, Putu Rika Yuliaryani, dkk (2018).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil bahwa laporan
keuangan dari mayoritas pelaku usaha kecil belum mengimplementasikan SAK –
EMKM maka fokus penelitian ini yaitu bagaimana proses pemilik UMKM dalam
menyusun laporan keuangan dan kendala apa yang mereka hadapi dalam penyusunan
laporan keuangan.
METODE PENELITIAN
Metode adalah suatu cara kerja yang dapat digunakan untuk memperoleh sesuatu.
Sedangkan metode penelitian dapat diartikan sebagai tata cara kerja di dalam proses
penelitian, baik dalam pencarian data ataupun pengungkapan fenomena yang ada
(Zulkarnaen, W., et al., 2020:229).
Pendekatan dan Jenis penelitian
Pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif peneliti gunakan untuk
mengetahui hasil dari penelitian ini. Melalui pendekatan tersebut akan digunakan untuk
mengamati tindakan orang – orang di perusahaan jenang Teguh Raharjo yang memiliki
keterkaitan dalam kegiatan pembuatan laporan keuangan serta mendeskripsikan
kegiatan terkait cara serta proses dari awal sampai akhir yang dilakukan perusahaan
jenang Teguh Raharjo Ponorogo dalam peyusunan laporan keuangan dan
mendeskripsikan mengenai kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan dalam membuat
laporan keuangan.
Lokasi dan Informan Penelitian
Peneliti memilih perusahaan Jenang Teguh Raharjo Ponorogo.yang
beralamatkan di Jl. Wibisono No.90, Krajan, Kepatihan, Kec. Ponorogo, Kab. Ponorogo
sebagai lokasi penelitian. Informan ditentukan dengan menggunakan teknik snowball
sampling. Informan kunci yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah Bapak
Rudy Hartono selaku penerus dari usaha jenang Teguh Raharjo dan Ibu Atina Abidah
yang ikut serta dalam menangani pencatatan keuangan di perusahaan jenang Teguh
Raharjo.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga serangkaian teknik pengumpulan data yang
meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi yang dilakukan yaitu:
1. Observasi terus terang. Observasi terus terang digunakan untuk memberitahu
sedari awal kepada informan bahwa peneliti sedang melakukan penelitian pada
perusahaan jenang Teguh Raharjo terkait penyusunan dan penyajian laporan
keuangannya. Jadi, mereka mengetahui adanya aktivitas penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sejak awal sampai akhir.
2. Observasi partisipasi pasif. Observasi partisipasi pasif digunakan peneliti untuk
mengamati secara cermat dan detail terkait tindakan informan yang berkaitan
dengan kegiatan pencatatan keuangan dimana peneliti terjun langsung ke
lapangan namun tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Pengamatan ini kemudian
dituangkan ke dalam bahasa verbal.
b. Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan yaitu semi terstruktur yang dilakukan dengan
kegiatan tanya jawab bersama informan.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk mendokumentasi segala bentuk
kegiatan maupun dokumen yang berkaitan dengan cara mencatat dan proses
penyusunan laporan keuangan di perusahaan jenang Teguh Raharjo Ponorogo.
Teknik Analisis Data
Analisis data penelitiain ini menggunakan analisis data kualitatif. Menurut
(Bogdan & Biklen) dalam Moleong (2010:248) “Analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain”.
HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
Profil Perusahaan Jenang Teguh Raharjo
Perusahaan jenang Teguh Raharjo merupakan salah satu UMKM di bidang
industri makanan yang berbentuk badan usaha perseorangan dengan Nomor Izin Usaha
Mikro Kecil yaitu 0220006372864. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Wibisono No. 90,
Krajan, Kepatihan, Kec. Ponorogo, Kabupaten Ponorogo.
Untuk memudahkan menyusun laporan laba rugi, perusahaan jenang Teguh Raharjo
terlebih dahulu dapat melakukan perhitungan harga pokok penjualan.
Setelah menghitung harga pokok penjualan, perusahaan jenang Teguh Raharjo dapat
menyusun laporan laba rugi yang meliputi akun pendapatan yang berasal dari
aktivitas penjualan, HPP (Harga Pokok Penjualan) dan beban. Laporan ini digunakan
untuk menyajikan jumlah pendapatan dan beban selama periode berjalan. Sehingga,
apabila laporan laba rugi telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan, pemilik
usaha dapat mengetahui laba atau rugi secara akurat. Selama ini pemilik usaha
jenang Teguh Raharjo menentukan laba hanya berdasarkan apabila hasil penjualan
masih dapat digunakan untuk membayar hutang, membayar beban, dan belanja
kebutuhan produksi mereka menganggap perusahaan memperoleh laba, namun tidak
mengetahui nominal pasti dari laba tersebut.
3. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan bermanfaat sebagai pencegah kemungkinan
terburuk bagi pengguna laporan keuangan apabila terjadi kesalahpahaman. Catatan
Atas Laporan Keuangan yang seharusnya disusun oleh perusahaan jenang Teguh
Raharjo yaitu berisikan:
1)Umum atau penjelasan perusahaan.
Bagian ini mendeskripsikan informasi umum perusahaan terkait sejarah berdirinya,
visi dan misi, badan hukum, penyertaan dan penawaran saham, jajaran direksi dan
komisaris.
2)Kebijakan akuntansi penting beserta pos – pos laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi ini seperti asumsi dasar penyusunan laporan keuangan,
penggunaan multy currency, pengukuran laporan keuangan, serta kebijakan lainnya.
3)Kebijakan PSAK.
Pada bagian ini memuat tentang kepatuhan kepada Standar Akuntansi Keuangan.
4)Penggunaan laporan keuangan.
Bagian yang menyebutkan pihak – pihak yang berkepentingan sebagai pengguna
laporan keuangan yang disajikan perusahaan jenang Teguh Raharjo.
5)Pengungkapan lainnya.
CALK juga harus berisikan informasi yang apabila tidak diungkapkan akan
menimbulkan kesalahapahaman atau bahkan dapat menyesatkan pembaca, misalnya
telah terjadinya penggantian manajemen, dan lain sebagainya.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dengan hasil yang telah disajikan di atas, maka peneliti
mengambil gambaran kesimpulan sebagai berikut:
1.Perusahan jenang Teguh Raharjo mengetahui gambaran secara umum laporan
keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Namun, pemilik usaha
belum mampu menerapkan SAK – EMKM.
2.Laporan keuangan disusun atas dasar pemahaman pribadi pemilik perusahaan.
3.Walaupun memiliki pemahaman yang baik mengenai peran penting laporan keuangan,
pemilik usaha mengakui bahwa laporan keuangan perusahaannya tidak memenuhi
standard dan tidak dapat digunakan dalam menilai perkembangan usaha dengan
akurat.
4.SAK – EMKM belum diterapkan oleh perusahaan jenang Teguh Raharjo dikarenakan
adanya beberapa kendala yang dihadapi diantaranya:
a. Kurangnya pengetahuan terhadap SAK – EMKM.
b. Kurangnya ketelitian dan ketekunan perusahaan untuk mencatat secara detail
seluruh transaksi maupun peristiwa yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.
c. Perusahaan jenang Teguh Raharjo masih kesulitan dalam memisahkan antara
keuangan perusahaan dengan keuangan pribadi.
Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, maka peneliti mengemukakan beberapa
saran yang sekiranya dapat membantu dalam pertimbangan di masa yang akan datang:
1.Sebaiknya penyusunan laporan keuangan dilakukan sesuai dengan SAK – EMKM.
2.Perusahaan jenang Teguh Raharjo dalam penyusunan laporan keuangan sebaiknya
lebih teliti dalam mencatat seluruh transaksi yang terkait dengan keuangan.
3.Sebaiknya perusahaan dapat memisahkan antara harta pribadi dan harta usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto. (2016). Pencatatan Akuntansi Pada Usaha Mikro,Kecil, Dan Menengah
(UMKM) Terhadap Implementasi Standar Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik ( Sak-Etap) (Studi Kasus Pada PD. Pasar Larangan-Sidoarjo). XXI.
No.
Keterangan Tahun 2020 Tahun 2019
Akun
ASET
Aset Lancar:
Kas Rp xxx Rp xxx
Piutang Rp xxx Rp xxx
Persediaan Rp xxx Rp xxx
Total aset lancar: Rp xxx Rp xxx
Aset Tetap:
Peralatan produksi Rp xxx Rp xxx
Akumulasi penyusutan peralatan (Rp xxx) (Rp xxx)
Kendaraan Rp xxx Rp xxx
Akumulasi penyusutan kendaraan (Rp xxx) (Rp xxx)
Komputer Rp xxx Rp xxx
Akumulasi penyusutan komputer (Rp xxx) (Rp xxx)
Bangunan Rp xxx Rp xxx
Akumulasi penyusutan bangunan (Rp xxx) (Rp xxx)
Tanah Rp xxx Rp xxx
Total aset tetap: Rp xxx Rp xxx
Total Aset Rp xxx Rp xxx
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Kewajiban
Utang usaha Rp xxx Rp xxx
Utang bank Rp xxx Rp xxx
Total kewajiban Rp xxx Rp xxx
Ekuitas
Modal Rp xxx Rp xxx
Saldo laba Rp xxx Rp xxx
Total ekuitas Rp xxx Rp xxx
Total kewajiban dan ekuitas Rp xxx Rp xxx