26-Article Text-83-1-10-20200210
26-Article Text-83-1-10-20200210
Analisis Cara Kerja Pintu Indera (Dvara) Sebagai Usaha Melatih Keseimbangan Batin
(Upekkha) Dan Perbuatan Benar Masyarakat Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung
Ngadat
Program studi Kepanditaan, Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri
Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah
Email: ngadat.stabn.wonogiri@gmail.com
ABSTRAK
Ngadat, 2018 Analisis Cara Kerja Pintu Indera (Dvara) Sebagai Usaha Melatih Keseimbangan
Batin (Upekkha) Dan Perbuatan Benar Masyarakat Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung
Panca dvara merupakan alat penerima objek yang ada pada diri manusia. Panca
dvara memiliki peran yang sangat penting. Tetapi kadang karena berbagai kondisi orang
mengabaikan proses bekerjanya panca dvara. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis cara kerja panca dvara sebagai usaha melatih keseimbangan batin (upekkha).
Selain itu penelitian ini bertujuan untuk menguraikan cara kerja panca dvara sebagai usaha
untuk memiliki perbuatan benar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif lapangan.
Pengumpulan data peneliti lakukan dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada
informan. Informan dalam penelitian ini adalah ahli agama Buddha dan masyarakat umat
buddha. Sedangkan untuk tempat penelitian dilakukan di kecamatan kaloran Kabupaten
Temanggung Jawa Tengah.
Hasil dari penelitian Mengkondisikan Panca dvara dalam hal yang positif akan
berdampak pada hal yang positif dengan cara selalu mengontrol dan menyadari objek yang
diterima oleh pintu indra. Pengedalian prilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Kewaspadaan
dan kesabaran dalam menjaga objek terima indra. Pelatihan sila untuk meningkatkan moralitas
yang baik. Sedangkan pintu indera (dvara) sebagai usaha memiliki perbuatan Benar adalah
senantiasa mengkondisikan panca indra menerima objek kemudaian dapat menilai dengan apa
adanya. Batin dalam kondisi tersebut merupakan batin yang seimbang dan telah melakukan
perbuatan benar yaitu tidak melakukan pembunuhan, pencurian dan tindakan asusila dengan
berlatih untuk melakukan meditasi. Menekan sifaf-sifat kebencian (Dosa), keserakahan (lobha),
dan kebodohan batin (moha) Kewaspadaan yang terjaga dengan sempurna pada setiap dvara
Kata kunci: panca indra, keseimbangan batin, perbuatan benar
ABSTRACT
Ngadat, 2018 Analysis of the Workings of the Sensory Doors (Dvara) as an Effort to
Train the Inner Balance (Upekkha) and the Right Action of the Kaloran District of
Temanggung Regency
Panca dvara is a receiver of objects that exist in humans. Panca dvara has a very
important role. But sometimes because of various conditions people ignore the workings of five
dvara. The purpose of this study is to analyze the workings of the five dvara as an effort to
train the inner balance (upekkha). In addition, this study aims to describe the workings of
five dvara as an attempt to have right actions.
The method used in this study is qualitative field. Data collection researchers did by
conducting in-depth interviews with informants. Informants in this study were Buddhists and
Buddhist communities. Whereas for the place of research carried out in the kaloran district
of Temanggung Regency, Central Java.
The results of the study Conditioning Panca dvara in positive terms will have an
impact on positive things by always controlling and being aware of the objects received by
the sense door. Control of behavior in community life. Vigilance and patience in
safeguarding the object of receiving senses. Sila training to improve good morality. Whereas
the sense door (dvara) as an effort to have Righteous actions is always to condition the five
senses to accept the object of being able to judge accordingly. The inner condition is a
balanced mind and has done the right thing that is not doing murder, theft and immorality
by practicing for meditation. Pressing nature hatred (lobha), greed (lobha), and ignorance
(moha) Awareness that is maintained perfectly in every dvara.
maka dia akan menyesalinya. Penyesalan (āhāra) bagi makhluk yang mencari
(kukkucca) termasuk dalam kesadaran kelahiran kembali (sambhavesī). Hal ini
yang berakar pada kebencian, dan akan dijelaskan lebih jauh belakangan.
menimbulkan karma buruk yang baru lagi Ketika Sang Buddha membuat perbedaan
(Sikkhānanda, 2011, p18). penting seperti itu di antara ketiga istilah
Lima indria mata, telinga, hidung, lidah, tersebut, pikiran, batin dan kesadaran, para
badan jasamani merupakan landasan inderia. idealis pasca-sektarian telah berusaha
Landasan tersebut menghasilkan kesan yang untuk melupakan hal itu sepenuhnya. Dua
diikuti oleh kesadaran pikiran, dan pencerapan. paragraf pertama dalam komentar
Hal tersebut dikarenakan dalam pribadi manusia
Vasubandhu sendiri pada Viṃśatika
pada umumnya akan mengalami kemuculan
(upadda) keberlangsungan (thiti), dan padam adalah sebuah contoh nyata usaha
(bhanga) Mehm Tinn Mon, 2014, p161). Hasil semacam itu (Dhammasiri, 2015, p150).
dari pencerapan dapat berupa kesan yang positif Keseimbangan batin atau upekkha
maupun negatif. Hal tersebut dikarenakan pada merupakan yang dimiliki oleh seseorang
saat terjadi pencerapan terdapat kesadaran yang yang telah mengembangkan metta (cinta
mengikuti. Kasadaran yang mengikuti diikuti kasih), karuna (belas kasih), mudita (rasa
dengan keserakahan, kebencian, dan kebodohan simpati). Pengembangan brahma vihara
batin akan menghasilkan sesuatu yang negatif. atau empat batin luhur menjadi titik tolak
Sebaliknya jika pencerapan diikuti dengan tanpa atau ukuran bagi manusia. Ukuran tersebut
keserakahan, tanpa kebencian, dan tanpa
menjadi media penyadaran pada manusia itu
kebodohan batin akan menghasilkan sesuatu
yang positif.
sendiri untuk menyadari setiap fenomena
Kesadaran mata dan bentuk, kehidupan. Manusia atau masyarakat yang
memiliki kesadaran akan hal itu tidak akan
kesadaran melihat muncul, kontak adalah
gabungan dari ketiganya. Karena telinga pernah menyalahkan siapapun dalam
dan suara, timbul kesadaran mendengar; kehidupan saat ini. Selaras dengan yang
karena hidung dan bebauan, timbul disampaikan oleh Dhammadiro dalam kitab
kesadaran membau; karena lidah dan rasa, suci dhammapada sebagai berikut:
timbul kesadaran mengecap, karena tubuh Nam tam mata pita kayira
dan obyek yang dapat disentuh, timbul Anne vapi ca nataka
kesadaran menyentuh, karena obyek Sammapanihitam cittam
pikiran dan batin, timbul kesadaran Seyyo nam tato kare
berpikir. Gabungan dari ketiganya adalah Artinya
kontak.” (Samyutta Nikäya, part ii). Bukan seorang ibu, ayah ataupun sanak
Pikiran dalam arti ini dapat berarti keluarga lain yang dapat melakukan,
berdasar secara empiris atau sepenuhnya melainkan pikiran itu sendiri yang
di luar batas pengalaman. Batin (mano) diarahkan dengan baik yang akan dapat
selalu dipergunakan untuk mengacu indra, mengangkat derajat seseorang
bersama dengan lima indra lainnya, seperti (Dhammadiro, 2005, p18)
mata (cakkhu) dan sebagainya. Dengan Kesadaran tanpa akar-hasil yang
demikian, ada yang disebut kesadaran tidak baik (akusala vipāka citta - 7).
pikiran (mano viññāṇa), bersama dengan Kesesadaran yang tidak baik didasari pada
kesadaran mata (cakkhu-viññāṇa). sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap
Akhirnya, ada kesadaran (viññāṇa) yang makhluk hidup. Sifat tersebut adalah
berfungsi setelah munculnya memori kebencian (dosa), keserakahan (lohba),
(satanusari). Viññāṇa menjadi sebuah dan kebodohan batin (moha)
arus (viññāṇa-sota) yang menghubungkan a. Kesadaran mata yang disertai perasaan
kehidupan, saat ini dan yang akan datang, netral.
dan kadang-kadang dipacu sebagai arus b. Kesadaran telinga yang disertai
manifestasi (bhava-sota). Kesadaran juga perasaan netral.
dianggap sebagai salah satu nutrisi c. Kesadaran hidung yang disertai
dalam dalam ajaran buddha masih ada satu Selanjutnya setelah seseorang
lagi indra yang berupa pikiran. Indra-indra mengontrol objek yang diterima oleh panca
tersebut saling berhubungan antara satu dvara harus memiliki pengendalian diri yang
dengan yang lainnya sehing dalam baik. Pengendalian diri yang baik harus
bekerjanya akan menjadi sebab dan akibat. diawali dengan menjalankan sila dalam
Proses kesadaran yang terjadi pada indra kehidupan sehari-hari. Seperti yang
dari setiap citta diukur dengan tiga tahap dijelaskan oleh Pandit J Kaharudin untuk
yaitu ada kemunculan (uppada) menjadi ahli dalam vinaya seseorang harus
keberlangsungan (thiti) padam (bhanga) mahir dalam uposattha. Hal tersebut
(Mehm Tin Mon, 2014: 161). menunjukkan bahwa harus ada hal yang
Asal mula dari kondisi demikian dilakukan oleh manusia agar memiliki
adalah adanya kesadaran mata yang disertai pengendalian. Salah satu yang harus
perasaan netral. Kesadaran telinga yang dilakukan adalah dengan menjalankan
disertai perasaan netral. Kesadaran hidung delapan sila. Berlatih menjalankan sila.
yang disertai perasaan netral. Kesadaran Melalui kedisiplin dalam melaksanakan sila
lidah yang disertai perasaan netral. tersebut orang akan dapat mengendapkan
Kesadaran tubuh yang disertai perasaan tingkat keserakahan, kebencian dan
tidak menyenangkan. Kesadaran penerima kebodohan batin. Artinya bahwa seseorang
yang disertai perasaan netral. Kesadaran harus mengendalikan seluruh prilaku dalam
investigasi/penyelidik yang disertai perasaan kehidupan di lingkungan masyarakat umat
netral. (Sikkhānanda, 2011, p22). Buddha Kecamatan Kaloran Kabupaten
Melalui usaha yang demikian maka Temanggung Jawa Tengah.
seseorang sudah melakukan kontrol terhadap Pengendalian prilaku dalam
objek yang diterima sehingga orang hanya kehidupan di lingkungan masyarakat umat
melihat apa adanya dari gambar yang ada. Buddha Kecamatan Kaloran Kabupaten
Berbeda apabila seseorang menilai gambar Temanggung Jawa Tengah bukan menjadi
tersebut dengan menambahkan suatu hal mudah untuk dilakukan. Hal tersebut
deskripsi yang belum tentu kondisi tersebut dikarenakan ada pengaruh dari lingkungan
apa adanya. Hal tersebut menjadi kurang masyarakat sekitar maupun dari masyarakat.
baik dikarenakan pada saat memberikan pengaruh tersebut biasanya berkaitan erat
gambaran atau diskripsi orang sudah dengan kondiri tertentu. Sebagai salah satu
dipengaruhi keadaan-keadaan tertentu contoh pada saat orang mendengarkan berita
misalnya orang sedang memiliki tentang sanak keluarga yang difitnah
keserakahan (lobha) atau yang lainnya. terkadang seseorang terpengaruh dan ikut
Artinya dengan adanya kontrol yang baik menyebarluaskan berita tersebut. Kondisi
seseorang melakukan usaha untuk melatih demikian harus dikurangi bahkan harus
keseimbangan batin. Keseimbangan batin dihilangkan agar seseorang tidak memiliki
yang dimaksud adalah perasaan netral. Hal kebencian kepada orang yang diberitakan.
tersebut dikarenakan pada saat perasaan Hal demikian sangat sering terjadi
yang netral memiliki sifat yang tidak dilingkungan masyarakat sehingga ada
memihak pada kondisi apapun. Kondisi ini masyarakat yang saling bermusuhan. Dalam
merupakan kondisi yang sifatnya positif atau hal ini kesabaran harus dimiliki dan dilatih
negatif. Sifat positif merupakan sifat oleh umat agar tidak terpengaruh untuk
manusia yang diikuti oleh hal yang tidak membeci tetapi hanya melihat sebagaimana
serakah (alobha), tidak membenci (adosa), adanya apa yang telah didengar.
dan tidak memiliki kebodohan batin Latihan moralitas bagi umat
(amoha). Sedangkan sifat yang negatif Buddha Kecamatan Kaloran Kabupaten
merupakan sikap yang dikuti oleh TemanggungJawaTengahsangatdiperlukan
keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan untuk membentuk keseimbangan batin.
kebodohan batin (moha). Hal tersebut dikarenakan moralitas atau
tingkah laku dan etika menjadi dasar yang
harus dimiliki oleh seseorang agar batin atau etika. Kategori perbuatan benar dalam
yang dimiliki menjadi seimbang. Buddha ajaran buddha adalah tidak melakukan
mengajarkan bahwa dalam kehidupan pembunuhan (panatipata) kepada semua
sehari-hari umat buddha seharusnya selalu makhluk. Tidak melakukan pencurian dalam
melatih kedisiplinan dalam menjalankan bentuk apapun (adinadana), dan tidak
sila. Sebagai latihan yang dasar umat melakukan perzinaan (kamesumicara). Cara
Buddha Kecamatan Kaloran Kabupaten yang harus dilakukan oleh umat buddha
Temanggung Jawa Tengah harus masyarakat Kecamatan Kaloran Kabupaten
menjalankan pancasila buddhis dalam Temanggung agar memiliki perbuatan benar
kehidupan sehari-hari. Pancasila buddhis adalah dengan mengendalikan moralitas.
terdiri dari latihan untuk tidak melakukan Pengendalian moralitas ini dapat dilatih
pembunuhan, latihan untuk tidak melakukan dengan melaksanakan meditasi.
pencurian, tidak melakukan tindakan yang Melalui meditasi umat akan
asusila, tidak melakukan kebohongan atau melakukan pengikisan pada perbuatan-
berbicara yang tidak benar. perbuatan yang tidak benar. Hal tersebut
Moralitas tersebut menjadi dasar dapat dilakukan dengan cara
awal yang harus dilakukan oleh umat mengembangkan cinta kasih yang universal
Buddha Kecamatan Kaloran Kabupaten kepada semua makhluk (metta).
Temanggung Jawa Tengah. Setelah itu baru Pengembangan ini akan berfungsi untuk
latihan moralitas yang lebih tinggi yaitu menekan kebencian yang terdapat dalam diri
delapan sila yang wajib dilakukan oleh umat manusia. Pengembangan selanjutnya adalah
buddha. seseuai dengan tradisi yang dengan mengembangkan sifat welas asih
dilakukan oleh umat Buddha Kecamatan (karuna) dengan pengembangan ini
Kaloran Kabupaten Temanggung Jawa seseorang akan berfungsi untuk menekan
Tengah harus melaksanakan pelatihan sila keserakahan yang terdapat dalam manusia.
empat kali dalam sebulan. Tujuan dalam Sedangkan untuk pengembangan
pelatihan moralitas tersebut adalah agar selanjutnya adalah rasa simpati (mudita)
umat Buddha Kecamatan Kaloran akan menekan kebodohan yang melekat
Kabupaten Temanggung Jawa Tengah tidak pada diri manusia. Dengan pengembangan
melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sifat-sifat tersebut orang akan memiliki
benar. Untuk mencapai hal tersebut keseimbangan batin.
dibutuhkan kewaspadaan pada panca dvara Berdasarkan pada pembahasan hasil
dan objek yang diterima oleh indra. Hal penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
tersebut dibutuhkan karena sifat dari objek berikut: Mengkondisikan Panca dvara
dapat mempengaruhi menjadi negatif. dalam hal yang positif akan berdampak pada
Praktik sila mengajarkan umat hal yang positif dengan cara selalu
Buddha Kecamatan Kaloran Kabupaten mengontrol dan menyadari setiap objek
Temanggung Jawa Tengah untuk selalu yang diterima oleh pintu indra. Pengedalian
berbuat baik. Melalui praktik sila tersebut prilaku seseorang dalam kehidupan
dapat digunakan oleh umat Buddha bermasyarakat Kewaspadaan dan kesabaran
Kecamatan Kaloran Kabupaten dalam menjaga objek terima oleh indra.
Temanggung Jawa Tengah sebagai dasar Pelatihan sila untuk meningkatkan moralitas
melakukan samdhi untuk ketenangan yang baik.
batin. Dengan ketenangan batin yang
sudah dimiliki maka umat buddha dapat
memiliki keseimbangan batin. Selanjutnya Daftar Pustaka
harus melakukan pengembangan- Ashin Kundalābhivamsa, 2000. Kehidupan
pengembangan kesadaran pikiran atau mulia ini This noble life.
proses berfikir yang disebut sebagi vitthi.
Perbuatan benar merupakan Tangerang Vihara Padumuttara
perbuatan yang tidak melanggar dari norma