Perilaku Bidan Dalam Kunjungan Neonatus
Perilaku Bidan Dalam Kunjungan Neonatus
Abstrak
Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu
kunjungan neonatus I (KN 1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir, kunjungan
neonatus II (KN 2) pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah kelahiran, dan kunjungan
neonatus III (KN 3) pada hari ke 8-28 setelah kelahiran. Pelayanan kesehatan diberikan oleh
bidan/dokter/perawat, yang dapat dilaksanakan di Puskesmas atau melalui kunjungan rumah.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran perilaku bidan dalam kunjungan neonatus
di Wilayah Kerja Puskesmas Sabang Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan
Tahun 2015.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Jumlah informan sebanyak 7 orang yang terdiri dari 6 orang informan biasa yaitu
bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sabang, dan 1 orang informan kunci yaitu kepala Puskesmas
Sabang. Metode sampling menggunakan Proporsive Sampling. Hasil penelitian diperoleh
melalui wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian yang diperoleh tentang perilaku bidan dalam kunjungan neonatus
di Wilayah Kerja Puskesmas Sabang yaitu bidan mengunjungi bayi umur neonatus disesuaikan
dengan kondisi kesehatan bayi, bidan tidak mengunjungi bayi pada umur neonatus kalau tidak
dipanggil untuk memeriksa bayi, dan bidan mengunjungi bayi pada umur neonatus kalau bidan
yang menolong persalinan ibu bayi. Penyebab lain rendahnya cakupan kunjungan neonatus yaitu
Jumlah bidan yang sedikit, adanya mitos yang berkembang di masyarakat bahwa bayi tidak
boleh dibawa keluar rumah sebelum berumur 2 minggu, data tentang jumlah bayi yang dimiliki
puskesmas tidak lengkap, dan tidak semua indikator pelayanan neonatus terpenuhi dikarenakan
tidak adanya distibusi Vitamin K, pada sarana kesehatan di masing-masing desa.
Kata Kunci : Kunjungan Neonatus
Daftar Pustaka : 20 (2003-2013)
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
PENDAHULUAN yaitu tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
Banyak hal yang dapat dilakukan kesehatan, dan faktor pendorong atau
sebagai upaya untuk meningkatkan derajat penguat yaitu sikap dan perilaku petugas
kesehatan di Indonesia, salah satu hal yang kesehatan atau petugas lain, yang
mempunyai peran yang cukup penting merupakan kelompok referensi dari perilaku
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
adalah menyelenggarakan pelayanan Indikator derajat kesehatan dan
kesehatan secara umum. Pelayanan kesejahteraan masyarakat ditandai dengan
kesehatan masyarakat (Public Health jumlah kematian ibu, jumlah kematian bayi
Services) adalah sub sistem pelayanan dan usia harapan hidup. Sampai saat ini,
kesehatan meliputi bidang peningkatan kematian bayi masih merupakan salah satu
kesehatan (Promotif), pencegahan masalah prioritas bidang kesehatan ibu dan
(Preventif), pengobatan (Kuratif), dan anak di Indonesia. Tingginya angka
pemulihan (rehabilitatif) dengan sasaran kematian bayi (AKB) serta lambatnya
masyarakat (Depkes RI, 2008). penurunan angka tersebut, menunjukan
Tujuan keempat dan kelima Millenium bahwa pelayanan kesehatan ibu dan anak
Development Goals (MDG’s) pada tahun sangat mendesak untuk ditingkatkan baik
2015, bagi Indonesia merupakan tantangan dari segi jangkauan maupun kualitas
yang sangat berat walaupun berbagai upaya pelayanannya.
untuk memperbaiki derajat kesehatan ibu Angka kematian bayi (AKB) merupakan
dan bayi baru lahir telah ditetapkan indikator yang sensitif terhadap
di Indonesia tetapi hasilnya belum ketersediaan, kualitas dan pemanfaatan
memuaskan. Sesuai dengan kesepakatan pelayanan kesehatan terutama terhadap
global, Indonesia diminta untuk menurunkan pelayanan perinatal. AKB di Indonesia
angka kematian bayi menjadi 25 per 1000 masih terbilang tinggi yaitu 32/1000
kelahiran hidup pada tahun 2015. kelahiran hidup, dimana jika dibandingkan
Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan dengan negara tetangga di bagian ASEAN
Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 3, tujuan seperti Philipina 26/1000 kelahiran hidup,
pembangunan kesehatan adalah untuk Srilangka 13/1000 kelahiran hidup, dan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan Singapura 2/1000 kelahiran hidup
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang (Kepmenkes RI, 2011).
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat Berdasarkan Survei Demografi dan
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi Kesehatan Indonesia (SDKI), lebih dari tiga
bagi pembangunan sumber daya manusia perempat dari semua kematian balita terjadi
yang produktif secara sosial dan ekonomis. dalam tahun pertama kehidupan anak dan
Menurut H.L. Blum (1974) dalam mayoritas kematian bayi terjadi pada
Notoatmodjo (2003) bahwa status kesehatan periode neonatus (Kemenkes RI, 2012)
masyarakat ditentukan oleh empat faktor Berdasarkan Muslihatun (2010) dalam
yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan Darmawan (2011), dirumuskan bahwa bayi
kesehatan, dan herediter atau keturunan. usia kurang dari 1 bulan merupakan
Selanjutnya Green (1980) bahwa perilaku golongan umur yang memiliki risiko
dilatarbelakangi oleh tiga faktor diantaranya gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya
adalah faktor predisposisi yaitu kesehatan yang dapat dilakukan untuk
pengetahuan, sikap, kepercayaan, mengurangi risiko tersebut antara lain
keyakinan, dan nilai-nilai, faktor pemungkin dengan melakukan pertolongan kesehatan
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
oleh tenaga kesehatan dan pelayanan berarti dari 4.608.000 bayi yang lahir
kesehatan pada neonatus (0-28 hari) di Indonesia setiap tahunya, 100-454 bayi
minimal dua kali yaitu satu kali pada umur meninggal sebelum 1 bulan (Depkes RI,
0-7 hari (Kunjungan neonatus 1) dan satu 2010).
kali pada umur 8-28 hari (Kunjungan Berdasarkan profil Dinas Kesehatan
neonatus 2). Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2013
Kunjuangan neonatus adalah pelayanan dapat diketahui bahwa cakupan kunjungan
kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
yaitu kunjungan neonatus I (KN 1) pada 6 Sabang Kecamatan Bulagi Utara mencapai
jam sampai dengan 48 jam setelah lahir, 87, 4% dan berdasarkan laporan tahunan
kunjungan neonatus II (KN 2) pada hari ke 3 Puskesmas Sabang Kecamatan Bulagi Utara
sampai dengan hari ke 7 setelah kelahiran, Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2014,
dan kunjuangan neonatus III (KN 3) pada cakupan kunjungan neonatus di wilayah
hari ke 8-28 hari setelah kelahiran. kerja Puskesmas Sabang, dapat dilihat pada
Pelayanan kesehatan diberikan oleh tabel 1 :
bidan/dokter/perawat, yang dapat Tabel 1
dilaksanakan di Puskesmas atau melalui Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap
kunjungan rumah (Panduan-Yankes-BBL- Berdasarkan Desa di Wilayah Kerja
Berbasis Perlindunagan Anak, 2010). Puskesmas Sabang Kec. Bulagi Utara
Penelitian telah menunjukan bahwa lebih Kab. Banggai Kepulauan
dari 50% kematian bayi terjadi pada periode Tahun 2014
neonatus yaitu dalam bulan pertama
kehidupan. Kurang baiknya penanganan Kunjungan
bayi baru lahir yang lahir sehat akan Neonatus
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat Sasaran Lengkap
No. Desa
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan (KN
kematian. Misalnya, kurang baiknya Lengkap)
pembersihan jalan nafas waktu lahir dapat Bayi n %
menyebabkan masuknya cairan lambung ke 1 Sabang 28 15 9
dalam paru-paru yang mengakibatkan 2 Lukpanenteng 24 1 1
kesulitan bernafas, kekurangan zat asam, 3 Ombuli 17 11 7
dan apabila hal ini berlangsung terlalau lama 4 Koyobunga 7 5 3
dapat mengakibatkan pendarahan otak, 5 Sambulangan 14 21 13
kerusakan otak dan kemudian keterlambatan 6 Bangunemo 17 9 5
tumbuh kembang. Dalam pelayanan 7 Bakalinga 9 12 7
kesehatan bayi baru lahir perilaku bidan 8 Mandok 6 6 4
sangatlah penting, seperti saat 9 Bolubung 8 15 9
membersihkan jalan nafas, memotong dan 10 Montop 22 - -
merawat tali pusat, mempertahankan suhu
11 Paisuluno 10 8 5
tubuh bayi, identifikasi bayi, dan
12 Minanga 6 - -
pencegahan infeksi (Prawirohardjo, 2009).
Total 168 103 61
Dari hasil penelitian dan perhitungan
yang dilakukan, ditemukan bahwa kematian Sumber : Puskesmas Sabang, 2014.
neonatus di Indonesia pada tahun 2006-2010
sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Angka Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa
ini jika diterjemahkan ke jumlah absolut cakupan kunjungan neonatus di wilayah
kerja Puskesmas Sabang Kecamatan Bulagi
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
Utara Kabupaten Banggai Kepulauan b. Berdomisili tetap di lokasi
mengalami penurunan, yaitu dari 87,4 % penelitian.
pada tahun 2013, turun menjadi 61 % pada 2. Informan Kunci
tahun 2014. Padahal, pada Rencana Informan kunci adalah kepala puskesmas
Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan pemegang program KIA
Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011-2016, di Puskesmas Sabang Kecamatan Bulagi
cakupan pelayanan neonatus harus mencapai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan.
88 % pada tahun 2014, dan berdasarkan 3. Jumlah informan tidak ditentukan, tetapi
Standar Pelayanan Minimum (SPM) dianggap telah memadai apabila telah
Kabupaten/Kota ditetapkan bahwa cakupan sampai tingkat saturasi data yang artinya
pelayanan neonatus harus mencapai 90 % data yang diperoleh tidak memberikan
pada tahun 2015. tambahan informasi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengumpulan Data
Perilaku Bidan dalam Kunjungan Neonatus 1. Data Primer
di Wilayah Kerja Puskesmas Sabang Data primer diperoleh dari hasil
Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten wawancara mendalam dengan
Banggai Kepulauan Tahun 2015. menggunakan pedoman wawancara dan
Berdasarkan latar belakang, maka alat bantu seperti camera, hand phone
peneliti ingin meneliti tentang Perilaku dan catatan lapangan.
Bidan dalam Kunjungan Neonatus di 2. Data Sekunder
Wilayah Kerja Puskesmas Sabang Data sekunder diperoleh dari laporan
Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten tahunan Dinas Kesehatan kabupaten
Banggai Kepulauan Tahun 2015. Banggai Kepulauan dan laporan tahunan
Puskesmas Sabang Kecamatan Bulagi
Utara.
BAHAN DAN METODE