Anda di halaman 1dari 11

Jurnal KesMas Untika Vol.

7 Nomor 1 Juni 2016


ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
PERILAKU BIDAN DALAM KUNJUNGAN NEONATUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABANG
KECAMATAN BULAGI UTARA KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

BAMBANG APOLINARIS BADALIA, RAMLI

Abstrak

Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu
kunjungan neonatus I (KN 1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir, kunjungan
neonatus II (KN 2) pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah kelahiran, dan kunjungan
neonatus III (KN 3) pada hari ke 8-28 setelah kelahiran. Pelayanan kesehatan diberikan oleh
bidan/dokter/perawat, yang dapat dilaksanakan di Puskesmas atau melalui kunjungan rumah.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran perilaku bidan dalam kunjungan neonatus
di Wilayah Kerja Puskesmas Sabang Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan
Tahun 2015.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Jumlah informan sebanyak 7 orang yang terdiri dari 6 orang informan biasa yaitu
bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sabang, dan 1 orang informan kunci yaitu kepala Puskesmas
Sabang. Metode sampling menggunakan Proporsive Sampling. Hasil penelitian diperoleh
melalui wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian yang diperoleh tentang perilaku bidan dalam kunjungan neonatus
di Wilayah Kerja Puskesmas Sabang yaitu bidan mengunjungi bayi umur neonatus disesuaikan
dengan kondisi kesehatan bayi, bidan tidak mengunjungi bayi pada umur neonatus kalau tidak
dipanggil untuk memeriksa bayi, dan bidan mengunjungi bayi pada umur neonatus kalau bidan
yang menolong persalinan ibu bayi. Penyebab lain rendahnya cakupan kunjungan neonatus yaitu
Jumlah bidan yang sedikit, adanya mitos yang berkembang di masyarakat bahwa bayi tidak
boleh dibawa keluar rumah sebelum berumur 2 minggu, data tentang jumlah bayi yang dimiliki
puskesmas tidak lengkap, dan tidak semua indikator pelayanan neonatus terpenuhi dikarenakan
tidak adanya distibusi Vitamin K, pada sarana kesehatan di masing-masing desa.
Kata Kunci : Kunjungan Neonatus
Daftar Pustaka : 20 (2003-2013)
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
PENDAHULUAN yaitu tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
Banyak hal yang dapat dilakukan kesehatan, dan faktor pendorong atau
sebagai upaya untuk meningkatkan derajat penguat yaitu sikap dan perilaku petugas
kesehatan di Indonesia, salah satu hal yang kesehatan atau petugas lain, yang
mempunyai peran yang cukup penting merupakan kelompok referensi dari perilaku
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
adalah menyelenggarakan pelayanan Indikator derajat kesehatan dan
kesehatan secara umum. Pelayanan kesejahteraan masyarakat ditandai dengan
kesehatan masyarakat (Public Health jumlah kematian ibu, jumlah kematian bayi
Services) adalah sub sistem pelayanan dan usia harapan hidup. Sampai saat ini,
kesehatan meliputi bidang peningkatan kematian bayi masih merupakan salah satu
kesehatan (Promotif), pencegahan masalah prioritas bidang kesehatan ibu dan
(Preventif), pengobatan (Kuratif), dan anak di Indonesia. Tingginya angka
pemulihan (rehabilitatif) dengan sasaran kematian bayi (AKB) serta lambatnya
masyarakat (Depkes RI, 2008). penurunan angka tersebut, menunjukan
Tujuan keempat dan kelima Millenium bahwa pelayanan kesehatan ibu dan anak
Development Goals (MDG’s) pada tahun sangat mendesak untuk ditingkatkan baik
2015, bagi Indonesia merupakan tantangan dari segi jangkauan maupun kualitas
yang sangat berat walaupun berbagai upaya pelayanannya.
untuk memperbaiki derajat kesehatan ibu Angka kematian bayi (AKB) merupakan
dan bayi baru lahir telah ditetapkan indikator yang sensitif terhadap
di Indonesia tetapi hasilnya belum ketersediaan, kualitas dan pemanfaatan
memuaskan. Sesuai dengan kesepakatan pelayanan kesehatan terutama terhadap
global, Indonesia diminta untuk menurunkan pelayanan perinatal. AKB di Indonesia
angka kematian bayi menjadi 25 per 1000 masih terbilang tinggi yaitu 32/1000
kelahiran hidup pada tahun 2015. kelahiran hidup, dimana jika dibandingkan
Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan dengan negara tetangga di bagian ASEAN
Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 3, tujuan seperti Philipina 26/1000 kelahiran hidup,
pembangunan kesehatan adalah untuk Srilangka 13/1000 kelahiran hidup, dan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan Singapura 2/1000 kelahiran hidup
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang (Kepmenkes RI, 2011).
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat Berdasarkan Survei Demografi dan
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi Kesehatan Indonesia (SDKI), lebih dari tiga
bagi pembangunan sumber daya manusia perempat dari semua kematian balita terjadi
yang produktif secara sosial dan ekonomis. dalam tahun pertama kehidupan anak dan
Menurut H.L. Blum (1974) dalam mayoritas kematian bayi terjadi pada
Notoatmodjo (2003) bahwa status kesehatan periode neonatus (Kemenkes RI, 2012)
masyarakat ditentukan oleh empat faktor Berdasarkan Muslihatun (2010) dalam
yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan Darmawan (2011), dirumuskan bahwa bayi
kesehatan, dan herediter atau keturunan. usia kurang dari 1 bulan merupakan
Selanjutnya Green (1980) bahwa perilaku golongan umur yang memiliki risiko
dilatarbelakangi oleh tiga faktor diantaranya gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya
adalah faktor predisposisi yaitu kesehatan yang dapat dilakukan untuk
pengetahuan, sikap, kepercayaan, mengurangi risiko tersebut antara lain
keyakinan, dan nilai-nilai, faktor pemungkin dengan melakukan pertolongan kesehatan
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
oleh tenaga kesehatan dan pelayanan berarti dari 4.608.000 bayi yang lahir
kesehatan pada neonatus (0-28 hari) di Indonesia setiap tahunya, 100-454 bayi
minimal dua kali yaitu satu kali pada umur meninggal sebelum 1 bulan (Depkes RI,
0-7 hari (Kunjungan neonatus 1) dan satu 2010).
kali pada umur 8-28 hari (Kunjungan Berdasarkan profil Dinas Kesehatan
neonatus 2). Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2013
Kunjuangan neonatus adalah pelayanan dapat diketahui bahwa cakupan kunjungan
kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
yaitu kunjungan neonatus I (KN 1) pada 6 Sabang Kecamatan Bulagi Utara mencapai
jam sampai dengan 48 jam setelah lahir, 87, 4% dan berdasarkan laporan tahunan
kunjungan neonatus II (KN 2) pada hari ke 3 Puskesmas Sabang Kecamatan Bulagi Utara
sampai dengan hari ke 7 setelah kelahiran, Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2014,
dan kunjuangan neonatus III (KN 3) pada cakupan kunjungan neonatus di wilayah
hari ke 8-28 hari setelah kelahiran. kerja Puskesmas Sabang, dapat dilihat pada
Pelayanan kesehatan diberikan oleh tabel 1 :
bidan/dokter/perawat, yang dapat Tabel 1
dilaksanakan di Puskesmas atau melalui Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap
kunjungan rumah (Panduan-Yankes-BBL- Berdasarkan Desa di Wilayah Kerja
Berbasis Perlindunagan Anak, 2010). Puskesmas Sabang Kec. Bulagi Utara
Penelitian telah menunjukan bahwa lebih Kab. Banggai Kepulauan
dari 50% kematian bayi terjadi pada periode Tahun 2014
neonatus yaitu dalam bulan pertama
kehidupan. Kurang baiknya penanganan Kunjungan
bayi baru lahir yang lahir sehat akan Neonatus
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat Sasaran Lengkap
No. Desa
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan (KN
kematian. Misalnya, kurang baiknya Lengkap)
pembersihan jalan nafas waktu lahir dapat Bayi n %
menyebabkan masuknya cairan lambung ke 1 Sabang 28 15 9
dalam paru-paru yang mengakibatkan 2 Lukpanenteng 24 1 1
kesulitan bernafas, kekurangan zat asam, 3 Ombuli 17 11 7
dan apabila hal ini berlangsung terlalau lama 4 Koyobunga 7 5 3
dapat mengakibatkan pendarahan otak, 5 Sambulangan 14 21 13
kerusakan otak dan kemudian keterlambatan 6 Bangunemo 17 9 5
tumbuh kembang. Dalam pelayanan 7 Bakalinga 9 12 7
kesehatan bayi baru lahir perilaku bidan 8 Mandok 6 6 4
sangatlah penting, seperti saat 9 Bolubung 8 15 9
membersihkan jalan nafas, memotong dan 10 Montop 22 - -
merawat tali pusat, mempertahankan suhu
11 Paisuluno 10 8 5
tubuh bayi, identifikasi bayi, dan
12 Minanga 6 - -
pencegahan infeksi (Prawirohardjo, 2009).
Total 168 103 61
Dari hasil penelitian dan perhitungan
yang dilakukan, ditemukan bahwa kematian Sumber : Puskesmas Sabang, 2014.
neonatus di Indonesia pada tahun 2006-2010
sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Angka Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa
ini jika diterjemahkan ke jumlah absolut cakupan kunjungan neonatus di wilayah
kerja Puskesmas Sabang Kecamatan Bulagi
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
Utara Kabupaten Banggai Kepulauan b. Berdomisili tetap di lokasi
mengalami penurunan, yaitu dari 87,4 % penelitian.
pada tahun 2013, turun menjadi 61 % pada 2. Informan Kunci
tahun 2014. Padahal, pada Rencana Informan kunci adalah kepala puskesmas
Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan pemegang program KIA
Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011-2016, di Puskesmas Sabang Kecamatan Bulagi
cakupan pelayanan neonatus harus mencapai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan.
88 % pada tahun 2014, dan berdasarkan 3. Jumlah informan tidak ditentukan, tetapi
Standar Pelayanan Minimum (SPM) dianggap telah memadai apabila telah
Kabupaten/Kota ditetapkan bahwa cakupan sampai tingkat saturasi data yang artinya
pelayanan neonatus harus mencapai 90 % data yang diperoleh tidak memberikan
pada tahun 2015. tambahan informasi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengumpulan Data
Perilaku Bidan dalam Kunjungan Neonatus 1. Data Primer
di Wilayah Kerja Puskesmas Sabang Data primer diperoleh dari hasil
Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten wawancara mendalam dengan
Banggai Kepulauan Tahun 2015. menggunakan pedoman wawancara dan
Berdasarkan latar belakang, maka alat bantu seperti camera, hand phone
peneliti ingin meneliti tentang Perilaku dan catatan lapangan.
Bidan dalam Kunjungan Neonatus di 2. Data Sekunder
Wilayah Kerja Puskesmas Sabang Data sekunder diperoleh dari laporan
Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten tahunan Dinas Kesehatan kabupaten
Banggai Kepulauan Tahun 2015. Banggai Kepulauan dan laporan tahunan
Puskesmas Sabang Kecamatan Bulagi
Utara.
BAHAN DAN METODE

Jenis Penelitian Instrumen Penelitian


Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang Instrumen dalam penelitian ini adalah
digunakan adalah penelitian kualitatif peneliti sendiri dengan dibantu oleh alat
dengan pendekatan fenomenologi. perekam wawancara dan pedoman
wawancara.
Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Pengolahan dan Analisis Data
Puskesmas Sabang Kecamatan Bulagi Utara 1. Cara Pengolahan Data
Kabupaten Banggai Kepulauan, pada bulan Pengolahan data dilakukan dengan
Februari sampai bulan Maret 2015. beberapa tahap, yakni:
a. Analisis data dimulai dengan
Informan dan Informan Kunci menelaah seluruh data yang tersedia
1. Informan dari hasil wawancara dan
Informan dalam penelitian ini adalah pengamatan.
bidan di Wilayah Kerja Puskesmas b. Menyeleksi data, dimana peneliti
Sabang Kecamatan Bulagi Utara, dengan memilih dan menyeleksi data-data
kriteria sebagai berikut : yang diperoleh dari hasil penelitian
a. Bersedia diwawancarai. yang kemudian akan digunakan
dalam penganalisaan data. Hal ini
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
digunakan untuk menghindari 1. Triangulasi sumber adalah
adanya penyimpangan data yang membandingkan dan mengecek balik
akan dianalisa. derajat kepercayaan suatu informasi
c. Mengklarifikasikan data, dimana yang diperoleh dari informan biasa dan
untuk memperoleh gambaran yang informan kunci dalam penelitian.
jelas dan kesimpulan yang tepat 2. Triangulasi Metode adalah metode yang
apabila datanya telah terkumpul. dilakukan dengan melakukan wawancara
d. Mereduksi data yang dilakukan dan observasi. Dimama pada saat
dengan cara membuat resume dari wawancara, dilakukan pula observasi.
pernyataan-pernyataan informan.
e. Pernyataan-pernyataan dari informan
dibuat dalam matriks/tabel. HASIL PENELITIAN
f. Data disajikan dalam bentuk narasi
dan disertai dengan penjelasan. Penelitian dilaksanakan di Wilayah
2. Analisis Data Kerja Puskesmas Sabang yang bertujuan
Analisis data dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang
menggunakan teknik analisis data bagaimana perilaku bidan dalam kunjungan
menurut Milles dan Huberman (1984) neonatus dan penyebab rendahnya cakupan
dalam Sugiyono (2012), yang diterapkan kunjungan neonatus di Wilayah Kerja
melalui tiga alur, yaitu : Puskesmas Sabang. Pemilihan informan
a. Data Reduction dilakukan dengan cara Purpossive Sampling,
Data Reduction atau mereduksi data dengan pertimbangan sebagai berikut;
berarti menerangkan, memilah hal- informan bersedia diwawancarai,
hal pokok, memfokuskan pada hal- berdomisili tetap di wilayah kerja
hal penting, dicari tema dan polanya. Puskesmas Sabang, dan penelitian dilakukan
b. Data Display di desa/kelurahan yang memiliki bidan desa.
Tahapan selanjutnya setelah data Karakteristik informan dapat dilihat pada
direduksi, maka dilakukan display tabel 3 :
data atau penyajian data. Yang Tabel 3
paling sering digunakan dalam Distribusi Informan Berdasarkan Umur,
menyajikan data pada penelitian Tingkat Pendidikan, Pekerjaan
kualitatif adalah teks yang bersifat Di Wilayah Kerja Puskesmas Sabang
naratif. Tahun 2015
c. Conclusion
Nama Tingkat
Tahapan melakukan pencarian No.
Informan
Umur
Pendidikan
Pekerjaan Keterangan
makna dan kata kunci peristiwa yang
1. FI 38 SPK Bidan Desa Informan
bertujuan untuk membentuk pola dan
2. UB 36 Amd. Keb Bidan Desa Informan
alur sebab akibat dalam
pembentukan konsep yang kemudian 3. NJ 26 Amd. Keb Bidan Desa Informan
dijadikan proposisi. 4. NP 25 Amd. Keb Bidan Desa Informan
5. HL 41 SPK Bidan Desa Informan
Uji Keabsahan Data 6. SH 26 Amd. Keb
Koordinator
Informan
Untuk menjamin keabsahan informasi yang Bidan
telah didapatkan, maka diperlukan metode Kepala Informan
7. CS 51 SPK
Puskesmas Kunci
triangulasi data, yaitu :
Sumber Data : Primer 2015
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
Hasil wawancara yang diperoleh dari Penyebab rendahnya cakupan kunjungan
informan tentang perilaku bidan dalam neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
kunjungan neonatus dan penyebab Sabang selain dilihat dari perilaku bidan,
rendahnya cakupan kunjungan neonatus di dapat pula dilihat dari beberapa faktor lain,
Wilayah Kerja Puskesmas Sabang, disajikan yaitu :
dalam bentuk narasi sebagai berikut:
1. Perilaku bidan dalam kunjungan 1. Kunjungan neonatus dikatakan lengkap
neonatus, yaitu bidan mengunjungi bayi jika semua indikator pelayananya
umur neonatus disesuaikan dengan terpenuhi. Namun di Wilayah Kerja
kondisi kesehatan bayi, dimana jika Puskesmas Sabang sering terlambat
tidak ada gangguan pada kesehatan bayi dalam pengiriman Vitamin K ke masing-
maka kunjungan neonatus tidak masing Poskesdes, sehingga banyak bayi
dilanjutkan. Jumlah kunjungan yang yang tidak mendapatkan suntikan
dilakukan bidan sebanyak 3 kali pada Vitamin K. Hal ini yang menyebabkan
umur 0-7 hari dan atau sampai tali pusat kunjungan neonatus lengkap di Wilayah
bayi lepas. Hal ini dapat dilihat dari Kerja Puskesmas Sabang rendah. Hal ini
ungkapan informan berikut : dapat dilihat dalam ungkapan informan
“Ya, berikut :
Kalu sa punya di sini sa pe pelayanan “Karna itu kan kunjungan neonatus,
anu apa..3 kali pada umur 0-3 hari, kalu torang ikut pelatihan baru-baru ini,
setelah itu 3 hari sudah..so selesai semua target itu harus di penuhi,
kunjungan, nanti ada kendala baru kita sedangkan target penyuntikan Vit. K,
kunjungi. (NP), (FI) biasa depe Vit. K itu terlambat datang
Kalu macam torang yang tolong, 1 dari Puskesmas. Jadi itu bayi setelah 1
minggu itu tiap hari, tergantung depe minggu so tidak masuk itu kunjungan
pusat dia keluar.” (UB) itu, karna kita baru mengikuti pelatihan
harus masuk semua kunjungan itu. Jadi
2. Perilaku bidan dalam kunjungan gagal, biar torang kunjungi tapi tidak
neonatus, yaitu bidan tidak mengunjungi masuk itu.” (UB)
bayi pada umur neonatus kalau tidak
dipanggil untuk memeriksa bayi. Hal ini 2. Rendahnya cakupan kunjungan neonatus
dapat dilihat dari ungkapan informan di Wilayah Kerja Puskesmas Sabang
berikut : dikarenakan Jumlah bidan yang sedikit
Kalu bukan torang yang tolong dimana hanya ada 6 orang bidan di
tidak..karna torang tidak dipangge, kalu Wilayah Kerja Puskesmas Sabang,
dipangge jelas torang kunjungi.” (UB), sehingga dari 12 desa hanya ada 6 desa
(NJ), (SH). yang memiliki bidan. Hal ini dapat
dilihat dari ungkapan informan berikut :
3. Selain itu, perilaku bidan dalam “Kan di sini ada 12 desa, sedangkan
kunjungan neonatus, yaitu bidan petugasnya hanya berapa, apalagi kalau
mengunjungi bayi pada umur neonatus bidan hanya di paisu luno, bolubung,
kalau bidan yang menolong persalinan mandok, bakalinga, sambulangan,
ibu bayi. Hal ini dapat dilihat dari sabang, jadi kendalanya juga itu.”(HL)
ungkapan informan berikut :
“Kalau lahir ditolong tenaga kesehatan, 3. Berdasarkan pernyataan Informan Kunci
itu dimonitor terus.” (UB), (NJ), (CS). rendahnya cakupan kunjungan neonatus
di Wilayah Kerja Puskesmas Sabang
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
dikarenakan ibu bayi tidak memanggil kunjungan neonatus lengkap (KN L) belum
bidan untuk memeriksakan bayinya berjalan dengan baik. Hal ini dapat lihat dari
karena bayinya sehat. Selain itu ada pula masih banyakya ibu nifas dan bayi umur
mitos yang berkembang di masyarakat, 8-28 hari atau bayi yang telah lepas tali
bahwa bayi tidak boleh dibawa keluar pusatnya, yang belum mendapatkan
rumah sebelum berumur 2 minggu. pelayananan neonatus lengkap.
Penyebab lainnya adalah karena ada bayi Kunjungan neonatus di Wilayah Kerja
yang ibunya terdaftar tetapi bayinya Puskesmas Sabang belum berjalan dengan
tidak terdaftar karena ibunya bersalin di baik, disebabkan oleh berbagai faktor. Salah
tempat lain, sehingga data yang ada satu faktor yang menjadi penyebab utama
tidak akurat dan selain itu rendahnya rendahnya cakupan kunjungan neonatus
cakupan kunjungn neonats dikarenakan yaitu perilaku bidan, dimana berdasarkan
semua indikator pelayanan neonatus hasil wawancara dan observasi yang
harus dipenuhi, jadi jika ada satu dilakukan peneliti terhadap informan dan
indikator yang tidak terpenuhi, maka ibu bayi yang ada di Wilayah Kerja
kunjungan dianggap tidak lengkap. Hal Puskesmas Sabang, didapatkan hasil bahwa
ini dapat dilihat dari ungkapan informan perilaku bidan dalam kunjungan neonatus di
berikut : Wilayah Kerja Puskesmas Sabang adalah
“Ya, sebagai berikut :
Kalau yang lahir ditolong tenaga 1. Bidan mengunjungi bayi umur neonatus
kesehatan, itu dimonitor terus. disesuaikan dengan kondisi kesehatan
Ibu bayi tidak panggil bidan untuk bayi, dimana jika tidak ada gangguan
periksakan bayinya karna dorang pikir pada kesehatan bayi maka kunjungan
tidak ada apa, sehat-sehat saja, jadi neonatus tidak dilanjutkan.
tidak perlu. Nanti so 1 bulan baru Melihat masalah tersebut, dapat
dorang bawa ke Posyandu. Dan petugas dikatakan bahwa pengetahuan bidan
kesehatan tidak menunjungi karena tentang pentingnya kunjungan neonatus
sabantar dorang bilang tidak dipanggil. masih kurang. Kunjungan neonatus tetap
Baru di sini ada kepercayaan kalau hurus dilaksanakan oleh bidan pada
belum 2 minggu belum bisa dibawa umur bayi 0-28 hari walaupun kondisi
keluar rumah, mungkin mitos. Tidak kesehatan ibu dan bayinya telah
tercatat karena melahirkan di puskesmas membaik, karena kunjungan neonatus
lain, jadi datanya itu misalnya tidak harus dilaksanakan minimal 3 kali, yaitu
mungkin ada 7 ibu melahirkan kemudian 1 kali pada 6 jam sampai 48 jam setelah
bayinya tidak ada. kelahiran (KN I), 1 kali pada hari ke 3
8 indikator pelayanan neonatus harus sampai hari ke 7 setelah kelahiran (KN
torang penuhi kalau tidak berarti tidak II), dan 1 kali pada hari ke 8 sampai hari
lengkap kunjungan neonatus.”(CS) ke 28 setelah kelahiran (KN III), dimana
dalam melakukan kunjungan neonatus
banyak hal yang harus dilakukan oleh
PEMBAHASAN seorang tenaga kesehatan khususnya
bidan, seperti melakukan identifikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang pada bayi, malakukan perawatan tali
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas pusat dan perawatan mata, serta
Sabang, didapatkan hasil bahwa kunjungan pemberian vitamin K. Pentingnya
neonatus yang dalam hal ini adalah kunjungan neonatus oleh tenaga
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
kesehatan pada ibu nifas dan bayi usia bayi dan bayinya, sehingga ibu dan
neonatus merupakan hal yang perlu bayinya tidak mendapatkan pelayanan
diperhatikan oleh pemerintah dan tenga neonatus.
kesehatan khususnya yang bertempat di 3. Bidan mengunjungi bayi pada umur
Wilayah Kerja Puskesmas Sabang, agar neonatus kalau bidan yang menolong
kunjungan neonatus lengkap di Wilayah saat persalinan ibu bayi.
Kerja Puskesmas Sabang dapat berjalan Pelayanan kesehatan neonatus harus
dengan baik. dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui
2. Bidan tidak mengunjungi ibu nifas dan pelayanan kesehatan yang diberikan
bayi umur neonatus kalau tidak kepada ibu hamil. Penelitian telah
dipanggil oleh keluarga atau ibu bayi menunjukan bahwa lebih dari 50%
untuk memeriksa kesehatan ibu dan kematian bayi terjadi pada periode
bayinya. neonatus yaitu dalam bulan pertama
Berdasarkan Prawirohardjo (2009), kehidupan. Kurang baiknya penanganan
masa neonatus merupakan masa kritis bayi baru lahir yang lahir sehat akan
dari kehidupan bayi, dimana dua pertiga menyebabkan kelainan-kelainan yang
kematian bayi terjadi dalam empat dapat mengakibatkan cacat seumur
minggu setelah persalinan dan 60% hidup, bahkan kematian. Misalnya,
kematian bayi baru lahir terjadi dalam kurang baiknya pembersihan jalan nafas
waktu 7 hari setelah lahir. Dengan waktu lahir dapat menyebabkan
pemantauan melekat dan asuhan pada masuknya cairan lambung ke dalam
ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah paru-paru yang mengakibatkan bayi
beberapa kematian ini. kesulitan bernafas (Prawirohardjo,
Melihat hal tersebut maka sangat 2009).
dibutuhkan kesadaran tenaga kesehatan Bidan sebagai tenaga yang
untuk melakukan kunjungan neonatus profesional mempunyai tanggung jawab
pada ibu nifas dan bayi umur neonatus. yang sangat besar dalam hal ini, seperti
Namun yang terjadi di Wilayah Kerja bermitra dengan perempuan dalam
Puskesmas Sabang, masih didapatkan memberikan dukungan, asuhan dan
masalah bahwa tenaga kesehatan nasehat yang diperlukan selama
khususnya bidan yang tidak kehamilan, pada saat persalinan dan
mengunjungi ibu nifas dan bayi umur nifas, dan memfasilitasi kelahiran serta
neonatus, kalau tidak dipanggil untuk memberikan asuhan kepada bayi baru
memeriksakan ibu dan bayinya. Hal ini lahir dan anak. Namun berdasarkan
menggambarkan masih kurangnya penelitian yang dilakukan di Wilayah
kesadaran bidan tentang pentingnya Kerja Puskesmas Sabang, masih
melakukan kujungan neonatus pada ibu ditemukan banyaknya ketidaksesuaian
nifas dan bayi umur neonatus. Selain itu, dengan hal tersebut, dimana masih
berdasarkan wawancara yang dilakukan banyak ditemukan bahwa bidan tidak
terhadap ibu bayi didapatkan bahwa mengunjungi ibu nifas dan bayi umur
kerap terjadi pula ibu dan atau keluarga neonatus, kalau bukan bidan yang
bayi telah menghubungi tenaga menolong persalinan ibu bayi. Ada
kesehatan atau bidan untuk banyak hal yang menjadi alasan bidan
memeriksakan kesehatan ibu dan tidak mengunjungi ibu nifas dan bayi
bayinya, namun tenaga kesehatan umur neonatus, diantaranya bidan tidak
tersebut tidak datang mengunjungi ibu mengetahui adanya bayi ditempat bidan
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
tersebut bertugas dikarenakan bayi lahir yang ada tidak akurat. Misalnya di Desa
ditolong oleh dukun, sehingga Lukpanenteng yang jaraknya tidak jauh
keberadaan bayi baru diketahui setelah dari kecamatan buko. Ibu hamil di Desa
ibu bayi tersebut mengikuti kegiatan Lukpanenteng yang terdaftar di
posyandu yang dilaksakan di desa. Hal Puskesmas Sabang kebanyakan
tersebut menunjukan masih kurangnya melakukan persalinan pada tenaga
pengetahuan dan kesadaran tenaga kesehatan yang bertugas di Wilayah
kesehatan khususnya bidan tentang Kerja Puskesmas Buko, sehingga data
pentingnya kunjungan neonatus, karena tentang bayi tersebut tidak tercatat pada
bidan sebagai tenaga yang profesional data di Puskesmas Sabang.
seharusnya telah mempunyai berbagai 4. Kunjungan neonatus dikatakan lengkap
strategi agar hal-hal seperti itu tidak jika semua indikator pelayananya
perlu terjadi. terpenuhi. Namun di Wilayah Kerja
Penyebab rendahnya cakupan kunjungan Puskesmas Sabang sering terlambat
neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas dalam pengiriman Vitamin K ke masing-
Sabang, selain dilihat dari perilaku bidan, masing Poskesdes dimasing-masing
dapat pula dilihat dari beberapa faktor lain, desa, sehingga banyak bayi yang tidak
yaitu : mendapatkan suntikan Vitamin K. Hal
1. Jumlah bidan yang sedikit dimana hanya ini yang menyebabkan kunjungan
ada 6 orang bidan di Wilayah Kerja neonatus lengkap di Wilayah Kerja
Puskesmas Sabang, sehingga dari 12 Puskesmas Sabang rendah.
desa hanya ada 6 desa yang memiliki Hasil penelitian tersebut jika dikaitkan
bidan, seperti Kelurahan Sabang, Desa dengan beberapa penelitian lain berkaitan
Bakalinga, Desa Mandok, Desa dengan rendahnya cakupan kunjungan
Bolubung, Desa Paisu Luno, dan Desa neonatus, terdapat banyak perbedaan, seperti
Sambulangan. Hal ini tentunya sedikit penelitian yang dilakukan oleh Yuniar
menyulitkan bidan dan tenaga kesehatan (2004) yang dikutip dalam Darmawan
lainnya dalam melakukan pelayanan (2011), rendahnya cakupan kunjungan
kesehatan, khususnya dalam melakukan neonatus dipengaruhi oleh berbagai faktor
kunjungan neonatus dikarenakan jarak seperti pendidikan ibu yang rendah, sikap
antar desa di Wilayah Kerja Puskesmas ibu yang negatif seperti takut salah dalam
Sabang yang cukup berjauhan, seperti melakukan perawatan tali pusat, kurangnya
jarak antara Kelurahan Sabang dan Desa dukungan dari keluarga, pengetahuan ibu
Ombuli yang berjarak ± 7 km. yang kurang dan status ekonomi yang masih
2. Adanya mitos yang berkembang rendah.
dimasyarakat bahwa bayi tidak boleh
dibawa keluar rumah sebelum berumur 2
minggu dan atau sebelum dibawa ke KESIMPULAN
Gereja, dan mitos ini telah ada di tengah
masyarakat sejak dahulu kala, sehingga Berdasarkan hasil penelitian dan
mitos ini mempengaruhi cakupan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan
kunjungan neonatus di Wilayah Kerja bahwa perilaku bidan dalam kunjungan
Puskesmas Sabang. neonatus dan penyebab rendahnya cakupan
3. Adanya bayi yang ibunya terdaftar tetapi kunjungan neonatus di Wilayah Kerja
bayinya tidak terdaftar karena ibunya Puskesmas Sabang, adalah sebagai berikut:
bersalin di tempat lain, sehingga data 1. Perilaku bidan dalam kunjungan
neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
Sabang yaitu bidan mengunjungi bayi 4. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
umur neonatus disesuaikan dengan Banggai Kepulauan, untuk lebih aktif
kondisi kesehatan bayi, bidan tidak melakukan pelatihan-pelatihan dan
mengunjungi bayi pada umur neonatus penyegaran-penyegaran kepada tenaga
kalau tidak dipanggil untuk memeriksa kesehatan yang ada di seluruh
bayi, dan bidan mengunjungi bayi pada puskesmas di Kabupaten Banggai
umur neonatus kalau bidan yang Kepulauan, agar tenaga kesehatan dapat
menolong saat persalinan ibu bayi. melaksanakan tugasnya dengan baik dan
2. Penyebab lain rendahnya cakupan bertanggungjawab.
kunjungan neonatus yaitu Jumlah bidan 5. Bagi pemerintah daerah baik di tingkat
yang sedikit, adanya mitos yang kecamatan maupun kabupaten, untuk
berkembang di masyarakat bahwa bayi dapat sama-sama meningkatkan mutu
tidak boleh dibawa keluar rumah pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja
sebelum berumur 2 minggu, data tentang Puskesmas Sabang, khususnya dalam
jumlah bayi yang dimiliki puskesmas mengurangi angka kematian ibu dan
tidak lengkap, dan tidak semua indikator anak.
pelayanan neonatus terpenuhi
dikarenakan tidak adanya distibusi
Vitamin K, pada sarana kesehatan di DAFTAR PUSTAKA
masing-masing desa.
Dahlan, 2012. Langkah-Langkah Membuat
SARAN Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan,
1. Bagi masyarakat, diharapkan untuk lebih Sagung Seto, Jakarta.
berperan aktif dalam memeriksakan
bayinya di usia neonatus dan atau Darmawan, dkk, 2011. Hubungan
menghubungi tenaga kesehatan untuk Pengetahuan Ibu dan
datang memeriksa kesehatan bayi. Dukungan Suami dengan
2. Bagi tenaga kesehatan, diharapkan untuk Kunjungan Neonatus 1 (KN
lebih berperan aktif dalam melakukan 1) di Wilayah Kerja
pelayanan kesehatan bagi masyarakat, Puskesmas Pasirlangu
khususnya pelayanan kesehatan pada Kabupaten Bandung Barat,
bayi dan ibunya terutama pada saat Stikes Jendral A. Yani.
persalinan dan pada usia neonatus 0-28 Cimahi.
hari, misalnya dengan melakukan
kemitraan dengan dukun dalam Departemen Kesehatan RI, 2008. Profil
menolong persalinan dan kunjungan Kesehatan Indonesia. Jakarta
neonatus rutin pada usia neonatus.
3. Bagi pimpinan dan seluruh pejabat Departemen Kesehatan RI, 2010. Profil
struktural dan fungsional di Puskesmas Kesehatan Indonesia. Jakarta
Sabang, untuk dapat melengkapi segala
hal yang dibutuhkan dalam pelayanan Dinkes Propinsi Sulteng, 2012. Profil
kesehatan bagi masyarakat, agar Kesehatan Propinsi Sulawesi
pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja Tengah, Palu
Puskesmas Sabang dapat berjalan
dengan baik.
Jurnal KesMas Untika Vol. 7 Nomor 1 Juni 2016
ISSN. 2086-3772
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
Ramli, 2013. Perilaku Ibu Hamil dalam
Kepmenkes RI, 2010. Panduan Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan di
Kesehaan Bayi Baru Lahir Kabupaten Banggai
Berbasis Perlindungan Anak, Kepulauan Sulawesi Tengah,
Direktorat Kesehatan Anak Tesis, Universitas Hasanudin.
Khusus. Makassar
Kepmenkes RI, 2011. Alokasi Aggaran Saryono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif
Dana Dekosentrasi dan dalam Bidang Kesehatan,
Tugas Pembantuan Muha Medika, Yogjakarta.
Pelaksanaan Program
Pembangunan Kesehatan di Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian
Provinsi dan Kualitatif, Alfabeta,
Kabupaten/Kota, Nomor Bandung.
152/MENKES/SK/I/2011.
Jakarta Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawatan Anak, EGC, Jakarta
Kepmenkes RI, 2012. Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta Tiwi, 2009. Bidan Sebagai Profesi,
Http://the2w.blogspot.com/20
Meilani, dkk, 2009. Kebidanan Komunitas, 09, diakses pada tanggal 18
Fitramaya, Yogjakarta. desember 2014.
Manuaba, dkk, 2006. Buku Ajar Patalogi
Obstetri Untuk Mahasiswa
Kebidanan, EGC, Jakarta.

Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku


Kesehatan, Rineka Cipta.
Jakarta

Notoatmodjo, 2003. Pendidikan Dan


Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Prawirohardjo, 2009. Buku Acuan Nasional


Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal,
Tridasa Printer, Jakarta.

Prawirohardjo, 2011. Ilmu Kebidanan


Sarwono Prawirohardjo,
Tridasa Printer, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai