Anda di halaman 1dari 95

HALAMAN JUDUL

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PNEUMONIA PADA ANAK

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBTUHAN OKSIGENASI

DI RUANG ANGGREK RSUD UMBU RARA MEHA WAINGAPU

OLEH:

ELISABETH MIMUNG

NIM. PO530320317424

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PNEUMONIA PADA ANAK


DI RUANG ANGGREK RSUD UMBU RARA MEHA WAINGAPU
KABUPATEN SUMBA TIMUR
Laporan Studi Kasus ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan

Oleh

Elisabeth Mimung
Nim: PO530320317424

Telah disetujui untuk diseminarkan didepan Dosen Penguji dan Pembimbing


Politeknik kesehatan kemenkes kupang Prodi Keperawatan Waingapu
Pada Tanggal April 2020

Pembimbing

Johana B.Atameha,SST.,M.Pd
Nip: 19570112 197802 2 007

Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan Waingapu

Maria Kareri Hara, S.Kep., Ns., M.Kes


Nip: 19670210 198903 2 001

ii
LEMBARAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PNEUMONIA PADA ANAK


DI RUANG ANGGREK RSUD UMBU RARA MEHA WAINGAPU
KABUPATEN SUMBA TIMUR
Oleh

Elisabeth Mimung
Nim: PO530320317424

Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Politeknik kesehatan kemenkes kupang Prodi Keperawatan Waingapu
Pada Tanggal

Penguji I Penguji II

Maria Kareri Hara,S.Kep., Ns.M.Kep Johana B.Atameha,SST.,M.Pd


Nip: 19670210 198903 2 001 Nip: 19570112 197802 2 007

Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan Waingapu

Maria Kareri Hara, S.Kep,.Ns., M.Kes


NIP:19670210 198903 2 001

iii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Elisabeth Mimung


Nim : PO 530320317424
Tempat Tanggal Lahir : Manggarai, 23 Maret 1987
Institusi : Prodi Keperawatan Waingapu
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pasien Pneumonia Pada
Anak Di Ruang Anggrek Rsud Umbu Rara Meha
Waingap,Kabupaten Sumba Timur

Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar- benar hasil karya

saya sendiri, bukan merupakan pengambialihan dari karya tulis orang lain atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri, kecuali

dalam bentuk tulisan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar- benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapatkan sanksi dalam

bentuk apapun.

Waingapu, April 2020


Yang menyatakan

Elisabeth Mimung
Nim: PO530320317424

iv
BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Elisabeth Mimung

Tempat Tanggal Lahir : Manggarai, 23 Maret 1987

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat :Biluwawi, Desa Umbu Riri, Kecamatan


Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah

Riwayat Pendidikan :

1. Tamat SDN Dedekadu tahun 2000


2. Tamat SLTPN 2 Waikabubak Tahun 2003
3. Tamat SPK Pemda Waikabubak Tahun 2007
4. Sejak Tahun 2017 Kuliah di Poltekkes
Kemenkes Kupang Prodi Keperawatan
Waingapu

“ MOTTO ”

Di balik kesulitan hari ini,


akan ada kesuksesan di masa
yang akan datang

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini

dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien Pneumonia pada anak di RSUD Umbu

Rara Meha Waingapu,Kabupaten Sumba Timur sebagai salah satu persyaratan

dalam penyelesaian pendidikan pada Program Diploma III prodi Keperawatan

Waingapu Poltekes Kemenkes Kupang.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan Laporan Studi Kasus ini penulis

banyak mendapat dukungan dan bimbingan dari Ibu Johana B.Atameha, Sst.,

M.Pd selaku pembimbing, sekaligus penguji dan berbagai pihak, tidak terlepas

dari bantuan tenaga, pikiran, dan dukungan moril. Oleh karena itu penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Paulus Kira selaku Bupati Sumba Tengah yang telah memberikan ijin

dan bantuan dana kepada penulis selama mengikuti perkulihan di Prodi

Keperawatan Waingapu.

2. Ibu R. H. Kristina.,SKM.,M.Kep, selaku Direktur Politekes Kemenkes

Kupang yang telah mengijinkan penulis untuk menempuh pendidikan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Program Studi Keperawatan

Waingapu.

3. Ibu Maria Kareri Hara,S.Kep,Ns.M.Kes sebagai Ketua Program Studi

Keperawatan Waingapu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengikuti perkuliahan di Prodi Keperawatan Waingapu.

4. Bapak Umbu Sappi Pateduk selaku mantan Bupati Sumba Tengah yang telah

vi
memberi ijin dan bantuan dana kepada penulis.

5. Bapak dr. Oktavianus Deky selaku Kepala Dinas Kesehatan Sumba Tengah

yang telah memberi ijin dan rekomendasi kepada penulis untuk mengikuti

perkuliahan di Prodi Keperawatan Waingapu.

6. Bapak/ ibu dosen selaku dosen yang telah membekali penulis dalam

pengetahuan selama di bangku kuliah dan memberi semangat dan motifasi

dalam menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini.

7. Kepada Suamiku Matias Yong Natalis,dan anak-Anakku Innocencio Afra

Yong Putra Dan Bertrand Ludwig Yong Putra, yang senantiasa mendoakaan

dan mendukung baik secara spiritual, materi, dan moril pada penulis selama

mengikuti perkuliahan dan dalam menyusun Laporan Studi Kasus ini.

8. Kepada Orang tua dan saudara serta keluarga yang selalu mendoakan dan

mendukung baik secara spiritual, materi dan moril pada penulis selama

perkulian dan dalam menyusun Laporan Studi Kasus ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Waingapu, April 2020

Penulis

Elisabeth Mimung

vii
ABSTRAK

Kementrian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang
Program Studi
Keperawatan Waingapu
Karya Tulis
Ilmiah,Maret 2020

“Elisabeth Mimung”
Studi Kasus
Asuhan Keperawatan Pada Klien Pneumonia Pada Anak Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Anggrek RSUD Umbu Rara
Meha Waingapu
Xii + 69 halaman, 15 tabel
Latar belakang: Menurut Saktya (2018) menyatakan pneumonia adalah
salah satu penyakit infeksi yang menyerang satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur yang menyebabkan paru-
paru meradang, kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi
cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Tujuan :
Menerapkan asuhan keperawatan pasien pneumonia pada anak, yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi di
ruangan Anggrek RSUD Umbu Rara Meha Wingapu. Metode:metode yang di
gunakan studi kasus, subyek/fokus studi kasus pada 2 kasus dengan asuhan
keperawatan pasien pneumonia pada anak. Hasil: pengkajian: keluhan utama :
sesak napas, batuk, diagnosa yang muncul pada kedua kasus yaitu bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas, intervensi yang
di berikan secara umum yaitu: pemberian o2, suction dan nebulizer, implementasi
di lakukan berdasarkan intervensi dan evaluasipartisipan1 yaitu masalah teratasi
sebagian dan partisipan 2 masalah teratasi. Kesimpulan: kerja sama antar tim
kesehatan dan pasien atau keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan
keperawatan pada pasien, komunikasi terapeutik akan membantu dalam
intervensi, implementasi yang akan diberikan.Klien merasa nyaman dengan
pemberian tindakan oksigenasi, nebulizer dan section.

Kata kunci : Pneumonia, Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi


Keperawatan, Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.

Kepustakaan : 15 buah (2011-2018)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBARAN PENGESAHAN..............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN.......................................................................................iv
BIODATA PENULIS..............................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3. Tujuan Studi Kasus........................................................................................3
1.3.1. Tujuan Umum.........................................................................................3
1.3.2. Tujuan Khusus........................................................................................4
1.4. Manfaat Penulisan.........................................................................................4
1.4.1 Untuk Rumah Sakit..................................................................................4
1.4.2 Untuk Pasien............................................................................................4
1.4.3 Bagi Penulis.............................................................................................5
1.4.4 Bagi Pendidikan.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................6
2.1. Konsep Dasar Pneumonia..............................................................................6
2.1.1 Definisi Pneumonia.................................................................................6
2.1.2 Klasifikasi................................................................................................6
2.1.3 Etiologi.....................................................................................................8
2.1.4 Manifestasi Klinis....................................................................................9
2.1.5 Patofisiologi.............................................................................................9
2.1.6 Phatway..................................................................................................10
2.1.7 Penatalaksanaan.....................................................................................11
2.1.8 Komplikasi.............................................................................................11
2.1.9 Pemeriksaan penunjang.........................................................................13
2.1.10 Pencegahan..........................................................................................14
2.2. Konsep Dasar Anak.....................................................................................15

ix
2.2.1. Pengertian anak........................................................................................15
2.2.2. Kebutuhan dasar anak...............................................................................15
2.2.3. Tingkat Perkembangan Anak...................................................................16
2.3. Konsep Dasar Oksigenasi...........................................................................19
2.3.1. Definisi..................................................................................................19
2.3.2. Etiologi..................................................................................................20
2.3.3. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.........................................23
2.3.4. Manifestasi Klinis.................................................................................24
2.4. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi..........................................................................................................26
2.4.1. Pengkajian.............................................................................................26
2.4.2. Diagnosa Keperawatan.........................................................................30
2.4.3. Intervensi Keperawatan........................................................................30
2.4.4. Implementasi Keperawatan...................................................................39
2.4.5. Evaluasi Keperawatan...........................................................................40
BAB III METODE STUDI KASUS......................................................................42
3.1. Jenis/Desain/Rancangan..............................................................................42
3.2. Subyek /Fokus Studi Kasus.........................................................................42
3.3. Instrumen Studi Kasus.................................................................................42
3.3.1. Wawancara............................................................................................44
3.3.2. Observasi..............................................................................................44
3.3.3. Dokumentasi.........................................................................................44
3.4. Metode Pengumpulan Data.........................................................................45
3.4.1. Data Primer...........................................................................................45
3.4.2. Data sekunder.......................................................................................47
3.5. Lokasi dan Waktu Studi Kasus....................................................................48
3.6. Analisis dan Penyajian Data........................................................................48
3.6.1. Analisa Data..........................................................................................49
3.6.2. Penyajian data.......................................................................................49
3.7. Kesimpulan..................................................................................................49
3.8. Etika Studi Kasus........................................................................................49
3.8.1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)..............................................50
3.8.2. Tanpa nama (anonymity)......................................................................50
3.8.3. Kerahasiaan (confidentiality)................................................................50

x
3.8.4. Avoid Discomfort.................................................................................50
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN....................................51
4.1. Hasil Studi Kasus........................................................................................51
4.1.1. Gambaran lokasi pengambilan data......................................................51
4.1.2. Pengkajian.............................................................................................52
4.2. Analisa Data................................................................................................64
4.2.1. Diagnosa Keperawatan.........................................................................66
4.2.2. Intervensi Keperawatan........................................................................66
4.2.3. Implementasi Keperawatan...................................................................69
4.2.4. Implementasi Klien 2............................................................................71
4.2.5. Evaluasi Keperawatan...........................................................................73
4.3. Pembahasan.................................................................................................74
4.3.1. Pengkajian.............................................................................................75
4.3.2. Diagnosis Keperawatan........................................................................75
4.3.3. Intervensi dan implementasi.................................................................76
4.3.4. Evaluasi.................................................................................................78
BAB V PENUTUP.................................................................................................80
5.1. Kesimpulan..................................................................................................80
5.1.1. Pengkajian.............................................................................................80
5.1.2. Diagnosa Keperawatan.........................................................................80
5.1.3. Intervensi Keperawatan........................................................................80
5.1.4. Implementasi Keperawatan...................................................................80
5.1.5. Evaluasi Keperawatan...........................................................................81
5.2. Saran............................................................................................................81
5.2.1. Bagi Rumah Sakit.................................................................................81
5.2.2. Bagi Pendidikan....................................................................................81
5.2.3. Bagi Pasien danKeluarga......................................................................81
5.2.4. Bagi penulis..........................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................82

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas Klien........................................................................................52


Tabel 4.3. Perubahan Pola Kesehatan....................................................................55
Tabel 4.4 Observasi dan Pemeriksaan Fisik..........................................................58
Tabel 4.5 Psikososial..............................................................................................60
Tabel 4.6 Riwayat Imunisasi..................................................................................62
Tabel 4.7 Pemeriksaan Penunjang Klien 1............................................................63
Tabel 4.8 Pemeriksaan Penunjang Klien 2............................................................63
Tabel 4.9 Terapi Medis..........................................................................................64
Tabel 4.10 Analisa Data.........................................................................................64
Tabel 4.11 Diagnosa keperawatan........................................................................66
Tabel 4.12 Intervensi Keperawatan Klien 1...........................................................67
Tabel 4.13 Intervensi Keperawatan Klien 2..........................................................68
Tabel 4.14 Implementasi Keperawatan Klien 1.....................................................69
Tabel 4.15 Implementasi Keperawatan Klien 2.....................................................71
Tabel 4.16 Evaluasi Keperawatan..........................................................................73
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang

utama di Indonesia. Peranan dalam menentukan tingkat kesehatan

masyarakat cukup besar karena sampai saat ini penyakit infeksi masih

termasuk ke dalam salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan

angka kematian di Indonesia.

Menurut Saktya (2018) menyatakan pneumonia adalah salah satu

penyakit infeksi yang menyerang satu atau dua paru-paru yang biasanya

disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur yang menyebabkan

paru-paru meradang, kantung-kantung udara dalam paru yang disebut

alveoli dipenuhi cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi

kurang.

Sedangkan menurut Muttaqin (2009) penyakit pneumonia

merupakan suatu proses peradangan akibat terdapat konsolidasi yang

disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat, sehingga menyebabkan

pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami

konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi.

Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)

menyatakan pneumonia adalah penyebab kematian terbesar pada anak-anak

di seluruh dunia.Terdapat 15negara dengan angka kematian tertinggi akibat

1
pneumoniadikalangan anak-anak, Indonesia termasuk dalam urutan ke-8

yaitu sebanyak 22.000 kematian. Di Indonesia prevalensi kejadian

pneumonia 1,8% dan 4,5% dari 82.666 balita. Sulawesi Tengah

termasukinsiden dan prevalensi pneumonia tertinggi (2,3% dan5,7)

(Riskesdas, 2013). Hasil rekapan Dinas Kesehatan Provinsi NTT (2017)

menunjukkan bahwa pada tahun 2014 sebesar 3.714 kasus (13 %),

sedangkan pada tahun 2015 sebesar 3.079 kasus (4,94%), pada tahun 2016

sebesar 3.683 kasus (5,87%) dan tahun 2017 sebesar 6.059 kasus (9,99%)

(Kemenkes, 2017).

Penderitapneumonia merupakan sumber penularan penyakit ini,

ketika penderita yang sedang batuk atau bersin maka akan menyebarkan

kuman ke udara dalam bentuk droplet. Adapun cara lain penularan

pneumonia seperti melalui percikan droplet ketika sedang berbicara dengan

penderita, menggunakan benda yang telah terkena sekresi penderita dan

melalui transfusi darah langsung dengan penderita (WHO, 2008). Menurut

Nurjazuli,(2011) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kejadian pneumonia terbagi atas aktor instrinsik dan faktor

ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR), status imunisasi, pemberian Air Susu Ibu

(ASI), dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan

tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah, ventilasi, asap rokok, penggunaan

bahan bakar, penggunaan obat nyamuk bakar, serta faktor ibu baik

pendidikan, umur, maupun pengetahuan ibu.

2
Akibat masih tingginya presentase penderita pneumonia, maka

diperlukan suatu upaya untuk menekan presentase kejadian tersebut. Salah

satu cara yangdapat dilakukan yaitu melalui pendekatan Manajemen

Terpadu Anak Sakit (MTBA). MTBA merupakan bentuk pengelolaan

balita yang mengalami sakit dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan

serta kualitas pelayanan kesehatan anak. Upaya ini merupakan salah satu

cara yang efektif untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan

bayi dan anak.

Berhubungan dengan latar belakang dan fenomena tersebut diatas,

maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dalam judul “Asuhan

Keperawatan pasien pneumonia pada anak di Ruang Anggrek RSUD

Umbu Rara Meha Waingapu”

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Penerapan asuhan keperawatan pasien pneumonia

pada anak dengan gangguan kebutuhan oksigenasi di Ruang Anggrek

RSUD Umbu Rara Meha Waingapu?

1.3. Tujuan Studi Kasus

1.3.1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan pasien pneumonia pada anak

dengan gangguan kebutuhan oksigenasi di ruangan Anggrek RSUD

Umbu Rara Meha Wingapu

3
1.3.2. Tujuan Khusus

a) Melakuan pengakajian pasien pneumonia pada anak dengan gangguan

kebutuhan oksigenasi di ruang Anggrek RSUD Umbu Rara Meha

Waingapu

b) Merumuskan diagnosa pasien pneumonia pada anak dengan gangguan

kebutuhan oksigenasi di ruang Anggrek RSUD Umbu Rara Meha

Waingapu

c) Menentukan intervensi pasien pneumonia pada anak dengan gangguan

kebutuhan oksigenasi di ruang Anggrek RSUD Umbu Rara Meha

Waingapu

d) Melakukan implementasi pasien pneumonia pada anak dengan

gangguan kebutuhan oksigenasi di ruang Anggrek RSUD Umbu Rara

Meha Waingapu

e) Membuat evaluasi pasien pneumonia pada anak dengan gangguan

kebutuhan oksigenasi di ruang Anggrek RSUD Umbu Rara Meha

Waingapu

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1 Untuk Rumah Sakit

Dapat meningkatkan mutu perawatan pelayanan pada kasus pneumonia

dan bisa memperhatikan kondisi dan kebutuhan pasien pneumonia.

1.4.2 Untuk Pasien

Untuk menambah pengetahuan bagaimana keluarga klien, bagi klien dan

keluarga sehingga mampu melakukan tindakan yang sesuai.

4
1.4.3 Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pasien pneumonia.

1.4.4 Bagi Pendidikan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

tentang pasien pneumonia.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Pneumonia

2.1.1 Definisi Pneumonia

Pneumonia merupakan suatu peradangan pada paru yang tidak saja

mengenai jaringan paru tetapi dapat juga mengenai bronkholi

(Nugroho,2011).

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim

paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut

(INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai dengan sesak nafas yang

disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan

substansi asing , berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan

konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologi (Nurarif,2015).

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat

konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Muttaqin,

2008).

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Departemen Kesehatan RI, pneumonia diklasifikasikan

sebagai berikut :

1. Pneumonia berat

2. Peumonia ringan

6
3. Bukan pneumonia ( penyakit paru lain) (Kemenkes,2010).

Sedangkan pada panduan persatuan dokter paru Indonesia (2015),

pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:


a)
Pneumonia komuniti (Community Acquired Pneumonia)
b)
Pneumonia nosokomial (Hospital Acqiured Pneumonia/

Nosocomial Pneumonia)
c)
Pneumonia aspirasi
d)
Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini

penting untuk memudahkan dalam penatalaksanaan.

2. Berdasarkan bakteri penyebab

a) Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadipada semua usia.

Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang

peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik,

Staphyllococcus pada penderita pasca infeksiinfluenza.

b) Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan

Chlamydia

c) Pneumoniavirus

d) Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi

terutama pada penderita dengan daya tahan lemah

(immunocompromised)

7
3. Berdasarkan predileksi infeksi

a. Pneumonia lobaris, Sering pada pneumania bakterial, jarang pada

bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau

segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus

misalnya pada aspirasi benda asing atau proses keganasan

b. Bronkopneumonia, Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada

lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus.

Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan

obstruksibronkus

c. Pneumonia interstisial (PDPI,2015).

2.1.3 Etiologi

Menurut Nurarif (2015) , etiologi pneumonia terdiri dari :

a) Bakteri : Diplococus pneumonia, Pneumococcus, Streptokokus

hemolyticus, Streptococcus aureus, Hemophilus influinzae,

Mycobacterium tuberkolusis, Bacillus Friedlander.

b) Virus : Respiratory syncytial virus, Adeno virus, V.sitomegalitik,

V.influenza .

c) Jamur : Histoplasma Capsulatum, Cryptococcus Neuroformans,

Blastomyces Dermatitides, Coccidodies immitis, Aspergilus

Species, Candida Albicans.

d) Aspirasi : Makanan, BBM (bahan bakar minyak) biasanya minyak

tanah, Cairan Amnion, Benda Asing.

8
2.1.4 Manifestasi Klinis

a) Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama

b) Meningismus, , yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges

c) Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit

masa kanak-kanak.

d) muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang

merupakan petunjuk untuk awitan infeksi

e) Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.

f) Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum

g) Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh

pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan.

h) Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada pasien

pneumonia.(Nurarif,2015)

2.1.5 Patofisiologi

Pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara.

Aspirasi organisme dari nasofaring ( penyebab pneumonia bacterial yang

paling sering ) atau penyebaran hematogen dari focus infeksi yang

jauh.Bakteri yang masuk melalui saluran pernafasan, masuk bronkiolus dan

alveoli lalu menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menimbulkan reaksi

peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam

alveoli dan jaringan intrastitial.

9
2.1.6 Phatway
Virus, Bakteri, Jamur

Iritasi saluran napas

Kuman berlebihan di bronkus Kuman terbawa ke saluran cerna Infeksi saluran nafas bawah

Proses peradangan Infeksi saluran cerna Dilatasi pembuluh darah Peradangan

Peradangan vascular dan penurunan O2 Peningkatan flora norma di usus Eksudat masuk alveoli Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)

Peristaltik usus meningkat Gangguan difusi gas

Gangguan ventilasi Mucus di bronkus meningkat Akumulasi secret di bronkus berlebihan Hipoksia
Malabsorbsi
Gangguan pertukaran gas Suplai O2 dalam darah menurun
Penurunan O2 dalam arteri Bau mucus tidak sedap Sianosis
Fre BAB/hari

anoreksia Malaise
Fatique
Penurunan kemampuan mengambil O2 Bersihan jalan napas tidakResiko
efektifkekurangan volume cairan

Intake menurun

Penurunan O2 dalam arteri


Nutrisi kurang dari cairan tubuh

Retraksi dada Gerakan dada tidak simetris Pola napas tidak efektif

10
2.1.7 Penatalaksanaan

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa

diberikan antibiotik per-oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang

lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung

atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui

infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat

bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon

terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.

Menurut Nurarif ( 2015 ) Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan

antara lain :

a) Oksigen 1-2L/menit

b) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap

melalui selang nasogastrik dengan feedingdrip

c) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang timbul dari pneumonia menurut Ngastiyah(2005)yaitu:

a. Empiema adalah akumulasi pus diantara paru dan membran yang

menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru

terinfeksi.

b. Otitis media akut adalah infeksi pada telinga bagian tengah, Otitis

media akut sering dijumpai pada anak-anak. Biasanya anak

11
mengeluhkan nyeri disertai penurunan pendegaran.

c. Emfisema adalah penyakit progresif jangka panjang pada paru-paru

yang umumnya menyebabkan napas menjadi pendek Secara

bertahap,kerusakan jaringan paru pada emfisema akan membuatnya

kehilangan elastisitas. Kantung-kantung udara (alveoli) pada paru-paru

penderita juga rusak.

d. Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada

selaput pelindung yang menutupi saraf otak dan tulang belakang yang

dikenal sebagai meninges. Peradangan biasanya disebabkan oleh

infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang

belakang.

e. Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di

antara dua lapisan pleura, Pleura merupakan membran yang

memisahkan paru-paru dengan dinding dada bagian dalam. Cairan

yang diproduksi pleura ini sebenarnya berfungsi sebagai pelumas yang

membantu kelancaran pergerakan paru-paru ketika bernapas.

f. Abses paru dalah infeksi paru-paru. Penyakit ini menyebabkan

pembengkakan yang mengandung nanah, nekrotik pada jaringan paru-

paru, dan pembentukan rongga yang berisi butiran nekrotik atau

sebagai akibat infeksi mikroba. Pembentukan banyak abses dapat

menyebabkan pneumonia atau nekrosis paru-paru. Gagal napas adalah

ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial

normal O2 dan atau CO2 didalam darah. Gagal nafas adalah suatu

12
kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan

karbondioksida, sehingga sistem pernafasan tidak mampu memenuhi

metabolisme tubuh.

g. Sepsis adalah suatu keadaan di mana tubuh bereaksi hebat terhadap

bakteria atau mikroorganisme lain. Sepsis merupakan suatu keadaan

yang mesti ditangani dengan baik yang berhubungan dengan adanya

infeksi oleh bakteri. Bila tidak segera diatasi, Sepsis dapat

menyebabkan kematian penderita.

2.1.9 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapatdilakukan

antara lain :

a. Kajian foto thorak– diagnostic, digunakan untuk melihat adanya

infeksi di paru dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan

padaparu).

b. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner

sehubungan dengan oksigenasi.

c. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya

anemia, infeksi dan proses inflamasi.

d. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba.

e. Tes kulit untuk tuberkulin– mengesampingkan kemungkinan TB jika

anak tidak berespons terhadap pengobatan.

f. Jumlah leukosit– leukositosis pada pneumonia bacterial

g. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,

13
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis

keadaan.

h. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang

diinspirasi.

i. Kultur darah – spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya

seperti virus dan bakteri.

j. Kultur cairan pleura – spesimen cairan dari rongga pleura untuk

menetapkan agens penyebab seperti bakteri dan virus.

k. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-

cabang utama dari pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil

untuk diuji diagnostik, secara terapeutik digunakan untuk menetapkan

dan mengangkat benda asing.

l. Biopsi paru selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk

melakukan kajian diagnostik.

2.1.10 Pencegahan

a. Pola hidup sebut termasuk tidakmerokok

b. Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza), sampai saat ini

masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya. Pemberian

vaksin tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia

lanjut, penyakit kronik, diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK,

HIV, dll. Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah > 2 tahun. Efek

samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang

jarang terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3 (Hadiarto, 2009).

14
2.2. Konsep Dasar Anak

2.2.1. Pengertian anak

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk

anak yang masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.2

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan

bahwa,anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk

anak yang masih didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan

akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak

tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun

(Hidayat,2008).

2.2.2. Kebutuhan dasar anak

Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum

digolongkan menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi,

pangan atau gizi,perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak,

sanitasi,sandang, kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau

kasih sayang(Asih), pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang

erat,mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak

merupakan syarat yang mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang

selaras baik fisik,mental maupun psikososial. Kebutuhan akan stimulasi

mental (Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses

belajar(pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini

mengembangkan perkembangan mental psikososial diantaranya

kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian

15
dan sebagainya.

2.2.3. Tingkat Perkembangan Anak

Menurut Hidayat (2008),karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan :

a) Usia bayi Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan

dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan

bayi lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada

saat lapar, haus,basah dan perasaan tidak nyaman lainnya,bayi hanya

bisa mengekspresikan perasaannya dengan menangis. Walaupun

demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku

orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal,

misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan

berbicara lemah lembut.

Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya

menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada

bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang.

Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya.jangan

langsung menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa

takut.Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan

bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya

b) Usia prasekolah (2-5 tahun)

Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun

16
adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan

takut pada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa

yang akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu,anak

akan merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh

karena itu jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan

padanya untuk memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat

tersebut tidak berbahaya untuknya. Dari hal bahasa, anak belum

mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan karena anak belum mampu

berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat menjelaskan,

gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang

dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional

seperti boneka.Berbicara dengan orang tua bila anak malu-malu. Beri

kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan

orang tua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan

kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian

atas apa yang telah dicapainya.

c) Usia sekolah (6-12 tahun)

Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang

dirasakan yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu,

apabila berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini

harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan

contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.Anak usia

sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.

17
Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan

anak sudah mampu berpikir secara konkret.

d) Usia remaja (13-18)

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa

anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian,pola pikir dan

tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang

dewasa.Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan

masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stress,

jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau orang

dewasa yang ia percaya. Menghargai keberadaan identitas diri dan

harga diri merupakan hal yang prinsip dalam berkomunikasi.

Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah bahagia.

e) Tugas Perkembangan Anak

Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (1961) dalam Hidayat

(2008) adalah tugas yang harus dilakukan dan dikuasai individu pada

tiap tahap perkembangannya. Tugas perkembangan bayi 0-2 adalah

berjalan, berbicara, makan makanan padat, kestabilan jasmani. Tugas

perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah mendapat kesempatan

bermain, berkesperimen dan berekplorasi, meniru, mengenal jenis

kelamin ,membentuk pengertian sederhana mengenai kenyataan social

dan alam, belajar mengadakan hubungan emosional, belajar

membedakan salah dan benar serta mengembangkan kata hati juga

proses sosialisasi. Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah belajar

18
menguasai keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang

sehat mengenal diri sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya,

memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin, mengembangkan

konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,

mengembangkan keterampilan yang fundamental, mengembangkan

pembentukan kata hati, moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap

yang sehat terhadap kelompok sosial dan lembaga. Tugas

perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah menerima keadaan

fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan laki-laki,

menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua

jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik

terhadap diri sendiri, serta mengembangkan nilai-nilai hidup.

2.3. Konsep Dasar Oksigenasi

2.3.1. Definisi

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke sistem (kimia atau

fisika) oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang

sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya

terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO 2

yang melebihi batas normal pada tubuh, akan memberikan dampak yang

cukup bermakna terhadap aktifitas sel. (Wahid Iqbal Mubarak, 2008).

Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam

proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh

sel-sel dalam tubuh. Secara normal elemen ini diperbolehkan dengan cara

19
menghirup O2 ruang setiap kali bernafas. (Wartoh Tarwanto, 2008)

2.3.2. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi menurut

Potter &Perry tahun 2008 yakni:

1. Faktor fisiologis

a. Penurunan kapasitas pembawa oksigen. Hemoglobin membawa

97% oksigen yang telah berdifusi ke jaringan setiap proses yang

menurunkan atau mengubah hemoglobin seperti anemia dan

inhalasi substansi beracun menurunkan kapasitas darah yang

membawa oksigen.

b. Penurunan konsentrasi oksigenasi yang diinspirasi

c. Saat konsentrasi oksigen yang diinspirasi menurun maka kapasitas

darah yang membawa oksigen juga menurun

d. Hipovolemia

e. Merupakan suatu kondis penurunan volume darah srkolasi yang

diakibatkan kehilangan cairan ekstraselular yang terjadi pada

kondisi syok dan dehidrasi berat

f. Kondisi yang mempengaruhi dinding dada

g. Setiap kondisi yang menurunkan gerakan dinding dada

akanmengakibatkan penurunan ventilasi. Apabila diafragma tidak

dapat sepenuhnya menurun seiring gerakan napas, maka volume

udara yang akan diinspirasi akan menurun sehingga

Oksigen yang ditransfor ke alveoli dan jaringan akan

20
menurun seperti pada wanita hamil, obesitas trauma pada dinding

dada dll.

2. Faktor perkembangan

Tahap perkembangan dan proses penuaan yang normal mempengaruhi

oksigenasi jaringan.

1) Bayi premature

Beresiko terkena penyakit membrane hialin, disebabkan oleh

defisiensi surfaktan

2) Bayi dan Todler

Beresiko mengalami infeksi saluran nafas atas sebagai hasil

pemaparan yang sering pada anak-anak lain dalam akibat

pemaparan asap rokok selain itu selama proses perkembangan

gigi, beberapa bai berkembang kongesti nasal yang

memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi

terjadinya infeksi saluran pernafasan

3) Anak usia sekolah dan remaja

Anak sehat biasanya tidak mengalami efek merugikan akibat

infeksi pernafasan. Namun, individu yang mulai merokok pada

usia remaja dan meneruskannya sampai usia dewasa pertengahan

mengalami peningkatan resiko penyakit kardio pulmonar dan

kanker paru

4) Dewasa muda dan dewasa pertengahan

Individu pada usia ini terpapar pada banyak faktor resiko

21
kardiopulmonar seperti, diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik,

obat-obatan dan merokok

5) Lansia

Ventilasi dan transfer gas menurun seiring peningkatan usia,

seperti osteoporosis pada rangka thoraks membuat paru-paru tidak

bisa mengembang sepenuhnya sehingga kadar O2 nasa lebih

rendah

3. Faktor perilaku

Faktor prilaku atau gaya hidup baik secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi

kebutuhan oksigen. Seperti nutrisi, latihan fisik, merokok,

penyalahgunaan substansi dan stres.

4. Faktor lingkungan

Lingkungan juga mempengaruhi oksigenasi, insiden penyakit paru

lebih tinggi di daerah yang berkabut dan perkotaan dibanding daerah

pedesaan. Selain itu tempat kerja klien dapat meningkatkan resiko

klien utnuk terkena penyakit paru. Polutan ditempat kerja mencakup

acbestos, bedak talk, debu dan serabut yang dibawa oleh udara.

22
2.3.3. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi menurut Potter & Perry tahun

2008 yakni:

1. Hiperventilasi

Merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebihan yang dibutuhkan

untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, dan dapat

disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan

asam basa, hipoksia yang diakibatkan dengan embolus paru atau syok

2. Hipoventilasi

Terjadi ketika ventilasi alveolas tidak adekuat memenuhi kebutuhan

O2 tubuh atau mengeliminasi karbondioksida secara adekuat. Apabila

ventilasi alveolar menurun maka PaCO2 akan meningkat. Ateleksasis

akan menghasilkan hipoventilasi. Atelektasis merupakan kolaps

alveoli karna alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit

dan menyebabkan hipoventilasi.

3. Hipoksia

Merupakan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat

jaringan. Hipoksia dapat disebabkan oleh

1) Penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darahnya

yang membawa oksigen

2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi

3) Ketidakmampuan jaringan untuk mengambil O2 pada darah pada

kasus keracuanan stanida

23
4) Penurunan difusi O2 dari alveoli ke darah seperti pada pneumania

5) Perfusi darah yang mengandung O2 dijaringan buruk seperti pada

syok

6) Kerusakan ventilasi seperti yang terjadi pada fraktur iga multipel

atau trauma dada

2.3.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi menurut

Potter & Perry tahun 2008 yakni:

1. Manifestasi klinis hiperventilasi

1) Takikardi

2) Nafas pendek

3) Nyeri dada

4) Pusing

5) Sakit kepala ringan

6) Disorientasi

7) Paretesia

8) Baal (pada ekstremitas, sirkumoral)

9) Tinitus

10) Penglihatan yang kabur

11) Disorientasi

2. Manifestasi klinis Hipoventilasi

1) Pusing

2) Nyeri kepala ( dapat dirasakan dioksipital hanya saat terjaga )

24
3) Letargi

4) Disorientasi

5) Penurunan kemampuan mengikuti instruksi

6) Distrimia jantung

7) Ketidakseimbangan elektrolit

8) Konvusi

9) Henti jantung

3. Manifestasi klinis hipoksia

1) Gelisah

2) Ansietas

3) Disorientasi

4) Penurunan kemampuan konsentrasi

5) Penurunan tingkat kesadaran

6) Peningkatan keletihan

7) Pucat

8) Sianosis

9) Clubbing

10) Dispnea

11) Peningkatan tekanan darah

12) Peningkatan frekuensi nadi

13) Peningkatan frekuensi kedalaman pernafasan

25
2.4. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan

Oksigenasi

2.4.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari asuhan keperawatan yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik dari

data primer maupun data sekunder. Macam-macam data yang diperoleh

berupa data dasar, data fokus, data subjektif dan data objektif.
a.
Pengkajian fokus (Suyono, 2009)

1. Identitas terdiri dari identitas pasien (nama, umur, agama, jenis

kelamin, status, pendidikaan, pekerjaan, suku bangsa, alamat,taggal

masuk, tanggal pengkajian,nomor register, dan diagnosa medis)

dan identitas penanggung jawab (nama, umur, hubungan dengan

pasien, pekerjaan, dan alamat).

1. Riwayat penyakit sekarang

Hal yang perlu dikaji :


a)
Keluhan yang dirasakan klien
b)
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan

2. Riwayat penyakit dahulu

Hal yang perlu dikaji yaitu :

a) Pernah menderita ISPA

b) Riwayat terjadi aspirasi

c) Sistem imun anak yang mengalami penurunan

d) Sebutkan sakit yang pernah dialami

26
3. Riwayat penyakit keluarga
a)
Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
b)
Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia

4. Demografi
a)
Usia : Lebih sering pada bayi atau anak dibawah 3 tahun
b)
Lingkungan: Pada lingkungan yang sering berkontaminasi

dengan polusi udara

5. Pola pengkajian Gordon (Sudoyo, 2009)


a)
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan,

biasanya orang tua menganggap anaknya benar-benar sakit

jika anak sudah mengalami sesak nafas.

b)
Pola nutrisi dan metabolic

Biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui

kontrol saraf pusat), mual dan muntah

(peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak

peningkatan toksik mikroorganisme).


c)
Pola eliminasi

Penderita sering mengalami penurunan produksi urin

akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena

demam.

27
d)
Pola istirahat-tidur

Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena

sesak nafas, sering menguap serta kadang menangis pada

malam hari karena ketidaknyamanan.


e)
Pola akitivitas-latihan

Polaaktivitas anak tampak menurun, aktivitas dan

latihannya sebagai dampak kelemahan fisik. Anak lebih

suka digendong dan bedrest.


f)
Pola kognitif-persepsi

Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah

disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan

nutrisi dan oksigen pada otak.


g)
Pola persepsi diri-konsep diri

Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang

bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan.


h)
Pola peran-hubungan

Anak tampak malas kalau diajak bicara, anak lebih banyak

diam dan selalu bersama orang tuanya.


i)
Pola seksual-reproduksi

Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah

pubertas mungkin tergangguan menstruasi.

28
j)
Pola toleransi stress-koping

Aktivitas yang sering tampak mengalami stress adalah

anak menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang

dominan adalah mudah tersinggung.


k)
Pola nilai keyakinan

Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan

kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Tuhan

6. Pemeriksaan Fisik
a)
Keadaan umum: tampak lemah, sesak nafas
b)
Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit bisa

somnolent
c)
Tanda-tanda vital:

TD:

Nadi: takikardi

RR: takipnea, dispnea, nafas dangkal

Suhu: hipertermi
d)
Kepala: tidak ada kelainan
e)
Mata : konjungtiva bisa anemis
f)
Hidung: jika sesak akan terdengar napas cuping hidung
g)
Paru:

Inspeksi: pengembangan paru berat, tidak simetris jika

hanya satu sisi paru, ada penggunaan otot bantu nafas.

Palpasi: adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus

29
pada daerah yang terkena.

Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani

Auskultasi: bisa terdengar ronki


h)
Jantung: jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan

jantung tidak ada kelemahan


i)
Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi.

2.4.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan terdiri dari klasifikasi data dan analisa data.

Pada penyakit pneumonia, diagnosa keperawatan yang sering muncul

dalam masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi ialah:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi

jalan napas: mucus berlebih

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot

pernapasan

c. Peningkatan suhu tubuh /hipertermi berhubungan dengan proses

infeksi

d. Ketidakseimbang Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Kurang

asupan makanan

e. Kekurangan volume cairan b/d Kehilangan cairan aktif

2.4.3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yaitu suatu rencana tindakan keperawatan yang

dibuat untuk menangani serta mencegan terjadinya komplikasi.Berikut

intervensi yang diberikan berdasarkan Nursing Outcomes Clasification

30
(Moorhead et al, 2016) dan Nursing Interventions Clasification (Bulechek

et al, 2016):

a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi

jalan napas: mucus berlebih

NOC: Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Napas

Tujuan: setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan

diharapkan bersihan jalan napas efektif.

Kriteria Hasil:

1. Dyspnea tidak ada

2. Suara napas tambahan berkurang atau tidak ada

3. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan

4. Secret berkurang atau tidak ada

5. Batuk produktif berkurang atau tidak ada

NIC: Manajemen Jalan Napas

Intervensi:

1) Kaji tanda-tanda vital

Rasional: Pada anak balita dengan pneumonia mengalami

hipertermi, takikardi dan takipnea yang disebabkan terjadinya

infeksi pada parenkim paru.

2) Posisikan pasien dengan posisi semi fowler

Rasional: Posisi semi fowler dapat mengurangi sesak

3) Auskultasi area paru, catat area penurunan dan bunyi napas

tambahan

31
Rasional: penurunan aliran udara dapat terjadi pada area paru

yangterdapat eksudat dan juga dapat menimbulkan bunyi napas

tambahan yaitu krekels

4) Lakukan fisioterapi dada (postural drainage, perkusi, dan vibrasi)

apabilatidak terdapat kontraindikasi.

Rasional: fisioterapi dada dapat membantu untuk mengeluarkan

secretyang terdapat pada jalan napas.

5) Lakukan suction

Rasional: Suction dilakukan apabila SPO2 100% tanpa

pemasangan ventilator

6) Lakukan pemberian inhalasi (nebulizer)

Rasional: membantu mempermudah secret untuk keluar

7) Kelola oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya

Rasional: memenuhi kebutuhan oksigen pasien

8) Instruksikan pada keluarga untuk tidak merokok di lingkungan

sekitar pasien

b) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot

pernapasan

NOC: Status Pernapasan

Tujuan: Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan diharapkan

pola napas kembali efektif.

Kriteria Hasil:

1) Frekuensi pernapasan normal 30-60 kali/menit

32
2) Pernapasan cuping hidung tidak ada

3) Suara napas tambahan berkurang atau tidak ada

4) Dyspnea tidak ada

5) Pengembangan paru normal

6) Penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada

NIC: Terapi Oksigen

Intervensi

1) Atur posisi semi fowler

Rasional: Posisi semi fowler dapat mengurangi sesak

2) Kaji pernapasan, irama, kedalaman atau gunakan oksimetri nadi

untukmemantau saturasi oksigen

Rasional: Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak

simetris sering terjadi karena ketidaknyaman gerakan dinding dada.

3) Pertahankan kepatenan jalan napas

Rasional: Mempertahankan jalan napas paten

4) Kolaborasi pemberian oksigen

Rasional: Pemberian oksigen dapat mengatasi rasa sesak.

NIC: Manajemen Jalan Napas

Intervensi:

33
1. Kaji tanda-tanda vital

Rasional: Pada anak balita dengan pneumonia mengalami

hipertermi, takikardi dan takipnea yang disebabkan terjadinya

infeksi pada parenkim paru.

2. Posisikan pasien dengan posisi semi fowler

Rasional: Posisi semi fowler dapat mengurangi sesak

3. Auskultasi area paru, catat area penurunan dan bunyi napas

tambahan.

Rasional: penurunan aliran udara dapat terjadi pada area paru yang

terdapat eksudat dan juga dapat menimbulkan bunyi napas tambahan

yaitu krekels

4. Lakukan fisioterapi dada (postural drainage, perkusi, dan vibrasi)

apabila tidak terdapat kontraindikasi

Rasional: fisioterapi dada dapat membantu untuk mengeluarkan

secret yang terdapat pada jalan napas.

5. Lakukan suction

Rasional: Suction dilakukan apabila SPO2 100% tanpa pemasangan

ventilator

6. Lakukan pemberian inhalasi (nebulizer)

Rasional: membantu mempermudah secret untuk keluar

7. Kelola oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya

Rasional: memenuhi kebutuhan oksigen pasien

8. Instruksikan pada keluarga untuk tidak merokok di lingkungan

34
sekitar pasien

c) peningkatan suhu tubuh/hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

NOC:Termoregulasi

Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan suhu tubuh klien

dapat menurun dengan kriteria hasil:

1) denyut jantung apical tidak terganggu

2) denyut badi radikal tidak terganggu

3) tindak pernpasan klien tidak terganggu

4) tidak menunjukkan peningkatan suhu tubuh yang berlebihan

5) tidak menunjukkan perubahan warna kulit pada klien

6) klien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi

NIC:Pengaturan suhu

1) monitor suhu paling tidak setiap dua jam

Rasional : dengan engetahui perubahan suhu pada klien maka akan

mempermudah dalam memberikan tindakan selanjutnya pada

pasien

2) monitor suhu dan warna kulit

Rasional : langkah untuk mengetahui kehilangan cairan pada klien

3) tingkatkan intake cairan

Rasional : merupakan tindakan untuk mempertahan keseimbangan

cairan klien dalam tubuh

35
4) sesuaikan suhu lingkungan

Rasional : untuk menjaga ksetabilan suhu tubuh klien

5) kolaborasi pemberian pengobatan antipereutik

Rasional : untuk mempercepat penurunan suhu tubuh pada klien

d) Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Kurang

asupanmakanan

NOC: Status nutrisi: asupan nutris

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan

nutrisi klien terpenuhi, dengan kriteria hasil:

1) Asupan kalori yang adekuat

2) Asupan protein klien terpenuhi

3) Asupan lemak klien tetap terpenuhi

4) Asupan karbohidrat klien terpenuhi

5) Asupan serat dapat terpenuhi

6) Asupan mineral dapat terpenuhi dan tidak terganggu

Asupan natrium dan vitamin tidak terganggu

NIC:Terapi nutrisi

1) Lengkapi pengkajian nutrisi, sesuai kebutuhan nutrisi

Rasional : Pengkajian yang lengkap pada keseimbangan nutrisi

mampu menentukan jumlah nutrisi yang dibutuhkan klien.

2) Monitor intake makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari,

sesuai kebutuhan tubuh

Rasional : Intake makanan dan ouput cairan yang adekuat mampu

36
mempertahankan keseimbangan nutrisi dalam tubuh

3) Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi

Rasional : Untuk memenuhi jumlah kalori yang dibutuhkan dalam

tubuh.

4) Kaji preferensi makanan yang sesuai dengan budaya

Rasional : Suplemen nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan mampu

mempertahan keseimbangan

5) Pilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan

Rasional : Makanan yang lunak cepat dicerna dan diabsorbsi di

dalam tubuh

6) Bantu pasien untuk memilih makanan yang lunak

Rasional : Diet merupakan cara pengobatan untuk kadar glukosa

yang tinggi

7) Pastian ketersediaan diet progresif

Rasional : nutrisi yang sesuai dengan diet klien dapat mengurangi

kadar gula yang tinggi

8) Berikan nutrisi yang dibutuh sesuai batas diet yang dianjurkan

Rasional : mencegah terjadinya kekurangan gizi

e) Kekurangan volume cairan b/d Kehilangan cairan aktif

NOC: Keseimbangan cairan rehidrasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pemenuhan

kebutuhan cairan pada klien dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil:

37
Keseimbangan Cairan

1) Terpenuhinya intake dan output klien dalamm 24 jam

2) Tidak menunjukkan adanya perubahan berat badan

3) Turgor kulit tidak kembali > 2 detik

4) Klien mampu menunjukkan kelembapan membrane mukosa

5) Kelembapan membran mukosa tidak terganggu

6) Klien melaporkan tidak kram otot

Rehidrasi

1) Intake cairan yang adekuat

2) Tidak menunjukkan peeningkatan suhu tubuh

3) Perfusi jaringan tidak terganggu

NIC: Manajemen cairan

1) Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien

Rasional : Dengan mengetahui BB klien, mampu menentukan

tindakankeperawatan selanjutnya

2) Jaga intake/ asupan yang adekuat dan catat ouput

Rasional : Menjaga agar keseimbangan cairan selalu stabil

3) Monitor status hidrasi

Rasional : Mencegah terjadinya kelebihan volume cairan

4) Monitor status hemodinamik

Rasional : Dengan mengetahui status hemodinamik, maka

mempermudah dalam memberikan tindakan

5) Berikan terapi IV

38
Rasional : Untuk tetap menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh

klien

6) Berikan cairan dengan tepat

Rasional : Dengan memberikan cairan yang tepat maka dapat

meningkatkan proses penyembuhan

7) Tingkatkan asupan oral yang sesuai

Rasional : Untuk mempercepat kestabilan cairan dan nutrisi dalam

tubuh klien

8) Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian

makan dengan baik

Rasional : Merupakan langkah untuk menjaga terjadinya defekasi

yang meningkat

9) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan

Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan

2.4.4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan realisasi dari intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan

pelaksanaanya juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,

mengobservasi respon klien selama dan sesudah memberikan tindakan

keperawatan.

Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan ini antara lain

keterampilan kognitif, keterampilan interpersonal, dan keterampilan

psikomotor. (Budiono & Pertami, 2015)

39
Dalam melakukan implementasi keperawatan, maka perlu

dilakukan persiapan yang meliputi persiapan alat, klien, serta pengkajian

ulang. (Suara et al, 2010)

Menurut Wahyuningsih (2015), dalam mengatasi masalah

keperawatan kebutuhan oksigenasi implementasi dilakukan selama 3x24

jam yaitu dengan melakukan monitor vital sign (Suhu, RR, Nadi),33

auskultasi bunyi napas, berikan ASI pada bayi, kolaborasi terapi inhalasi,

kolaborasi pemberian oksigen dan kolaborasi pemberian obat. Setelah 3

hari pemberian tindakan dilakukan evaluasi, data yang didapatkan ialah

anak masih batuk, sesak napas berkurang, respirasi 50 kali/menit, suhu

36,5°C, nadi 120 kali/menit, suara napas ronkhi ringan. Assesment:

masalah teratasi sebagian.

2.4.5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan bagian akhir dari proses asuhan

keperawatan, dengan cara mengidentifikasi hasil dari pelaksanaan tindakan

keperawatan yang telah diberikan.

Evaluasi juga mempunyai kriteria yang membuktikan apakah

pelaksanaan rencana keperawatan tercapai/berhasi atau belum tercapai.

40
1. Masalah teratasi jika tujuan tercapai keseluruhan

2. Masalah belum tertasi jika tujuan tercapai sebagian atau tidak

tercapai, sehingga perlu dicari peningkatan rencana tindakan yang

berikan.

41
BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1. Jenis/Desain/Rancangan

Pendekatan yang digunakan adalah metode studi kasus (case study

research). Studi kasus merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan

dalam bentuk penelitian suatu kasus dengan unit tunggal (Notoatmojo,

2012). Laporan kasus studi ini adalah suatu studi kasus yang dilakukan

untuk menerapkan asuhan keparawatan pada pneumonia pada anak dengan

masalah penuhan kebutuhan oksigenasi, di ruangan anak RSUD Umbu

Rara Meha. Studi kasus ini menggunakan dua pasien yang berbeda dengan

masalah yang sama yaitu pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

3.2. Subyek /Fokus Studi Kasus

Subjek studi kasus merupakan hal, benda atau orang dimana tempat

penelitian dilaksanakan. Studi kasus di fokuskan pada 2 orang pasien

dengan masalah asuhankeperawatan yang sama yaitu bronkopneumonia

dengan masalah gangguan pemenuhan oksigenasi di ruang anggrek RSUD

Umbu Rara Meha Waingapu.

3.3. Instrumen Studi Kasus

Instrumen Penelitian adalah alat-alat yang akan di gunakan untuk

mengumpulkan data instrumen penelitian ini dapat berupa formulir

observasi, lembar pengkajian, lembar analisa data (Notoatmodjo, 2012).

Pada studi kasus ini alat instrumen atau instrumen yang digunakan untuk me

42
ngumpulkan data adalah

43
3.3.1. Wawancara

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam wawancara antara lain:

1. Format pengkajian keperawatan

2. Buku tulis

3. Bolpoin dan penggaris

4. Field note

3.3.2. Observasi

Alat dan bahan observasi adalah

1. Bak instrumen

2. Lembar observasi

3. Tensi meter

4. Steteskop

5. Thermometer

6. Alat timbangan berat badan

7. Alat pengukur tinggi badan

8. Alat pengukur lingkar lengan

9. Jam tangan dengan penunjuk detek

10. Reflek hammer

11. Bengkok

3.3.3. Dokumentasi

Alat dan bahan dokumentasi meliputi:

1. Status atau catatan pasien

2. Alat tulis

44
3. Rekam medis

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini meliputi

metode wawancara, observasi dan dokumentasi (WOD). Dan sumber data

pada studi kasus ini yaitu data primer dan data sekunder (Nursalam, 2008).

3.4.1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari subyek studi kasus diperoleh melalui:

1. Metode Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode yang digunakan dalam proses

pengumpulan data, yaitu peneliti mendapatkan informasi atau data

secara langsung oleh subyek studi kasus (responden). Wawancara

dalam studi kasus ini berisi tentang identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga dan lain-lain. Dalam

mencari informasi, peneliti melakukan wawancara aloanamnesa

(wawancara dengan keluarga klien).

2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Menurut Soekidjo (2012), Observasi adalah suatu prosedur yang

berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan

mencatat sejumlah aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti. Jadi dalam melakukan

observasi bukan hanya mengunjungi, melihat atau menonton saja,

tetapi disertai perhatian khusus dan melakukan pencatatan-pencatatan.

Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan observasi:

45
a) Pemeriksaan yang kita lakukan tidak selalu dijelaskan secara rinci

kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus

dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan

kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh

menjadi tidak murni).

b) Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien.

c) Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat

dibaca dan dimengerti oleh perawata lain.

Dalam penelitian ini observasi dan pemeriksaan fisik dilakukan

dengan menggunakan pendekatan IPPA:

1. Inspeksi

Proses obersvasi dengan menggunakan indera penglihatan,

pandangan dan peciuman sebagai alat untuk mengumpulkan data.

2. Palpasi

Pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan

atau tidak pada tubuh pasien.

3. Perkusi

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui bagain dalam tubuh

dengan cara mengetuk permukaan tubuh apakah ada kelainan pada

organ tubuh atau tidak.

4. Auskultasi

Pemeriksaan fisik yang menggunakan steteskop untuk mendeteksi

setiap organ tubuh yang bermasalah.

46
3.4.2. Data sekunder

1. Studi dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, legger, agenda dan sebagainya (Saryono, 2013). Dalam studi

kasus inidokumentasi berupa hasil dari rekam medik, literatur,

pemeriksaan diagnostik dan data lainyang relavan.

2. Kepustakaan

Merupakan pengumpulan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

yang melakukan penelitian sebelumnya Adapun prosedur

pengumpulandata yaitu:

a) Persiapan studi kasus

1) Mengajukan ijin pengambilan data awal di RSUD Umbu Rara

Meha Waingapu

2) Setelah mendapat ijin pengambilan studi kasus, peneliti

melakukan koordinasi dengan Kepala Ruang Anggrek sebagai

piha terkait untuk pelaksanaan studi kasus

3) Selanjutnya, peneliti melakukan pendekatan pada responden yang

telah memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan peneliti

4) Memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan

tujuan serta waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian

5) Selanjutnya, peneliti memberikan informed consent (lembar

persetujuan) kepada responden

47
b) Pelaksanaan

1) Peneliti dan subyek studi kasus menyiapkan tempat melakukan

studi kasus

2) Peneliti menjelaskan prosedur studi kasus kepada responden

3) Menciptakan suasana yang akrab dengan subyek studi kasus

4) Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan waktu yang

telah disepakati bersama subyek studi kasus

3.5. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Lokasi adalah tempat atau lokasi penelitian akan dilakukan. Sedangkan

waktu adalah waktu pelaksanaan yang dilakukan penulis untuk melakukan

studi kasus (Notoatmodjo, 2012).

Studi kasus ini dilakukan di Ruang Anggrek RSUD Umbu Rara Meha

Waingapu pada bulan Maret 2020

3.6. Analisis dan Penyajian Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti dilapangan sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul (Nursalam, 2008). Pada studi

kasus ini analisis data di lakukan dengan cara menginterprestasikan data

yang dignakan melalui pengkajian keperawatan yaitu melalui wawancara

mendalam, observasi dan studi dokumentasi yang kemudian di

klasifikasikan menjadi objektif dan subyektif yang selanjutnya data untuk

menerapkan penyebab (etiologi) dan masalah (problem) atau yang di kenal

dengan diagnose keperawatan sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi keperawatan. Urutan dalam analisis data

48
studi kasus (Nursalam, 2008), adalah:

3.6.1. Analisa Data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,

dokumentasi). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian

disalin dalam bentuk transkrip.

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip. Data yang terkumpul

kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti

tertentu sesuai dengan topik penelitian yang dterapkan.

3.6.2. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan menggunakan nama

inisial identitas dari responden.

3.7. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan di bandingkan

dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan.

3.8. Etika Studi Kasus

Etika penelitian digunakan dalam setiap penelitian atau studi kasus

yang melibatkan berbagai pihak, yaitu pihak peneliti dan pihak yang diteliti

dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil studi kasus tersebut

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menekankan masalah

etika yang meliputi:

49
3.8.1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut

antara lain: partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data

yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial yang akan

terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-

lain.

Jika subjek bersedia, makan informed consent tersebut harus ditanda

tangani. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati

hak pasien.

3.8.2. Tanpa nama (anonymity)

Menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, namun hanya menulis kode nama.

3.8.3. Kerahasiaan (confidentiality)

Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan oleh

responden dan dijaga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

3.8.4. Avoid Discomfort

Saat pengambilan data peneliti berusaha menghindari pertanyaan

yang memungkingkan timbulnya ketidaknyamanan (akibat pastisipan

merasa tereksploitasi)

50
BAB IV HASIL

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Studi Kasus

4.1.1. Gambaran lokasi pengambilan data

Rumah Sakit Umum Daerah Waingapu adalah Rumah Sakit Milik

Daerah yang berada di Kabupaten Sumba Timur, terletak di kota Waingapu

(Ibu Kota Kabupaten Sumba Timur) yang memiliki Visi “Menjadi Rumah

Sakit Rujukan Terdepan dalam Pelayanan” dan Misi “Memberikan

pelayanan yang sesuai standar kepada lapisan masyarakat, Memberikan

kepuasan kepada pelannggan Rumah Sakit baik internal maupun eksternal,

Pengembangan sumber daya manusia yang professional, dan pengelolaan

Rumah Sakit yang mandiri efektif serta efesien.

Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Waingapu terbagi atas

pelayanan rawat jalan dan rawat inap serta memilki ruang-ruang di

antaranya: Ruang Dahlia, Ruang Anggrek, Ruang Bougenvile, Ruang

Kemuning, dan Ruang VIP. Disamping itu juga terdapat fasilitas ICU,

NICU, PICU dan Instalasi yang ada meliputi: Instalasi Rawat Jalan

(Poliklinik penyakit dalam, polikliniik paru, poliklinik Umum, poliklinik

Anak, Poliklinik bedah, poliklinik kandungan, poliklinik gigi, poliklinik

mata, poliklinik fisioterapi, poliklinik saraf., Instalasi Gawat Darurat,

Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Bedah Sentral,

Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah

51
Sakit Dan Instalasi Pemulasaran Jenasah bank darah, Sterilisasi/CSSD dan

pengolahan sampah

4.1.2. Pengkajian

1. Identitas klien

Identitas Klien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda

yang yang mencakup nomor rekam medik dan identitas klien lainnya yang

bertujuan agar dapat membedakan Klien dengan Klien lainnya guna

ketetapan pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan yang sesuai

dengan identtas Klien

Tabel 4.1 Identitas Klien

Identitas
Klien 1 Klien 2
Klien
Nama bayi An. A.N An. K
Jenis kelamin Laki-laki perempuan
Umur 7 Bulan 1 ,2 Tahun
BB 7,9 kg 10,3
TB 69 cm 98 cm
Alamat matawai prailiu
Pendidikan Belum sekolah Belum sekolah
Pekerjaan - -
Suku/Bangsa Sumba/Indonesia Sumba/Indonesia
Tanggal 07/03/2020 14/03/2020
dirawat 09/03/2020 16/03/2020
Tanggal Pneumonia Pneumonia
pengakajian
Diagnosa
medic

52
Identitas Penanggung Jawab
Nama Ny. M.N Ny. S
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Umur 35 tahun 30 tahun
Alamat matawai Prailiu
Pekerjaan pns Petani

2. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit merupakan deskripsi tentang perjalanan waktu dan

perkembangan penyakit pada Klien maupun Keluarga

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

Riwayat Klien 1 Klien 2


Penyakit
Keluhan Sesak napas, batuk Sesak napas, batuk, panas
Utama lendir, demam
Riwayat Orang tua klien Ibu klien mengatakan
Penyakit mengatakan sebelum sebelum masuk rumah
Sekarang masuk rumah sakit batuk, panas tinggi, dan sesak
pilek serta sesak napas 3 napas 2 hari yang lalu.
hari yang lalu. Kemudian Kemudian orang tua klien
keluarga membawa ke langsung membawa
puskesmas terdekat dan anaknya di RSUD Umbu
di rujuk ke RSUD Umbu Rara Meha pada tanggal 12
Rara Meha Waingapu Maret 2019
pada tanggal 07 maret
2019
Riwayat Orang tua klien Orang tua klien mengatakan
Penyakit mengatakan sebelumnya sebelumnya belum pernah
dahulu belum pernah dirawat di dirawat di Rumah Sakit

53
Rumah Sakit
Riwayat Orang tua klien Orang tua klien mengatakan
penyakit mengatakan dalam dalam keluarganya tidak
keluarga keluarganya tidak mempunyai riwayat
mempunyai riwayat penyakit menurun seperti
penyakit menurun seperti hipertensi, jantung dan
hipertensi, jantung dan lainnya
lainnya
Riwayat Orang tua klien Orang tua klien mengatakan
kesehatan mengatakan lingkungan lingkungan rumah kurang
lingkunga rumah kurang bersih bersih
n

1. Genogram

Klien 1 Klien 2

Keterangan:

: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
Tinggal Serumah
: Pasien

54
2. Perubahan Pola Kesehatan

Perubahan pola kesehatan perilaku seseorang untuk mampu

mempertahan perilaku hidup sehat dan tidak menyimpang dari

Kesehatan

Tabel 4.3. Perubahan Pola Kesehatan

No Pola Klien 1 Klien 2

1 Persepsi dan Orang tua mengatakan Orang tua mengatakan


pemeliharaan bahwa sehat adalah bahwa sehat adalah
kesehatan keadaan dimana kita keadaan dimana kita
bisa melakukan bisa melakukan
aktivitas sehari-hari aktivitas sehari-hari
2 Pola nutrisi Sebelum masuk rumah Sebelum masuk rumah
dan sakit anak sakit anak anak
metabolik mengkonsumsi bubur mengkonsumsi nasi
air yang di campur lembek,sayur dan lauk
sayur-sayuran dan pauk.
ikan Saat masuk rumah
Setelah masuk rumah sakit anak minum susu
sakit anak hanya lewat NGT 150 cc/4
minum susu lewat jam
NGT 150 cc/4 jam
3 Eliminasi BAB BAB
1. Sebelum sakit 1) Sebelum sakit
Frekuensi 1-2 kali Frekuensi 1-2 kali
sehari dengan sehari dengan
konsistensi lembek, konsistensi cair,
berwarna kuning berwarna kuning
dan berbau khas dan berbau khas

55
2. Selama sakit 2) Selama sakit
Frekuensi 1-2 kali Anak belum BAB
sehari, berwarna selama 4 hari
kunig dan berbau BAK
khas dengan 1. Sebelum sakit
konsistensi lembek Frekuensi 4-7 kali
BAK sehari denga
1. Sebelum sakit warna kuning
Frekuensi 4-5 kali bening dan bau
sehari denga khas urine
warna kuning 2. Selama sakit
bening dan bau Frekuensi 5-8 kali
khas urine sehari dengan
2. Selama sakit warna kuning dan
Frekuensi 4-6 kali berbau khas urine.
sehari dengan
warna kuning dan
berbau khas urine.
4 Personal 1. Sebelum sakit 1. Sebelum sakit
hygine orang tua klien orang tua klien
mengatakan mengatakan
anaknya sering di anaknya sering di
kasih mandi kasih mandi
2x/hari 2x/hari
2. Selama sakit 2. Selama sakit
Orang tua klien Orang tua klien
mengatakan selama mengatakan
sakit anaknya selama sakit
mandi tetapi hanya anaknnya mandi
dilap saja tetapi hanya dilap
saja

56
5 Istrahat dan 1. Sebelum sakit 1. Sebelum sakit
tidur Orang tua klien Orang tua klien
mengatakan An. M mengatakan An. L
tidur nyenyak, tidur tidur nyenyak, tidur
malam 12-14 jam, malam 14-16 jam,
tidur siang 6-8 jam tidur siang 6-8 jam
2. Selama sakit 2. Selama sakit
Orang tua klien Orang tua klien
mengatakan selama mengatakan selama
sakit anaknnya sakit anaknnya
susah tidur dan susah tidur dan
rewel, tidur paling rewel, tidur malam
lama 30 menit 12-14 jam, tidur
siang 4-5 jam
6 mekanisme Sebelum dan selama Sebelum dan selama
dan koping sakit hanya bisa sakit hanya bisa
menangis menangis dan
menggerakkan badan

3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi dan Pemeriksaan Fisik merupakan metode yang digunakan

untuk mengetahui status status Klien, dengan mengetahui status

kesehatan Klien Perawat mampu memberikan Asuhan Keperawatan

sesuai dengan masalah kesehatan klien.

57
Tabel 4.4 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi dan Klien 1 Klien 2


pemeriksaan
fisik
Keadaan Composmentis Composmentis
Umum
TTV N:132x/menit, S: N:120x/menit, S: 390c,
39,70c, RR: RR: 54x/menit SpO2 :
60x/menit,SpO2: 96 % 96 %
Tonus/ Tonus otot aktif, Tonus otot aktif,
aktivitas menangis kuat menangis kuat
Pemeriksaan Inspeksi: Bentuk Inspeksi: Bentuk kepala
kepala kepala bulat, sukura mesochepal, rambut
sagitalis tepat ditengah warna hitam
kepala, rambut warna Palpasi: tidan ada nyeri
hitam, distribusi rambut tekan, tidak ada benjolan,
merata, ubun-ubun klien tidak menangis saat
cekung di beri rangsangan di
Palpasi: tidak ada nyeri kepalanya
tekan, tidak ada
benjolan,klien tidak
menangis saat di beri
rangsangan
dikepalanya,
Mata Inspeksi: Inspeksi:
Konjungtiva anemis, Konjungtiva anemis,
Sclera ikterik, pupil Sclera ikterik, pupil
isokor, dan reflek isokor
cahaya mengikuti
cahaya

58
Hidung Inspeksi: Hidung Inspeksi: Hidung
Normal, simetris, Normal, simetris,
terpasang O2 nasal terpasang O2 nasal kanul ,
kanul, terpasang NGT, terpasang NGT, tidak ada
ada penumpukkan kelainan
seckret di hidung
Mulut inspeksi : Keadaan inspeksi : Keadaan mulut
mulut pada umumnya pada umumnya bersih,
bersih, gigi belum gigi belum lengkap
lengkap
Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar limfe dan tiroid kelenjar limfe dan tiroid
Torak dan paru Inspeksi : Bentuk Inspeksi : Bentuk
simentris, terdapat simentris, terdapat
retraksi dinding dada retraksi dinding dada
Palpasi: vocal fremitus Palpasi: vocal fremitus
kanan dan kiri sama kanan dan kiri sama
Perkusi: sonor Perkusi: sonor
Auskultasi: terdengar Auskultasi: terdengar
suara ronchi suara ronchi
Jantung Inspeksi : ictus cordis Inspeksi : ictus cordis
tidak tampak tidak tampak
Palpasi : ictus cordis Palpasi : ictus cordis
teraba di ICS ke V teraba di ICS ke V
Perkusi : pekak Perkusi : pekak
Auskultasi : BJ I-II Auskultasi : BJ I-II
regular regular
Abdomen Inspeksi : bentuk Inspeksi : bentuk
simetris, tidak ada simetris, tidak ada
jejas/lesi jejas/lesi

59
Perkusi : timpani Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada Palpasi : tidak ada
nyeri tekan, tidak ada nyeri tekan,tidak ada
pembesaran organ pembesaran organ pada
pada perut perut
Auskultasi : bissing Auskultasi : bissing
usus 26x/menit usus 28x/menit
Ekstremitas Ekstremitas atas bawah Ekstremitas atas bawah
aktif, tetapi ROM aktif, tetapi ROM
terbatas pada terbatas pada ekstremitas
ekstremitas kanan atas kanan atas karena
karena terpasang infuse terpasang infus
Genetalia Pasien berjenis kelamin Pasien berjenis kelamin
laki-laki perempuan
Kulit Tidak ada Tidak ada hiperigmentasi
hiperigmentasi pada pada kulit klien, piteng
kulit klien, piteng edema kembali dalam 1
edema kembali dalam 1 detik, turgor kulit elastis
detik, turgor kulit
elastic

4. Psikososial

Psikososial merupakan salah satu cara mengetahui perkembangan Klien

sejak dalam kandungan hingga Klien bersosial baik dalam Keluarga

maupun dalam masyarakat umum.

Tabel 4.5 Psikososial

Psikososial Klien 1 Klien 2


Antisipasi dan Orang tua mengatakan Ibu pasien mengatakan
pengalaman saat kehamilan selalu saat kehamilan selalu

60
nyata kelahiran rutin periksa rutin periksa
kandungannya untuk kandungannya untuk
mengetahui kondisi mengetahui kondisi
bayinya dan hasilnya bayinya dan hasilnya
sehat, tidak ada masalah sehat, tidak ada masalah
sampai sekarang sampai sekarang
Budaya Ibu pasien mengatakan Orang tua klien
dalam keluarganya mengatakan sebelumnya
tidak percaya budaya jika anaknya panas sering
tertentu untuk membawa ke tukang urut
menyembuhkan
penyakit
Agama Pasien beragama Klien beragama Kristen
Kristen
Bahasa utama Bahasa yang digunakan Bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah sehari-hari adalah bahasa
bahasa Sumba dan Sumba
bahasa Indonesia
Hub. Orang Hubungan kedua Hubungan kedua
tua dan bayi orangtua dengan orangtua dengan anaknya
anaknya sangat baik, sangat baik, hal ini
hal ini terbukti dengan terbukti dengan perilaku
perilaku orangtua orangtua terhadap
terhadap anaknya yang anaknya yang selalu
selalu menyentuh, menyentuh, memeluk
memeluk anaknya dan anaknya
memanggilnya
Orang terdekat Kedua orang tua klien Kedua orang tua klien
yang dapat
dihubungi
Orang tua Ya, tampak kedua Ya, tampak kedua

61
berespon orangtua selalu orangtua selalu
terhadap bergantian dalam bergantian dalam
hospialisasi menemani pasien menemani pasien

5. Riyawat penyakit lain

Riwayat Penyakit lain yaitu Penyakit penyakit yang muncul karena

tidak di cegah atau tidak di imunisasi

Tabel 4.6 Riwayat Imunisasi

Keterangan Klien 1 Klien 2


Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
anak
Riwayat Normal Normal
persalinan
Imunisasi - Bulan 0 : hepatitis - Bulan 0: hepatitis
- Bulan 1 : BCG - Bulan 1: BCG
- Bulan 2 : DPT 1, - Bulan 2: DPT 1,
hepatitis 1, polio 2 hepatitis 1, polio 2
- Bulan 3 : DPT 2, - Bulan 3: DPT 2, polio
polio 3, hepatitis 2 3, hepatitis 2
- Bulan 4 : DPT 3 - Bulan 4: DPT 3, polio
4Bulan 9 : campak

62
6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang di lakukan setelah Pemeriksaan Fisik pada Klien

Tabel 4.7 Pemeriksaan Penunjang Klien 1

Tanggal: 07 /03 /2020

Pemeriksaan Hasil Satuan


Hemoglobin 10,1 g/dl
Hematocrit 27,7 %
Leukosit 8,42 Ribu/ul
Trombosit 2,14 Ribu/ul
Eritrosit 3,87 Juta/ul
MCV 71,6 Fl
MCH 23,3 Pg
MCHC 32,5 g/dl
RDW 15,5 %

Tabel 4.8 Pemeriksaan Penunjang Klien 2

Tanggal:14/03 /2020

Pemeriksaan Hasil Satuan


Hemoglobin 10,1 g/dl
Hematocrit 31,4 %
Leukosit 16,03 Ribu/ul
Trombosit 277 Ribu/ul
Eritrosit 4,29 Juta/ul
MCV 72,5 Fl
MCH 23,5 Pg
MCHC 32,5 g/dl
RDW 15,0 %

63
7. Terapi

Terapi Medis adalah metode pengobatan yang di gunakan untuk

menyembuhkan penyakit yang di alami Klien

Tabel 4.9 Terapi Medis

Klien 1 Klien 2
Infus D5 1/4 10 cc/kg / jam Infus D51/4 10cc/jam
Pct inj.10cc/6 jam
Neboliser ventolin ½ Pct sirup 3x1 cth/ngt
Amp+pulvivorn ½ Amp+NACL O2 nasal kanul 1,5/menit
0,5%
Inj.ceftriaxone 80 mg/24 jam /iv Susu 150 cc/4 jam/ngt
Susu 50 cc/4 jam/NGT Neboliser ventolin ½
Amp+pulvivorn ½ Amp+NACL
0,5%

4.2. Analisa Data

Analisa data adalah upaya atau cara mengelola data menjadi informasi

sehingga karakteristik data tersebut dapat di pahami untuk menentukan

prioritas masalah Kesehatan Klien.

Tabel 4.10 Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Klien 1
DS: hipersekresi jalan Bersihan jalan
Orang tua klien napas napas tidak
mengatakan anaknya efektif
mengeluh sesak napas,
batuk lendir dan pilek

64
DO:
- Keadaan umum
lemah
- Klien tampak sesak
napas
- Klien tampak batuk
dan pilek
- Tampak adanya
penumpukkan secret
dijalan napas klien
- Adanya retraksi
dinding dada
- Suara napas ronhi
kiri dan kanan
- Pernapasan cuping-
hidung
- RR: 60x/menit
- Klien terpasang O2
1,5 L/menit
Klien 2
DS: hipersekresi jalan Bersihan jalan
Orang tua klien napas napas tidak
mengatakan anaknya efektif
mengeluh sesak napas,
batuk
DO:
- Keadaan umum
lemah
- Klien tampak sesak
napas
- Klien tampak batuk

65
dan pilek
- Tampak adanya
penumpukkan secret
dijalan napas klien
- Pernapasan cuping-
hidung
- RR: 54x/menit
- Klien terpasang O2
1,5 L/menit

4.2.1. Diagnosa Keperawatan

Diagnose kesehatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon Aktual

dan Potensial Klien terhadap masalah Kesehatan Klien dimana Perawat

mempunyai lisensi dan kemampuan untuk mengatasinya

Tabel 4.11 Diagnosa keperawatan

Klien 1 Klien 2
Ketidakefektifan bersihan jalan Ketidakefektifan bersihan jalan
napas b/d hipersekresi jalan napas b/d hipersekresi jalan
napas napas

4.2.2. Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah kategori dari perilaku Keperawatan dimana tujuan

berpusat pada Klien dari hasil perkiraan yang di tetapan dari intervensi

Keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.

66
a. Intervensi Klien 1

Tabel 4.12 Intervensi Keperawatan Klien 1

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor pola
bersihan jalan napas klien napas(frekuensi,kedalaman
kembali efektif atau tidak ada ,usaha napas)
penyumbatan dengan kriteria 2. Monitor bunyi napas
hasil: tambahan
1. Produksi sputum menurun (gurgling,mengi,wheezing,
2. Ronchi menurun ronchi kering)
3. Tidak menunjukkan 3. Monitor sputum
adanya dyspnea (jumlah,warna,aroma)
4. Pola napas membaik Terapeutik
5. Frekuensi napas membaik 1. Berikan minum hanga
2. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
3. Berikan oksigen
Edukasi
Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
ekspektoran,mukolitik

67
b. Intervensi Klien 2

Tabel 4.13 Intervensi Keperawatan Klien 2

No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 1. Monitor pola
jam bersihan jalan napas napas(frekuensi,kedalama
klien kembali efektif atau n,usaha napas)
tidak ada penyumbatan 2. Monitor bunyi napas
dengan kriteria hasil: tambahan
1. Produksi sputum (gurgling,mengi,wheezin
menurun g,ronchi kering)
2. Ronchi menurun 3. Monitor sputum
3. Tidak menunjukkan (jumlah,warna,aroma)
adanya dyspnea Terapeutik
4. Pola napas membaik 1. Berikan minum hanga
5. Frekuensi napas 2. Lakukan penghisapan
membaik lendir kurang dari 15
detik
3. Berikan oksigen
Edukasi
Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
ekspektoran,mukolitik

68
4.2.3. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah serangkain tindakan yang di lakukan oleh Perawat untuk membantu Klien dari masalah Kesehatan

yang dihadapi ke status Kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan

a. Implementasi Klien 1

Tabel 4.14 Implementasi Keperawatan Klien 1

No 9/03/2020 10/03/2020 11/03/2020


Klien 1
Implementaasi

1 09.00 1. Monitor pola 09.00 1. Monitor pola napas (frekuensi, 09.00 1. Monitor pola napas
napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) (frekuensi,
kedalaman, 2. Monitor bunyi napas tambahan kedalaman, usaha
usaha napas) 09.05 (gurgling, mengi, wheezing, napas)
09.05 2. Monitor bunyi ronc kering) 09.10 2. Monitor bunyi
napas tambahan 09.10 3. Monitor sputum (jumlah, warna, napas tambahan
(gurgling, mengi, aroma (gurgling, mengi
wheezing,ronchi 09.15 4. Berikan minum hangat ,wheezing, ronchi

69
kering) 09.20 5. Lakukan penghisapan lendir kering)
10.00 3. Monitor sputum kurang dari 15 detik 09.15 3. Monitor sputum
(jumlah, warna, 09.25 6. Anjurkan asupan cairan (jumlah, warna, aro
aroma) 2000ml/hari ma)
10.10 4. Berikan minum 09.20 4. Berikan minum
hangat hangat
10.20 5. Lakukan 09.30 5. Anjurkan asupan
penghisapan cairan 2000ml/hari
lendir kurang
dari 15 detik
10.21 6. Berikan oksigen
10.22 7. Anjurkan asupan
cairan
2000ml/hari
10.45 8. Kolaborasi
pemberian
ekspektoran,muk
olitik

70
4.2.4. Implementasi Klien 2

Tabel 4.15 Implementasi Keperawatan Klien 2

No 16/03/2020 17/03/2020 18/03/2020


Klien 2
Implementaasi
09.10 1. Monitor pola 09.10 1. Monitor pola 09.10 1. Monitor pola
1 napas(frekuensi,kedala napas(frekuensi,kedala napas(frekuensi,
man,usaha napas) man,usaha napas) kedalaman,usah
09.15 2. Monitor bunyi napas 09.15 2. Monitor bunyi napas a napas)
tambahan tambahan 09.15 2. Monitor bunyi
(gurgling,mengi,wheez (gurgling,mengi,whee napas tambahan
ing,ronchi kering) zing,ronchi (gurgling,mengi
09.20 3. Monitor sputum Kering) ,wheezing,ronch
(jumlah,warna,aroma) 09.20 3. Monitor sputum i kering)
10.10 4. Berikan minum hangat (jumlah,warna,aroma 09.20 3. Monitor sputum
10.20 5. Lakukan penghisapan 10.10 4. Berikan minum hangat (jumlah,warna,a
lendir kurang dari 15 10.20 5. Lakukan penghisapan roma
detik lendir kurang dari 15 10.10 4. Berikan minum

71
10.21 6. Berikan oksigen detik hangat
10.22 7. Anjurkan asupan cairan 10.21 6. Anjurkan asupan 10.20 5. Anjurkan
2000ml/hari cairan 2000ml/hari asupan cairan
10.45 8. Kolaborasi pemberian 2000ml/hari
ekspektoran,mukolitik

72
4.2.5. Evaluasi Keperawatan

Tahap Evaluasi Keperawatan merupakan tahap akhir dari prses yang di

gunakan untuk menilai keberhasilan asuha Keperawatan atas tindakan yang

di berikan. Pada Teori maupu kasus dalam membuat Evaluasi disusun

berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang di ingikan

Tabel 4.16 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3


(09/03/2020) (10/03/2020) (11/03/2020)
Klien 1 S: orang tua klien S: orang tua klien S: orang tua klien
mengatakan mengatakan mengatakan
masih sesak masih sesak sesak napas
napas dan batuk napas dan batuk berkurang,batuk
pilek sudah berkurang berkurang
O: keadaan umum O: keadaan umum O: keadaan umum
Lemah, klien Lemah, klien Lemah, klien
terpasang O2 terpasang O2 terpasang O2
Nasal Kanul 2 Nasal Kanul Nasal Kanul
l/menit, 1,5L/menit, 1,5L/menit,
RR:60x/menit, RR:52x/menit RR:42x/menit
klien A: Masalah teratasi A: Masalah teratasi
A: Masalah belum sebagian sebagian
teratasi P: Lanjutkan P: Lanjutkan
P: Lanjutkan intervensi intervensi
intervensi
- Kolaborasi
pemberian
nebulizer
- Kolaborasi
untuk

73
pemberian
suksion
Klien 2 16/03/2020 17/03/2020 18/03/2020

S: Ibu klien S: Ibu klien S: Ibu klien


mengatakan mengatakan mengatakan anak
masih sesak masih sesak sudah tidak sesak
napas dan pilek napas dan belum dan natuk,pilek
O: keadaan umum ada perubahan O: keadaan umum
Lemah, klien O: keadaan umum membaik, klien
terpasang O2 Lemah, klien tidak terpasang
Nasal Kanul terpasang O2 O2 Nasal Kanul
1,5L/menit, RR: Nasal Kanul RR:30x/menit
54x/menit 1,5L/menit, A: Masalah teratasi
A: Masalah belum RR:48x/menit P: intervensi
teratasi A: Masalah belum dihentikan
P: Lanjutkan teratasi
intervensi P: Lanjutkan
intervensi

4.3. Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus

ini,maka penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan

hasil studi kasus penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Pneumonia pada

anak dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di Ruang Anggrek RSUD

Umbu Rara Meha Waingapu yang dilakukan pada tanggal 09 Maret sampai

18 Maret 2020 yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan,implementasi dan evaluasi keperawatan.

74
4.3.1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari

pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang data klien. Fase proses

keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu data dari sumber primer

(klien), dan sumber sekunder (keluarga dan tenaga kesehatan) dan analisis

data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan. Pengkajian merupakan

komponen dasar dalam proses keperawatan, sehingga dengan pengkajian

yang tepat akan menentukan langkah berikutnya (Potter & Perry, 2005)

Keluhan utama menurut teori (Muttaqin,2008) tanda dan gejala

pneumonia yaitu : sesak napas, batuk lendir dan demam

sedangkan pada kedua kasus terdapat keluhan utama yaitu sesak

napas,batuk lendir,pilek,demam,hasil pemeriksaan laboratorium kasus 1 :

leukosit 18,42 ribu/ul. Hasil pemeriksaan laboratorium kasus 2:Leukosit

16,03 ribu/ul

Jadi menurut saya antara antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan.

4.3.2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan

responaktualatau potensial klien terhadap masalah kesehatan

yangmempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya.

Diagnosakeperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk

mencapaihasil yang menjadi tanggung gugat perawat (Potter & Perry,

2005).

Diagnosa menurut (Carpenito & Moyet, 2013) bersihan jalan

75
napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk

secara efektif.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus menurut

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia( SDKI) adalah bersihan jalan

nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas.

Menurut saya diagnosa antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan

4.3.3. Intervensi dan implementasi

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana

tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang dipekirakan dan di

intervensi kepeawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter &

Perry, 2005).

Sedangkan Implementasi merupakan komponen dari proses

keperawat kategoridari perilaku keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan.Implementasi menuangkan

rencana asuhan kedalam tindakan, setelah intervensi dikembangkan, sesuai

dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan tindakan

keperawatan spesifik, yang mencakup tindakan perawat dan tindakan

dokter (Potter & Perry, 2015).

Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ( SIKI) 2018,

intervensi yang diberikan pada pasien pneumonia adalah monitor pola

napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) monitor bunyi napas tambahan

(mengi, wheezing, ronhi), monitor sputum (jumlah, warna, aroma). Berikan

76
minum air hangat, lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik,berikan

oksigen, anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari. Kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian ekspetoran dan nebulizer.

Sedangkan intervensi pada kedua kasus yaitu tindakan keperawatan yang

sama berupa :

1) Memberikan penkes tentang penyakita pneumonia

2) Memberikan penyuluhan tentang penyakit pneumonia pada

orang tua anak

3) Pendekatan secara biopsikososial dari informasi yang ada

4) monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

5) Berikan minum air hangat.

6) lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

7) berikan oksigen

8) anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari

9) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian ekspetoran dan

nebulizer.

Sedangkan dari 2 partisipan dapat dilakukan implementasi yang

sama untuk diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif,

berupa :

1) Memberikan penkes tentang penyakita pneumonia

2) Memberikan penyuluhan tentang penyakit pneumonia pada orang tua

anak.

3) Pendekatan secara biopsikososial dari informasi yang ada

77
4) Mengobservasi keadadan umum monitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

5) memonitor bunyi napas tambahan (mengi, wheezing, ronhi)

6) memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)

7) memberikan minum air hangat.

8) melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

9) memberikan oksigen 2 lpm

10) menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari

11) melayani nebulizer ventolin 1/2+ nacl 0,9%/6 jam,sesuai advis dokter

Menurut saya implementasi yang di lakukan sudah sesuai dengan

intervensi dan tidak ada kesenjangan.

Menurut saya antara teori ,intervensi dan implementasi dan kasus sudah

sesuai dan tidak ada kesenjangan.

4.3.4. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang

digunakan untuk menentukan seberapa baik partisipan. Evaluasi adalah

tahap akhir dari proses keperawatan. Tahap ini sangat penting untuk

menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan pasien( Potter &

Perry, 2009).

Pada evaluasi kasus 1 dengan diagnosa : bersihan jalan napas tidak

efektifberhubungan dengan hipersekresi jalan napas : masalah

teratasisebagian,sedangkan pada kasus 2 dengan diagnosa : bersihan jalan

nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas : masalah

78
sudah teratasi.

Jadi menurut saya di dapatkan evaluasi pada masing masing pasien

berbeda , tergantung dari kondisi yang pasien alami.

79
BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang peneliti dapatkan dalam laporan studi kasus dan

pembahasan pada asuhan keperawatan dengan masalah ketidakefektifan

bersihan jalan napas pada klien 1 dan klien 2 bronkopneumonia di RSUD

Umbu Rara Meha Waingapu, maka peneliti mengambil kesimpulan :

5.1.1. Pengkajian

Partrisipan 1 : sesak napas, batuk lendir dan pilek

Partisipan 2 : sesak napas, batuk

5.1.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang di ambil oleh peneliti untuk klien 1 dan klien 2

adalahketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

hipersekresi jalan napas. Diagnosa ini diambil berdasarkan batasan

karakteristik, tanda dan gejala yang dialami oleh masing-masing klien.

5.1.3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang di lakukan pada 2 partisipan adalah pemberian terapi

nebulizer dan pemberian oksigen 2 lpm.

5.1.4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada 2 partisipan sesuai dengan perencanaan

dengan lama rawat inap kasus1 (4 hari) dan kasus 2 (3 hari).

80
5.1.5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi adalah kasus 1 masalah ketidakefektifan bersihan jalan

napas teratasi sebagian dan kasus 2 masalah ketidakefektifan jalan napas

sudah teratasi.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran antara

lain:

5.2.1. Bagi Rumah Sakit

Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat di rumah sakit dalam

melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu

pelayanan yang lebih baik khususnya pada klien bronkopneumonia dengan

masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

5.2.2. Bagi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau referensi dalam memberikan

pendidikan kepada mahasiswa mengenai asuhan keperawatan pada klien

bronkopneumonia dengan masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

5.2.3. Bagi Pasien danKeluarga

Dapat menambah pengetahuan tentang penyakit bronkopneumonia.

5.2.4. Bagi penulis

Dapat mengaplikasikan asuhan riset keperawatan tentang pemenuhan

kebutuhan oksigenasi pada pada pasien bronkopneumonia.

81
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah.2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa edisi 1. Yogyakarta:IKAPI

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:EGC

Bulechek, M.G, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.

USE : Elsevier Global Rights

Djojodibroto, D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC

Effendi, F. 2010. Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: salemba Medika

Herdman, T. H dkk, . 2016. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi.

Edisi 10. Buku Kedokteran : ECG

Moorhead, S, dkk, 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). Edisi 5. USE :

Elsevier Global Rights

Misnadiarly, 2008.Mengenal Gejala, Menanggulangi, Dan Mencegah

Komplikasi. Jakarta: Pustaka Popular Obor

Muttaqin, A. 2009.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Peneltian Ilmu

Keperawatan Edisi 2. Jakarta: penerbit Salemba Medika

Price & Lorraine. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit

Edisi 6. Jakarta: EGC

Saktya, Y. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.

82
Yogyakarta: KDT

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitaitif dan R&D.Bandung:

Alfabeta

Wilkinson, J.2008. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, NIC dan NOC edisi 7.

Jakarta: EGC

PPNI (2016).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Defenisi dan Indikator

Diagnostik ,Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defenisi dan Tindakan

Keperawatan ,Edisi 1.Jakarta : DPP PPNI

83

Anda mungkin juga menyukai