Anda di halaman 1dari 6

PERSEDIAAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
- Ghalih Pratama Nur
Ramadhan
- Agata Ure Wukak
- Chatje Mail

Dosen Pengampu:
Digor Mufti,S.E., M.M

PRODI MANAJEMEN (2C)


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG
A. Pengertian Persediaan

Persediaan adalah jumlah produk yang dimiliki perusahaan yang tersedia


untuk dibeli. Kumpulan barang ini pada akhirnya akan dijual kepada pelanggan untuk
mendapatkan keuntungan.
Hal ini membuat persediaan dilaporkan sebagai aset lancar di neraca perusahaan
Anda. Namun, perlu diingat bahwa menyimpan persediaan untuk waktu yang lama
belum tentu merupakan hal yang baik. Ini karena Anda dapat membayar biaya
penyimpanan dan produk berpotensi menjadi usang.

Berikut adalah beberapa contoh persediaan:

 Jumlah pakaian yang harus dijual perusahaan


 Hot dog yang siap dijual oleh stand hot dog
 Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat furnitur
 Cupcake yang belum selesai di toko roti
 Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat limun untuk stand limun

Persediaan atau biasa disebut inventori merupakan salah satu aset terpenting dari
bisnis. Tanpa persediaan, tidak ada sumber penghasilan. Tanpa penghasilan, sebuah
bisnis mustahil bisa bertahan dan berkembang.
Dalam laporan keuangan, persediaan masuk dalam kategori aset lancar pada neraca
perusahaan. Ketika persediaan terjual, maka akan tercatat sebagai harga pokok
penjualan pada laporan laba-rugi.
Secara rutin mengevaluasi persediaan adalah kunci kesuksesan bisnis. Tidak hanya
harus mengetahui jenis-jenis persedian, tapi pemilik bisnis juga harus memahami cara
mengevaluasi persediaan. Tujuannya adalah untuk menjadi acuan dalam pembuatan
keputusan bisnis.
Selain itu, pemilik bisnis juga harus memahami waktu maksimal penyimpanan
persediaan barang. Sebab, menyimpan persediaan dalam waktu lama belum tentu
menjadi hal yang baik. Semakin lama persediaan tersimpan, artinya akan semakin
banyak biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan. Bahkan, jika terlalu lama
disimpan, produk berpotensi menjadi usang dan rusak.

Jenis-Jenis Persediaan

1. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Inventory)


Dalam hal ini, perusahaan membeli dan menumpuk barang baku, tapi tidak diproses
menjadi sebuah produk. Persediaan ini memang digunakan untuk memisahkan
(decouple) para pemasok dari proses produksi.

2. Persediaan Barang Setengah Jadi (Working in Process Inventory)


Perusahaan menyimpan bahan baku setengah jadi, atau sudah mengalami beberapa
perubahan, tapi belum selesai diproduksi. Persediaan barang setengah jadi akan
dimanfaatkan sebagai bahan masukan produksi barang lain. Ketika sudah memasuki
proses produksi, barang setengah jadi akan memiliki kualitas dan bernilai ekonomi
tinggi karena telah mengalami perubahan sampai tidak dikenali lagi.
3. Persediaan Pemeliharaan, Perbaikan, dan Operasi (Maintenance, Repair,
Operations - MRO)
Perusahaan melakukan persediaan MRO untuk melakukan pemeliharaan dan
perbaikan operasional agar semua mesin yang digunakan untuk proses produksi tetap
produktif. Mesin-mesin produksi akan mengalami penyusutan seiring berjalannya
waktu, sehingga pemeliharaan dan perbaikan perlu dilakukan.

4. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods Inventory)


Barang jadi biasa disebut dengan barang konsumen (consumer goods). Persediaan
barang ini dilakukan untuk mengantisipasi permintaan konsumen atau masyarakat di
masa depan.

B. Metode Pencatatan.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan.
Mereka adalah sebagai berikut:

A. Metode First in, First Out (FIFO)


Metode FIFO menetapkan bahwa barang yang dibeli terlebih dahulu adalah
yang pertama dijual, digunakan, atau dibuang. Konsep ini bermanfaat bagi bisnis
karena semakin tua barangnya, semakin tinggi risikonya menjadi usang dan semakin
lama perusahaan harus membayar untuk penyimpanannya.

Dengan menjual barang-barang tertua terlebih dahulu, perusahaan lebih siap untuk
menyimpan barang-barang baru. Selain itu, tergantung pada itemnya, semakin lama
disimpan, semakin mudah rusak.

Misalnya, jika toko kelontong menjual alpukat, mereka harus menjual alpukat yang
tiba di toko terlebih dahulu untuk menghindari jamur dan untuk tidak menjual alpukat
berjamur kepada pelanggan.

Secara keseluruhan, jika metode FIFO tidak digunakan, dapat mempengaruhi margin
keuntungan perusahaan. Berikut adalah langkah-langkah untuk mengevaluasi
persediaan dan harga pokok penjualan menggunakan metode ini:

1. Tentukan tanggal mulai dan berakhir


Tentukan berapa banyak persediaan yang Anda miliki pada tanggal mulai dan lagi
pada tanggal akhir yang telah Anda pilih. Misalnya, Anda dapat mengatakan bahwa
Anda memiliki sejumlah kaos pada 1 Januari dan pada akhir perhitungan COGS
Anda, Anda mungkin memiliki jumlah yang berbeda pada 1 Februari. Oleh karena itu,
1 Januari dan 1 Februari akan menjadi tanggal mulai dan berakhir Anda, masing-
masing.
2. Cari tahu biaya yang Anda bayarkan untuk barang-barang ini
Setelah Anda mengambil persediaan, lihat faktur Anda dan tentukan berapa banyak
yang Anda bayarkan untuk barang-barang ini. Dengan menggunakan contoh di atas,
katakanlah Anda menambahkan ke inventaris dengan membeli 10 kemeja seharga
100.000 masing-masing pada hari Senin dan 10 kemeja lainnya seharga 150.000
masing-masing pada hari Jumat. Kemudian katakanlah Anda menjual 15 kemeja pada
hari Minggu.

3. Hitung HPP
Tentukan harga pokok penjualan dengan mengurangkan jumlah yang terjual dari
persediaan Anda dimulai dengan barang yang terjual terlebih dahulu. Anda kemudian
dapat mengalikannya dengan biaya pembelian. Misalnya, HPP untuk contoh di atas
adalah (10 x 100.000) + (5 x 150.000) = 1.750.000. Oleh karena itu, HPP Anda akan
menjadi 1.750.000.

B. Metode Biaya Persediaan Rata-rata


Juga dikenal sebagai metode rata-rata tertimbang, metode biaya persediaan rata-rata
menggunakan rata-rata dari semua persediaan yang dibeli untuk menentukan HPP. Berikut
langkah-langkah untuk menghitung HPP menggunakan metode ini:

1. Tentukan biaya rata-rata persediaan yang dibeli


Untuk melakukan ini, ambil jumlah semua biaya pembelian persediaan untuk satu jenis
produk dan bagi dengan jumlah produk yang dibeli. Ini akan menghasilkan biaya rata-rata.
Misalnya, jika Anda membelanjakan 100.000 dan kemudian 150.000, biaya rata-rata
inventaris yang dibeli adalah (100.000 + 150.000) / 2 = 125.000

2. Tentukan biaya rata-rata barang yang Anda produksi


Jika perusahaan Anda memproduksi persediaan sendiri dengan menggunakan berbagai bahan
baku, gunakan persamaan berikut:

total biaya / total unit persediaan = biaya rata-rata

3. Hitung persediaan Anda


Hitung jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan Anda pada tanggal mulai dan juga
tanggal akhir. Kalikan biaya rata-rata dengan selisih persediaan ini.

4. Hitung HPP
Misalnya, total yang Anda belanjakan untuk kemeja adalah 125.000 x 10 kemeja =
1.250.000. Jika Anda menjual 5 kemeja, total HPP yang menggunakan metode ini adalah
625.000 karena 125.000 x 5 adalah 625.000.

C. Metode First In, Last Out (FILO)


Dalam metode ini, barang yang dibeli pertama adalah yang terakhir dijual. Misalnya,
jika Anda menjual celana tetapi Anda terus menumpuk celana yang baru dibeli di bagian atas
rak, celana di bagian bawah rak (yang dibeli terlebih dahulu) akan tetap di bagian bawah dan
akan dibeli bertahan selama proses ini berlanjut. Metode ini sama dengan metode Last In,
First Out (LIFO). Berikut adalah cara menggunakannya untuk menentukan HPP Anda:
1. Tentukan pembelian terbaru
Karena metode FILO menetapkan bahwa barang yang paling baru dibeli akan dijual terlebih
dahulu, penting untuk menginventarisasi stok ini.

2. Temukan biaya pembelian


Tentukan berapa banyak Anda membayar barang-barang ini melalui faktur Anda. Misalnya,
Anda mulai dengan inventaris 10 celana seharga 20.000 pada hari Senin dan 10 celana lagi
seharga 40.000 pada hari Jumat. Pada hari Minggu, Anda menjual 15 celana.

3. Totalkan jumlahnya
Untuk melakukan ini, tambahkan bersama biaya setiap set barang yang Anda jual. Misalnya,
dengan 10 celana yang Anda beli seharga 20.000, Anda akan mendapatkan 200.000 karena
10 x 20.000 = 200.000.

Celana ini yang pertama kali dijual dan akan digunakan karena kita menghitung HPP
menggunakan metode FILO. Setelah ini, ambil 5 celana yang dibeli seharga 20.000 masing-
masing dan dapatkan 100.000 karena 5 x 20.000 adalah 100.000. Celana ini dibeli terakhir.
Tambahkan 200.000 ke 100.000 untuk mendapatkan COGS 300.000.

Pendapat lain yang diungkapkan oleh Kartikahadi (2012) yang mengatakan


bahwa terdapat dua sistem pencatatan persediaan, yaitu antara lain:
1. Metode Periodik
Dalam metode periodik, jumlah persediaan ditentukan secara berkala (periodik) dengan
melakukan perhitungan fisik dan mengalikan jumlah unit tersebut dengan harga satuan untuk
menghitung nilai persediaan yang ada pada saat itu.
2. Metode Perpetual
Dalam metode perpetual, catatan persediaan selalu dimutakhirkan
(updated) setiap kali terjadi transaksi yang melibatkan persediaan, sehingga perusahaan selalu
mengetahui kuantitas dan nilai persediaannya setiap saat

C. Pengaruh Pemilihan Metode.

Semua metode penilaian persediaan didasarkan atas harga perolehan. Setiap


perusahaan bebas untuk memilih salah satu metode penilaian persediaan yang
dianggap cocok dan perlu diketahui juga pengaruh dari masing-masing metode
yang digunakan.
Ø Pengaruh terhadap neraca
Pada metode FIFO, harga perolehan persediaan yang ditetapkan pada neraca
akan mendekati saat itu. Berbeda halnya dengan metode LIFO, harga
perolehan persediaan pada tanggal neraca didasarkan pada harga perolehan
barang yang dibeli lebih awal. Akibatnya, harga perolehan persediaan tidak
mencerminkan keadaan pada tanggal neraca dan aktiva lancar sehingga total
aktiva akan dilaporkan lebih rendah dari harga yang berlaku pada tanggal
neraca.
Ø Pengaruh terhadap laba rugi
Penggunaan metode FIFO pada masa inflasi akan menghasilkan laba bersih
yang tinggi. Namun ada yang berpendapat bahwa pemakaian metode FIFO
di masa inflasi akan menghasilkan laba semu. Oleh karena itu, penggunaan
metode LIFO lebih dianjurkan.
Ø pengaruh terhadap pajak
Perhitungan laba bersih dengan metode LIFO akan menghasilkan pajak
penghasilan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan metode FIFO
maupun metode rata-rata. Hal tersebut disebabkan karena pada penggunaan
metode LIFO laba yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan metode FIFO.

Anda mungkin juga menyukai