Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AL-QUR’AN

PENGERTIAN, KANDUNGAN, DAN POSISI AL-QUR’AN

OLEH:
KELOMPOK I
 FACHDILLAH AL HUMARIAH (21041014005)
 MUH ALDY AHNUR (21041014010)
 ALIAHTUL HAMZAH (21041014029)
 LUH WAHYU TRI AMANDA (21041014039)

ILMU KOMUNIKASI
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan judul PENGERTIAN,KANDUNGAN DAN
POSISI AL-QUR’AN dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi
tugas dari Bapak Sudirman,S.Pd.I.,M. Pd pada bidang studi Pendidikan Al-Qur’an.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca
tentang Pengertian Al-Qur’an,Kandungan Al-Qur’an dan Posisi Al-Qur’an diantara
kitab-kitab lain.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Sudirman,S.Pd.I.,M. Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Al-Qur’an. Berkat tugas
yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan
banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.

Makassar, 31 Maret 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
2.1. Pengertian Al-Qur’an............................................................................................5
2.2. Kandungan Al-Qur’an..........................................................................................7
2.3. Posisi Al-Qur’an Diantara Kitab-Kitab Lain...................................................12
BAB III....................................................................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat islam terbanyak diantara
negara-negara lain di dunia, dari sekitar 178 juta penduduk hampir 90% adalah penduduk
beragama islam yang taat karena itu perhatian pemerintah banyak diupayakan untuk
membangun masyarakat mencari kesejahteraan rohaniah keagamaan disamping
kesejahteraan lahiriah.
Diantara upaya-upaya itu adalah penyediaan kitab suci Al-Quran. Kami sebagai seorang
yang beragama islam membuat makalah ini untuk lebih mengenalkan Al-Quran di
lingkungan mahasiswa.

1.2 Rumusan Masalah


Atas dasar penentuan latar belakang diatas, maka kami dapat mengambil perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Pengertian Al-Qur’an
2. Kandungan Al-Qur’an
3. Posisi Al-Qur’an diantara kitab-kitab lain

1.3 Tujuan Penulisan


Setiap kita hendak melakukan sesuatu pekerjaan atau pun kegiatan hendaknya kita
melakukan atau lebih dahulu apa yang kita yang ingin kita capai. Sehingga apa yang kita
lakukan lebih terarah dan teratur untuk memperolaeh hasil sesuai yang
diharapkan.Berdasarkan rumusan masalah diatas , tujuan penulisan ini adalah untuk
membahas tentang:
1. Pengertian Al-Qur’an
2. Kandungan Al-Qur’an
3. Posisi Al-Qur’an diantara kitab-kitab lain
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Al-Qur’an
A. Al-Qur’an Menurut Bahasa
Secara bahasa diambil dari kata: ‫ ا قر‬- ‫ يقرا‬-‫ قراة‬-‫ وقرانا‬yang berarti sesuatu yang dibaca.
Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca Alquran.
Alquran juga bentuk mashdar dari ‫ القراة‬yang berarti menghimpun dan mengumpulkan.
Dikatakan demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf, kata,
dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu Alquran
harus dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga
dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa yang dialami
masyarakat untuk menghidupkan Alquran baik secara teks, lisan ataupun budaya.

Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan yang sempurna.
Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun
sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi
Alquran, bacaan sempurna lagi mulia.2

Dan juga Alquran mempunyai arti menumpulkan dan menghimpun qira’ah berarti
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan
yang tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu mashdar dari kata
qara’a, qira’atan, qur’anan.

Allah berfirman:

Artinya:
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Qur’an, dan pasti Kami pula yang
memeliharanya.” (Al-Hijr/15:9).

B. Al-Qur’an Menurut Istilah


Alquran menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan oleh Malaikat
Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan
yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.

Menurut Andi Rosa Alquran merupakan qodim pada makna-makna yang bersifat
doktrin dan makna universalnya saja, juga tetap menilai qodim pada lafalnya. Dengan
demikian Alquran dinyatakan bahwasannya bersifat kalam nafsi berada di Baitul
Izzah (al-sama’ al-duniya), dan itu semuanya bermuatan makna muhkamat yang
menjadi rujukan atau tempat kembalinya ayat-ayat mutasyabihat, sedangkan Alquran
diturunkan ke bumi dan diterima oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir,
merupakan kalam lafdzi yang bermuatan kalam nafsi, karena tidak mengandung ayat
mutasyabihat, tetapi juga ayat atau makna-maknanya bersifat muhkamat.
Sementara menurut para ahli ushul fiqh Alquran secara istilah adalah:

Artinya:
“Alquran adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa
yang melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rosul (yaitu
Nabi Muhammad SAW), melalui Malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan
kepada kita secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surah Al-
Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas”.

Berdasarkan definisi di atas, maka setidaknya ada lima faktor penting yang menjadi
faktor karakteristik Alquran, yaitu:

1. Alquran adalah firman atau kalam Allah SWT, bukan perkataan mMalaikat Jibril
(dia hanya penyampai wahyu dari Allah), bukan sabda Nabi Muhammad SAW.
(beliau hanya penerima wahyu Alquran dari Allah), dan bukan perkataan manusia
biasa,mereka hanya berkewajiban mengamalkannya.
2. Alquran hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak diberikan kepada
Nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci yang diberikan kepada para nabi sebelumnya bukan
bernama Alquran tapi memiliki nama lain; Zabur adalah nama kitab yang diberikan
kepada Nabi Daud, Taurat diberikan kepada Nabi Musa, dan Injil adalah kitab yang
diberikan kepada Nabi Isa as.
3. Alquran adalah mukjizat, maka dalam sepanjang sejarah umat manusia sejak awal
turunnya sampai sekarang dan mendatang tidak seorangpun yang mampu menandingi
Alquran, baik secara individual maupun kolektif, sekalipun mereka ahli sastra bahasa
dan sependek-pendeknya surat atau ayat.
4. Diriwayatkan secara mutawatir artinya Alquran diterima dan diriwayatkan oleh
banyak orang yang secara logika mereka mustahil untuk berdusta, periwayatan itu
dilakukan dari masa ke masa secara berturut-turut sampai kepada kita.
5. Membaca Alquran dicatat sebagai amal ibadah. Di antara sekian banyak
bacaan,hanya membaca Alquran saja yang di anggap ibadah, sekalipun membaca
tidak tahu maknanya, apalagi jika ia mengetahui makna ayat atau surat yang dibaca
dan mampu mengamalkannya. Adapun bacaam-bacaan lain tidak dinilai ibadah
kecuali disertai niat yang baik seperti mencari Ilmu.Jadi, pahala yang diperoleh
pembaca selain
Alquran adalah pahala mencari Ilmu, bukan substansi bacaan sebagaimana dalam
Alquran.
2.2. Kandungan Al-Qur’an
Al-Qur'an tidak turun secara sekaligus dalam satu waktu melainkan berangsur-angsur
supaya meneguhkan diri Rasul. Menurut sebagian ulama, ayat-ayat al-Qur'an turun
secara berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari; dan ada pula
sebagian ulama lain yang berpendapat bahwa Al-Qur'an diwahyukan secara bertahap
dalam kurun waktu 23 tahun (dimulai pada 22 Desember 603 M).

Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi dua periode, yaitu periode
Mekkah dan periode Madinah yang membentuk penggolongan surah Makkiyah dan
surah Madaniyah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian
Rasulullah dan surah-surah yang turun pada waktu ini tergolong surah Makkiyyah.

Sementara periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama
10 tahun dan surah yang turun pada kurun waktu ini disebut surah Madaniyah. Isi
kandungan al-Qur’an itu selanjutnya dapat digali dan dikembangkan menjadi berbagai
bidang yaitu:

1. Akidah
Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak
Akidah (‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan.
Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara
terminologi didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan
sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal
perbuatan.

Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari al-
Qur’an dan hadis. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya
cukup mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus
menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal
perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari.

Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah
Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang
tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah Swt. berarti ia kagir, dan apabila meyakini
adanya Tuhan selain Allah Swt. dinamakan musyrik. Dalam akidah Islam, di
samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa, juga ada kewajiban
untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila seseorang
yang mengaku berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau
meyakini sebagian dari rukun iman saja.

Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah Swt., iman
kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah Swt., iman kepada
Rasul-Rasul Allah Swt., iman kepada hari akhir, dan iman kepada Qadla’ dan
Qadar.
Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang
terkandung di dalamnya, di antaranya adalah sebagai berikut :

‫ َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬. ‫ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬. ‫ص َم ُد‬
َّ ‫ هَّللا ُ ال‬. ‫قُلْ هُ َو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬

"Katakanlah (Muhammad saw.), ”Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah Swt.
tempat meminta segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. al-Ikhlas: 1-4)

ُ ِّ‫ه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه اَل نُفَر‬xِ ِ‫آ َمنَ ال َّرسُو ُل بِ َما ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي ِه ِم ْن َربِّ ِه َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ ۚ ُك ٌّل آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو َماَل ِئ َكت‬
‫ق بَ ْينَ َأ َح ٍد ِم ْن‬
ِ ‫ك َربَّنَا وَِإلَ ْيكَ ْال َم‬
‫صي ُر‬ َ َ‫ُر ُسلِ ِه ۚ َوقَالُوا َس ِم ْعنَا َوَأطَ ْعنَا ۖ ُغ ْف َران‬

“Rasul (Muhammad saw.) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya


(alQur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-
Nya. (Mereka berkata), ”Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-
rasul-Nya.” Dan mereka berkata, ”Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami
Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (QS. al-Baqarah : 285)

2. Ibadah dan Muamalah


Ibadah berasal dari kata ‘Abada artinya mengabdi atau menyembah. Yang
dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah
Swt. dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk
kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap
kebesaran Allah Swt., sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena
keyakinan bahwa Allah Swt. mempunyai kekuasaan mutlak.

Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain
adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Firman Allah Swt.:

َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬


‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat : 56)

Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada karena diciptakan oleh Allah Swt.,
oleh sebab itu manusia harus sadar bahwa dia membutuhkan Allah Swt. Dan
kebutuhan terhadap Allah Swt. itu diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-
Nya. Hanya kepada-Nya manusia menyembah dan meminta pertolongan.
Sebagaimana ¿rman Allah Swt.:

ُ‫ك نَ ْستَ ِعين‬


َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َوِإيَّا‬
َ ‫ِإيَّا‬

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
mohon pertolongan.” (QS. al-Fatihah : 5)
3. Akhlak
Akhlak ditinjau dari segi etimologi yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau
budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.

Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak semakna dengan istilah etika atau moral.
Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga
Rasulullah saw. menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya beliau
adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia.

Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Bahwasanya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang baik." (HR. Ahmad)

Nabi Muhammad saw. adalah model dan suri tauladan bagi umat dalam
bertingkah laku dengan akhlak mulia (karimah). Al-Qur’an merupakan sumber
ajaran tentang akhlak mulia itu. Dan beliau merupakan manusia yang dapat
menerapkan ajaran akhlak dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau.
Sehingga wajarlah ketika Aisyah Ra. ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak
beliau, lalu Aisyah ra. menjawab dengan menyatakan adalah beliau akhlak (al-
Qur’an).

yat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi Muhammad saw.
antara lain adalah :

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هَّللا ِ ُأ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat
dan yang banyak mengingat Allah Swt.” (QS. al-Ahzab : 21)

4. Hukum
Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan
ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah
untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi
adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di
akhirat kelak.

Sebagai sumber hukum ajaran Islam, al-Qur’an banyak memberikan ketentuan-


ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik
secara global (mujmal) maupun terperinci (tafsil). Beberapa ayat-ayat alQur’an
yang berisi ketentuan hukum antara lain adalah :

ِ ‫ك هَّللا ُ ۚ َواَل تَ ُك ْن لِ ْلخَاِئنِينَ َخ‬


‫صي ًما‬ َ ‫اس بِ َما َأ َرا‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
ِ َّ‫ق لِتَحْ ُك َم بَ ْينَ الن‬ َ ‫ِإنَّا َأ ْن َز ْلنَا ِإلَ ْيكَ ْال ِكت‬
“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad
saw.) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa
yang telah diajarkan Allah Swt. kepadamu, dan janganlah engkau menjadi
penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat.”
(QS. an-Nisa’ : 105)

Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an


adalah meliputi :
1. Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 221; QS.
al-Maidah : 5; QS.an-Nisa’ : 22-24; QS.an-Nur : 2; QS. alMumtahanah :10-
11.
2. Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ : 7-12 dan 176, QS.
al-Baqarah :180; QS. al-Maidah :106
3. Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 279, 280 dan
282; QS. al-Anfal : 56 dan 58; QS. at-Taubah : 4
4. Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 178; QS.
anNisa’ : 92 dan 93; QS. al-Maidah : 38; QS. Yanus : 27; QS. al-Isra’ : 33;
QS. asy-Syu’ara : 40
5. Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 190-193; QS.
al-Anfal : 39 dan 41; QS. at-Taubah : 5,29 dan 123, QS. al-Hajj : 39 dan 40
6. Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurat : 13

5. Sejarah/Kisah Umat Masa Lalu


Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan tentang sejarah
atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya
sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah
(pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat
menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan
petunjuk dan keridhaan Allah Swt.

‫صي َل ُك ِّل‬ َ ‫ب ۗ َما َكانَ َح ِديثًا يُ ْفت ََر ٰى َو ٰلَ ِك ْن تَصْ ِدي‬
ِ ‫ق الَّ ِذي بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َوتَ ْف‬ ِ ‫ص ِه ْم ِع ْب َرةٌ ُأِلولِي اَأْل ْلبَا‬ ِ ‫ص‬ َ َ‫لَقَ ْد َكانَ فِي ق‬
َ‫َش ْي ٍء َوهُدًى َو َرحْ َمةً لِقَوْ ٍم يُْؤ ِمنُون‬

“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang
mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan
(sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf : 111)

Al-Qur’an telah banyak menggambarkan umat-umat terdahulu baik yang iman


dan taat kepada Allah Swt. maupun yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya.
Diharapkan dengan memperhatikan kisah umat terdahulu, umat Islam bisa
mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah Swt. dan menghindari perbuatan
ma’siat kepada-Nya.
Bagi umat yang beriman dan taat kepada Allah Swt., Allah Swt. telah memberikan
kebaikan dan keberkahan dalam hidup mereka, sebaliknya bagi yang ingkar dan
ma’siat kepada-Nya, Allah Swt. telah memberikan azab-Nya.

‫و َد‬x‫ادًا َوثَ ُم‬xَ‫ َوع‬. ‫ا‬x‫ َذابًا َألِي ًم‬xَ‫ ْدنَا لِلظَّالِ ِمينَ ع‬xَ‫ةً ۖ َوَأ ْعت‬xَ‫اس آي‬
ِ َّ‫اهُ ْم لِلن‬xَ‫اهُ ْم َو َج َع ْلن‬xَ‫ َل َأ ْغ َر ْقن‬x‫ َّذبُوا الرُّ ُس‬x‫وح لَ َّما َك‬x
ٍ ُ‫وْ َم ن‬xَ‫َوق‬
‫اًّل‬ ‫َأْل‬
‫ض َر ْبنَا لَهُ ا ْمثَا َل ۖ َو ُك تَبَّرْ نَا تَ ْتبِيرًا‬
َ ‫اًّل‬ ‫ َو ُك‬. ‫ك َكثِيرًا‬ ٰ ُ
َ ِ‫اب الرَّسِّ َوقرُونًا بَ ْينَ َذل‬ َ ‫َو صْ َح‬ ‫َأ‬
“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul.
Kami tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi
manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih; Dan
(telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samód dan penduduk Rass serta banyak
(lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan
perumpamaan dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.”
(QS. al-Furqan: 37-39)

6. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi


Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan isyaratisyarat
ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian
dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Allah
Swt. yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan kepada umat manusia untuk
dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.

Al-Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan


teknologi. Hal itu diisyaratkan pada saat ayat al-Qur’an untuk pertama kalinya
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5

َ ُّ‫ ا ْق َرْأ َو َرب‬. ‫ق‬


‫ َعلَّ َم اِإْل ْن َسانَ َما لَ ْم‬. ‫ الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬. ‫ك اَأْل ْك َر ُم‬ ٍ َ‫ق اِإْل ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
َ َ‫ َخل‬. ‫ق‬
‫يَ ْعلَ ْم‬

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, . Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Mahamulia,. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia
apa yang tidak diketahuinya." (QS. al-‘Alaq : 1-5)

Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk
membaca. Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk
menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an
menekankan betapa pentingnya membaca dalam upaya mencari dan menguasai
ilmu pengetahuan.

Ayat lain yang berisi dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan
dalam QS. al-Mujadalah ayat 11.

ُ ‫يل ا ْن ُش ُزوا فَا ْن ُش ُزوا يَرْ فَ ِع هَّللا‬


َ ِ‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖ َوِإ َذا ق‬ِ ‫س فَا ْف َسحُوا يَ ْف َس‬ِ ِ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا فِي ْال َم َجال‬
ٍ ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا‬
‫ت ۚ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ٌر‬
"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Mujadalah : 11)

2.3. Posisi Al-Qur’an Diantara Kitab-Kitab Lain


Secara eksplisit dalam surah Al-Baqarah ayat ke 2-4 ditegaskan bahwa salah satu ciri
orang yang bertaqwa (muttaqin) adalah mereka yang percaya pada al-Qur'an dan
wahyu yang diturunkan sebelum al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW.
Berikut adalah petikan terjemahan bagian tersebut.

“Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat,
dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. dan
mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat. (Al-Baqarah 2-4)”

Al-Qur'an juga diposisikan sebagai pembenar (mushaddiq) dan batu ujian/verifikator


(muhaymin) terhadap kitab-kitab yang lain. Hal ini terdapat pada surah Al-Ma'idah
ayat 48 yang artinya:

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat
di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (Al-Ma'idah
48)”

Dan bila tiap umat tersebut berselisih mengenai sesuatu hal maka Al-Qur'an dapat
menjadi hakim atau referensi untuk menerangkan hal-hal yang mereka perselisihkan
tersebut. Dalam Al-Qur'an mengenai hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam surat An
Nahl ayat 63 dan 64 yang artinya:

“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-
umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik
perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka pada hari
itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih Dan Kami tidak menurunkan kepadamu
Al-Kitab (Al-Qur'an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka
apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman. (An Nahl 63-64)”

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Al-Quran adalah salah satu kalam allah S.W.T yang diturunkan kepada nabi
Muhammad S.A.W. dan arti “quran” berarti “bacaan” yaitu pedoman seluruh
umat islam diseluruh penjuru dunia yang dipakai sebagai petunjuk, pegangan
dan lain sebagainya, didalam baik melakukan ibadah, budi pekerti dan lain-
lain.

Al-Qur’an merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia


adalah kitab yang selalu dipelihara.
“inna nahnu nazzalna al-dzikra wa innalahu lahafizhun”
(Sesungguhnya kami yang menurunkan Al-Qu’ran dan kamilah Pemelihara-
pemelihara-Hya:.

Kandungan dalam Al-Qur’an yaitu Akidah, Ibadah, Akhlak, Kukum,Sejarah


dan dorongan untuk berfikir.

Al-Qur-an meruakan mkujizat bagi Rasulullah Muhammad SAW, pedoman


hidup bagi setiap muslim, korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab
Allah yang sebelumnya dan bernilai abadi.
DAFTAR PUSTAKA

https://visimuslim.org/kedudukan-al-quran-dihadapan-kitab-kitab-
suci-yang-lain/

https://www.inews.id/lifestyle/muslim/isi-kandungan-al-quran?
msclkid=648c3865b1c311ecbc19f4e63ee73481

https://yuksinau.co.id/pengertian-al-quran/?
msclkid=adb635f4b1be11ec9abd30144edd484a

Anda mungkin juga menyukai