Anda di halaman 1dari 30
Menimbang Mengingat Menetapkan KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMORPER- 71 /PJ/2010 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMi DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 451/KMK.04/1997 tentang Penatausahaan Data Objek Pajak Bumi dan Bangunan Pertambangan Migas dan Panas Bumi serta Pembayarannya perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Tata Cara Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan Pertambangan Minyak dan Gas Buri; 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) ‘sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569); 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 4152); 3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 451/KMK.04/1997 tentang Penatausahaan Data Objek Pajak Bumi dan Bangunan Pertambangan Migas dan Panas Bumi serta Pembayarannya; 4, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penatausahaan Penerimaan PBB Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Energi Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2007; 8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan; MEMUTUSKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK BUM] DAN BANGUNAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI. Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang dimaksud dengan: 1. Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya disingkat dengan PBB adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan/atau bangunan. 2. Minyak dan Gas Bumi yang selanjutnya disebut dengan Migas adalah Minyak dan Gas Bur 3. Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padal, termasuk aspal, iin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Migas. 4, Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam Kondis! tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan Migas. Pasal 4 (1) Pendaftaran atau pemutakhiran data objek pajak PBB Pertambangan Migas dilakukan oleh subjek pajak atau Wejlb Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dengan mengisi SPOP dan Rekapitulasi SPOP melalui aplikasi SPOP elektronik dengan jelas, benar, lengkap, dan dicetak serta ditandatangani. (2) SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari SPOP Onshore, SPOP Offshore, dan SPOP Hasil Produksi (3) SPOP dan Rekapitulasi SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta SPOP elektronik sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), Pasal 5 (1) Penatausahaan data objek pajak PBB Pertambangan Miges untuk areal onshore dilakukan berdasarkan wilayah kabupaten/kota atau wilayah DKI Jakarta, tempat objek pajak tersebut berada. (2) Penatausahaan data objek pajak PBB Pertambangan Migas untuk areal offshore dan tubuh bumi dilakukan berdasarkan angka perbandingan tertimbang (3) Angka perbandingan tertimbang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan setiap tahun oleh Direktur Jenderal Pajak dengan memperhatikan potensi sumber daya Migas, azas pemerataan, dan keseimbangan masing-masing kabupatervkota atau wilayah DK| Jakarta, Pasal 6 (1) Dasar pengenaan PBB Pertambangan Migas adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). (2) NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk @. areal onshore WK dan areal onshore non WK ditentukan melalui Perbandingan harga tanh sekitarnya dengan _penyesuaian seperlunya dan/atau sebagaimana tatacara penilaian tanah untuk sektor lainnya; b. areal offshore WK dan areal offshore non WK ditentukan melalui Perbandingan harga perairan/daratan sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya; . Hasil Produksi ditentukan melalui nilai jual pengganti sebesar angka kapitalisasi dikalikan penjualan Hasil Produksi dalam satu tahun sebelum Tahun Pajak berjalan; 4. bangunan ditentukan melalui nilai perolehan baru sebesar biaya pembangunan baru yang disusun berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan setiap jenis bangunan setelah dikurangi penyusutan fisik. (3) Angka kapitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf o ditetapkan setiap tahun dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, Pasal 7 Berdasarkan SPOP Onshore, petikan SPOP Offshore, dan/atau petikan ‘SPOP Hasil Produksi per kabupaten/kota, KPP Pratama menerbitkan SPPT. Pasal 8 (1) Direktur Jenderal Pajak membuat daftar ketetapan PBB Pertambangan Migas. (2) Berdasarkan daftar ketetapan PBB Pertambangan Migas, Direktur Jenderal Pajak mengajukan permintaan pemindahbukuan pembayaran PBB Pertambangan Migas kepada Direktur Jenderal Anggaran. 5. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang yang selanjuinya disingkat dengan SPPT adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya PBB yang terutang kepada Wajib Pajak Surat Pemberitahuan Objek Pajak PBB Pertambangan Migas yang selanjutnya disebut SPOP adalah surat yang digunakan oleh subjek Pajak atau Wajid Pajak untuk molaporkan data objek pajak PBB Pertambangan Migas ke Direktorat Jenderal Pajak Wilayah Kerja yang selanjutnya disingkat dengan WK adalah daerah tertentu di dalam Wilayah ~Hukum —Pertambangan Indonesia untuk pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi 8 Witayah Hukum Pertambangan Indonesia adalah seluruh wilayah daratan, perairan, dan landas kontinen Indonesia ‘9. Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi Mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kerja yang ditentukan. 10. Eksploitasi_ adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan Sarana’pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemumian Minyak dan ‘Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya. 11. Kontrak Kerja Sama yang selanjutnya disingkat dengan KKS adalah Kontrak Bagi Hasil atau bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan Eksplorasi dan Ekspioitasi. 12, Hasil Produksi adalah produksi minyak dan/atau gas bumi yang dijual dalam satu tahun yang dinyatakan dalam ukuran barrel untuk Minyak Bumi dan mile standard cubic feet (mscf) untuk Gas Bumi 13. Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang selanjutnya disebut dengan KPP- Pratama adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang menerbitkan ‘SPPT PBB Pertambangan Migas. © Pasal 2 (1) Objek pajak PBB Pertambangan Migas adalah bumi dan/atau bangunan, (2) Objek pajak berupa bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, (3) Objek pajak berupa bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bangunan yang terletak di areal onshore atau offshore. (4) Permukaan bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi @. areal daratan (onshore), yaitu permukaan bumi yang berupa tanah dan perairan pedalaman; b. areal di perairan lepas pantai (offshore), yaitu permukaan bumi yang berupa laut. (5) Tubuh bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi Hasil Produksi tambang berupa minyak dan/atau gas bumi Pasal 3 (1) Subjek pajak PBB Pertambangan Migas adalah Kontraktor KKS yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan, (2) Subjek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dikenakan kewajiban membayar PBB Pertambangan Migas menjadi Waljib Pajak PBB Pertambangan Migas. Pasal 9 Bentuk formulir 1. SPOP Onshore sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayal (2) adalah Sebagaimana ditetapkan pada Lampiran | Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini; 2. SPOP Offshore sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran Il Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini; 3. SPOP Hasil Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran Ill Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini; 4. Rekapitulasi SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini; 5. Keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai angka perbandingan terlimbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal § ayat (3) dan angka kapitalisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasai 6 ayat (3) adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran V Peraturan Direkiur Jenderal Pajak ini, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini Pasal 10 Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini beriaku, ketentuan dalam, 1. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-16/PJ.6/1998 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan, yang mengatur mengenai pengenaan PBB Pertambangan Migas; dan 2. Keputusan Direktur Jenderai Pajak Nomor KEP-19/PJ.6/1997 tentang Tatacara Penatausahaan Data Objek Pajak Bumi dan bangunan Pertambangan Migas dan Panas Bumi seria Pembayarannya, yang mengalur mengenai penatausahaan PBB Pertambangan Migas, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 11 Dalam hal aplikasi SPOP elektronik belum tersedia pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini berlaku, pengisian SPOP dan Rekapitulasi SPOP. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dilakukan oleh Wajib Pajak secara manual, Pasal 12 Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2011 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Geseuber 2010 R JENDERAL PAJAK, IP 195104281975121002 Layer Re ee KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK OFFSHORE PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUM! TAHUN JENISAREAL— [_]a. Areal WK (Lb. Areal Non WR 5, WILAVAH KERIA (WK) L 6. Luks non q . PROPINS!?” 1 LI dal 6 KonTRAKTOR aT T] No. TeLP 0. EMAL TI ; I 1. Nw BE 12. OPERATOR I 12, ALAMAT +4. NPWP NT hs. AREAL 4. Acal Produkt 2. Areal Blum Produkt 1 areal penyettan nen eal etsporas eal non peucing open 4. area non producing pun & 2. Area Tidak Produit 4 Aral Emplasemen ‘5. Areal Pengamanan 6 Areal Lainnya” fe. BaNGUNAN 1 Bangunon Emplasemen’ Fasitas Penunjang © Gutang 4. Benghet . Poracame, 1 Serana oah ragatekoash Poti h Landasanposowatuéara 1 la pert oka fenampangan dant slam komolek EI 2, Bangunan Penambengan Sumur wa) . Gating testing sate (GTS) Patek (pat) 4 Powe lant (© Water weatmet pant wry as boot 1 Condaneate recovery 1. Condensate staotzatan na (C50) | Scubber Pompe: 1m. Compressor © Tanga (ant) Tanktower Pea 1 Suarbakar (tare) Ob meting {Sing buoy morn (S84) 4. Bangnan pranbargen tan 3. Bangunan Lainya” ‘Saya menyetakan bahwa informs yang telah saya berkan dalam formu in temasuk lampirannya, ‘edalahbenar, ole, dan lengkap menurut keadaan yang sebenara, sesual dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomar 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bum dan Bangunan sebagaimana telah dlubah dengan Undang-ndang Nomor 12 Tahun 1994, 1 7 leh hus, SPOP haus lamp dengan Sure KussaKhusus lau surat kaso 19 5POP slambat-ambatnys 30 (Gan puh) bal setelsh tering oleh subek pak sesuai dengan a9 ayt (2) Unda Unding Nomar 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bum dan Bangunan sebagaimana tla utah dengan 1988 ‘Undang-Undong Nomor 12 Tahun "Passo trang ney tan ase tas ian ai Jt pt ah ots bargin, Intahoum arate denps tpt Sn henge, pn ina alana LAMPIRAN PeRTimuaoI0. TENANG. TATA. CARA Pegusinan PAs BUM OAM BANC TEEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ay DIREKTORAT JENDERAL PAIAK KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAIAK Kantor Pelyaran Pak Prtara. ‘SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK ONSHORE PRB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI TAHUN JENIS AREAL [__]a. Areal WK LL]. AreaiNon Wi 5. WRAYAN KERUA GI) iE 5. LUAS WHNON Wk" me 7, LOKASIOBUEK PAIAK PROPINS! Tg KABKOTA OO wo. Tewr GIR ere a: ro. ewan Teele 8. nwo mT Cr i onenavon TE 3, ALAMAT pe 0.0 hs. AREAL A. Area! Produttit 2. Area Bolum Produkt areal penetishan unum bea! assert aa non producing open 6. seal non produclog pig & ‘Standon 3. Areal Tidak Produkt 4 Areal Emplasemen, 5. Areal Pengammanan © Areal Lainya 16. BANGUNAN 1. Bangunan Emplasemen! Feasilas Penurjang 2 Perhantran > Penenahan © Gudang 4. Benckel Persea Sarana oleh ragatereas, 9. Poti hh Landacan posavat udare 1 lan iprkaras oka ‘enambangan dawatay ‘alam tomelek 1. Dermagatety 1 Bangunan emplaceren lenny” EIT SS 2. Bangunan Perambangan 1. Sumac (wot) . Arjngan pas ant (elatom) Workshop decking uate deck 4. Garnerng ting sate (rs) abr (panid 1. Power plant 9. Water weatment sant wre) 1 Gasboot |. Condensate recovery 1. Condensate stabstzaton unt(@SU) Separator |. Server rm Pumps: ©. Compressor . Power generator «. Tarok (tank) Tank tower © Plea 1 Suarbakar (ave) 1 Otmetenng Single bey mooring (S840 | |. Bangunan penambangan ‘anne | Bangunan Lalonya?) PA ‘Saya menyatakan bahwa informasl yang telah saya berkan dalam formu in termasul ampirannya ‘adalah benar, elas, dan longkap menurut keadaan yang sebenamya ‘sesuai dengan Pasal 9 aya (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bum dan Bangunan sebagaimana telah dubah dengan Undang-Undang Nomar 12 Tahun 1994, 17. TANGGALVBULANTAHUN, ' ’ ‘alam ha sitandotangan oleh kuasa, SPOPharus clamp dengbn Surat Kunta Khas ata surat uss, {ataswaltu pengembalan SPO? selambatfambatnya 30 (a plu har setla iter oleh ube pak sesual dengan Fasal 9 ayat (2) Undang- dang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pak Burn din Bangunan sbagaimana telah diuboh dengan 1934 Undang-Undang Nomor 12 Tahun SEs Keterangan "core yang tak pert *) Doct cama sesuaiebutuhan. ») Pada kolo keterangan, harap sisebithan nara aeal stu bangunandmaksud. Jka ersapat lbh dara bangunan, ‘maka kolom dmaksud dsl dengan ekagoal las dan jurah un bangunan, Adapun ealanya demon, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT PEMBERITANUAN OBJEK PAIAK HASIL PRODUKS! PB SEKTOR PERTAMBANGAN MYAK DAN GAS BUNA TanUN [| [_ 2 wuavnenaonn 0 16 LOKAS! OBJEK PAIAK: PROPI!"” 1 2 : LTT If 7. KONTRAKTOR 8. ALAMAT I No, TEL oem + pa. nowe aE fel 11 OPERATOR 2, ALAMAT 3. ewe |Jumca PROOUMS! TERJUAL UNTUK SATU TAHUN SEBELUM TAHUN PALAK BERUALAN: Saya monyatakan bahwa informasl yang tlah saya berkan dalam formu ii termasuk amprannya adalah benar, elas, dan lengkap menurut kaadaan yang sebenarnya, ‘sesual dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bum dan Bangunan sebagaimana tela duban dengan Undang-Undang Nomor 12 Tatwun 1994 hs. TANGGALBULANTTAHUN , ' 7. TANDA TANGAN, 8. NAMA LENGKAP- so. saBATAN Dalam hal ditandotangan oleh kuasa, SPOP harus lampitl dengan Surat Kuasa Khusus atau surat huase 'Bataswaktu pengembaian SPO? selambatfambatnya 30 (ga puluh har setlah derma oleh subjek ak Ses! dengan Pasa 9 aat 2} Undang-Undang Nomor 12 Tehun 1985 tentang jak Bu dan angunen sebagamara telah doh dengan 1958 Undang-Undang Nomer 12 Tahun "Capt eta smu 3 sUMLANSPOP 5 LOKASI ORIEK PAIK") No. TeLP 8 EMAL 8 NPwe 1 AREAL ONSHORE 4. AREAL OFFSHORE NON Wi. 4 WHLAYAM KERUA WK) KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK REKAPITULASI SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK BUM DAN GAS BUMI TAHUN ‘© HASIL PRODUKS! ‘A. DATA OB LAMPIRAN IV > AREAL ONSHORE NONWK. © AREAL OFFSHORE mm 2 Preps Kabupatnkoa 0. AREAL ss cacrrcouts | crm te — PEE L AREAL DAK cee PRODUKTIF Be Ofte 4. AREALEMPLASEUEN | Qatar a AREAL PENGAMANAN menvewn | Onn r ree ] ‘TOTAL LUAS (m) (arbrevdeet) 11 BANGUNAN 1 BANGUNAN EMPLASEMEN | 9 | COCO [BANGUNAN, ou PENAMBANGAN ‘© BANGUNAN 3 Sate CANINA Sa ali otstore I ‘TOTAL LUAS (n' (arbee) 42 MNYAKBUMI ae 13 Gas eum ect ‘Saya menyatakan bahwa informasi yang tlsh eaya berkan dalam formu in teemasuk lampicannya ‘adalah Denar, ela, dan tengkap menurut Keadaan yang sebenamy, sesval dengan Pasal § ayat (2) Undang-Undang Nomot 12 Tahun 1988 tentang Pajak Bum dan Bangunan ‘eebogeimana Iola dhibah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1296 | TANGGALSULANITAHUN # i 15. TANOA TANGAN 16 NAMA LENGKAP 17 anOATAN alam ha tandatangani leh kuasa,SPO® harus lamp dengan Surat Kuss Khusus atau surat ase far watt pengembalanSPOP selembat-lambatnya 30 (Se pulh) har stelaheiterima oleh subj pj sesun dengan rat (2] Undang-Undang Nomor 12 Tahun 185 tentang sik Bum dan Bagunan sebagaimana ila dubah dengan Ketrangan "Yi oka! cbf pj (dapat abe dat sat tka) PETUNJUK PENGISIAN ‘SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK (SPOP) DAN REKAPITULASI SPOP PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUM! 1. PETUNJUK UMUM 1 SPOP adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan date (Objek Pajaknya (Pasal 1 angka 4 UU PBB) Pendaftaran atau pemutakhiran data objek pajak PBB Pertambangan Migas dilakukan oleh subjek pajak atau Wajid Pajak dengan mengisi SPOP dan RSPOP dengan jelas, benar, lengkap, dan dicetak serta citandatangani. a. Jelas, berarti penulisan data yang diminta dalam SPOP dan RSPOP dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan negara maupun Wajib Pajak. b. Benar, berarti data yang dilaporkan harus sesuai dengan keadaan sebenarnya, c. SPOP dan RSPOP dicetak serta dilanda tangani sebanyak 3 (tiga) rangkap, yaitu: 1) rangkap ke-3 sebagai arsip Walib Pajak, 2) rangkap ke-2 sebagai arsip BP Migas, 3) rangkap ke-1 beserta SPOP elektronik disampaikan ke Direktorat Jenderal Pajak ¢.q. Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian. Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, SPOP harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus atau surat kuasa. Il, PETUNJUK PERUNTUKAN OBJEK PAJAK Peruntukan Objek Pajak terdiri atas areal (bumi) dan bangunan. Peruntukan Objek Pajak Areal (bumi) secara garis besar terdiri atas 6 (enam) bagian yaitu areal produktif, areal belum produktif, areal tidak produktif, areal ‘emplasemen, areal pengamanan, dan areal lainnya. Peruntukan objek Pajak Bangunan terdiri atas bangunan empiasemenvfasilitas penunjang, bangunan penambangan, dan bangunan lainnya. Penjelasan untuk masing-masing peruntukan objek pajak tersebut adalah sebagai berikut: AREAL 1 Areal Produktif adalah areal di dalam Wilayah Kerja baik di daratan maupun di perairan yang telah dieksploitasi/menghasilkan minyak dan/atau gas bumi (tahap eksploitasi/produksi) Areal Belum Produktif adalah areal di dalam Wilayah Kerja baik di daratan maupun di perairan yang meliputi a. Areal Penyelidikan Umum adalah areal yang sedang atau akan dilakukan penyelidikan secara geologi umum, untuk membuat peta geologi dan mengetahui tanda-tanda adanya bahan galian minyak dan/atau gas bumi b. Areal Ekplorasi adalah areal yang sudah dilakukan penyelidikan umum dan perlu diteliti lebih seksama untuk menetapkan secara rinci adanya bahan galian minyak dan/atau gas bum. ©. Areal Non Producing Open adalah areal yang sudah selesai dieksplorasi dan sewaktu-waktu siap untuk ditambang/dieksploitas| d. Areal Non Producing Plug and Abandon adalah areal yang sudah selesei dieksploitasi dan untuk sementara ditutup/ditinggalkan ‘Areal Tidak Produktit adalah areal di dalam Wilayah Kerja balk di daratan maupun di perairan yang sama sekali tidak mempunyai potensi untuk menghasikan minyak danvatau gas bumi Areal Emplasemen adalah areal di dalam maupun di luar Wilayah Kerja yang di atasnya terdapat bangunan dan/atau pekarangan. Areal Pengamanan : adalah areal di dalam maupun di luar Wilayah Kerja yang di atasnya terdapat bangunan dan/atau pekarangan 6. Areal lainnya adalah areal yang berada di dalam maupun di luar Wilayah Kerja yang tidak termasuk Areal Produktif, Areal Belum Produktif, Areal Tidak Produktif, Areal Emplasemen, dan Areal Pengamanan. BANGUNAN 1, Bangunan Emplasemen/Fasilitas Penunjang a. Perkantoran adalah bangunan yang digunakan untuk kegiatan administrasi kantor. b. Perumahan adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal. . Gudang adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan, d. Bengkel adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat kerja untuk ‘menunjang kegiatan penambangan. e. Portacamp yang digunakan dalam jangka waktu yang lama. {. Sarana Olahraga/Rekreasi adalah bangunan yang digunakan untuk kegiatan olahraga/rekreasi. g. Poliklinik adalah bangunan yang digunakan sebagai sarana kesehatan h. Landasan pesawat udara adalah jalan khusus untuk pesawat yang digunakan untuk berangkat (take off) dan mendarat (landing), i, Jalan yang diperkeras di lokasi penambangan dan/atau dalam komplek j. Dermagaljetty adalah bangunan tempat membongkar muat hasil tambang, memuat/mengisi perbekalan (loading/servicing), dan berlabuh (berthing). k. Bangunan emplasemen lainnya adalah bangunan yang digunakan selain bangunan pada huruf a sid huruf 2. Bangunan Penambangan a, Sumur (well) adalah lubang hasil pengeboran dalam operasi pengusahaan minyak dan/atau gas bum. b. Gathering testing satfelite (GTS) atau stasiun pengumpul adalah bangunan dimana minyak dan/atau gas bumi dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut di processing area. ¢.Pabrik (plant) adalah: (1) sarana yang dibangun untuk memperoleh minyak dan/atau gas bumi dari aliran minyak dan/atau gas bumi, yang sudah atau belum diproses, di separator dan di fasilitas lapangan; (2) sarana untuk mengendalikan mutu minyak dan/atau gas bumi yang akan dijual (instalasi pemroses minyak dan gas bum). 4. Power Plant adalah pabrik atau tempat pembuatan/produksi listrik (pembangkit listrik). ©. Water treatment plant (WTP) adalah tempat atau fasiltas yang digunakan Untuk mengolah limbah air dari hasil samping suatu proses produksi minyak danfatau gas bumi f. Gas boot adalah suatu unit dalam proses pengolahan minyak dan/atau gas bumi_ yang digunakan untuk menghilangkan uap (vapor) pada minyak (liquid) sebelum dimasukkan kedalam tempat penyimpanan (tanki). 9. Condensate recovery adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan hidro Karbon (condensate) cair yang diperoleh dari hasil recycle atau pengolahan bertahap kembali ke boiler. h. Condensate stabilization unit (CSU) adalah suatu unit datam proses pengolahan minyak (condesante) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kualitas condensate atau menstabilkan produksi condensate sesuai yang diinginkan, biasanya mengacu kepada nilai reid vapor pressure (RVP). ‘Separator (pemisah) adalah bejana untuk memisah-misahken gas dari cairan yang keluar dari sumur, dengan menurunkan tekanan secara bertahap untuk memperkecil hitangnya komponen minyak yang bertitik didih rendah. j. Scrubber (alat pembasuh) adalah alat pembersin gas dengan menyerap komponen pengotor dari gas tesebut. k. Pumps adalah alat yang digunakan untuk mengirimkan liquid baik berupa minyak atau air dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. |. Cooler adalah alat yang digunakan untuk menurunkan temperatur cairan dengan cara memindahkan panas kepada media tertentu. m. Compressor adalah alat yang dapat menaikkan tekanan dari suatu cairan. n. Power generator adalah alat pembangkitlistrik. 0. Tangki (tank) adalah bangunan berbentuk sliinder yang digunakan untuk menampung minyak bumi yang keluar dari sumur atau dari hasil proses produksi. p. Tank tower adalah menara tempat tangki diletakkan. . Pipa adalah suatu bentuk silinder panjang yang umumnya terbuat dari besi yang digunakan untuk mengalirkan benda cair datam hal ini minyak dan/atau gas bumi, r. Suar baker (flere) adalah alat pembuangan minyak dan/atau gas bumi secara aman dengan jalan pembakaran, karena minyak dan/atau gas bumi tersebut tidak dapat disimpan. s. Oil metering adalah alat yang digunakan untuk mengukur aliran minyak atau jumlah minyak yang dihasilkan, Single buoy mooring (SBM) adalah fasilitas terapung untuk kegiatan bongkar- muat tanker, Bangunan penambangan lainnya. adalah bangunan penambangan tidak termasuk Areal Produktif, Areal Belum Produktif, Areal Tidak Produktif, Area! Emplasemen, dan Areal Pengamanan. PETUNJUK PENGISIAN ‘SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK OFFSHORE PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI PERHATIAN: Formulir harus diisi dengan jelas, benar. dan lengkap. ~ Pengisian *huruf dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. ~ Pengisian “angka” dimulai dari kiri ke Kanan dengan ketentuan angka terakhir pada kotak paling kanan. ~ Apabila objek pajak areal Offshore terletak di lebih dari satu propinsi, maka No. Formulir : dis oleh petugas TAHUN diisi tahun pajak bersangkutan JENIS AREAL beri tanda (X) untuk jenis areal yang sesuai 1, JENIS TRANSAKSI : diisi oleh petugas 2. NOP diisi oleh petugas 3. NOMOR KKS : dilsi oleh petugas 4. NOMOR WK : dlisi oleh petugas DATA OBJEK PAJAK 5. WILAYAH KERJA (WK) diisi dengan nama WK sesuai yang tercantum di dalam Kontrak Kerja Sama. 6. LUAS WKINON WK diisi dengan luas WK! non WK sesuai_yang tercantum di dalam kontrak, dalam satuan m* 7. LOKASI OBJEK PAJAK {dapat lebih dari satu propinsi) PROPINS! : dilsi dengan nama propinsi tempat seluruh objek pajak berada. B. DATA WAJIB PAJAK 8. KONTRAKTOR : diisi nama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sesuai yang tercantum di dalam kontrak. 9. ALAMAT dengan alamat lengkap kontraktor. NO. TELP diisi nomor telepon kontraktor. 10. EMAIL 2 dlisi alamat email kontraktor. 74. NPWP diisi NPWP kontraktor. C. DATA OPERATOR 12, OPERATOR diisi nama operator yang melaksanakan kegiatan penambangan, 13, ALAMAT dengan alamat lengkap operator. 14, NPWP isi NPWP operator. D. PERUNTUKAN DAN LUAS BUM! 15. AREAL 2 cukup jelas. Kolom 4 ee Obiek — cukup jelas. Kolom 2. Luas (m2) : diisi Iluas areal sesuai masing-masing masing- masing petuntukan objek pajak (kolom 1) dalam satuan m2. Kolom 3 Lokasi Obje Pajak : diisi dengan nama jalan, desa/kelurahan, atau (Jin, Desa/Kel., nama kecamatan dimana objek pajak berada Kec) Kolom 4 Keterangan dis! penjelasan tambahan yang diperlukan. E, PERUNTUKAN DAN LUAS BANGUNAN 16. AREAL : cukup jelas Kolom 1 ila Obiek —- cukup jelas Kolom 2 Luas (m2) 2 diisi tuas unit bangunan sesuai masing-masing peruntukan (kolom 1) dalam satuan m2 Untuk peruntukan bangunan yang sama, jika terdapat lebih dari satu bangunan, maka diisi dengan rekap/total luas bangunan. Kolom 3. Jumiah unit 2 diisi dengan jumlah unit bangunan sesuai masing- masing peruntukan (kolom 1). Kolom 4 Keterangan diisi penjelasan tambahan yang diperlukan. F. PERNYATAAN WAJIB PAJAK 17. TANGGAL/BULANITAHUN diisi tanggal/bular/tahun pengisian SPOP. 18, TANDA TANGAN ‘cukup jelas. 19. NAMA LENGKAP cukup jelas. 20. JABATAN cukup jelas. G. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG 218d. 25 diisi oleh petugas. Lampiron Keputusan Direktur JenderalPajak Nomor ‘Tenggal ‘Angka Perbandingan Tertimbang (APT) Penatausahaan Data Objek Pajak Bumi dan Bangunan ‘Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi ‘Areal Offshore dan Hasil Produksi Tahun... iG "Angka Perbandingan u =} Tettimbang (%) = na : Tumian| 2 Tumiah| Propinsi JUMLAH 100 Direktur Jenderal Pajak NIP PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK ONSHORE PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI /PERHATIAN: ir harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. ian *huruf” dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. \gisian “angka" dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka terakhir pada kotak paling kanan. - Apabila objek pajak areal Onshore terletak di lebih dari satu wilayah kabupaten/kota, maka SPOP Onshore dibuat untuk masing-masing Kabupaten/Kota(tidak digabung). No. Formutir : diisi oleh petugas KANWIL DJP diisi oleh petugas KPP Pratama diisi ofeh petugas TAHUN diisi tahun pajak bersangkutan. JENIS AREAL * beri tanda (X) untuk jenis areal yang sesuai. 1. JENIS TRANSAKSI : diisi oleh petugas 2 NOP : diisi oleh petugas 3. NOMOR KKS diisi oleh petugas 4. NOMOR WK isi oleh petugas A. DATA OBJEK PAJAK 5, WILAYAH KERJA (WK) diisi dengan nama WK sesuai yang tercantum di dalam Kontrak Kerja Sama 6. LUAS WK/NON WK : diisi dengan Ivas WK! non WK sesuai_yang tercantum di dalam kontrak, dalam satuan m* 7. LOKASI OBJEK PAJAK PROPINS! dlisi dengan nama propinsi tempat objek pajak berada. KABIKOTA diisi dengan nama kabupaten/kota tempat objek pajak. 4 (empat) kolom pertama diisi jenis wilayah administrasinya (Kab atau Kota). Contoh: Kab Malang B. DATA WAJIB PAJAK 8. KONTRAKTOR disi_ nama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sesuai yang tercantum di dalam kontrak. 9, ALAMAT diisi dengan alamat lengkap kontraktor. NO. TELP diisi nomor telepon kontraktor. 10, EMAIL. : diisi alamat email kontraktor. 41. NPWP. ! diisi NPWP kontraktor. C. DATA OPERATOR 12. OPERATOR : diisi nama operator yang melaksanakan kegiatan penambangan. 43. ALAMAT + diisi dengan alamat lengkap operator. 14. NPWP : diisi NPWP operator. D. PERUNTUKAN DAN LUAS BUM! 15. AREAL : cukup jelas. Kolom 1 Peruntukan Objek ae eae Pajak a Kolom 2 Luas (m2) : diisi luas areal sesuai masing-masing peruntukan. ‘objek pajak (kolom 1) dalam satuan m2 Kolom 3 Lokasi Obje Pajak : diisi dengan nama jalan, desa/kelurahan, atau (Jin, DesalKel., nama kecamatan dimana objek pajak berada Kec.) Kolom 4 Keterangan : diisi penjelasan tambahan yang diperlukan, PERUNTUKAN DAN LUAS BANGUNAN 16. AREAL : cukup jelas. Kolom 1 Peruntukan Objek Pejak cukup jelas. Kolom 2. Luas (m2) : diisi luas unit bangunan sesuai masing-masing peruntukan (kolom 1) dalam satuan m2. Untuk peruntukan bangunan yang sama, jika terdapat lebih dari salu bangunan, maka di dengan rekap/total luas bangunan. Kolom 3. Jumiah unit : diisi dengan jumlah unit bangunan sesuai masing- masing peruntukan (kolom 1). Kolom 4 Keterangan diisi penjelasan tambahan yang diperlukan. F. PERNYATAAN WAJIB PAJAK 17. TANGGALIBULAN/TAHUN — : _diisi tanggal/bulan/tahun pengisian SPOP. 18. TANDA TANGAN cukup jelas. 149. NAMA LENGKAP- cukup jelas. 20. JABATAN cukup jelas. G. PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG 2184.25 2 diisi oleh petugas PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK (SPOP) HASIL PRODUKS! PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUM! PERHATIAN: Formulir harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. Pengisian “huru?” dimulai dari kotak awal dengan huruf balok. = Pengisian “angka” dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka terakhir pada kotak paling kanan. No. Formulir Tahun 1, JENIS TRANSAKSI 2, NOP. 3. NOMOR KKS. 4, NOMOR WK A, DATA OBJEK PAJAK 5. WILAYAH KERJA (WK) 6. LOKAS! OBJEK PAJAK PROPINS| B. DATA WAJIB PAJAK 7. KONTRAKTOR 8. ALAMAT 9. NO. TELP 10. EMAIL 11. NPWP C. DATA OPERATOR 12, OPERATOR 13. ALAMAT 14. NPWP D. HASIL PRODUKSI 15. MINYAK BUMI 16. GAS BUMI E. PERNYATAAN WAJIB PAJAK 47. TANGGAL/BULAN/TAHUN 18. TANDA TANGAN 19. NAMA LENGKAP 20. JABATAN + diisi oleh petugas diisi tahun pajak bersangkutan + diisi oleh petugas diisi oleh petugas diisi oleh petugas diisi oleh petugas diisi dengan nama WK sesuai yang tercantum di dalam Kontrak Kerja Sama (dapat lebih dari satu propinsi) diisi dengan nama propinsi tempat seluruh objek pajak berada. diisi_ nama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sesuai yang tercantum di dalam kontrak. diisi dengan alamat lengkap kontraktor. diisi nomor telepon kontraktor. diisi alamat email kontraktor. 2 dlisi NPWP kontraktor, diisi nama operator yang melaksanakan kegiatan penambangan. diisi dengan alamat lengkap operator. 2 diisi NPWP operator. diisi volume jumlah produksi minyak bumi untuk satu tahun sebelum tahun pajak berjalan dalam satuan barrel diisi volume jumiah produksi gas bumi untuk satu tahun sebelum tahun pajak berjalan dalam satuan mscf diss! tanggalbulan/tahun pengisian SPOP. cukup jelas. cukup jelas. cukup jelas. F, PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG 20 sd. 24 diisi oleh petugas. PETUNJUK PENGISIAN REKAPITULASI SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK (RSPOP) PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI PERHATIAN: = Formulir harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. ~ Pengisian “huruf" dimulai dari cotak awal dengan huruf balok. = Pengisian “angka” dimultal dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka terakhir pada kotak paling kanan. No. Formulir TAHUN 4, JENIS TRANSAKSI 2. NOMOR KKKS 3. JUMLAH SPOP A. DATA OBJEK PAJAK 4, WILAYAH KERJA (WK) 5. LOKAS! OBJEK PAJAK a. Propinsi b. Kab/Kota B, DATA WAJIB PAJAK 6. KONTRAKTOR 7. ALAMAT NO. TELP 8. EMAIL 9. NPWP diisi oleh petugas + diisi Tahun Pajak bersangkutan diisi oleh petugas diisi oleh petugas : diisi sesuai jumlah SPOP masing-masing jenis areal diisi dengan nama WK sesuai yang tercantum di dalam Kontrak Kerja Sama. (dapat lebih dari satu lokasi) diisi dengan nama propinsi tempat objek pajak berada untuk seluruh SPOP diisi dengan nama kabupaten/kota tempat objek pajak berada untuk selurun SPOP, dengan mencantumkan jenis wilayah administrasinya didepan nama kabupatenikota. Conteh : Kab. Malang F diisi_nama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sesuai yang tercantum di dalam kontrak diisi dengan alamat lengkap kontraktor. diisi nomor telepon kontraktor. diisi alamat email kontraktor. diisi NPWP kontraktor. ©. PERUNTUKAN DAN LUAS OBJEK PAJAK 10. AREAL 11. BANGUNAN Kolom 1 Peruntukan Objek Pajak Kolom2 Areal Kolom 3. Luas WK (m’) Kolom 4 Luas Non WK (m*) D. HASIL PRODUKS! 12. MINYAK BUML 43. GAS BUMI cukup jelas cukup jelas coukup jelas cukup jelas diisi luas areal Wilayah Kerja per peruntukan objek pajak (kolom 1) per areal (kolom2) dalam satuan m’, yang merupakan rekapitulasi luas dari semua SPOP. diisi luas areal non Wilayah Kerja per peruntukan ‘objek pajak (kolom 1) per areal (kolom2) dalam saluan m’, yang merupakan rekapitulasi luas dari semua SPOP. Diisi volume jumlah produksi minyak bumi untuk satu tahun sebelum tahun pajak berjalan dalam ‘satuan barrel. volume jumlah produksi gas bumi untuk satu tahun sebelum tahun pajak berjalan dalam satuan mile standard cubic feet (mscf) E. PERNYATAAN WAMIB PAJAK 14, TANGGALIBULAN/TAHUN 15. TANDA TANGAN 16, NAMA LENGKAP 17. JABATAN diisi tanggal/bulanv/tahun pengisian RSPOP- ‘cukup jelas. cukup jelas cukup jelas PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG 20 s.d. 24 diisi oleh petugas. LAMPIRAN V PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-T!/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK BUM! DAN BANGUNAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUM! KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP- ..... TENTANG ANGKA PERBANDINGAN TERTIMBANG DAN ANGKA KAPITALISAS! Menimbang Mengingat Menetapkan : PERTAMA UNTUK PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK ATAS HASIL PRODUKSI, TAHUN .. DIREKTUR JENDERAL PAJAK, fa. bahwa penatausahaan objek pajak PBB Perlambangan Migas untuk areal offshore dan hasil produksi dilakukan berdasarkan angka perbandingan tertimbang; b. bahwa untuk penentuan besarnya Nilai Jual Objek Pajak atas hasil produksi diperlukan angka kapitalisasi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Angka Perbandingan Tertimbang dan Angka Kapitalisasi_untuk Penentuan Nilai jual Objek Pajak atas Hasil Produksi, Tahun Pajak......e"); 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569); 2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 451/KMK.04/1997 tentang Penatausahaan Data Objek PBB Pertambangan Migas dan Panas Bumi serta Pembiayaannya; 3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-71/PJ/2010_ tentang Tatacara Penatausahaan Pajak Bumi den Bangunan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi; MEMUTUSKAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG ANGKA PERBANDINGAN TERTIMBANG DAN ANGKA KAPITALISAS! UNTUK PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK ATAS HASIL PRODUKSI, TAHUN PAJAK ‘Angka perbandingan tertimbang penatausahaan PBB Pertambangan Migas, areal offshore dan hasil produksi per kabupatervkota ditetapkan berdasarkan potensi sumber daya Migas, azas pemerataan dan keseimbangan serta potensi masing-masing kabupaten/kota atau wilayah DK! Jakarta dengan menggunakan beberapa variabel: a. jumlah penduduk, dengan bobot 16,7%; ¢. pendapatan asli daerah (PAD), dengan bobot 16,7%; d._potensi areal sumberdaya Migas, dengan bobot 25% dan e, potensi hasil produksi sumberdaya Migas, dengan bobot 25%; KEDUA —; Variabel jumlah penduduk dan luas wilayah sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA ditetapkan berdasarkan data jumlah penduduk dan data luas wilayah yang digunakan untuk perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun..........), Sedangkan data PAD ditetapkan berdasarkan data Statistik Keuangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota atau wilayah DK! Jakarta, yang dikelvarkan oleh Badan Pusat Statistik. KETIGA Data potensi areal dan potensi hasil produksi sumberdaya Migas dimaksud pada diktum PERTAMA diolah berdasarkan SPOP PBB Migas fahun...,.......’ dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang divalidasi dan disampaikan oleh Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas KEEMPAT ; Rincian Angka Perbandingan Tertimbang sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini KELIMA —; Angka kapitalisasi untuk penentuan Nilai Jual Objek Pajak hasil produksi adalah sebesar nue KEENAM Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini mulaiberléku pada tanggal... F 7 Salinan Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini disampaikan kepada: 4 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal DIREKTUR JENDERAL PAJAK, (Nama) NIP Keterangan: * diisi tahun yang bersangkutan ™ diisi angka kapitalisasi yang akan berlaku " diisi mulai berlakunya Keputusan Direktur Jenderal Pajak ? diisi pihak-pihak yang akan mendapatkan salinan Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini

Anda mungkin juga menyukai