Anda di halaman 1dari 3

F.

2 Upaya Kesehatan Lingkungan

“Pemberantasan Dan Pemantauan Jentik Nyamuk”

LATAR BELAKANG
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditularkan dari orang sa
kit ke orang sehat pada umumnya melalui gigitan nyamuk penular (vektor), yaitu nyamuk Ae
des. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang sampai saat ini belum ditemukan obat at
au 1 vaksinnya.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi salah satu masalah kesehatan m
asyarakat bukan hanya di Indonesia tetapi juga didunia. Menurut WHO (2002), rata-rata 23.0
00 orang penderita mesti dirawat karena DBD dengan kematian mencapai 15.231 orang sela
ma 30 tahun sejak tahun 1968. Berbagai upaya pengendalian dan penanggulangan telah dilak
ukan pemerintah untuk menurunkan prevalensi DBD hingga menjadi kurang dari 52/100.000
penduduk sesuai target dalam RPJMN dan RENSTRA Kementerian Kesehatan 2010-2014. B
erbagai program diimplementasi berdasarkan Kebijakan Nasional program pengendalian pen
yakit DBD sesuai Kepmenkes No. 581/MENKES/SK/VII/1992, tentang pemberantasan peny
akit demam berdarah dengue. Kebijakan ini memuat berbagai program pokok kegiatan melip
uti surveilans epidemiologi, penemuan dan tatalaksana kasus, pengendalian vektor, Sistem ke
waspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB, peningkatan peran serta masyarakat, penyu
luhan, kemitraan /jejaring kerja, capacity building, penelitian dan survei, serta monitoring dan
evaluasi.
Cara yang dianggap efektif dan tepat dalam pencegahan dan pemberantasan DBD saat i
ni adalah dengan memberantas sarang nyamuk penularnya (PSN-DBD) melalui gerakan 3 M
yang memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat, untuk itu diperlukan penggerakan m
asyarakat untuk melaksanakan PSN-DBD 4 secara terus menerus dan menyeluruh. Keberhasil
an kegiatan PSN dapat diukur dengan meningkatnya angka bebas jentik (ABJ) yang diperoleh
dari pemeriksaan jentik secara berkala (PJB). Agar daerah pemukiman aman dari ancaman pe
nyakit DBD maka ABJ harus diupayakan terus-menerus sampai waktu tak tertentu dengan ke
giatan PSN yang berkesinambungan.

PERMASALAHAN
Meskipun program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung selama 42 tahun,
baru berhasil menurunkan CFR (Case Fatality Rate) dari 41,3% pada tahun 1968 menjadi 0,8
7% pada tahun 2010, tetapi belum berhasil menurunkan morbiditasnya. Rata-rata kasus DBD
di Indonesia selama 10 tahun terakhir mencapai lebih dari 155.777 kasus pertahun (IR: 65,57/
100.000 penduduk) dengan jumlah kematian lebih dari 1.358 orang atau CFR mencapai 0,87
%.

PEMILIHAN INTERVENSI
Berdasarkan Kebijakan Nasional untuk P2DBD sesuai KEPMENKES No. 581/MENK
ES/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, kebijakan umu
m pengendalian penyakit DBD meliputi (a) meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan ke
mandirian terhadap P2DBD; (b) meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap
penyakit DBD; (c) meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program DBD; (d) meman
tapkan kerjasama lintas sektor/lintas program; dan (e) pembangunan berwawasan lingkungan.
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M-Pl
us) untuk menanggulangi penyakit DBD. Ini merupakan cara utama yang dianggap efektif, ef
isien, dan ekonomis untuk memberantas vector penular DBD, mengingat obat dan vaksin pe
mbunuh virus DBD belum ditemukan. Pemberantasan vector dapat dilakukan terhadap nyam
uk dewasa maupun jentiknya.
  
PELAKSANAAN
Petugas penanggung jawab program bersama dokter internsip melakukan kunjungan
pemantauan rumah warga yang dilaporkan terjadi kesakitan DBD di beberapa rumah yang
berdekatan satu sama lain di daerah tersebut. Kunjungan ini dilakukan pada tanggal 16 juni
2021
Dengan dibantu kepala desa setempat kami melakukan kunjungan ke beberapa rumah
untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk di penampungan air dan pembuangan sampah,
kemudian melakukan penyuluhan singkat tentang DBD dan 3M-Plus kepada warga.
 
EVALUASI
Masih terdapat beberapa tempat yang memudahkan jentik nyamuk Aedes aegypthi berk
embang biak, baik itu berupa tempat penampungan air yang tidak tertutup, tempat pembuang
an sampah, barang bekas, dan limbah pohon yang terletak di belakang rumah, saling bertump
ukan dengan sampah dari rumah warga lainnya.
Kegiatan PHN kali ini cukup mendapatkan apresiasi dari warga yang dikunjungi. Namu
n tetap perlu diberikan pemahaman berkelanjutan dan bertahap kepada masyarakat mengenai
pentingnya PHN, terutama PHN mandiri dan kontinu agar nyamuk tidak berkembang biak di
sekitaran rumah warga.

Anda mungkin juga menyukai