Anda di halaman 1dari 4

NARASI = CARA SATU-SATUNYA

SCENE 1
Narator : Merdeka! Kata itu begitu sakral di saat masa perjuangan Indonesia untuk melepaskan
diri dari belenggu penjajahan. Kemerdekaan itu kemudian didapat pada 17 Agustus 1945, yang
tentunya tak bisa lepas dari pengaruh dan kerja keras para pemuda. Pemuda memang memiliki
peran penting dalam sejarah Republik Indonesia. Berkat desakan pemuda yang "menculik"
Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, maka proklamasi kemerdekaan Indonesia
dapat terwujudkan. Meski begitu, peran pemuda dalam mengupayakan kemerdekaan tetap
dilakukan sampai sekarang. (suara mulai pelan, kamera turun)

(anak modern PAKE MASKER jalan kedepan kamera terus kayak pura-pura nginget-nginget /
mikir)

(scene flashback-flashback)

Narator : “Masa lalu…” (closing suara menghilang perlahan)

Nando : “Weh bro maen ke warnet kuy” (tangannya ngajak / ngawe-awe)

Vincent : “Haha hayuk lah, 5 jam gasken” (sambil jalan keluar frame + liat kearah lain selain
kamera)

(scene diambil dengan 2 anak duduk di kursi plastik kalau ada + main computer :)

Nando : “Bang! Nambah billing 2 jam!” (sambil angkat tangan lihat kearah lain selain kamera)

Vincent : “Bro bro bentar.” (lepas headset) “Ngambil minuman dulu sama mesen mi” (sambil
berdiri dari kursi)

Nando : “Cepet-cepet ini mau mulai ni!!” (mata fokus ke computer aja + tangan e pegang mouse
pura-pura main)

Vincent : “Iya-iya sabar bro!” (tangan e bentuk angka 5 ke arah kamera, maksudnya nenangin si
nando)

Narator : “Kebersamaan itu sangat indah di masa lalu”

Cindy : “Lho anak ku iki nang endi yo, jam ya mene gurung balek-balek.” (ekspresi geram,
ngambil sapu, pake sandal *swallow kalau bisa + jalan keluar frame)

Nando : “Weh-weh itu musuh dikiri, kanan atas kotak segitiga bunder bunder” (mata fokus ke
computer aja + tangan e pegang mouse pura-pura main)

(suara victory, kasih gambar menang main game in pc)


Vincent : “Yuhuuuu!!!!!!” (bersorak ceritanya + langsung lepas headset)

Nando : “Hore! Yato ndek kiri kan musuh e.” (mata kearah selain kamera)

Cindy : *buka pintu warnet tempat Nando dan Vincent main + celingak-celinguk

Vincent : *menoleh kearah lain selain kamera, langsung panggil-panggil nando = “Ndo, woy
nando”

Nando : “Opo mane?” (tangan wes siap-siap mau main lagi, wes megang mouse)

Cindy : “Nah itu anak ku, TERNYATA KAMU DISINI YA! TAK GOLEKI NANG NDI-NDI
GA MULIH-MULIH.”

(kasih sound2 game zaman warnet kayak point blank, dota atau cs )

Cindy : “Ayo, sisan o gausa mulih!” (pura-pura njewer cameramen)

Nando : (minta bantuan cameramen-nya buat ngejewer) “hadududuh mak, iyo-iyo mak” (sambil
mewek) “ampun mak!!!!”

Vincent : (nahan ketawa)

Cindy : “PULANG GAK SEKARANG! MULIH SEKOLAH TAMBAH NANG WARNET!!


BUKANE MBANTU EMAK BERES-BERES RUMAH” (sapu nya di sabet ke camera)

(layar hitam dan sfx bag bug bag bug *ceritanya si Nando digebuki mamake)

SCENE 2
Narator : “Tidak hanya para pejuang yang mengalami penjajahan, tetapi kita semua sedang
dijajah oleh sebuah virus yang bisa saja mengambil nyawa kita sesaat. Tidak kah kalian takut
akan hal itu? Virus ini tidak menjajah 1 kota saja, ataupun satu negara saja, tetapi satu dunia ini
sedang berjuang bersama. Tidak hanya 1 orang saja yang merasakan, tetapi berjuta juta orang
berjuang untuk tetap hidup dalam kondisi yang berat ini, beribu ribu orang yang menjadi gardu
depan dalam menangani penyakit covid ini” (sambil ngomong sambil tampil berita2 covid +
PPKM + banyak yg meninggal)

Narator : “Lalu, bagaimana dengan masa kini?” (closing suara menghilang perlahan)

Cindy : “Ndo, ayo nyapu ruang tamune, ojo HP-an ae.” (sambil main hp, duduk kayak di sofa
ruang tamu gitu)

Nando : “Iyo mak” (mulai nyapu, pakai atas seragam OSIS, bawahan celana rumah)
Cindy : *masih main HP (kasih sound-sound lagu tiktok)

(dari HP Cindy ceritanya) Lemuel : “Selamat pagi pemirsa, kami dari studio IRON 7 akan
menyampaikan sebuah berita yang heboh akhir-akhir ini. Kasus PPKM darurat membuat kita
semua lelah hingga tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Tidak hanya itu, banyak
pengguna media sosial yang tidak segan-segan mengungkapkan komen berbau SARA pada salah
satu selebgram terkenal di TIKTOS. Alih-alih mereka mengaku bahwa efek virus COVID-19 ini
membuat mereka stress.” (pura-puranya jadi pembawa berita. Bajunya formal dikit)

Cindy : “Wah, kok kayak gini se, ga bener ini.” (sambil ngetik di HP, ceritanya bales i komen
orang)

(masih dari HP Cindy ceritanya) Intan : “Hai guys, aku disini sebagai pemuda Indonesia
mewakili suara dari para pemuda di negara ini. Sekian banyak pendukung saya meminta saya
untuk mentampaikan hal ini yang saya rasa memang perlu untuk disuarakan juga. Seperti yang
kita ketahui, keramaian SARA pada konten sebelah menyebabkan kontroversi yang tak kunjung
selesai. Coba deh, kita renungkan sejenak. Masa, hanya untuk menghilangkan stress semata, kita
harus mempermasalahkan SARA? Ingat! Kita hidup di negara persatuan, yg berdiri di atas
Pancasila serta semboyan kita aja Bhinneka Tunggal Ika. Salah satu pahlawan pernah berkata,
“mempertahankan negara Indonesia lebih susah daripada melawan para penjajah” dan menurut
saya, pernyataan ini memang benar adanya. Semoga dengan apa yang saya sampaikan ini bisa
membuka hati dan pikiran banyak orang.”

SCENE 3
Narator : “Semua aspek yang ada, terdampak oleh karena virus ini, apa yang sudah kita
rencanakan, apa yang sudah kita impikan. Tidak sesuai harapan, tiba-tiba saja menghilang.

(scene masuk meet zoom : record pake zoom dewean ae, yg penting isa virtual background,
record dewe-dewe)

Regina : “Selamat pagi anak-anak, karena ini pertemuan pertama kita. Mari kita perkenalan diri
dulu ya. Nama Ibu Regina, berasal dari Sumatera Barat. Bagaimana dengan kalian?”
(background rumah adat gadang + pake baju formal dikit)

Richard : “Halo, semuane. Saya Richard berasal dari Jawa Timur” (background rumah adat joglo
+ pake atasan OSIS)

Faiz : “Halo-halo. Nama saya Faiz berasal dari Sumatera Selatan” (background rumah adat limas
+ pake atasan OSIS)
Matthew : “Hai guys, saya Matthew dari Kalimantan Barat” (background rumah adat pajang +
pake atasan OSIS)

SCENE 4
Narator : “Begitulah masa kini, hanya berjalan secara virtual. Lalu apa yang bisa kita lakukan
sekarang? Selain dengan tetap bersatu dan saling mendoakan. Yang bisa diandalkan sekarang
hanyalah satu sama lain, tidak peduli sukumu apa, tidak peduli agamamu apa, tidak peduli
kulitmu hitam ataupun putih. Sampai kapan kita bisa melawan ini SENDIRI? Tanpa kita yang
menjadi SATU.” (sambil nampilin scene2 berbagi bersama yang tahun lalu itu waktu hari
pahlawan)

(mata terbuka + seseorang memakai masker)

Narator : “Kau sudah berjuang sampai sini, lalu kau masih mau menyerah sekarang?” (sambil
nampilin scene membuka laptop + dada-dada kearah laptop)

(dada kearah laptop beberapa agama / suku yg berbeda)

Narator : “Terimakasih, telah bertahan sejauh ini. Karena ini adalah CARA SATU-SATUNYA.”

END.

Anda mungkin juga menyukai