Anda di halaman 1dari 6

Lembar Jawaban Ujian Tengah Semester 2021

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Abdul Basid, S.Th.I, M.Th.I, Ph.D

Nama Mahasiswa : Rifqi Azwina Umamy

NIM : 200311613686

Prodi : Pendidikan Matematika

Fakultas : MIPA

NO JAWABAN
1 Menurut saya, tidak bisa dikatakan sebagai ustadz jika tujuannya tidak mensyiarkan
agama Islam tetapi hanya untuk menyebarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam hanya untuk kepentingan pribadi. Dalam hal ini bisa dikatakan perbuatan syirik
karena menyekutukan Allah, pastinya orang tersebut meminta bantuan kepada selain
Allah dalam proses penggandaan uang, yakni jin dan setan. Karena pada dasarnya
manusia biasa tidak dapat melakukan hal itu (penggandaan uang). Kasus ini bisa
dikatakan sebagai sihir karena merupakan penipuan yang menggunakan bantuan selain
Allah. Sebagai seorang muslim, tidak diperbolehkan untuk mempercayai bahwa ada
seorang manusia yang mengaku ahli karena bisa menggandakan uang atau bahkan tertarik
untuk menggandakan uang karena sama saja dengan menyekutukan Allah SWT dan akan
berdosa bersama orang yang tukang sihir itu.

2 Konsep manusia sebagai Khalifah di bumi menurut al-Qur’an.

Dalam tafsir al-Misbah, dijelaskan bahwa kata Khalifah pada mulanya berarti yang
menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Berdasarkan
surat al-Baqarah ayat 30, ditunjukkan bahwa kekhalifahan terdiri dari wewenang yang
dianugerahkan Allah SWT, makhluk yang diamanahi tugas yakni Adam as dan anak
cucunya, serta wilayah tempat bertugas yakni bumi. Kekhalifahan mengharuskan
makhluk yang diserahi tugas itu melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah
SWT yang memberinya tugas dan wewenang. Kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan
kehendak-Nya adalah pelanggaran terhadap makna dan tugas kekhalifahan. Kedudukan
manusia sebagai Khalifah Allah SWT di muka bumi akan dimintai pertanggungjawaban
dihadap-Nya.

Dalam melaksanakan tanggung jawab itu, manusia dilengkapi dengan berbagai potensi,
seperti akal pikiran yang memberikan kemampuan bagi manusia berbuat demikian.
Alquran dalam ungkapannya yang sederhana namun tegas menekankan individualitas dan
uniknya manusia, dan mempunyai pandangan yang pasti tentang peran dan nasib manusia
sebagai suatu kesatuan hidup. Empat sifat manusia yang diterangkan dalam al-Qur’an
adalah :
- Manusia adalah makhluk yang dipilih oleh Allah SWT. (Surat Taha:122).

- Manusia dengan segala kelalaiannya diharapkan supaya menjadi Khalifah di bumi.


(Surat al-Baqarah:30)

- Manusia sebagai kepercayaan Allah SWT, walaupun resikonya besar (Surat al-
Azhab:72).

- Manusia diberi kemampuan untuk mengetahui semua nama dan konsep benda, dimana
malaikat sendiri tidak mampu. (Surat al-Baqarah:31)

Sebagai khalifah, manusia diberi tanggung jawab pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan untuk manusia.
Manusia juga diberikan otoritas ketuhanan, yaitu menyebarkan rahmat Tuhan,
menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, dan menegakkan keadilan. Sebagai
Khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi -
sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia diciptakan dengan kelengkapan
psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat, dan hawa nafsu, yang semuanya
sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia.
Disamping itu juga sangat mudah terjerumus hingga pada posisi yang lebih rendah
daripada binatang.

3 Konsep Iman dan Islam dalam perspektif islam adalah


Iman : kata iman berasal dari bahasa Arab, merupakan bentuk masdar (gerund) dari
fi’il madli (verb) amana, yang berarti percaya (yakin). Iman adalah keyakinan dalam
hati, ucapan dengan lisan dan perbuatan dengan anggota tubuh. Amal perbuatan dengan
segala macamnya, baik amalan hati maupun amalan anggota tubuh termasuk hakikat
keimanan. Pembenaran dalam iman berarti tashdiq (pembenaran) yang teguh, disertai
dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Jika dikaitkan dengan Islam, iman berarti
sikap mental seorang Muslim yang mempercayai pokok - pokok kepercayaan yang
enam (rukun iman), menerima hal itu sebagai kebenaran yang tidak diragukan, dan
berprilaku serta berkata - kata sesuai dengan hal tersebut. Rukun iman merupakan
bagian pokok dari agama Islam yang di atasnya dibina ajaran - ajaran Islam.

Islam : kata Islam menurut bahasa berasal dari kata “aslama” yang berarti patuh, tunduk,
dan berserah diri. Gagasan yang dimaksud adalah seseorang yang memperoleh atau
melindungi atau mengembangkan keutuhan dirinya, dan lainnya dengan mneyerahkan
dirinya pada Allah SWT. Islam adalah nama agama wahyu yang diturunkan Allah SWT
kepada rasul-Nya yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada manusia. Islam
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah wahyu Allah terakhir yang
diturunkan kepada manusia, karena itu agama ini sudah sempurna dan senantiasa sesuai
dengan tingkat perkembangan manusia sejak masa diturunkannya, empat belas abad
yang lalu hingga akhir peradaban manusia yang ditutup dengan hari kiamat kelak.

4 Cara mengaplikasikan konsep ihsan dalam bernegara adalah sebagai berikut :

- Selalu meyakini bahwa Allah akan selalu melihat segala sesuatu yang kita kerjakan.

- Selalu berbuat kebaikan karena berusaha mengharapkan ridho Allah SWT.


- Membentengi diri sendiri jika ada niat untuk berbuat keburukan.

- Beribadah kepada Allah seolah - olah Allah melihatnya.

- Berbakti kepada orang tua.

- Bersikap adil dalam berinteraksi sosial.

5 Membumikan toleransi di tengah kentalnya perbedaan mazhab adalah hal yang tidak
mudah. Sikap toleransi akan tumbuh dengan sendirinya dengan cara berikut :

- jika kita mendasari sikap sebaik - baiknya dengan ilmu, iman, amal dan akhlaq
secara profesional.

- lebih memprioritaskan perhatian dan kepedulian terhadap masalah - masalah besar


ummat daripada masalah kecil.

- memahami perbedaan dengan benar, mengakui dan menerimanya sebagai bagian dari
rahmat Allah bagi umat.

- menyadari bahwa setiap orang berhak mengikuti dan mengamalkan pendapat atau
madzhab yang kuat menurut pilihannya.

- menyikapi orang lain, kelompok lain atau penganut madzhab lain sebagaimana
engkau, kelompokmu atau penganut madzhabmu ingin diperlakukan dan disikapi.

6 Sumber - Sumber Hukum Islam :

a. Al - Qur’an : secara etimologis berdasarkan pendapat yang paling kuat sebagaimana


dinyatakan oleh Dr. Shubhi Shalih (1990:56) berarti ‘bacaan’ atau ‘yang dibaca’. Secara
terminologis, menurut Imam Syaukani, al - Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada Rasul-Nya, Muhammad Bin Abdullah dalam bahasa Arab dan maknanya yang
murni, yang sampai kepada kita secara mutawatir (proses penyampaian al-Qur’an
kepada kita tidak mengalami keterputusan generasi dan dilakukan oleh orang - orang
yang tidak mungkin berdusta jika dilihat dari jumlah maupun integritas moral). Menurut
Khalaff (1978:32-33), komposisi ayat al-Qur’an yang berbicara mengenai tema hukum
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tema akhlak, akidah, ataupun sejarah.

b. Hadis : secara etimologis berarti perkataan, cerita, atau kejadian (Munawir,


1997:242). Dilihat dari sisi historis, keberadaan hadis berbeda dengan al-Qur’an. Hadist
baru ditulis pada jaman Khalifah Umar Bin ‘Abd al-Aziz pada Dinasti Umayyah.
Khalifah Umar Bin ‘Abd al-Aziz lah yang menjadi penggagas kodifikasi hadis.
Tindakan beliau dilatarbelakangi oleh kekhawatiran akan hilangnya hadis-hadis Nabi
SAW yang tercerai belai di kalangan para sahabat, mengingat jumlah sahabat semakin
berkurang karena meninggal dunia. Hadis memiliki peranan sebagai bayan (penjelas)
terhadap kandungan al-Qur’an manakala al-Qur’an belum secara tegas dan rinci
memberikan landasan hukum. Namun, ada hadis yang layak dijadikan landasan hukum
dan ada yang tidak, semua bergantung pada kualitas hadis tersebut.

c. Ijtihad : ijtihad merupakan sumber pelengkap hukum islam. Secara bahasa ijtihad
adalah “mencurahkan segala kemampuan untuk merealisasikan sesuatu”. Pengertian ini
mengandung makna bahwa ijtihad hanya dipergunakan pada sesuatu hal di mana ada
beban berat dan kesulitan - kesulitan (Zuhaili, 1988:1037). Hasil dari setiap ijtihad
adalah bersifat zhanni (dugaan kuat). Ia bersifat relatif yang masih memungkinkan
untuk dilakukan interpretasi ulang apabila situasi dan kondisinya berubah. Dengan
demikian, hasil dari suatu ijtihad yang dilakukan oleh seorang mujtahid tidak mutlak
kebenarannya. Dalam perkembangannya, proses ijtihad oleh umat Islam tidak hanya
dilakukan secara individu, tetapi juga dilakukan secara kelembagaan. Terkait dengan ini,
ijtihad dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu ijtihad fardhi dan jama’i. Ijtihad fardhi
adalah ijtihad yang dilakukan oleh individu. Ijtihad jama’i adalah ijtihad yang dilakukan
oleh banyak orang (kolektif) dari berbagai disiplin ilmu. Imam al-Syaukani (1992:297-
302) melandaskan bahwa seorang yang hendak berijtihad dipersyaratkan :
- mampu memahami dengan baik al-Qur’an dan hadis.

- menguasai selurus masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh jima’


(kesepakatan para sahabat Nabi).

- menguasai bahasa Arab secara komprehensif.

- menguasai ilmu Ushul al-Fiqh.

- memiliki pengetahuan di bidang nasikh-manuskh (konsep pembatalan hukum, baik


yang menyangkut ayat al-Qur’an atau hadis Nabi).

7 Pandangan saya mengenai maraknya fenomena pernikahan dini

Menurut saya, memang di jaman sekarang pergaulan sudah semakin bebas karena banyak
faktor. Faktor utama yang sangat berpengaruh pada zaman sekarang ini adalah
perkembangan teknologi yang begitu pesat, semakin banyaknya jenis social media yang
membuat semakin mudahnya mengetahui berbagai hal, baik yang memang ingin
diketahui maupun yang tidak ingin diketahui. Maka dari itu, social media sangat
memberikan pengaruh kepada manusia dari berbagai usia, khususnya anak di bawah
umur. Oleh karena itu, tidak heran jika saat ini memang semakin marak adanya
pernikahan dini. Pernikahan dini itu sendiri bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
hamil di luar nikah, perjodohan, dan banyak hal lain.

Menurut Islam sendiri, wajar apabila tiap manusia menginginkan memiliki pasangan.
Semakin dewasa seseorang dorongan berpasangan akan semakin kuat, agar dorongan ini
dapat tersalurkan dengan benar dan membawa efek positif, maka Islam mensyariatkan
dijalinnya keberpasangan dalam bentuk pernikahan. Sebelum adanya pernikahan, Islam
sangat mengharuskan manusia untuk memanajemen hati agar tidak berpacaran, menata
niat dari menikah yaitu untuk meraih ridho Allah, menyiapkan diri secara fisik dan psikis,
memilih calon pendamping hidup yang sesuai dengan pedoman Islam, dan
bermusyawarah dengan kedua orang tua untuk memperoleh restu.

Jika dilihat dari konsep pernikahan menurut Islam, semakin maraknya pernikahan dini
diakibatkan oleh hubungan antar lawan jenis (pacaran) yang memang dilarang dalam
Islam karena segala sesuatu yang dilakukan dalam masa pacaran dapat menimbulkan
dosa dan akibat lain yang dapat terjadi yaitu hamil di luar nikah yang berujung pada
pernikahan. Padahal untuk melakukan sebuah pernikahan pun diperlukan kesiapan fisik
dan psikis, ekonomi, dan hal - hal yang lainnya. Jadi, alangkah baiknya jika kita
mengikuti anjuran Islam dengan menahan diri untuk tidak berpacaran.
8 Tingginya angka perceraian dapat disebabkan oleh banyak faktor. Jika dilihat dalam
konsep pernikahan menurut Islam bisa jadi disebabkan oleh niat pernikahan yang salah,
seperti jika melaksanakan pernikahan hanya karena paksaan, bisa juga karena sebelum
menikah telah melakukan hal - hal yang dilarang oleh agama, kurang sesuai dengan
pedoman Islam dalam pemilihan pasangan hidup, kurang siap fisik maupun psikisnya,
tidak mendapat restu orang tua, dan banyak hal lain. Maka dari itu untuk mencegah
terjadinya perceraian, dalam ajaran Islam, hal pertama yang diutamakan dalam pemilihan
pasangan adalah agama dan akhlak yang baik, setelah itu barulah diperbolehkan untuk
mempertimbangkan dalam segi kekayaan, kedudukan, fisik, dan hal lain sesuai kriteria
masing - masing. Selain agama dan akhlak, mempertimbangkan latar belakang keluarga
juga diperlukan karena menikah juga akan menyatukan dua keluarga yang berbeda.
Dalam proses pencariannya pun juga harus dengan cara yang baik dan tidak
menimbulkan dosa dan harus sangat berhati - hati saat menentukan cara menemukan
jodoh, sehingga kasus perceraian dapat diminimalisir dalam sebuah pernikahan.

9 Konsep akhlak dan adab dalam perspektif Islam

Akhlak : fondasi dasar karakter diri manusia. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang
menempatkan posisi akhlak sebagai pemelihara eksistensi manusia. Akhlak lah yang
membedakan manusia dengan mrakhluk lainnya. Manusia tanpa akhlak akan kehilangan
derajat sebagai hamba Allah yang paling terhormat. Perhatian Islam terhadap pentingnya
akhlak dapat dikaitkan dengan muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran
Islam. Akhlak dalam perspektif Islam merupakan mustika kehidupan yang
menghantarkan kesuksesan seorang muslim. Akhlak dalam Islam memiliki nilai yang
mutlak, karena persepsi antara akhlak baik dan buruk memiliki nilai yang dapat
diterapkan dalam kondisi dan situasi apapun (Syafri, 2012). Bahkan, akhlak menjadi
modal awal pembangunan masyarakat.

Adab : secara etimologi adab berasal dari bahasa Arab yaitu addaba-yu’ addibu-ta’dib
yang artinya mendidik. Adab ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian
tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan
tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa
adab adalah inti dari ajaran Islam dan tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW yaitu
untuk mendidik manusia supaya menjadi manusia yang mulia. Adab adalah suatu metode
dalam struktur konsepnya membimbing beberapa unsur - unsur dalam diri manusia,
seperti pengetahuan, amal, pengajaran, dan pengasuhan yang baik. Terserapnya adab
dalam diri, akan menghasilkan manusia yang beradab, yang sadar akan tanggung
jawabnya kepada Allah SWT, yang memahami dan melaksanakan tanggung jawabnya
kepada diri sendiri.

10 Menurut saya dalam kasus ini bisa dikatakan bahwa sang anak memiliki akhlak yang
kurang baik terhadap ibunya. Namun, hal ini bisa terjadi karena banyak faktor. Bisa jadi
ketika masa hidupnya, sang ibu kurang memberikan perhatian atau kasih sayang, bisa
juga karena salah mendidik atau mungkin anak itu sering diperlakukan kasar oleh ibunya
sehingga menimbulkan dendam dari anak itu sendiri. Lingkungan juga bisa memberikan
dampak dalam hal ini, mungkin anak tersebut sering menyaksikan kekerasan atau hal
semacamnya pada lingkungannya. Bisa juga karena sang anak memiliki gangguan mental
ataupun kejiwaan. Jadi menurut saya banyak faktor yang menyebabkan anak tersebut
memiliki akhlak yang kurang baik sehingga tega melakukan hal tersebut,
Pada dasarnya orang tua memiliki martabat yang sangat tinggi dalam Islam. Maka dari itu
seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tuanya yang akan membuktikan juga
bahwa anak tersebut memiliki akhlak yang baik. Namun, untuk pembentukan akhlak
yang baik juga harus dilakukan pembiasaan, pemberian teladan, dan refleksi diri, yang
artinya lingkungan juga berpengaruh besar dalam pembentukan akhlak tersebut, baik
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai