PENDAHULUAN
World Health Organisation (WHO) menyebutkan masalah utama gangguan jiwa di dunia adalah
skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan pada otak dan pola pikir, skizofrenia mempunyai karateristik
dengan gejala positif dan negatif. Gejala positif antara lain : delusi, halusinasi, waham,disorganisasi
pikiran. Gejala negatif seperti : sikap apatis, bicara jarang, afek tumpul, menarik diri dari masyarakat dan
rasa tidak nyaman (Ruti,dkk 2010).
Sebagian orang awam menganggap penderita gangguan kejiwaan skizofrenia adalah orang yang tidak
berguna dan kehadirannya dianggap sebagai aib keluarga. Banyak penderita skizofrenia yang dipasung
atau dikurung oleh keluarganya, karena masih merasa malu memiliki saudara penderita skizofrenia.
Berdasarkan data yang dikemukakan oleh kementrian kesehatan tahun 2014, estimasi jumlah
pemasungan di Indonesia mencapai 18800 kasus(Octaviani, 2016). Perlakuan yang salah semakin
memperparah penderita skizofrenia, karena keluarga maupun masyarakat yang seharusnya menjadi
suport sistem tetapi justru tidak peduli terhadap upaya penyembuhan bagi penderita skizofrenia
(Octaviani, 2016).
Menurut (Muftianingrum et al., 2019), tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan jiwa
adalah melakukan upaya meningkatkan pandangan pada dirinya berbentuk penilaian subjektif individu
terhadap dirinya, perasaan sadar dan tidak sadar, persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh.
Pandangan atau penilaian terhadap diri meliputi: ketertarikan talenta dan keterampilan, kemampuan
yang dimiliki, kepribadian-pembawaan, dan persepsi terhadap moral yang dimiliki (Meryana, 2017).
Dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Ny. Y yang Menderita Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri di
Wilayah Kerja RSUD Gresik Tahun 2021”.