Anda di halaman 1dari 4

Cara (mengidentifikasi, inventarisasi, dan menggunakan) Alga Hijau

(Chlorophyta) Jenis Chlorella vulgaris sebagai Bioindikator Pencemaran


Logam Berat di Perairan

Mahnita Sari/1811013120013
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani km 35, Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714
Email: 1811013120013@mhs.ulm.ac.id

Latar Belakang
Kasus pencemaran perairan oleh logam berat berbahaya dan beracun seringkali terjadi. Tidak
jarang pula menimbulkan korban yang cukup serius, baik manusia maupun organisme lain pada
ekosistem perairan. Namun, kehadiran pencemaran logam berat dalam ekosistem perairan seolah tidak
dapat dihindari. Dalam jumlah kecil logam diperlukan oleh mahkluk hidup untuk proses kehidupan,
termasuk untuk pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan peran dalam tubuh mahluk hidup logam
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu logam yang peranan nyata dalam proses metabolisme tubuh disebut
logam esensial dan logam non esensial yang perannya belum banyak diketahui dalam tubuh mahluk
hidup. Kandungan logam dalam tubuh sangat kecil dan bila berada dalam jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan kerusakan organ organ tubuh organisme yang bersangkutan [1].
Keberadaan bahan pencemar seperti logam di perairan dapat menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas perairan, sehingga tidak sesuai lagi dengan peruntukannya sebagai sumber air baku air minum,
perikanan, pariwisata dan sebagainya. Pada konsentrasi rendah logam dibutuhkan oleh organisme hidup
untuk pertumbuhan dan perkembangan, namun bila kadar meningkat, maka logam akan berubah menjadi
racun. Tumbuhan air atau fitoplankton sebagai produsen primer tidak selektif dalam memilih jenis unsur
yang akan diserapnya. Berdasarkan adanya proses penyerapan logam ini, pada umumnya kandungan
logam di lingkungan sampai dengan taraf tertentu akan sebanding dengan kandungan logam dalam sel
organisme yang hidup di lingkungan tersebut. Salah satu cara untuk mengantisipasi tingginya konsentrasi
logam pencemar di perairan adalah dengan bioremediasi, dimana teknik ini menggunakan organisme
untuk mengurangi kandungan logam berat. Organisme yang dapat digunakan untuk teknik bioremediasi
adalah mikroalga jenis Chlorella vulgaris [2]. Perubahan kualitas perairan, erat kaitannya dengan potensi
perairan terutama ditinjau dari kehidupan tumbuhan air seperti alga hijau di suatu perairan tersebut.
Keberadaan alga hijau ini di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi suatu perairan,
sehingga alga hijau sebagai parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas
dan tangkat kesuburan suatu perairan [3].
Chlorella vulgaris merupakan mikroorganisme yang termasuk dalam devisi Chlorophyta.
Chlorophyta atau alga hijau yang memiliki struktur yang hampir sama dengan tumbuhan, salah satunya
ialah dinding selnya. Chlorella juga mempunyai dinding sel yang tersusun atas selulosa.Selain tersusun
atas selulosa, beberapa spesies Chlorella mempunyai dinding sel yang juga tersusun atas sporopollenin.
Sporopollenin juga terdapat pada spora dan serbuk sari yang merupakan suatu biopolimer dari karotenoid
yang mempunyai kemampuan resisten yang luar biasa terhadap degradasi oleh enzim atau reagen-reagen
kimia yang kuat. Selain mempunyai kemampuan resisten yang sangat kuat, Sporopollenin ini juga
mempunyai kemampuan untuk mengadsorbsi ion logam dari suatu larutan membentuk kompleks logam
dengan ligan [2]. Hal ini menyebabkan alga hijau ini disebut sebagai filter feeder, yaitu organisme yang
mampu menyaring partikel yang berasal dari suspensi di lingkungan hidupnya. Beberapa spesies alga
telah ditemukan mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk mengadsorpsi ion-ion logam, baik
dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk sel mati (biomassa). Alga hijau merupakan indikator yang
baik dan efisien untuk mengetahui terjadinya pencemaran logam berat. Organisme ini dapat
mengakumulasi pencemar, terdapat dalam jumlah banyak, dan korelasi antara kandungan bahan pencemar
dalam air dan dalam tubuh organisme dapat ditunjukkan. Alga dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator
logam berat karena dalam proses pertumbuhannya, alga membutuhkan berbagai jenis logam sebagai
nutrien alami, sedangkan ketersediaan logam dilingkungan sangat bervariasi. Suatu lingkungan yang
memiliki tingkat kandungan logam berat yang melebihi jumlah yang diperlukan, dapat mengakibatkan
pertumbuhan alga terhambat, sehingga dalam keadaan ini eksistensi logam dalam lingkungan adalah
polutan bagi alga [4]. Maka dari itu untuk mengetahui kualitas perairan terhadap pengaruh pecemaran
logam berat perlu dilakukannya penelitian terhadap alga hijau sebagai indikatornya [5].

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dilakukan penelitian yang dapat
memberikan informasi tentang potensi Chlorella vulgaris yang merupakan golongan Clorophyta
atau alga hijau sebagai bioindikator pencemaran logam berat di perairan, pengaruh seperti apa
yang ditimbulkan logam berat terhadap kualitas perairan dengan menggunakan alga hijau
sebagai bioindikator, bagaimana interaksi logam berat pada jenis alga hijau yaitu Chlorella
vulgaris, dan bagaimana cara mengidentifikasi Clorophyta/alga hijau Chlorella vulgaris sebagai
bioindikator pencemaran logam berat di perairan, bagaimana respon penurunan konsentrasi
logam berat terhadap pertumbuhan Clorophyta Chlorella vulgaris, dan apa yang membedakan
Chlorella vulgaris dengan jenis Clorophyta/Alga hijau yang lainnya sebagai bioindikator
pencemaran logam berat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Chlorella vulgaris
memiliki kemampuan tumbuh terhadap lingkungan tercemar karena memiliki polyamine untuk
adaptasi pada ekosistem air yang tercemar dengan logam berat. Polyamine juga berperan sebagai
molekul yang mampu melindungi tanaman terhadap resiko tekanan dari lingkungan [6]. Spesies
alga terutama dari golongan alga hijau (Chlorophyta), baik dalam keadaan hidup (sel hidup)
maupun dalam bentuk sel mati (biomassa) dapat mengadsorpsi ion ion logam. Mikroalga
mempunyai kemampuan mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya, karena itu dapat
dimanfaatkan sebagai biosorben dalam penanganan kontaminasi logam berat di perairan. Selain
itu, alga juga sebagai indikator dalam konteks eutrofikasi dan mendeteksi polusi organik karena
toleransi mereka yang terdokumentasi dengan baik. Nilainya sebagai bio-akumulator pestisida
atau logam berat yang terbatas [7]. Dengan demikian Chlorella vulgaris diharapkan dapat
dijadikan sebagai bioindikator maupun biosorben pencemaran logam berat di perairan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) untuk mengkaji potensi Chlorella vulgaris sebagai
bioindikator pencemaran logam berat di perairan; (2) untuk mengetahui interaksi logam berat
terhadap pertumbuhan Chlorella vulgaris sebagai bioindikator alga hijau; (3) untuk mengetahui
proses identifikasi Chlorella vulgaris sebagai bioindikator pencemaran logam berat di perairan; (4)
untuk melihat kualitas perairan terhadap pencemaran logam berat; dan (4) untuk membandingkan potensi
Chlorella vulgaris dengan jenis Clorophyta yang lainnya sebagai bioindikator pencemaran logam
berat di perairan.
Manfaat
Manfaat dalam penelitian ini tentunya sangat banyak, mengingat permasalah yang telah
dijabarkan mengenai peran Clorophyta sebagai bioindikator pencemaran logam berat di perairan
merupakan hal yang menarik sekaligus penting. Pencemaran logam berat di perairan bukan hal yang tabu,
pencemaran perairan didefinisikan sebagai dampak negatif, yang mempengaruhi kehidupan biota,
sumberdaya dan kenyamanan ekosistem perairan serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari
ekosistem perairan yang disebabkan secara langsung oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah ke
dalam perairan yang berasal dari kegiatan manusia [5]. Dengan adanya tulisan/penelitian seperti dapat
memberikan pengetahuan baru tentang peran dan hubungan organisme salah satunya Clorophyta dalam
merespon kondisi lingkungan terhadap pencemaran logam berat di perairan. Sehingga dapat digunakan
untuk menilai kesehatan lingkungan dan juga merupakan alat penting untuk mendeteksi perubahan
lingkungan, baik positif maupun negatif, dan efek selanjutnya pada manusia. Selain itu, dengan adanya
tulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada pihak yang ingin melakukan penelitian maupun
membuat tulisan yang serupa, sehingga menjadi tulisan yang lebih baik, bermanfaat, dan menginspirasi.
Daftar Pustaka
[1] R. Puspasari, “Logam Dalam Ekosistem Perairan,” BAWAL Widya Ris. Perikan. Tangkap,
vol. 1, no. 2, hal. 43, 2017, doi: 10.15578/bawal.1.2.2006.43-47.
[2] E. R. S. Dewi, “Respon Penurunan Konsentrasi Logam Berat Kromium ( Cr ) dan
Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris pada Media Kultur Response to Concentration
Decreased of Heavy Metal Chromium ( Cr ) and Growth of Microalgae Chlorella vulgaris
in Culture Media,” Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam
2015. Jurusan Pendidikan Biologi Universitas PGRI Semarang, hal. 117–121, 2015.
[3] J. Awal, H. Tantu, E. P. Tenriawaru, P. S. Biologi, dan U. C. Palopo, “Identifikasi Alga
(Algae) Sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran Di Sungai Lamasi Kabupaten Luwu,”
J. Din., vol. 05, no. 2, hal. 21–34, 2014.
[4] A. Kadarsah, “Tumbuhan tingkat rendah sebagai bioindikator – Ekologi Rekayasa,”
wordpress.com, 2020. [Daring]. Tersedia pada:
https://anangkadarsah.wordpress.com/2020/10/18/tumbuhan-tingkat-rendah-sebagai-
bioindikator/. [Diakses: 21-Okt-2020].
[5] I. Raya dan Ramlah, “The Bioaccumulation of Cd ( II ) Ions on Euchema Cottoni
Seaweed,” Mar. Chim. Acta, vol. 13, no. 2, hal. 13–19, 2012.
[6] C. D. Hunter, Polyamines of Plant Origin – An Important Dietary Consideration for
Human Health. New Zaeland: InTech, 2012.
[7] B. A. Markert, M. A. Breure, dan H. . Zechmeister, Bioindicators & Biomonitors
Principles, Concepts and Applications Volume 6. Sydney: Elsevier Science Ltd, 2003.

Anda mungkin juga menyukai