Flowability (%)
Green 14# 537,8 538 0,2 10 2
35
Sand Infrared Infrared (gr)
30
60 53.4 25 Dry 16# 486,8 487 0,2 14 2.8 30 27,8 2,2
49.2 20 Sand
20# 511,4 514 2,6 16 41.6 2,2
50
40.4
15
10
Holding
sand
Kadar air = 100% 7,33%
40 5
40# 422,4 471,6 49,2 20 984 30 ..........(3.2)
Massa (gr)
31
30
0 50# 394,8 435,2 40,4 40 1616
21.8 2 4 6 8 60# 404,2 426 21,8 50 1090 Berdasarkan hasil perhitungan (3.2), nilai kadar air hasil
20
Kadar Air (%) 100# 373,8 374,4 0,6 60 36 percobaan tidak sama dengan kadar air awal yang ditetapkan
10 2.6 di awal, yaitu 8%. Perbedaan hasil ini kemungkinan
0.2 0.2 0.2 0.6 120# 403,2 434,2 31,0 100 3100
0 Gambar II.5 Grafik Pengaruh Kadar Air terhadap Flowability disebabkan oleh proses penimbangan air yang tidak presisi
Alas 479,6 533 53,4 120 6408
10 14 16 20 40 50 60 100 120 Alas atau ada air yang tertinggal di gelas saat proses mixing.
Nomor mesh II.6 Grafik Pengaruh Kadar Bentonit terhadap Flowability ΣWn = 199,6 ΣWnxSn =13280,4 Kemungkinan lain adalah adanya air yang masih tertinggal di
Wn Sn 13280,4 sampel karena proses pemanasan yang kurang sempurna di
Grafik Pengaruh Kadar Bentonit terhadap Flowability
GFN 66,54
Gambar II.1 Grafik Hasil Percobaan Distribusi Pasir
70 Wn 100 ..........(3.1)
dalam infrared dryer.
Penambahan kadar air akan meningkatkan permeabilitas
60
II.2 Grafik Distribusi Pasir Kumulatif sampai titik maksimum kemudian menurun. Hal ini
Flowability (%)
Green
50 Berdasarkan data di atas, jumlah pasir terbanyak tidak
Sand disebabkan karena ruangan antara butir-butir pasir ditempati
Grafik Berat Kumulatif Percobaan Distribusi Pasir 40 berada pada tiga nomor sieve yang berurutan. Hal ini
Dry oleh binder yang berlebihan air sehingga gas dari dalam
30 menunjukkan bahwa pasir yang kami gunakan tidak sesuai
20
Sand cetakan maupun gas-gas yang terlarut dalam logam cair sulit
250 dengan pasir ideal dimana seharusnya jumlah pasir pada tiga
10 Holding untuk dilewatkan[1].
199.6
sand
sieve yang berurutan berjumlah 2/3 dari total pasir yang
Massa Kumulatif (gr)
200 0 digunakan[4]. Oleh karena itu, pasir yang diperoleh pada saat
146.2 6 6.5 7 7.5
III.3 Sifat Mekanis
150 percobaan termasuk pasir yang tidak ideal untuk dijadikan
114.6 115.2 Sifat mekanis yang akan dibahas di sini adalah kekuatan
92.8 Kadar Bentonit(%) bahan cetakan.
100 tekan, kekuatan geser dan flowability pasir cetak. Pasir cetak
Nilai GFN yang didapat menurut perhitungan (3.1) adalah
52.4 Gambar II.6 Grafik Pengaruh Kadar Bentonit terhadap Flowability yang baik umumnya merupakan pasir yang memiliki
sebesar 66,54. Berdasarkan nilai GFN tersebut, pasir cetak
50 kekuatan tekan yang baik (tinggi), kekuatan geser yang
0.2 0.4 0.6 3.2 kami cocok digunakan sebagai bahan cetakan dalam proses
III. Analisa Percobaan tinngi, dan memiliki flowability yang tinggi.
0 pengecoran besi tuang kelabu atau paduan magnesium. Hal
III.1 Distribusi Pasir Cetak Kekuatan tekan pada pasir cetak berfungsi untuk menahan
10 14 16 20 40 50 60 100 120 Alas ini dapat dilihat pada tabel III.1 di atas. Nilai GFN ini sangat
Nomor mesh Pada saat praktikum pasir cetak, praktikan tidak tekanan yang timbul pada saat penuangan logam cair ke
berpengaruh terhadap sifat-sifat cetakan pasir yang
mengetahui jenis pasir yang digunakan. Namun berdasarkan cetakan[3]. Dengan kekuatan tekan yang baik, maka
Gambar II.2 Grafik Berat Kumulatif Percobaan Distribusi Pasir dihasilkan. Semakin besar nilai GFN, maka akan semakin
pengamatan terhadap warna dan sifat-sifat pasir, diharapkan tidak terjadi proses deformasi terhadap cetakan
halus butir-butir yang dihasilkan. Pasir cetak dengan ukuran
kemungkinan pasir yang digunakan adalah pasir silika. pasir yang kita buat. Kekuatan geser juga memiliki peranan
II.3 Grafik Pengaruh Kadar Air Terhadap Kekuatan Tekan butir yang halus cocok untuk pengecoran logam cair dengan
Distribusi pasir yang baik sangat mempengaruhi sifat-sifat yang penting terhadap sifat pasir cetak, yaitu pada saat proses
viskositas yang rendah. Hal ini dikarenakan ukuran butir
Kekuatan Tekan (Kadar Bentonit 7%) permukaan (akurasi dimensi tinggi dan permukaan halus) pengangkatan pola (pattern) dari dalam cetakan[3]. Jika
yang kecil dapat mengurangi rongga pada cetakan pasir
serta permeabilitas dari cetakan pasir itu sendiri. Pasir cetak kekuatan gesernya buruk maka cetakan tersebut akan mudah
sehingga logam cair tidak akan masuk ke rongga tersebut.
(lbs/inch2)
20
green yang halus akan mengakibatkan penurunan permeabilitas sekali terjadi retak. Kekuatan geser dari pasir cetak ini sangat
15 Dengan semakin kecilnya rongga-rongga tersebut, maka akan
sand karena ruang antara butir-butir pasir semakin padat. Hal ini ditentukan oleh ikatan antarbutir pasir sehingga dapat
dry meningkatkan kehalusan permukaan hasil pengecoran. Hal
10 sand dapat menyebabkan cacat gas hole akibat celah untuk mempertahankan bentuknya ketika pola diangkat.
Kuat Tekan
holding ini berlaku pula sebaliknya untuk pasir dengan ukuran butir
keluarnya udara semakin sempit[2]. Sementara jika butir pasir Sedangkan sifat flowability pasir cetak memiliki
5 sand besar yang dapat menyebabkan kasarnya produk hasil
cetaknya kasar, dapat mengakibatkan permukaan cetakan hubungan yang erat dengan kemampuan pasir mengalir
0 pengecoran.
yang dihasilkan menjadi kasar. mengisi rongga-rongga atau ruangan cetakan sehingga dapat
Berdasarkan percobaan distribusi pasir cetak ini, dapat
0 2 4 6 8 10 Berdasarkan data-data yang diperoleh saat praktikum, kita membentuk pola yang diinginkan[4]. Hal ini merupakan
disimpulkan bahwa pasir yang digunakan oleh kelompok
Kadar Air (%) akan mengukur distribusi pasir melalui perhitungan nilai alasan utama mengapa flowability (mampu alir) memiliki
kami tergolong pasir yang tidak ideal karena 2/3 dari jumlah
GFN (grain fine number). Nilai GFN akan digunakan untuk hubungan yang erat dengan formability (mampu bentuk) dari
Gambar II.3 Grafik Pengaruh Kadar Air terhadap Kekuatan Tekan pasir yang digunakan tidak berada pada 3 sieve yang
melihat kecocokan pasir yang digunakan sebagai cetakan pasir cetak.
berurutan. Pasir cetak yang kami gunakan ini cocok untuk
dengan logam cair pada proses pengecoran. Tabel III.1 di