Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

PEMBERIAN VITAMIN A
PANDUAN
PEMBERIAN VITAMIN A

Penulis Dokumen : Tim STUNTING dan


WASTING

Tanggal : 2 Januari 2022


Jumlah Halaman : 12 Halaman
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM GANESHA
NOMOR: O 03-PONEK/003/SK-DIR/RSUG/I/2022
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN INISIASI MENYUSU
DINI DAN ASI EKSLUSIF
DI RUMAH SAKIT UMUM GANESHA

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM GANESHA

Menimbang : a. Bahwa Rumah Sakit Umum Ganesha selalu berupaya untuk


meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan dan harapan masyarakat;
b. Bahwa dalam pelaksanaan kegiatan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif diperlukan Panduan Inisiasi Menyusu
Dini dan ASI Ekslusif;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Ganesha;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012
tentang Penerapan Sistem Manajemen dan Kesehatan Kerja;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001
Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Perorangan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
604/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pedoman Pelayanan Maternal
Perinatal pada Rumah Sakit Umum Kelas B, Kelas C, Kelas D;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK)
24 Jam di Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM GANESHA
TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN INISIASI MENYUSU
DINI DAN ASI EKSLUSIF;

KEDUA : Panduan Inisiasi Menyusu Dini Dan ASI Ekslusif dimaksud diktum
kesatu adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini;

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Gianyar
Pada tanggal : 2 Januari 2022
Direktur Rumah Sakit Umum Ganesha

drg. Chandra Purnama H., M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nyalah Panduan Tentang Pemberian Vitamin A dalam rangka Program Penurunan


Prevalensi Stunting dan Prevalensi Wasting di Rumah Sakit Umum Ganesha dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Panduan ini berisi tentang materi Pemberian Vitamin A yang akan
dilaksanakan yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga/unit
kerja.
Panduan Pemberian Vitamin A dalam rangka Program Penurunan Prevalensi Stunting dan
Prevalensi Wasting ini diharapkan bisa digunakan dalam implementasi pelaksanaan pelayanan
Penurunan Prevalensi Stunting dan Prevalensi Wasting, dalam upaya mendukung kualitas
pelayanan di RSU Ganesha. Upaya Penurunan Prevalensi Stunting dan Prevalensi Wasting di
Rumah Sakit dilakukan melalui berbagai upaya antara lain peningkatan pengetahuan dan
keterampilan tim dalam rangka Program Penurunan Prevalensi Stunting dan Prevalensi Wasting.
Semoga Panduan Pemberian Vitamin A ini bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak
lainnya yang terkait. Saran dan koreksi demi perbaikan Panduan Pemebrian Vitamin A ini sangat
kami harapkan.

Gianyar, 2 Januari 2022


Tim Penurunan Prevalensi Stunting dan
Wasting RSU Ganesha

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN DOKUMEN.......................................................................... i
SK DIREKTUR......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................... vi
DAFTAR ISI.............................................................................................. vii
BAB I DEFINISI....................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP...................................................................... 8
BAB III TATA LAKSANA....................................................................... 9
BAB IV DOKUMENTASI...................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 12

vii
BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN
1. Definisi
Vitamin A adalah vitamin yang larut lemak pertama ditemukan. Pertemuan ini
menyatakan semua retinoid dan prekusor/ provitamin A/ karotenoid yang
mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Vitamin A berperan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan vitamin A (KVA) meningkatkan
resiko terserang penyakit infeksi seperti diare, radang paru – paru, pneumonia dan
bahkan kematian. Akibat lain yang paling serius dari kekurangan vitamin A (KVA)
adalah rabun senja yaitu bentuk lain dari xeropthalmia seperti kerusakan kornea mata
dan kebutaan (Almatsier, 2009).
Vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi
seperti campak, diare, ISPA, serta memiliki peran yang sangat penting bagi kesehatan
mata (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Vitamin A termasuk zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, zat gizi ini
tidak dapat dibuat oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar. Makanan sumber
vitamin A ada yang berasal dari produk hewani seperti daging, telur, susu, dan hati
juga ada dari produk nabati yang mengandungh beta – karoten (pro – vitamin A)
yaitu buah – buahan dan sayur – sayuran berwarna – warni seperti wortel, bayam, kol,
brokoli, semangka, melon, papaya, mangga, tomat, kacang polong. Disamping
produk alami, vitamin A juga dapat berasal dari produk hasil rekayasa yang diperkaya
(fortifikasi) seperti dalam minyak goreng, margarin, susu dan beberapa jenis mie
instan. Selain yang disebutkan diatas ada sumber vitamin A yang sangat potensial dan
dapat mencukupi seluruh kebutuhan bayj dan balita yaitu suplementasi vitamin A
melalui pemberian kapsul vitamin A (Depkes Aceh, 2019).
Suplementasi vitamin A merupakan Program Nasional untuk mencegah
kekurangan vitamin A diantaranya anak – anak Indonesia. Program ini memberikan
kapsul vitamin A secara gratis kepada setiap bayi dan balita yang mengunjungi
Posyandu dan Puskesmas. Pada bayi usia 6 – 11 bulan diberikan satu kali pada bulan
Februari atau Agustus kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 SI,
sedangkan balita usia 12 – 59 bulan diberikan dua kali dalam setahun kapsul
berwarna merah dengan dosis 200.000 SI (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
1
2. Fungsi dan Manfaat Vitamin A
Berikut ini adalah fungsi dan mafaat vitamin A bagi manusia selain untuk kesehatan
mata:
a. Mengoptimalkan perkembangan janin
Vitamin A sangat penting bagi ibu hamil, karena sifatnya mudah larut dalam
air dan lemak sehingga diperlukan untuk kesehatan si jabang bayi. Seperti
membantu perkembangan sel mata, organ mata, untuk pertumbuhan tulang, untuk
kesehatan kulit, dan membantu perkembangan jantung.
b. Menghambat sel kanker payudara
Berdasarkan penelitian terbaru ilmuan asal Amerika, diungkapkan bahwa
vitamin A ini dapat menghambat pertumbuhan kanker yang sering menyerang
wanita, yaitu kanker payudara. Walau tidak secara langsung, namun bentuk
turunannya berupa asam retinoat atau retinol inilah yang akan menghambat
pertumbuhan jaringan kanker itu sendiri.
c. Meningkatkan kekebalan tubuh (Imunitas)
Vitamin A yang mengandung retinil palmitat dan retinil asetat dapat
mencegah infeksi dari berbagai macam organisme kecil yang dapat merugikan
tubuh. Seperti bakteri yang mencoba masuk dalam tubuh melalui pernafasan dan
makanan.
d. Menghambat proses penuaan dini
Vitamin A ini sendiri dapat menghasilkan antioksidan yang mana bisa
menangkal radikal bebas. Radikal bebas ini adalah udara tidak bersih yang tertiup
oleh organ pernafasan kita. Karena semakin tinggi reaksi antioksidan itu sendiri
maka semakin banyak polusi yang masuk kedalam tubuh. Namun dengan vitamin
A ini, maka kerusakan akibat radikal bebas dapat dicegah untuk memperlambat
proses penuan pada kulit.
3. Macam – Macam Sumber Vitamin A
a. Sereal
Berasal dari jagung kuning dan gandum
b. Umbi – umbian
Umbi – umbian yang mengandung banyak vitamin A adalah ubi kuning, ubi
kuning kukus, ubi jalar merah dan ubi rambat merah
c. Biji – bijian
Dari biji – bijian atau kacang – kacangan adalah kacang ercis dan kacang merah
2
d. Sayuran
Sayuran yang mengandung banyak vitamin A diantaranya bakung, bayam, bayam
keripik goreng, bunkil daun talas, bayam merah, daun genjer, daun jambu, daun
jambu mete, daun kacang panjang, gandaria, kacang panjang, kangkung, kol cina,
labu kuning, pokcoy, putri malu, ranti muda, rumput laut, sawi, semanggi, terong
hintalo dan wortel
e. Buah – buahan
Buah – buahan yang mengandung vitamin A antara lain: apel, buah negeri,
kesemek, mangga, papaya, pisang, sawo serta sukun
f. Hewani
Sumber vitamin A hewani berasal dari daging ayam, bebek, ginjal domba, hati
sapi, hati ayam, sosis hati, berbagai jenis ikan (baronang, cakalang, gabus,
kawalinya, lehoma, malugis, rajungan, sarden, sunu, titang dan tongkol) telur
ikan, dan juga telur asin
g. Hasil olahan
Selain vitamin A alami ada juga yang berasal dari olahan seperti susu, mentega,
minyak ikan, minyak kelapa sawit, tepung ikan serta tepung susu
4. Kekurangan Vitamin A (Defisiensi)
a. Tanda – tanda kekurangan vitamin A
Salah satu dampak paling umum dari kekurangan vitamin A adalah masalah pada
mata, seperti degenerasi macula, mata kering, penurunan fungsi penglihatan, dan
kelainan kornea yang disebut Xerophtalmia. Selain menganggu kesehatan mata,
dampak kekurangan vitamin A yang dapat terjadi antara lain:
1) Kulit kering
Orang – orang yang kekurangan vitamin A lebih beresiko terkena masalah
pada kulit, terutama penyakit eksim dan kulit kering. Hal itu terjadi karena
vitamin A merupakan salah satu vitamin penting yang ikut berperan dalam
membantu menciptakan dan memperbaiki sel – sel kulit.
2) Mudah terserang infeksi
Vitamin A memiliki peran penting dalam menjaga daya tahan tubuh. Kurang
asupan vitamin A dikaitkan dengan berbagai resiko infeksi seperti ISPA,
Pneumonia, Diare dan Campak. Mereka yang kekurangan vitamin A,
terutama anak – anak, beresiko terkena komplikasi campak. Oleh karena itu,
asupan vitamin A penting untuk dipenuhi agar daya tahan tubuh tetap kuat.
3
3) Resiko kanker meningkat
Kaitan antara kekurangan vitamin A dengan kanker masih menjadi
perdebatan. Namun menurut suatu riset, rendahnya kadar vitamin A dalam
tubuh beresiko memicu timbulnya sel –sel kanker. Meski demikian, masih
dibutuhkan studi lebih lanjut untuk memastikan seberapa besar pengaruh
kekurangan vitamin A terhadap munculnya kanker.
4) Gangguan pertumbuhan pada anak
Anak – anak membutuhkan nutrisi yang lengkap untuk mencapai tumbuh
kembang yang optimal. Salah satu nutrisi yang juga perlu tercukupi adalah
vitamin A. kekurangan vitamin A pada anak – anak dalam jangka panjang
diketahui dapat membuat pertumbuhan anak terhambat, sehingga tubuh anak
menjadi lebih pendek dari teman – teman sebayanya.
5) Masalah kesuburan

5. Sasaran Suplementasi Vitamin A


Sasaran suplementasi vitamin A adalah sebagai berikut:
Sasaran Dosis Frekuensi
Bayi 6-11 bulan Kapsul Biru 1 kali
(100.000 SI)
Anak Balita 12-59 bulan Kapsul Merah 2 kali
(200.000 SI)
Ibu Nifas (0-42 hari) Kapsul Merah 2 kali
(200.000 SI)

6. Pemberian Suplemen Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita


a. Waktu pemberian suplementasi vitamin A untuk bayi (6-11 bulan) dan Anak
Balita (12 – 59 bulan)
Pemberian suplementasi vitamin A untuk bayi (6 – 11 bulan) dan Anak Balita (12
– 59 bulan) dilakukan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus di Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain. Jika
4
Balita sasaran tidak datang, perlu dilakukan sweeping melalui kunjungan rumah.
Sweeping adalah salah satu upaya untuk menjaring sasaran dalam meningkatkan
pemberian kapsul vitamin A dan dilakukan bila masih terdapat sasaran yang
belum menerima kapsul vitamin A pada waktu pemberian yang telah ditentukan.
b. Cara Pemberian
Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu Balita apakah pernah
menerima kapsul vitamin A pada 1 (satu) bulan terakhir
Cara pemberian kapsul pada bayi dan Anak Balita:
1) Petugas kesehatan atau kader mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir sebelum memberikan kapsul vitamin A
2) Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000 SI)
untuk Anak Balita.
3) Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih.
4) Pencet kapsul dan pastikan bayi dan Anak Balita menelan semua isi kapsul
dan tidak membuang sedikitpun isi kapsul.
Pada saat pemberian imunisasi pada bayi berumur lebih dari 6 bulan sekaligus
dipastikan Anak Balita tersebut telah mendapat vitamin A pada bulan Februari
dan Agustus dan jika belum mendapat, maka perlu diberikan satu kapsul vitamin
A dengan dosis sesuai umur.
Pemberian vitamin A pada Anak Balita gizi buruk:
1) Jika tidak pernah menderita campak dalam 3 bulan terakhir dan tidak ada
gejala kelainan pada mata (rabun senja, bercak bitot, kornea keruh, ulkus
kornea dan xerophthalmia), diberikan satu kapsul vitamin A dengan dosis
sesuai usia pada hari pertama ditemukan.
2) Jika pernah menderita campak dalam 3 bulan terakhir dan ada salah satu
gejala kelainan mata (rabun senja, bercak bitot, kornea keruh, ulkus kornea
dan xerophthalmia), maka kapsul vitamin A diberikan dengan dosis sesuai
usia pada hari pertama, hari ke-2 dan hari ke-15.
Dalam rangka pengendalian kecacingan, pemberian obat cacing dilaksanakan
minimal 1 kali tiap tahun. Anak Balita minum obat yang dibagikan bersamaan
dengan pemberian vitamin A di Posyandu pada bulan Agustus. Berikan vitamin A
dulu kemudian obat cacing. Seluruh Balita yang ditemukan menderita campak
diberikan satu kapsul vitamin A warna merah atau biru sesuai umur, hari
berikutnya berikan lagi satu kapsul vitamin A warna merah atau biru sesuai umur.
5
Dua minggu berikutnya berikan lagi satu kapsul vitamin A warna merah atau biru
sesuai umur. Pemberian kapsul vitamin A tersebut dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan tatalaksana kasus. Pada tatalaksana penanggulangan
diare pada Anak Balita diberikan oralit dan tablet zink selama 10 hari dan perlu
juga untuk diberikan satu kapsul vitamin A. Dalam kondisi diare pada Balita,
dibutuhkan suplemen vitamin A yang membantu perbaikan dinding usus dan
meningkatkan daya tahan tubuh.

Bila ada Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan infeksi lain, maka suplementasi
vitamin A diberikan pada:
1) Seluruh Balita yang ada di wilayah tersebut diberi 1 (satu) kapsul vitamin A
dengan dosis sesuai dengan umurnya.
2) Balita yang telah menerima kapsul vitamin A dalam jangka waktu kurang dari
30 hari (sebulan) pada saat KLB, maka Balita tersebut tidak dianjurkan lagi
untuk diberi kapsul.

c. Tempat Pemberian
1) Sarana fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit, Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas), puskesmas pembantu, polindes/Pos Kesehatan,
Desa (Poskesdes), balai pengobatan, praktek dokter/bidan swasta).
2) Posyandu
3) Sekolah Taman Kanak – Kanak, Pendidikan Anak Uasia Dini (PAUD)
termasuk kelompok bermain, tempat penitipan anak, dll

7. Pemberian Suplemen Vitamin A pada Ibu Nifas


Ibu pasca melahirkan segera mendapatkan kapsul vitamin A
a. Waktu pemberian
Kapsul vitamin A merah (200.000 SI) diberikan pada masa nifas sebanyak dua
kali yaitu:
1) 1 (satu) kapsul vitamin A diminum segera setelah saat persalinan

6
2) 1 (satiu) kapsul vitamin A kedua diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul
pertama
b. Cara pemberian
Tenaga kesehatan yang menolong persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
memberikan kapsul vitamin A kepada ibu pasca melahirkan
1) Jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapatkan vitamin A,
maka kapsul vitamin A dapat diberikan pada kunjungan pertama Ibu Nifas
(KF 1)
2) Tenaga kesehatan yang memberiakn suplementasi vitamin A untuk Ibu Nifas
adalah bidan, tenaga gizi, perawat, dokter
c. Tempat Pemberian
Fasilitas pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Polindes, Balai Pengobatan, Klinik, Praktek Dokter, Bidan Praktek Mandiri)

B. Manajemen Terintegrasi Kegiatan Suplementasi Vitamin A


Program – program terintegrasi terkait suplementasi vitamin A yaitu
penanggulangan kecacingan, tatalaksana anak gizi buruk, tatalaksana penanganan diare
MTBS, imunisasi dan pencatatan semua kegiatan tersebut terintegrasi dalam buku KIA.
Semua kegiatan ini, difokuskan pada upaya promotif dan preventif melalui perubahan
perilaku masyarakat dengan promosi kesehatan.
Kekurangan Vitamin A (KVA) didalam tubuh yang berlangsung lama
menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang berdampak pada meningkatnya resiko
kesakitan dan kematian pada Balita, demikian juga kecacingan pada anak akan
menimbulkan malnutrisi yang bersifat kronis yang pada akhirnya juga akan menimbulkan
resiko kesakitan dan kematian pada Balita.
Pada bagian lain, penyakit campak sebagai salah satu penyakit yang dapat dicegah
dengan menggunakan imunisasi (PD3I) masih menjadi ancaman bagi Balita yang juga
akan mengakibatkan meningkatnya resiko kesakitan dan kematian Balita. Pemberian
kapsul vitamin A akan dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat mengurangi
komplikasi campak. Pemberian kapsul vitamin A dan imunisasi campak serta imunisasi
lainnya secara bersama – sama di daerah kumuh perkotaan akan meningkatkan cakupan
program dan memperluas jangkauan pelayanan yang tidak terjangkau oleh kampanye
rutin.

7
Manajemen logistik tercakup integrasi program meliputi: pemberian kapsul vitamin
A, obat cacing, vaksin dan obat penanggulangan diare (oralit dan tablet zink) merupakan
komponen penting dalam kegiatan ini meliputi:

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi
2. Tujuan Khusus
a. Memenuhi hak ibu dan bayi untuk selalu berada di samping ibu setiap saat
b. Bayi segera memperoleh colostrum dan air susu ibu
c. Bayi memperoleh stimulasi mentqal dini untuk tumbuh kembang anak
d. Bayi bisa memperoleh ASI setiap saat
e. Bayi mendapatkan vitamin yang terdapat dalam ASI
f. Meningkatkan bounding attachement antara ibu dan bayi

8
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Ekslusif antara lain seluruh bayi baru lahir
di RSU Ganesha baik secara partus normal pervaginam (fisiologis atau patologis) maupun sectio
caesarea yang tidak terdapat penyakit, dan/atau penyulit serta komplikasi dari ibu maupun bayi
untuk melakukan inisiasi menyusu dini dan ASI ekslusif. Inisiasi menyusu dini dilakukan di
unit-unit bayi dilahirkan yaitu Instalasi Bedah Sentral (IBS) Ruang VK dan IBS Ruang OK.
Segera setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, bayi di tempatkan tengkurap di dada ibu. Bayi
kemudian mencari putting susu ibu dengan sendirinya. Inisiasi menyusu dini dilakukan selama
satu jam.
Pemberian ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai dengan
umur enam bulan. Pemberian ASI ekslusif dilakukan di setiap unit-unit perawatn ibu dan bayi
seperti IBS Ruang VK, IBS Ruang OK, Perinatologi, Rawat Inap dan Klinik Laktasi.

9
BAB III
TATA LAKSANA

A. Persiapan melakukan Inisiasi Menyusu Dini


1. Pertemuan pimpinan rumah sakit, dokter kebidanan, dokter anak, dokter
anastesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar bersalin, kamar operasi,
kamar perawatan ibu melahirkan untuk mensosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi
yang direvisi 2006.
2.  Melatih tenaga kesehatan terkait yang dapat menolong, mendukung ibu menyusui,
termasuk menolong inisiasi menyusu dini yang benar.
3. Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga kesehatan bersama orang
tua, membahas keuntungan ASI dan menyusui, tatalaksana menyusu dini termasuk
inisiasi dini pada kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan.
4. Pertemuan bersama-sama beberapa keluarga membicarakan secara umum.
5. Pertemuan dengan satu keluarga membicarakan secara khusus.
6. Di Rumah Sakit Ibu Sayang Bayi, inisiasi menyusu dini termasuk langkah ke-4 dari
10 langkah keberhasilan menyusui.

B. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini secara umum


1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
2. Disarankan untuk tidak mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. dapat
diganti dengan cara non-kimiawi misalnya pijat, aromaterapi, gerakan
atau hypnobirthing.
3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan
normal, di dalam air atau dengan jongkok.
4. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya.
Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.
5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit
ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah
menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi.
6. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan
lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

10
7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi
sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan
lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam
posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia
telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting
payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan
kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang
melahirkan dengan tindakan seperti operasi Caesar.
9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau
menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan
tetesan mata bayi dapat ditunda.
10. Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan
bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman
pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.

C. Menurut Roesli (2018) tatalaksana IMD yang kurang tepat adalah :


1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong lalu diikat.
3. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
4. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak kulit
dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-15
menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.
5. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu
ibu ke mulut bayi.
6. Setelah itu, bayi di bawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room)
untuk di timbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K dan
kadang di beri tetes mata

11
BAB IV
DOKUMENTASI

Sistem pencatatan dan pelaporan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI ekslusif adalah dengan
mengisi formulir pada rekam medis pasien beserta mencatat di register persalinan. Setiap bulan
dilakukan pelaporan kepada tim PONEK RSU Ganesha.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku Paket Pelatihan Pelayanan Obsteri dan Neonatal, Emergensi Komprehensif (PONEK).
2012. Asuhan Obstetri Esensial.
Buku Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
2012. Asuhan Neonatal Essensial
Gulardi, Wiknjosastro. 2018. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Husain, Farid. 2018. Pelayanan Klinik Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Proverawati A, Ismawati C. 2019. BBLR. Yogyakarta : Nuha Medika
Rukiyah Y. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans info Medika
Supriyantoro. 2012. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Jendral Bina Upaya
Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Supriyantoro. 2012. Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi.Jakarta :
Bina Upayan Kesehatan

13

Anda mungkin juga menyukai