Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau beberapa jenis nyamuk menularkan (atau
menyebarkan) virus dengue. Demam dengue juga disebut sebagai "breakbone fever" atau
"bonebreak fever" (demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan
penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah. Sejumlah gejala
dari demam dengue adalah demam, sakit kepala, kulit kemerahan yang tampak seperti
campak, dan nyeri otot dan persendian. Pada sejumlah pasien, demam dengue dapat
berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah
demam berdarah, yang menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah (saluran
yang mengalirkan darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan
darah membeku). Yang kedua adalah sindrom renjat dengue, yang menyebabkan tekanan
darah rendah yang berbahaya.

Berbagai metode dan usaha pemberantasan telah banyak dilakukan pemerintah


dan masyarakat. Pemberantasan penyakit DBD pada dasarnya secara umum dilakukan
dengan pendekatan dan metode pemberantasan penyakit menular lainnya. Hanya yang
menjadi catatan kita, sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk mencegah dan obat
untuk membasmi virus ini. Pemberantasan penyakit DBD pada akhirnya dilaksanakan
terutama dengan memberantas nyamuk penularnya.

Fogging adalah penyemprotan insektisida secara pengkabutan, biasanya


dilakukan di wilayah yang ada penderita DBD untuk membunuh semua nyamuk.
Sebenarnya tindakan ini ditujukan untuk membunuh nyamuk yang diduga telah
menggigit seorang penderita DBD agar tida menularkan pada orang lain. Fogging atau
pengkabutan menjadi salah satu metode yang sering digunakan dalam pemberantasan
sarang nyamuk DBD. Pada metode ini, suatu lokasi disemprot dengan insektisida
menggunakan mesin.

Fogging focus merupakan kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBD yang


dilaksanakan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk DBD. Tujuan
1
penanggulangan fokus dilaksanakan untuk membatasi penularan DBD dan mencegah
KLB di lokasi tempat tinggal penderita DBD dan rumah/bangunan sekitarnya serta
tempat-tempat umum yang berpotensi menjadi sumber penularan (Depkes, 2005).

Dalam kajian ilmu psikologi dikenal istilah persepsi. Secara umum, persepsi
merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu
proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian ada perhatian, lalu diteruskan ke
otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.
Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang lingkungan yang ada di
sekitarnya maupun tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang
hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.

Jadi, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca
indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu lebih singkatnya persepsi
merupakan pendapat yang dimiliki seorang individu tentang suatu objek yang berada di
lingkungannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Cara Penggunaan Pengendaliaan Vektor Nyamuk
(Fogging).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui apa saja alat dan bahan untuk penggunaan Pengendaliaan
Vektor Nyamuk (Fogging).
b. Untuk mengetahui bagaimana langkah Kerja penggunaan Pengendaliaan Vektor
Nyamuk (Fogging).
c. Untuk Mengetahui apa saja kegunaan dari Pengendaliaan Vektor Nyamuk
(Fogging).
C. Manfaat
1. Sebagai pusat informasi (instansi terkait) mahasiswa dan para masyarakay dalam
mengetahui tentang Pengendaliaan Vektor Nyamuk (Fogging)
2. Sebagai referensi ilmiah untuk pendidikan mahasiswa khususnya jurusan Kesehatan
Lingkungan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penyemprotan Nyamuk


Penyemprotan Nyamuk adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh operator
pest control yang sistem pekrjaannya adalah dengan melakukan Fogging (pengasapan)
disekitar lingkungan yang sudah ada manusia kena gigitan nyamuk demam berdarah dan
mengakibatkan manusia tersebut menjadi sakit. Untuk menghindari agar nyamuk demam
berdarah tidah bersarang dilingkungan anda diutamakan kebersihan daripada lingkungan dan
disarankan dilakukan Fogging (pengasapan) yang dikerjakan oleh badan usaha yang
profesional. prima professional siap untuk membantu anda apabila ada terindikasi menderita
demam berdarah.
B. Pengertian Foging
Fogging adalah cara untuk membunuh sebagian besar vektor infektif dengan cepat,
sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan
untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup sampai dimana pembawa virus
tumbuh sendiri. Kegiatan fogging yaitu pemberantasan nyamuk yang menggunakan mesin
atau alat, dimana nantinya alat tersebut akan mengeluarkan asap yang mengandung
insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa saja.
Fogging yang efektif dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai pukul
10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00, bila dilakukan pada siang hari nyamuk sudah
tidak beraktifitas dan asap fogging mudah menguap karena udara terlalu panas. Fogging
sebaiknya jangan dilakukan pada keadaan hujan karena sia- sia saja melakukan pengasapan.
Jadi lakukanlah fogging pada keaadaaan udara tidak terlalu panas dan tidak hujan, untuk
mendapatkan hasil yang efetif.
Fogging umumnya menggunakan racun insektisida jenis piretroid sintetis. Zat kimia
ini juga terkandung dalam semprotan antinyamuk yang banyak dijual di pasaran. Namun,
berbeda dengan produk pembasmi nyamuk rumahan, asap fogging biasanya tidak
menimbulkan bau yang menyengat. Tak hanya nyamuk, berbagai jenis serangga dan hama
lain juga bisa diusir dengan fogging.

3
Perlu dipertimbangkan juga meski fogging adalah metode yang bertujuan untuk
mengurangi populasi nyamuk , bahan kimia dari fogging juga bisa membunuh serangga
seperti lebah dan kupu-kupu.
Jika fogging dilakukan terlalu sering namun belum tentu efektif, maka bisa terjadi
ketidakseimbangan ekologi dan mengancam keragaman makhluk hidu di sekitar. Apalagi,
fogging hanya akan membunuh populasi nyamuk dewasa dan tidak membasmi larva yang
berkembang di permukaan air.
C. Jenis- Jenis Fogging
1. Swingfog
Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog dilaksanakan
dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah atau lingkungan
sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman maupun didalam rumah
terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi. Upaya untuk menekan laju penularan
penyakit DBD salah satunya ditunjukkan untuk mengurangi kepadatan vektor DBD
secara kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan (fogging) yaitu menggunakan
alat yang diberi nama swingfog. Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar
vektor infektife dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain
itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang
cukup  sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Alat yang digunakan untuk
fogging terdiri dari portable thermal fog machine  dan ultra low volume ground sprayer
mounted.
Fogging yang efektif dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai
dengan 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00, bila dilakukan pada siang hari
nyamuk sudah tidak beraktiftas dan asap fogging mudah menguap karena udara terlalu
panas. Fogging sebaiknya jangan dilakukan pada keadaan hujan karena sia-sia saja
melakukan pengasapan.
Fogging dapat memutuskan rantai penularan DBD dengan membunuh nyamuk
dewasa yang mengandung virus . namun, fogging hanya efektif selama dua hari. Selain
itu, jenis insektisida yang digunakan untuk fogging ini juga harus ganti-ganti untuk
menghindari resistensi dari nyamuk.
Selama 40 tahun terakhir, bahan kimia telah digunakan untuk membasmi
nyamuk bagi kesehatan masyarakat saat ini banyak bermunculan fenomena resistensi
4
terhadap bahan insektisida yang umum digunakan, antara lain: malathion, temephos,
tenthion, permethrin, profoxur, dan fenithrothion. Cara itu sangat lazim digunakan pada
saat outbreak terutama pada bulam-bulan kritis seranga DBD. Walaupun bahan aktif
yang digunakan itu tidak selalu efektif mengendalikan vektor karena dibeberapa tempat,
Aedes sudah menunjukkan resistensi terhadap beberapa insektisida yang digunakan.
Hampir semua populasi aedes aegypti menunjukkan ketahanan terhadap insektisida
pyrethroid, permethrin, dan deltamethrin. Kalaupun pengasapan masih digunakan
hasilnya hanya dapat menghalau atau membunuh naymuk dewasa tetapi tidak termasuk
larvanya. Pengasapan dengan malathion 4 persen dengan pearut solar, yang dinilai masih
efektif hanya mampu membunuh nyamuk dewasa pada radius 100-200 meter dari jarak
terbang nyamuk yang hanya efektifitas satu sampai dua. Dalam kondisi seperti itu,
penggunaan insektisida selain kurang efektif dan mahal juga berbahaya mterhadap
kesehatan dan lingkungan.

2. Izfog.
3. Ultra fogger
4. Mini fogger

D. Prinsip Aplikasi Fogging

E. Keuntungan dan Kelemahan Fogging

1. Keuntungan Fogging
Fogging dapat memutuskan rantai penularan DBD dengan membunuh nyamuk
dewasa yang mengandung virus. Namun, fogging hanya efektif 1-2 hari. Selain itu,
jenis insektisida yang digunakan untuk fogging juga harus diganti-ganti untuk
menghindari resistensi dari nyamuk. manfaat fogging nyamuk lainnya adalah sebagai
langkah pencegahan penyakit demam berdarah. Penyakit DBD merupakan penyakit
yang disebabkan oleh nyamuk aedes. Fogging dapat membantu mencegah penyakit
demam berdarah dengan membasmi nyamuk-nyamuk aedes. Pengasapan yang
dilakukan dengan bahan pembasmi serangga atau insektisida akan efektif untuk
mematikan nyamuk, terutama nyamuk dewasa. Hal tersebut membuat fogging banyak
dipilih sebagai alternatif pencegahan DBD. Apalagi untuk lingkungan padat penduduk
yang memiliki risiko tinggi. Nyamuk yang suka bersembunyi di tempat-tempat yang
5
sulit terjangkau dapat membahayakan, terlebih jika itu adalah nyamuk aedes.
Penyemprotan dapat mematikan nyamuk sebelum menggigit manusia dan
menyebabkan penyakit DBD.

2. Kelemahan Fogging
Selama 40 tahun terakhir, bahan kimia telah digunakan untuk membasmi
nyamuk bagi kesehatan masyarakat saat ini banyak bermunculan fenomena resistensi
terhadap bahan insektisida yang umum digunakan, antara lain : malathion, temephos,
tenthion, permethrin, profoxur, dan fenithrothion.
Cara itu sangat lazim dilakukan pada saat outbreak terutama pada bulan- bulan
kritis serangan DBD. Walaupun bahan aktif yang digunakan itu tidak selalu efektif
mengendalikan vaktor karena di beberapa tempat, Aedes sudah menunjukkan
resistrensi terhadap beberapa insektisda yang digunakan.
Hampir semua populasi Ae. aegypti menunjukkan ketahanan terhadap
insektisida pyrethroid, permethrin, dan deltamethrin. Kalaupun pengasapan masih
digunakan hasilnya hanya dapat menghalau atau membunuh nyamuk dewasa
tetapi tidak termasuk larvanya. Pengasapan dengan Malathion 4 persen dengan
pelarut solar, yang dinilai masih efektif hanya mampu membunuh nyamuk dewasa pada
radius 100-200 meter dari jarak terbang nyamuk yang hanya efektifitas satu sampai
dua. Dalam kondisi seperti itu, penggunaan insekstisda selain kurang efektif dan mahal
juga berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan.

F. Bahaya Fogging
1. Dapat menggangu saluran pernapasan.
2. Bila dilakukan fogging terus menerus nyamuk dapat kebal terhadap bahan kimia.
3. Dapat mengakibatkan keracunan terhadap makanan yang terkena asap fogging.
4. dapat memnurunkan fungsi organ atau organ terlalu aktif sehingga membuat organ
mengalami gangguan fungsi karena sering dengan zat kimia organofosfat
5. Dapat menganggu syaraf

G. Cara-cara Pelaksanaan Fogging

6
Selama ini masyarakat begitu mengandalkan fogging untuk menekan laju penularan
penyakit DBD.
1. Karena itu ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui mengenai fogging 
antara ain sebagai berikut:
a. Bahwa fogging efektif untuk membasmi vektor  atau nyamuk Aedes agyepti 
dewasa saja karena itu upaya fogging saja tidaklah terlal efekif untuk menekan
laju penularan DBD  dimasyarakat meski tidak berarti upaya melakuka fogging
sia-sia.
b. Efek fogging hanya efektif bertahan selama dua hari.
c. Selain itu, jenis insektisida yang dipergunnakan mesti diganti secara periodik
untuk menghindari kekebalan (resistensi nyamuk Aedes)
2. Hal-hal yang diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swingfog untuk
mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut:
a. Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malathion, konsentrasi
larutan adalah 4-5%.
b. Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit
keluaraan yang diinginkan.
c. Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100 meter.
d. Kecepatan berjalan ketika memfogging, untuk swingfog kurang lebih 500
m2 atau 2/3 menit untuk satu rumah dan halamnnya.
e. Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktifitas puncak dari nyamuk, yaitu
06.00 sampai 10.00.
3. Dalam pelaksanaan foging ini pun telah diperhatikan hal-hal diatas shingga
diharapkan hasilnya juga optimimum.
Mesin pengabut Swing Fog dengan bahan bakar bensin yang dikembangkan oleh
Motan, bekerja berdasarkan prinsip semburan berpulsa. Campuran bahan bakar bensin
dan udara secara berseri dibakar dalam ruang pembakaran yang berbentuk khusus pada
getaran sekitar 90 pulsa per detik. Gas hasil pembakaran keluar melalui pipa yang lebih
kecil dari ruang pembakaran. Larutan bahan kimia diujung resonator, lewat arus pulsa
gas, kemudian pecah menjadi jutaan partikel kecil, dihembuskan ke udara dalam bentuk
kabut tebal. Temperatur diujung resonator, tempat cairan bahan kimia mengalir berkisar
antara 40 sampai 60 derajat Celcius tanpa mengurai komposisi bahan aktif, larutan bahan
7
kimia yang terkena panas disini, tidak lebih dari 4 sampai 5 mili detik. Oleh sebab itu
bahan kimia yang peka terhadap panas dapat dipakai.
Pada sistem kerja mesin pengabut ini, tidak ada bagian bagian suku cadang yang
bergerak. Tenaga listrik yang berasal dari 4 buah batu batere biasa, hanya digunakan
untuk menghidupkan mesin.

H. Insektisida
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Insektisida, insektisida adalah semua zat kimia
dan bahan lain serta jasad renik, sertal virus yang dipergunakan untuk memberantas atau
mencegah binatang binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

Insektisida kesehatan masyarakat adalah insektisida yang digunakan untuk


pengendalian vektor penyakit dan hama permukiman seperti nyamuk, serangga
pengganggu lain (lalat, kecoak/lipas), tikus, dan lain-lain yang dilakukan di daerah
permukiman endemis, pelabuhan, bandara, dan tempat-tempat umum lainnya.

Aplikasi pengendalian vektor penyakit secara umum dikenal dua jenis insektisida
yang bersifat kontak/non-residual dan insektisida residual. Insektisida kontak/non-
residual merupakan insektisida yang langsung berkontak dengan tubuh serangga saat
diaplikasikan. Aplikasi kontak langsung dapat berupa penyemprotan udara (space spray)
seperti pengkabutan panas (thermal fogging), dan pengkabutan dingin (cold fogging) /
ultra low volume (ULV). Jenis-jenis formulasi yang biasa digunakan untuk aplikasi
kontak langsung adalah emusifiable concentrate (EC), microemulsion (ME), emulsion
(EW), ultra low volume (UL) dan beberapa Insektisida siap pakai seperti aerosol (AE),
anti nyamuk bakar (MC), liquid vaporizer (LV), mat vaporizer (MV) dan smoke.
Insektisida residual adalah Insektisida yang diaplikasikan pada permukaan suatu tempat
dengan harapan apabila serangga melewati/hinggap pada permukaan tersebut akan
terpapar dan akhirnya mati. Umumnya insektisida yang bersifat residual adalah
Insektisida dalam formul wettable powder (WP), water dispersible granule (WG),
suspens concentrate (SC), capsule suspension (CS), dan serbuk (DP).

8
Cara kerja Insektisida dalam tubuh serangga dikenal istilah mode of action dan cara
masuk atau mode of entry. Mode of action adalah cara Insektisida memberikan pengaruh
melalui titik tangkap (target site) di dalam tubuh serangga. Titik tangkap pada serangga
biasanya berupa enzim atau protein. Beberapa jenis Insektisida dapat mempengaruhi
lebih dari satu titik tangkap pada serangga. Cara kerja Insektisida yang digunakan dalam
pengendalian vektor terbagi dalam 5 kelompok yaitu: 1). mempengaruhi sistem saraf, 2).
menghambat produksi energi, 3). mempengaruhi sistem endokrin, 4). menghambat
produksi kutikula dan 5). menghambat keseimbangan air.

Pengetahuan mengenai cara kerja ini bermanfaat bagi para pelaku pengendalian
vektor dalam memilih dan merotasi insektisida yang ada untuk mendapatkan hasil yang
optimal dalam rangka pengelolaan resistensi (resistance management).

Mode of entry adalah cara insektisida masuk ke dalam tubuh serangga, dapat
melalui kutikula (racun kontak), alat pencernaan (racun perut), atau lubang pernafasan
(racun pernafasan). Meskipun demikian suatu Insektisida dapat mempunyai satu atau
lebih cara masuk ke dalam tubuh serangga.

Penggolongan toksisitas suatu insektisida dilakukan oleh badan internasional seperti


WHO dan EPA (environmental protection agency) yang merupakan referensi bagi
industri insektisida maupun penggunanya.

Toksisitas (toxicity) adalah suatu kemampuan yang melekat pada suatu bahan kimia
untuk menimbulkan"keracunan"/" kerusakan". Toksisitas biasanya dinyatakan dalam
suatu nilai yang dikenal sebagai dosis atau konsentrasi mematikan pada hewan coba
dinyatakan dengan lethal dose (LD) atau lethal concentration (LC).

LD50 adalah dosis mematikan/lethal yang mematikan 50% hewan coba jika
diberikan melalui mulut (oral) atau diserap melalui kulit (dermal) atau bahkan terhisap
melalui pernafasan (inhalasi), yang biasanya dinyatakan dalam mg suatu Insektisida per
kg berat badan (mg/kg bb).

LC 50 adalah konsentrasi suatu Insektisida (biasanya dalam makanan, udara atau air)
untuk mematikan 50 % hewan coba. LC biasanya dinyatakan dalam mg/L atau
mg/serangga. Semakin kecil nilai LD atau LCD semakin beracun Insektisida tersebut.
9
Hewan coba yang biasa digunakan untuk menentukan nilai toksisitas Insektisida
biasanya mamalia seperti tikus.

Pengertian bahaya (hazard) mengacu pada potensi dalam menimbulkan keracunan


ketika Insektisida diaplikasikan. Bahaya merupakan fungsi dari toksisitas dan potensi
paparannya. Bahaya = toksisitas x paparan. Dengan mengurangi paparan, bahaya
Insektisida yang diaplikasikan dapat diminimalkan. Paparan terhadap Insektisida dapat
dikelola dengan penanganan yang benar, kemasan yang baik, jenis formulasi yang
sesuai, pengenceran dan dosis aplikasi yang benar, serta pengurangan jumlah aplikasi.
Usaha untuk mengurangi bahaya berarti juga merupakan usaha untuk meningkatkan
keamanan.

1. Jenis insektisida untuk pengendalian vektor


a. Organofosfat (OP).
Insektisida ini bekerja dengan menghambat enzim kholinesterase. OP banyak
digunakan dalam kegiatan pengendalian vektor, baik untuk space spraying, IRS,
maupun larvasidasi. Contoh: malation, fenitrotion, temefos, metil-pirimifos, dan lain
lain.
b. Karbamat.
Cara kerja Insektisida ini identik dengan OP, namun bersifat reversible (pulih
kembali) sehingga relatif lebih aman dibandingkan OP. Contoh: bendiocarb,
propoksur, dan lain lain.
c. Piretroid (SP).
Insektisida ini lebih dikenal sebagai synthetic pyretroid (SP) yang bekerja
mengganggu sistem syaraf. Golongan SP banyak digunakan dalam pengendalian
vector untuk sera dewasa (space spraying dan IRS), kelambu celup atau Insect
Treated Net (ITN), Long Lasting Insecticidal Net (LLIN), dan dan berbagai
formulasi Insektisida rumah tangga. Contoh: metoflutrin, transflutrin, d-fenotrin,
lamda-sihalotrin, permetrin, sipermetrin, deltametrin, etofenproks, dan lain-lain.
d. Insect Growth Regulartor (IGR)
Kelompok senyawa yang dapat mengganggu proses perkembangan dan
pertumbuhan serangga.
IGR terbagi dalam dua klas yaitu :
10
o Juvenoid atau sering juga dikenal dengan Juvenile Hormone Analog (JHA).
Pemberian juvenoid pada serangga berakibat pada perpanjangan stadium larva
dan kegagalan menjadi pupa. Contoh JHA adalah fenoksikarb, metopren,
piriproksifen dan lain-lain.
o Penghambat Sintesis Khitin atau Chitin Synthesis Inhibitor (CSI) mengganggu
proses ganti kulit dengan cara menghambat pembentukan kitin. Contoh CSI:
diflubensuron, heksaflumuron dan lain-lain.
e. Mikroba

Kelompok Insektisida ini berasal dari mikroorganisme yang berperan sebagai


insektisida. Contoh: Bacillus thuringiensis var israelensis (Bti), Bacillus sphaericus
(BS), abamektin, spinosad, dan lain-lain..

BTI bekerja sebagai racun perut, setelah tertelan kristal endotoksin larut yang
mengakibatkan sel epitel rusak dan serangga berhenti makan lalu mati. BS bekerja
sama dengan BTI, namun bakteri ini diyakini mampu mendaur ulang diri di air
akibat proliferasi dari spora dalam tubuh serangga, sehingga mempunyai residu
jangka panjang. BS stabil pada air kotor atau air dengan kadar bahan organik tinggi.

Abamektin adalah bahan aktif insektisida yang dihasilkan oleh bakteri tanah
Streptomyces avermitilis. Sasaran dari abamektin adalah reseptor y-aminobutiric
acid (GABA) pada sistem saraf tepi. Insektisida ini merangsang pelepasan GABA
yang mengakibatkan kelumpuhan pada serangga.

Spinosad dihasilkan dari fermentasi jamur aktinomisetes Saccharopolyspora


spinosa, sangat toksik terhadap larva Aedes and Anopheles dengan residu cukup
lama. Spinosad bekerja pada postsynaptic nicotonic acetylcholine dan GABA
reseptor yang mengakibatkan tremor, paralisis dan kematian serangga.

f. neonikotinoid.
Insektisida ini mirip dengan nikotin, bekerja pada sistem saraf pusat serangga
yang menyebabkan gangguan pada reseptor post synaptic acetilcholin. Contoh:
imidakloprid, tiametoksam, klotianidin dan lain-lain.

11
g. Fenilpirasol
Insektisida ini bekerja memblokir celah klorida pada neuron yang diatur oleh
GABA, sehingga berdampak perlambatan pengaruh GABA pada sistem saraf
serangga. Contoh: fipronil dan lain-lain.
h. Nabati
Insektisida nabati merupakan kelompok Insektisida yang berasal dari tanaman
Contoh: piretrum atau piretrin, nikotin, rotenon, limonen, azadirachtin, sereh wangi
dan lain-lain.
i. Repelen
Repelen adalah bahan yang diaplikasikan langsung ke kulit, pakaian atau
lainnya untuk mencegah kontak dengan serangga. Contoh: DEET, etil-butil-
asetilamino propionat dan ikaridin. Repelen dari bahan alam adalah minyak
sereh/sitronela (citronella oil) dan minyak eukaliptus (lemon eucalyptus oil).

12
BAB III
 

METODE PRAKTIKUM

A. Pengendalian Vektor
1. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Kamis , 21 Oktober 2021
Tempat : Workshop Jurusan Kesling
Waktu : 13.00-16.00 WIB
Materi : Pengendalian Vektor Fogging
B. Alat,Bahan dan Cara Kerja Fogging
1. Alat

Tabel 3.1
Alat pengendalian Vektor Fogging

No Nama Alat Gambar Fungsi


1. Thermal Digunakan untuk
Fogging membunuh nyamuk
dewasa, untuk
memutuskan penularan
penyakit yang
ditularkan oleh
nyamuk.

2. Corong Sebagai alat bantu


untuk menuangkan
cairan dari suatu tempat
ke tempat lainnya,
seperti menuangkan
bahan bakar.

13
3. Gelas Kimia Sebagai tempat
menampung bahan
kimia berupa
larutan,seperti
insektisida.

2. Bahan
Tabel 3.2

Bahan Pengendalian Vektor Fogging

No Nama Bahan Gambar Fungsi


1. Bensin,Solar Sebagai bahan bakar
untuk menghidupkan
fogging.

2. Malathion Sebagai cairan


insektisida yang
digunakan pada
fogging.

3. Amarilis Sebagai cairan


insektisida yang
digunakan pada
fogging.

C. Langkah Kerja
1. Penyuluhan
2. Pra Pengoperasian :
14
a. Cek mesin pengkabutan panas (thermal fogging) serta perlengkapannya sudah
terpasang semua atau belum.
b. Masukkan batu baterai 1,5 volt 4 (empat) buah dengan melepas baut yang ada
dibawah tangki larutan. Setelah itu pasang kotak baterai tersebut pada
kedudukannya dan kencangkan.
c. Pasang dan kencangkan flflow control jet pada mesin sesuai dengan ukuran
yang dikehendaki.
d. Isi tangki bahan bakar dengan bensin murni yang bersih dengan menggunakan
corong yang bersih. Kemudian tutup dengan rapat Pasang dan kencangkan
flflow control jet pada mesin sesuai dengan ukuran yang dikehendaki
e. Isi tangki larutan dengan larutan yang dikehendaki. Gunakan selalu corong yang
bersaring lalu pasang kembali tutup tangki larutan, eratkan cukup dengan
tangan.

3. Cara menghidupkan mesin :


a. Periksa apakah bensin/premium sudah terisi penuh
b. Periksa letak pemasangan batu baterai
c. Isi tangki larutan insektisida sampai penuh
d. Kencangkan tutup tangki bensin dan tangki larutan insektisida
e. Pastikan bagian-bagian mesin seperti pipa larutan, air intake, tabung pengasap,
soket pengasap sudah terpasang dengan benar, kencangkan semua mur dengan
baut.
f. Buka stop button/kran bensin secukupnya, kemudian pompa perlahan-lahan
sambil menekan tombol start, apabila mesin dalam keadaan baik akan segera
hidup.
g. Tunggu beberapa saat, sampai mesin hidup dengan sempurna.
h. Mesin siap dipergunakan.

4. Cara pengoperasian mesin :


a. Biarkan mesin hidup selama ± 2 menit dengan maksud untuk mencapai
temperatur yang cukup untuk mengubah larutan menjadi asap secara penuh.

15
b. Buka solution tap (kran larutan), maka larutan akan mengalir dan segera
tersembur dalam bentuk asap.
c. Pengasapan dimulai dari rumah bagan belakang lalu depan.
d. Untuk rumah bertingkat mulai dari lantai atas.
e. Selanjutnya diluar rumah jangan melawan arah angin.
f. Penyemprotan dilakukan 2 siklus interval 5-7 hari.

5. Cara mematikan mesin


a. Tutup solution tap/kran larutan insektisida dan biarkan beberapa saat hingga
asap benar-benar habis.
b. Tutup stap botton/kran bensin dengan memutar tombolnya kearah stop, maka
mesin akan segera mati
c. Buang tekanan dalam tangki larutan insektisida dengan membuka tutup
tangki insektisida kemudian kencangkan kembali.
d. Demikian pula untuk tanki bahan bakar
e. Biarkan mesin dingin kembali.

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Waktu dan Tempat

Hari / Tanggal : Kamis , 21 Oktober 2021

Tempat : Workshop Jurusan Kesling

Waktu : 08.10-11.00 WIB

Materi : Pengendalian Vektor Fogging

2. Alat

No Nama Alat Gambar Fungsi


1. Thermal Digunakan untuk
Fogging membunuh nyamuk
dewasa, untuk
memutuskan
penularan
penyakit yang
ditularkan oleh
nyamuk.

3. Bahan

No Nama Bahan Gambar Fungsi

17
1. Bensin,Solar Sebagai bahan
bakar untuk
menghidupkan
fogging.

       
2. Malathion Sebagai cairan
insektisida yang
digunakan pada
fogging.

B. Pembahsan

Berdasarkan hasil yang didapatkan usai praktikum, bahan dan perlengkapan


yang  dipakai buat praktek tidak sesuai dengan teori yang praktikan dapatkan, ini
dikarenakan alat dan bahan praktek sangat minim dan terbatas. Alat dan bahan yang kita
pakai pada saat itu adalah:
· Mesin puls fog 2 buah
· Malation dan solar yang telah tercampur di dalam jerigen
Setelah semua disiapkan dan diberi pengarahan yang sesuai dengan buku pedoman
praktek foging terlebih dahulu oleh dosen pembimbing, maka mahasiswa diminta untuk
mencoba menghidupkan mesin puls fog, tidak semua mahasiswa melakukan percobaan
langsung, hanya beberapa orang yang mempraktekanya. Hal ini disebabkan karena waktu
dan alat terbatas maka tidak semua mahasiswa mencobanya. Sangat disayangkan sekali
dalam prakteknya pun kita hanya mandapatkan teori bukan ketrampilan dalam teknisnya,
yang juga kita dapatkan dalam teks/buku pedoman praktek atau penjelasan secara deskriptif.
Dari hasil praktikum didapatkan bahwa Pengasapan atau fogging yang dimaksud
bertujuan untuk menyebarkan larutan pestisida ke udara/lingkungan melalui asap, yang
diharapkan dapat membunuh nyamuk dewasa (yang infektif), sehingga rantai penularan
DBD bisa diputuskan dan populasinya secara keseluruhan akan menurun. Pengasapan dalam
rangka pengendalian nyamuk vektor DBD, lazimnya digunakan fog machine atau fog
generator dengan spesifikasi dan persyaratan tertentu. Ada dua jenis fog generator, yakni

18
sistem panas misalnya Pulsfog, Swingfogg dan sistem dingin yaitu, ULV ground sprayer
(Kristiono, 2008).
Untuk memperoleh hasil yang optimum dalam melakukan fogging, beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai berikut (Pengampu Mata Kuliah Praktikum Vektor, 2015):
1. Konsentrasi larutan /solusi, dalam hal ini perlu diperhatikan tentang dosis;
2. Akhir (misal: konsentrasi solusi untuk malation = 4-5 % dan dosis = 438 gr/ha) dan
cara pembuatan larutan;
3. Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pearut yang digunakan dan debit
keluaran yang diinginkan;
4. Jarak moncong mesin dengan obyek/target (max. 100 m, efektif 50 m);
5. Kecepatan dan posisi berjalan ketika mem-fog untuk swingfog ± 2-3 menit setiap
500m2 untuk satu rumah berikut halamanya, sedangkan untuk ulv 6-8 km/jam;
6. Waktu foging disesuaikan dengan kepadatan atau aktifitas puncak dari vektor yang
bersangkutan. Biasanya untuk AE jam 09.00-11.00;
7. Ulangan (cycle), biasanya dengan interval seminggu;
8. Tenaga/operator, untuk sistem panas 2 orang/mesin. Untuk sistem dingin 3 orang per-
mesin.

Kegiatan fogging bukanlah satu-satunya cara untuk menurunkan kasus DBD, karena
dengan fogging yang mati hanya nyamuk dewasa. Selama jentiknya tidak dibasmi, setiap
hari akan muncul nyamuk baru yang menetas dari tempat perkembangbiakannya. Oleh
karena itu penanggulangan kasus DBD perlu dilakukan secara terpadu terutama
pemberantasan jentiknya dengan PSN. Antara lain kebijakan pemerintah melalui program
3M Plus, yaitu menguras bak penampungan air, mengubur barang bekas, dan menutup bak
penampungan air, serta plusnya yaitu menaburkan bubuk abate dan melakukan upaya-upaya
lain sebagai langkah pencegahan berkembang biaknya vektor penyakit (Wardana, 2012).
Foging merupakan alat yang digunakan untuk pengendalian persebaran nyamuk.
Foging memiliki bagian-bagian seperti tempat untuk larutan insektisida, mesin atau diesel,
tempat untuk bahan bakar, bagian untuk menyemprot (Muhammad, 2012).
Dalam melakukan foging, hal-hal yang harus diperhatikan adalah waktu ketika
melakukan foging, dosis/takaran insektisida yang digunakan, dan lokasi foging. Waktu yang
tepat ketika melakukan foging adalah pada pagi hari ketika angin belum terlalu kencang
19
berhembus, matahari belum terlalu tinggi karena dapat mempercepat penguapan insektisida
ke awan dan tidak dapat tepat sasaran.
Foging dilakukan ketika adanya kasus wabah yang terjadi di suatu wilayah akibat
nyamuk Aedes atau Anopheles seperti DBD dan Malaria dan atau wilayah yang dekat
dengan wilayah endemis Malaria/DBD dan berpotensi terjadinya wabah. Pada umumnya,
foging dilakukan oleh petugas dari Dinas Kesehatan atau petugas puskesmas daerah
setempat. Teknik atau cara ketika melakukan foging adalah dengan meletakkan foging di
bahu dan berjalan mundur menjauhi arah asap/ fog yang keluar dari machine fog.
Pengasapan atau fogging yang dimaksud bertujuan untuk menyebarkan pestisida ke
udara/lingkungan melalui asap, yang diharapkan dapat membunuh nyamuk dewasa (yang
infektif), sehingga rantai penularan DBD bisa diputuskan dan populasinya secara
keseluruhan akan menurun. Pengasapan dalam rangka pengendalian nyamuk vektor DBD,
lazimnya digunakan fog machine atau fog generator dengan spesifikasi dan persyaratan
tertentu. Ada dua jenis fog generator, yakni sistem panas (misalnya Pulsfog, swingfog) dan
sistem dingin ( yaitu : ULV ground sprayer).

Kegiatan fogging bukanlah satu-satunya cara untuk menurunkan kasus DBD, karena
dengan fogging yang mati hanya nyamuk dewasa. Selama jentiknya tidak dibasmi, setiap
hari akan muncul nyamuk baru yang menetas dari tempat perkembangbiakannya. Oleh
karena itu penanggulangan kasus DBD perlu dilakukan secara terpadu terutama
pemberantasan jentiknya dengan PSN.Aantara lain kebijakan pemerintah melalui program
3M Plus, yaitu menguras bak penampungan air, mengubur barang bekas, dan menutup bak
penampungan air, serta plusnya yaitu menaburkan bubuk abate dan melakukan upaya-upaya
lain sebagai langkah pencegahan berkembang biaknya vector penyakit.

20
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Alat yang digunakan untuk penggunaan fogging yaitu Thermal Fogging, corong,
gelas kimia. Bahan yang digunakan untuk penggunaan fogging yaitu Bensin, solar,
malathion, amarilis.
2. Langkah kerja penggunaan fogging dalam pengendalian penyakit DBD yaitu:
a. Pra pengoperasian yaitu cek mesin fogging, masukkan batu baterai 1,5 volt 4
(empat buah), isi tangki bahan bakar, isi tangki larutan
b. Cara menghidupkan mesin buka stop button/kran mesin, pompa perlahan-lahan
sambil menekan tombol start
c. Cara pengoperasian mesin yaitu buka solution (kran larutan), pengasapan
dimulai dari rumah bagan belakang lalu depan, penyemprotan dilakukan 2
siklus interval 5-7 hari
d. Cara mematikan mesin yaitu tutup solution trap/kran larutan, tutup stap
button/kran bensin, biarkan mesin dingin kembali

21
3. Kegunaan dari fogging untuk menyebarkan larutan pestisida ke udara/lingkungan
melalui asap, yang diharapkan dapat membunuh nyamuk dewasa (yang infektif),
sehingga rantai penularan DBD bisa diputuskan dan populasinya secara
keseluruhan akan menurun.
B. Saran

1. Untuk kampus, sebaiknya sebelum pratikum dimulai, semua perlengkapan yang


digunakan dalam keadaan baik atau siap untuk dipakai sehingga pratikum yang
dilakukan berjalan baik
2. Untuk mahasiswa, sebaiknya mahasiswa lebih memehami materi melakukan
praktikum agar praktikum yang dilakukan berjalan lancar dan tidak memakan
waktu banyak

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Mengenal Macam-Macam Alat Penyemprot Nyamuk
Cai Wardana. 2013. Laporan Praktikum Foging Pengasapan / Swingfogg. Diakses pada
Sabtu, 23 Oktober 2021 pukul 21.00 WIB https://pdfcoffee.com/laporan-praktikum-
foging-pengasapan-swingfogg-cai-wardana-ringkasan-materi-kesehatan-lingkungan-
pdf-free.html
Susanti, L dan H. Boesri. (2012). Insektisida Sipermethrin 100 G/L terhadap Nyamuk
dengan Metode Pengasap

22
23

Anda mungkin juga menyukai