Nim :010718007
Mata Kuliah :Penjaminan Mutu
Prodi :S1 Farmasi
PENJAMIN MUTU
1. W. Edwards Deming
Menurut Deming (1982:176) mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau
konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar
karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan
kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam
membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa.
Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah manajemen. Masalah utama
dalam dunia industri adalah kegagalan manajemen senior dalam menyusun perencanaan
ke depan. Empat belas poin Deming yang termasyhur merupakan kombinasi filsafat baru
tentang mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah pendekatannya. Dia
mengkombinasikan konsep tersebut mulai dari wawasan psikologis sampai pada
kendala-kendala dalam mengadopsi kultur mutu (Quality Culture). Empat belas poin
tersebut merupakan intisari dari teori manajemennya, sementara “tujuh penyakit
mematikan” adalah konsepnya tentang kendala bagi perbaikan mutu.
2. Joseph M. Juran
Joseph M. Juran dilahirkan tahun 1904 di Romania dan kemudian datang ke Amerika
Serikat tahun 1912. Dia memperoleh gelar dalam bidang teknik dan hokum, dia
dimajukan sebagai manajer mutu di Western Electric Company, administrator pemerintah
dan profesor teknis di New York University sebelum memulai pekerjaan sebagai
konsultan karir tahun 1950. Juran dinobatkan sebagai salah seorang arsitek revolusi mutu
di Jepang, dimana dia selalu mengajar dan menjadi konsultan mulai tahun 1954. Namun,
dia menganggap bahwa orang yang paling bertanggungjawab pada revolusi mutu Jepang
adalah manajer operasi dan pakar mutu. Tahun 1979, dia mendirikan Institut Juran yang
melaksanakan pelatihan dan mempublikasikan karya-karya terkait dengan mutu. Juran
yang merupakan salah seorang guru dalam manajemen mutu memberikan definisi
manajemen mutu sebagai suatu kumpulan aktivitas yang berkaitan dengan mutu tertentu
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Mutu menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas.
b. Sasaran mutu dimasukkan dalam rencana bisnis.
c. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking, fokus pada pelanggan dan pada
kesesuaian kompetisi, disana adalah sasaran untuk peningkatan mutu tahunan.
d. Sasaran disebarkan ke tingkat pengambilan tindakan.
e. Pelatihan dilakukan di semua tingkatan
f. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.
g. Manajer atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan
sasaran.
h. Penghargaan diberikan terhadap kinerja terbaik.
i. Sistem imbalan diperbaharui.
3. Philip B. Crosby
4. Kaoru Ishikawa
Menurut Ishikawa mutu adalah dua tingkatan definisi, yaitu terlibat dalam kontrol
kualitas untuk memproduksi produk-produk dengan kualitas yang dapat memenuhi
persyaratan konsumen. Poin penting definisi mutu menurut Ishikawa adalah bahwa (1)
kualitas setara dengan kepuasan konsumen, (2) kualitas harus didefinisikan secara
komprehensif, (3) kebutuhan konsumen dan persyaratan berubah terus menerus, oleh
karena itu definisi mutu juga selalu berubah, dan (4) harga suatu produk atau jasa
merupakan bagian penting dari kualitas.
TQM merupakan singkatan dari Total Quality Management yang merupakan kepuasan
pengguna dan perbaikan layanan yang berkesinambungan. Dalam bahasa Indonesia,
TQM dapat juga disebut sebagai Pengelolaan Mutu Total atau PMT. Seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya, fokus dari PMT adalah klien, konsumen, pembeli.Beberapa
komponen utama yang menyusun PMT, seperti yang dipaparkan oleh Wallach 2011
adalah:
5. Genichi Taguchi
Mutu didefinisikan oleh Genichi Taguchi, yang merupakan insinyur dan penulis
Jepang yang terkenal, sebagai “menghindari loss dari produk yang dikirim yang
disebabkan oleh society” (Pinto dan Kharbanda, 1996). Pengertian mutu juga tergantung
pada pengaruh lingkungan eksternal sehingga produk yang bermutu harus
memperhatikan: 1) produksi dan konsumsi eksternal yang berkaitan dengan produk, 2)
tingkat kepuasan konsumen, dan 3) penciptaan nilai yang tertinggi terhadap pasar (Miles
dan Russell, 1997).
Beberapa organisasi percaya bahwa mutu dan efisiensi berkaitan, karena proses
untuk memproduksi produk bermutu tinggi biasanya memiliki tingkat efisiensi yang
tinggi. Ketika mutu jelek maka produk harus dikerjakan kembali atau dibuang dan biaya
per unit dari produksi yang baik meningkat. Ketika mutu meningkat, produk sisa dan
pengerjaan kembali menjadi turun, begitu juga dengan biaya. Banyak orang
menghubungkan mutu suatu produk dengan kinerja, atribut atau fitur (features). Sebagai
contoh, ada orang yang percaya bahwa Roll Royce memiliki mutu yang lebih baik dari
Buick karena Roll Royce memiliki lebih banyak fitur. Tetapi bila mutu diartikan “sesuai
dengan spesifikasi”, maka Buicks sebenarnya mempunyai mutu yang lebih baik dari Roll
Royce, karena pada umumnya konsumen melaporkan bahwa Buicks memiliki tingkat
kerusakan tiap kendaraan yang lebih kecil daripada Roll Royce.
Mutu sangat penting bagi konsumen karena konsumen mengharapkan untuk
mendapat apa yang telah mereka bayar. Mutu yang baik menunjukkan konsumen
mempunyai resiko yang rendah untuk menjadi kecewa. Suatu organisasi yang menjaga
komitmennya lebih baik terhadap konsumen akan meningkatkan mutu produk yang
dihasilkan.
Mutu adalah ukuran relatif kebaikan suatu produk (Mulyadi, 1993). Produk
bermutu (quality product) adalah suatu produk yang memenuhi harapan konsumen.
Konsep dari produk yang bermutu dapat digunakan dalam berbagai cara. Garvin
membedakan delapan dimensi fundamental dari produk yang bermutu tinggi:
performance, features, reliability, conformance to specifications, durability,
serviceability, product aesthetics, dan perceptions (Anderson dan Sedatole, 1998).
Delapan dimensi tersebut dapat dibagi dalam dua kategori aktivitas manajemen mutu,
yaitu quality of design dan quality of conformance.