Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PRE-EKLAMSIA BERAT (PEB)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu: Ibu Emma Setiyo Wulan, S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun oleh :

1. Irine bella priastika (2017011952)


2. Keke Jihan Ananda (2017011953)
3. Noor Qonita R (2017011960)
4. Rofianis Zunaini (2017011966)
5. Serla Lydia (2017011968)
6. Sri Setianingsih (2017011972)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CENDEKIA UTAMA KUDUS

TAHUN AJAR 2020/2021


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha penyayang ,kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah asuhan kepeawatan tentang PEB

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca
agar kami memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah asuhan keperawatan tentang


PEB ini dapat diterima.

Kudus, Oktober 2020

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian preeklamsia berat menempati urutan kedua dari kematian ibu dan
perinatal di Indonesia (Mayunani, 2016, p. 313). Preeklamsia berat jarang
dilakukan persalinan pervaginam karena dapat membahayakan ibu dan bayinya
serta berisiko terjadi injuri. Biasanya ibu hamil yang mengalami tekanan darah
yang tinggi berakhir dengan persalinan Sectio Caesarea, sehingga pada post
Sectio Caesarea klien akan mengalami gangguan rasa nyaman nyeri dari efek
pembedahan (Solehati & Kokasih, 2015, p. 80).
Menurut World Health Organization komplikasi kehamilan dan persalinan
di Dunia pada tahun 2015 adalah 303.000 jiwa, salah satunya yang
berkomplikasi pre-eklamsia/eklamsia dengan sectio caesarea (Syifa,dkk, 2017,
p. 2).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tentang PEB?.
2. Apa etiologi tentang PEB?
3. Apa saja manifestasi tentang PEB?.
4. Bagaimana patofisiologi tentang PEB?.
5. Apa saja komplikasi tentang PEB?.
6. Apa saja macam-macam pemeriksaan penunjang tentang PEB?.
7. Bagaimana penatalaksanaan tentang PEB?.
8. Bagaimana asuhan keperawatan tentang PEB?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai penyakit
PEB.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari penyakit PEB.
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari penyakit PEB.
c. Mahasiswa mampu memahami Menifestasi Klinis dari penyakit PEB.
d. Mahasiswa mampu memahami Patofisiologi dari penyakit PEB.
e. Mahasiswa mampu memahami Komplikasi penyakit PEB.
f. Mahasiswa mampu memahami macam pemeriksaan penunjang dari
penyakit PEB.
g. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan penyakit PEB.
h. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan PEB.
. BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Pre-eklamsia adalah suatu hipertensi atau tekanan darah tinggi yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan dan disertai dengan proteinuria (Walyani, 2015,
p. 43).
Pre-eklamsia Berat adalah tekanan darah yang tinggi (hipertensi) 160/110
mmHg atau lebih dan disertai proteinuria +3, edema di kehamilan 20 minggu
atau lebih (Maryunani, 2016, p. 172).
Jadi menurut kelompok PEB merupakan tekanan darah tinggi yaitu
160/110 mmHg atau lebih, dan disertai dengan adanya protein di kandungan
urin ibu bahkan terjadi edema di kehamilan >20 minggu.

B. ETIOLOGI
Timbulnya pre-eklamsia pada ibu hamil >20 minggu tidak diketahui
secara pasti penyebabnya, namun secara umum disebabkan vasospasme
arteriola dan juga ada faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya pre-
eklamsia diantaranya; hidramnio, primigravida, multigravida, kehamilan
ganda, mola hidatidosa, malnutrisi berat, dan bisa dari faktor usia ibu yang
kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, 2016,
p. 172)

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut pendapat (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 187) tanda dan gejala pre-
eklamsia berat adalah sebagai berikut:
1. Nyeri kepala pada bagian depan dan belakang kepala dengan diikuti
tekanan darah yang tinggi dan juga sakit kepala terus – menerus
2. Pandangan kabur dan kebutaan sementara
3. Ibu gelisah, bila mendengar suara berisik
4. Nyeri perut pada ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah
5. Gangguan pernafasan dan terjadi cyanosis
6. Penurunan kesadaran penurunan fungsi ginjal

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab pre-eklamsia pada usia kehamilan >20 minggu belum diketahui
secara pasti, namun secara umum dapat penyebabnya adalah vasospasme
arteriola kemudian terjadi peningkat TD > 160/110 mmHg, proteinuria
kwalitatif +3 dalam 24 jam, oliguria, nyeri
pada ulu hati, sakit kepala disertai pandangan kabur sehingga terjadi pre-
eklamsia berat dan persalinan berakhir dengan seksio caesarea (Maryunani,
2016, p. 172). Pembedahan dinding abdomen akan menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan yang meliputi pembuluh darah, dan saraf. Sehingga akan
merangsang pengeluaran zat histamine, prostaglandin, dan menimbulkan rasa
nyeri (Solehati & Kokasih, 2015, p. 93). Kemudian dari luka operasi, kuman
bisa saja masuk dicelah perlukaan sehingga dapat mengakibatkan risko infeksi,
dan juga gangguan integritas kulit (Solehati & Kokasih,
2015, p. 93).

E. KOMPLIKASI
Menurut (Mitayani, 2013, pp. 16-17) komplikasi yang dapat terjadi pada
klien PEB sebagai berikut:
1. Pada ibu
- Eklamsia
- Solusio plasenta
- Perdarahan sukapsula hepar
- Kelainan pembekuan darah (DIC)
- Sindrom HELLP ( hemolisis, elevated, liver, enzim, dan low
platelet count)
- Ablasio retina
- Gagal jantung hingga syok dan kematian
2. Pada janin
- Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
- Prematur
- Asfiksia neonatorum
- Kematian dalam uterus
- Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
- Darah dan urin rutin
- Paket preeklamsia : SGOT, SGPT, LDH, Ureum, Kreatinin, Asam
Urat, Urine Esbach
2. USG : standar POGI
3. KTG (kardiotokografi) : standar POGI (kategori 1, 2, atau 3)

G. PENATALAKSANAAN
Pada pasien preeklamsia berat penatalaksanaan yang tepat diberikan
adalah semacam obat sedatif dengan tujuan mencegah adanya kejang. sesudah
12 sampai 24 jam sudah teratasi, maka tindakan selanjutnya adalah
menghentikan kehamilan. jugadiberikan larutan MgSO4 20% dengan dosis 4gr
secara i.v (intravena) loading dose dalam 4-5 menit dan memasukkan perlahan-
lahan.
selanjutnya di berikan MgSO4 40% sebanyak 12gr dalam 500 cc RL drip
dengan 17 tetes /menit. dengan tujuan untuk menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan diuresis. Pada pre-eklampsia dapat diberikan juga klorpromazim
dengan dosis 50 mg secara i.m , ataupun diazepam 20 mg i.m (Nurarif &
Kusuma, 2016, p. (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 188)
1. Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
dilakukan pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees test
(NST) dan ultrasonograft (USG), dengan indikasi (salah satu atau lebih),
yakni :
a) Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda
atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau
setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak
ada perbaikan).
b) Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda
intra uterine growth retardation (IUGR)/janin terhambat.
c) Hasil laboratorium
Adanya HELLP syndrome (haemolisis dan peningkatan fungsi
hepar dan trombositopenia).
2. Pengobatan medicinal pasien pre-eklamsi berat (Dilakukan dirumah
sakit dan atas instruksi dokter), yaitu segera masuk rumah sakit dengan
berbaring miring ke kiri ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30
menit, reflek patella setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter
diselingi dangan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc, berikan antasida, diet
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian obat
anti kejang (MgSO4), diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada
tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka.
Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
3. Antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg
atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan
diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis
antihipertensi pada umumnya.
4. Bila dibutuhkan penurun darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang
biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan infus atau press disesuaikan
dengan tekanan darah.
5. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5
kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama
mulai diberikan secara oral.
6. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda
menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan celidanid
D.
7. Lain-lain seperti konsul bagian penyakit dalam/jantung atau mata.
Obat-obat antipiretik diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5 0C dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon
2 cc secara IM, antibiotik diberikan atas indikasi saja. Diberikan
ampicillin 1 gr/6 jam secara IV perhari. Anti nyeri bila penderita
kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin
HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin
lahir.
8. Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara terminasi terhadap
kehamilan yang belum inpartu, yaitu :
a) Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5
atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
b) Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal
assessment jelek. Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai
bishop <5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitocyn; 12 jam
setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan
seksio sesaria
H. PATHWAY

Faktor resiko Cadangan lemak obesitas Disfungsi endotel


intake>output tubuh berlebih

nitrit oksida Prostasilin menurun,


Hospitalisasi menurun tomboksan meningkat
Bedrest Total

PRE EKLAMSI Peningkatan


Ketidaktahuan ibu
BERAT vasospasme
tetang kesehatan
bayinya

Penurunan suplai Pelvic score<5


ansietas darah ke plasenta

Induksi partus

Terganggunya Maladaptif uterus


suplai nutrisi dan
oksigen ke janin Kontraksi
Pelepasan tropoblastik uterus
meningkat

Kebutuhan nutrisi Endoteliosis glomerulus Tekanan pada


dan jao2 janin uterus berlebih
adekuat
Peningkatan permeabilitas kapiler
Rangsangan saraf
sensorik nyeri
Cairan IV
Resiko hipoalbumin
pindah ke
gangguan
interstisial
hubungan ibu- Nyeri akut
janin Kelebihan
volume cairan edema
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa Pengkajian pada pasien dengan kasus preeklamsia dalam
kehamilan meliputi :
a) Identitas umum ibu, meliputi: nama, tempat tanggal lahir/umur,
pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama dan alamat rumah.
b) Data riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang: ibu mengalami sakit kepala didaerah
frontal, terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium, penglihatan
kabur, mual muntah, anoreksia.
- Riwayat kesehatan dahulu: kemungkinan ibu menderita penyakit
hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan ibu
mempunyai riwayat preeklamsia dan eklamsia pada kehamilan
terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas, DM.
- Riwayat kesehatan keluarga: kemungkinan mempunyai riwayat
kehamilan dengan hipertensi dalam keluarga.
- Riwayat obstetric: biasanya peeklamsia pada kehamilan paling
sering terjadi pada ibu hamil primigravida, kehamilan
ganda, hidramnion (kelebihan cairan ketuban), molahidatidosa
(hamil anggur) dan semakin tuanya usia kehamilan.
- Pola nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokom
maupun selingan.
- Psiko social spiritual: emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya.
2. Pemeriksaan fisik
a) keadaan umum
- keadaan umum: biasanya ibu hamil dengan peeklamsia akan
mengalami kelelahan
- TD: ibu hamil ditemukan dengan darah sistol diatas 140 mmHg dan
diastole diatas 90 mmHg.
- Nadi: ibu hamil dengan preeklamsia ditemukan nadi yang
meningkat.
- Nafas: ibu hamil dengan preeklamsia akan ditemukan nafas
pendek, terdengar nafas berisik dan ngorok
- Suhu: ibu hamil dengan preeklamsia dalam kehamilan biasanya
tidak ada gangguan pada suhu.
- BB: akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu
atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan.
- Kepala: ditemukan kepala yang berketombe dan kurang bersih dan
pada ibu hamil dengan preeklamsia akan mengalami sakit kepala
- Wajah: ibu hamil yang mengalami preeklamsia wajah tampak
edema
- Mata: ibu hamil dengan preeklamsia akan ditemukan konjungtiva
anemis, dan penglihatan kabur
- Bibir: mukosa bibir lembab
- Mulut: Terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi menjadi
hiperemik dan lunak, sehingga gusi bisa mengalami pembengkakan
dan pendarahan
- Leher: biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjar
tiroid
b) Thorax
- Paru-paru: akan terjadi peningkatan respirasi, edema paru dan
nafas pendek
- Jantung: terjadi adanya dekompensasi jantung
- Payudara: biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih
padat dan lebih keras, putting menonjol, areola menghitam dan
membesar dari 3 cm menjadi 5cm sampai 6cm, permukaan
pembuluh darah menjadi terlihat
- Abdomen: ditemukan nyeri pada epigastrium dan terjadi mual
munta
- Pemeriksaan janin: bunyi jantung tidak teratur dan gerakan
janin melemah
- Ektremitas: adanya edema pada kaki dan juga pada jari –jari
- System persyarafan: ditemukan hiperfleksia klonus pada kaki
- Genitourinaria : biasanya didapatkan oliguria dan proteinuria.
B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses kehamilan
2. Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan komplikasi
kehamilan
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
4. Ansietas berhubungan dengan stressor
C. Intervensi

NANDA NOC NIC


Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)
berhubungan keperawatan selama 3x24 - lakukan pengkajian
dengan proses jam di dapatkan criteria secara komprehensif
kehamilan hasil sebagai berikut: - pertimbangkan
Kontrol gejala (1608) keinginan pasien
- pantau ttv untuk berpartisipasi
- nyeri dapat terkontrol dalam pengurangan
nyeri
- ajarkan tehnik nafas
dalam
- kolaborasi dengan
tim medis lain untuk
penggunaan
farmakologi

Resiko Setelah dilakukan tindakan Perawatan kehamilan resiko


gangguan keperawatan selama 3x24 tinggi (6800)
hubungan ibu- jam di dapatkan criteria - kaji kondisi medis
janin hasil sebagai berikut: aktual yang
berhubungan Pengetahuan: manajemen berhubungan dengan
dengan hipertensi 1837 kondisi kehamilan
komplikasi - tekanan darah normal yang buruk (misal
kehamilan hipertensi)
- kaji riwayat
kehamilan dan
kelahiran yang
berhubungan dengan
faktor risiko
kehamilan (misal pre
eklamsi, pernah
mengalami
kehamilan prematur
tidak?)
- kaji pengetahuan ibu
mengenai faktor
risiko
- ajarkan klien dalam
tindakan monitor
mandiri seperti ttv,
cek gds.
- Kolaborasi dengan
tim perawat
maternitas dan juga
dokter apaila
terdapat
penyimpangan dari
keadaan normal dari
status ibu dan janin.
Kelebihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen lektrolit (2000)
volume cairan keperawatan selama 3x24 - berikan cairan sesuai
berhubungan jam di dapatkan criteria resep
dengan hasil sebagai berikut: - pertahankan
gangguan Keparahan hipertensi (2122) kepatenan akses IV
mekanisme - kelelahan teratasi - konsultasikan pada
regulasi - pandangan tidak dokter terkait
kabur pemberian elektrolit
- sakit kepala teratasi dengan sedikit obat-
obatan
- berikan diet sesuai
kondisi
ketidakseimbangan
elektrolit klien
- berikan lingkungan
yang aman bagi
pasien
- monitor respon
pasien terhadap
elektrolit yang
diresepkan
Ansietas Setelah dilakukan tindakan - Bantu klien
berhubungan keperawatan selama 3x24 mengidentifikasi situasi
dengan stresor jam di dapatkan criteria hasil yang memicu kecemasan
sebagai berikut : - Instruksikan klien untuk
- Peningkatan tekanan menggunakan teknik
darah relaksasi
- Peningkatan frekuensi - Pertimbangkan
nadi kemampuan klien dalam
- Peningkatan frekuensi mengambil keputusan
pernapasan - Atur penggunaan obat-
kriteria hasil : obatan untuk
mengurangi kecemasan
- Pasien merasa aman secara tepat
- Pasien sudah tidak - Kaji untuk tanda verbal
merasa cemas dan non verbal
- Pasien tidak
terganggu
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN
Pre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih Pre-eklampsia berat
ialah penyakit dengan tanda-tanda khas seperti tekanan darah tinggi
(hipertensi), pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam
urin (proteinuria) yang timbul karena kehamilan.
Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih
kehamilan, yang kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah. Penyempitan
pembuluh darah bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital seperti
ginjal dan hati jadi berkurang.
Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Penyebab pasti
preeklamsia hingga saat ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena
kondisi plasenta yang tidak tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau ada
gangguan pada pembuluh darah si ibu.
Komplikasi yaitu Komplikasi pada ibu (Atonia uteri, Sindrom hellp
(hemolysis,elevated liver enzymes,low platelet count), Ablasi retina, Gagal
jantung, Syok dan kematian, sedangkan Komplikasi pada janin (Pertumbuhan
janin terhambat, Prematuritas, Kematian janin, Solusio plasenta
B. Saran
Pre-eklamsia berat memiliki beberapa faktor penyebab seperti faktor
genetik namun pelaksanaannya harus diawali dengan baik oleh tenaga
kesehatan supaya dapat ditanggulangi dan tidak terjadi eklamsia yang dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA

- Anggita N (2014). Prevalensi Preeklampsia Berat di Rumah Sakit


Cipto Mangunkusumo Tahun 2011 dan Hubungannya dengan Status
Paritas, Skripsi, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jakarta.
- Angsar MD (2013). Hipertensi dalam kehamilan. Dalam :
Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, pp: 530 –559.
- Afridasari,Saimin, dan Sulastrianah (2015). Analisis faktor risiko
kejadian preeklampsia. Kendari: Pendidikan Dokter& Fakultas Farmasi
UHO.
- Badan Pusat Statistik (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2012. Jakarta: BPS.
- Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, John C, Hauth, et al (2013).
Obstetri Williams. Edisi 23.
- Alih Bahasa oleh Brahm U. Pendit, dkk. Jakarta: EGC, pp: 740 –794.
- Damanik SM (2008). Dalam : Kosim MS, dkk. Buku ajar neonatologi.
Jakarta: IDAI, pp: 12-13.
- Departemen Kesehatan RI-UKL-Perinatologi IDAI-NNH-JHPIEGO (2001).
Buku panduan managemen masalah bayi berat lahir untuk dokter perawat
bidan di Rumah Sakit. Kosim MS,Surjono A. Jakarta .
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2015). Profil kesehatan
indonesia 2014. Jakarta: Depkes RI.
- Denantika, Serudji, dan Revilla (2015). Hubungan status gravida dan
usia ibu terhadap kejadian preeklampsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2012-2013.
- Padang : Jurnal Kesehatan Andalas 2015; 4(1), pp: 212-217.

Anda mungkin juga menyukai