Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL SKRIPSI

PERANCANGAN INTERPOLATOR UNTUK ESTIMASI KANAL


OFDM DENGAN FPGA XILINX SPARTAN-3E

Diajukan oleh :
ARMANDO R.P
07/252097/TK/32761

Telah disetujui
Dosen Pembimbing I

Ir. Budi Setiyanto, M.T.

NIP. 1964 1221 1991 03 1 002 Tanggal : …………………………….

Dosen Pembimbing II

Enas Dhuhri Kusuma, S.T.,M.Eng.

NIP. 1982 1108 2010 12 1002 Tanggal : …………………………….


ABSTRAK

Isyarat pilot pada OFDM membantu sistem penerima untuk mengestimasi

karakteristik kanal. Pengiriman pilot dalam jumlah yang banyak akan membutuhkan

lebar pita frekuensi yang lebih lebar sehingga tidak efisien dalam pengggunaan lebar

pita frekuensi. Untuk mengatasi masalah ini, penggunaan pilot dapat dibatasi dengan

cara mengirim pilot hanya pada subkanal-subkanal tertentu secara kontinyu dengan

asumsi bahwa karakteristik kanal bersifat dinamis. Penyisipkan pilot pada subkanal

tertentu dalam setiap simbol ini sering disebut penyusunan pilot tipe sisir (comb).

Perangkat penerima memerlukan proses interpolasi untuk menentukan estimasi setiap

subkanal yang tidak memiliki isyarat pilot.

Salah satu media yang dapat digunakan untuk mempelajari dan

mengimplementasi OFDM adalah FPGA (Field Programming Gate Array). Skripsi

ini akan merancang interpolator untuk estimasi kanal pada penyusunan pilot tipe sisir

pada OFDM pada FPGA dengan menggunakan VHDL (Very high speed integrated

circuit Hardware Description Language).


1 DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................................ii
0 DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
1 LATAR BELAKANG............................................................................................1
1.1 Perumusan Masalah........................................................................................1
1.2 Manfaat dan Tujuan Penelitian.......................................................................4
2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI....................................................5
2.1 Konsep Dasar OFDM.....................................................................................5
2.2 Estimasi Kanal OFDM....................................................................................7
2.2.1 Tipe Susunan Pilot...................................................................................8
2.2.1.1 Susunan Pilot Tipe Blok......................................................................8
2.2.1.2 Susunan Pilot Tipe Sisir.......................................................................9
2.2.1.3 Susunan Pilot Tipe Grid.....................................................................10
2.2.2 Estimasi Kanal Frekuensi Pilot..............................................................11
2.2.2.1 Algoritma Wiener Hopf.....................................................................12
2.2.2.2 Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE)...............................13
2.2.3 Teknik Interpolasi..................................................................................15
2.2.3.1 Interpolasi Linear...............................................................................16
2.2.3.2 Interpolasi Orde Dua..........................................................................17
2.2.3.3 Interpolasi Pelewat Rendah................................................................18
2.2.3.4 Interpolasi Spline Cubic.....................................................................18
2.2.3.5 Interpolasi Ranah Waktu....................................................................19
2.3 Penyama Kanal.............................................................................................19
3 METODOLOGI...................................................................................................22
3.1 Sumber Data..................................................................................................22
3.2 Alat Yang Digunakan...................................................................................22
3.2.1 Pengantar FPGA....................................................................................23
3.2.2 Pengantar Xilinx ISE 10.1.....................................................................25
3.3 Perancangan Pada Perangkat Lunak.............................................................26
3.4 Diagram Alir Penelitian................................................................................30
4 JADWAL PENELITIAN.....................................................................................31
5 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................32
BAB I

2 LATAR BELAKANG

2.1 Perumusan Masalah

Sistem komunikasi mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama

pada sistem komunikasi nirkabel. Hal ini dikarenakan tuntutan akan pemenuhan

kebutuhan komunikasi untuk dapat dilakukan dimana pun, kapan pun dan dengan

kepesatan bit yang tinggi. Perkembangan teknologi komunikasi nirkabel dimulai dari

generasi 1 yaitu AMPS (Advanced Mobile Phone System), generasi 2 terdiri dari

GSM (Global System for Mobile Communication) dan IS-95 (Interim Standard 95),

atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama CDMA (Code Division Multiple

Access), generasi 2,5 terdiri dari GPRS (General Packet Radio Services), dan EDGE

(Enhanced Data Rates for GSM Evolution), dan generasi 3 terdiri dari HSDPA (High

Sped Downlink Personal Access), dan HSPA (High Sped Personal Access).

Perkembangan teknologi komunikasi tidak pernah berhenti dan selalu

mengalami peningkatan. Saat ini telah muncul teknologi komunikasi menuju generasi

4 yang diwakili oleh WIMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access)

dan LTE (Long Term Evolution). Teknologi ini muncul untuk memenuhi tuntutan

kepesatan bit tinggi dalam sistem komunikasi nirkabel. Salah satu masalah yang

dihadapi adalah terbatasnya lebar pita frekuensi untuk memenuhi pesat bit yang

tinggi. Lebar pita merupakan sumber daya yang mahal dan terbatas dalam sistem

komunikasi.
OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) merupakan salah satu

solusi agar sistem komunikasi nirkabel mampu efisien dalam penggunaan lebar pita

frekuensi. OFDM adalah teknik transmisi menggunakan beberapa isyarat pembawa

untuk menghindari ISI (Intersymbol interference), dan dengan frekuensi yang saling

berkelipatan sehingga isyarat-isyarat pembawa itu menjadi saling ortogonal.

Pemakaian isyarat pembawa yang saling ortogonal ini memungkinkan spektrum

frekuensi pada OFDM saling tumpang tindih tanpa menimbulkan ICI (Interchannel

interference).

Pemanfaatan isyarat pilot pada OFDM membantu sistem penerima untuk

mengestimasi kanal. Walaupun demikian, ada masalah yang harus dihadapi jika

setiap subkanal pada kanal OFDM diberi pilot. Pengiriman pilot dalam jumlah yang

banyak akan membutuhkan lebar pita frekuensi yang lebih lebar sehingga tidak

efisien dalam pengggunaan lebar pita frekuensi. Untuk mengatasi masalah ini,

penggunaan pilot dapat dibatasi dengan cara mengirim pilot hanya pada subkanal-

subkanal tertentu secara kontinyu dengan asumsi bahwa karakteristik kanal bersifat

dinamis atau selalu berubah dari satu simbol ke simbol lainnya.

Penyisipkan pilot pada subkanal tertentu dalam setiap simbol ini sering

disebut penyusunan pilot tipe sisir (comb). Perangkat penerima memerlukan

interpolasi untuk menentukan estimasi setiap subkanal yang tidak memiliki isyarat

pilot. Proses interpolasi ini berfungsi untuk menentukan suatu nilai berdasarkan nilai-

nilai antara.
Salah satu media yang dapat digunakan untuk mempelajari dan

mengimplementasi OFDM adalah FPGA (Field Programming Gate Array). FPGA

adalah sebuah IC (Integrated Circuit) digital yang didisain untuk dapat dikonfigurasi

oleh pengguna sesuai kebutuhan. Konfigurasi ini dapat dilakukan misalnya dengan

HDL (Hardware Description Language). FPGA, dan HDL memudahkan pembuat

disain untuk mengembangkan, melakukan simulasi rangkaian digital yang rumit, dan

mewujudkannya dalam sebuah perangkat purwarupa (prototype) [1].

Skripsi ini akan merancang interpolator untuk estimasi kanal pada

penyusunan pilot tipe sisir pada OFDM pada FPGA dengan menggunakan VHDL

(Very high speed integrated circuit Hardware Description Language).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, ada beberapa

pokok permasalahan yang menjadi bahasan pada skripsi ini. Permasalahan yang

muncul diantaranya adalah bagaimana mengimplementasikan sebuah rancangan

interpolator secara umum pada sebuah FPGA untuk mengetahui karakterisitk kanal

pada penerima OFDM, dan bagaimana tingkat keberhasilan serta penggunaan

kapasitas FPGA Xilinx Spartan-3E untuk implementasi blok-blok rancangan

interpolator.
2.2 Manfaat dan Tujuan Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui prinsip kerja, dan implementasi perancangan interpolator

untuk estimasi kanal OFDM dengan penyusunan pilot tipe sisir pada

perangkat keras, khususnya pada papan FPGA Xilinx Spartan-3E.

2. Membuat sebuah purwarupa blok interpolator OFDM.

3. Melengkapi dan melanjtukan penelitian-penelitian dan skripsi-skripsi

terdahulu yang telah membuat blok-blok sistem OFDM.

Tujuan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut:

1. Memaparkan prinsip kerja dan implementasi perancangan blok-blok

interpolator untuk estimasi kanal pada penyusunan pilot tipe sisir pada

OFDM pada FPGA Xilinx Spartan-3E dengan VHDL.

2. Memperlihatkan unjuk kerja hasil simulasi dan hasil implementasi blok-

blok interpolator untuk estimasi kanal pada penyusunan pilot tipe sisir

pada OFDM pada FPGA dengan menggunakan VHDL.

3. Memaparkan analisis hasil perancangan sistem


BAB II

3 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

3.1 Konsep Dasar OFDM

OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) merupakan suatu

teknik modulasi dengan banyak pembawa yang mampu menyediakan layanan

transmisi paralel dengan pesat bit tinggi. Skema penjamakan OFDM merupakan

metode khusus di mana aliran data tunggal ditransmisikan pada sejumlah sub

pembawa dengan pesat yang lebih rendah dimana setiap sub pembawa bersifat saling

ortogonal [2].

OFDM dikembangan dari FDM (Frequency Division Multiplexing).

Keduanya merupakan teknik transmisi dengan banyak pembawa (multicarrier). FDM

menggunakan subpembawa yang tidak saling ortogonal sehingga tidak

memperbolehkan saling tumpang antar spektrum subpembawa agar tidak terjadi

interchannel interferens (ICI), sedangkan OFDM menggunakan subpembawa yang

saling ortogonal yang akan meningkatkan efisiensi pemakaian lebar pita frekuensi

pada OFDM, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1 [3].


f
(a)

f
(b)

Gambar 2.1Perbandingan spektrum isyarat FDM dan OFDM [3]


(a) Spektrum isyarat FDM (b) Spektrum isyarat OFDM

Pada komunikasi bergerak, isyarat transmisi merambat melalui banyak jalur

sehingga mengalami tunda yang beragam akibat perbedaan panjang lintasan isyarat

tersebut. Fenomena ini dapat menyebabkan frequency selective fading dan ISI.

Pemakaian isyarat pembawa yang saling ortogonal ini memungkinkan spektrum

frekuensi pada OFDM saling tumpang tindih tanpa menimbulkan ICI (Interchannel

interference).

OFDM diimplementasikan dengan menggunakan modulasi QAM di setiap

subkanal. Simbol QAM kemudian akan diubah menjadi simbol OFDM. Dalam proses

pemetaan QAM, bit-bit dibagi menjadi dua bagian yaitu Inphase (I) dan Quadrature

(Q). Isyarat pembawa untuk komponen I dan Q berbeda fase 90 0. Pada setiap sub

kanal didapatkan isyarat

s (t )  I cos(2 f 0t )  Q sin(2 f 0t )
 Re{[ I  jQ ][cos(2 f 0t )  sin(2 f 0t )]}

 Re{de j 2 f0t } (2.1)

dengan d=I− jQ

Isyarat OFDM yang akan dikirimkan merupakan penjumlahan dari isyarat-

isyarat di setiap sub kanalnya, yakni

s(t )=∑ I k cos(2πf k t )+Qk sin(2πf k t )

K
j 2πf k t
=Re ∑ d k e
k=1 (2.2)

3.2 Estimasi Kanal OFDM

Estimator kanal digunakan untuk mengestimasi karakteristik kanal dengan

menggunakan simbol pilot sebagai referensi. Pilot merupakan simbol yang sudah

diketahui oleh pengirim dan penerima yang digunakan sebagai isyarat referensi dan

tidak mengandung informasi. Pengirim mengirimkan simbol pilot ke penerima

melalui media atau kanal. Jika kanal sedang dalam keadaan sangat baik, simbol pilot

yang tiba di penerima seharusnya akan sama dengan simbol pilot yang dikirim oleh

pengirim. Pada kenyataannya simbol pilot yang tiba di penerima belum tentu sama

dengan simbol pilot yang dikirim oleh pengirim. Hal ini terjadi kanal memiliki nilai

karakteristik tertentu yang dapat dinyatakan dalam H. Nilai H dapat diestimasi karena
penerima telah mengetahui simbol pilot yang seharusnya diterima oleh penerima.

Nilai estimasi ini merupakan karakteristik kanal hasil estimasi.

3.2.1 Tipe Susunan Pilot

Dasar pengaturan pilot yang dapat digunakan untuk melakukan estimasi

kanal memiliki dua tipe, yaitu susunan tipe blok (block), dan susunan tipe sisir

(comb).

3.2.1.1 Susunan Pilot Tipe Blok

Pada susunan tipe blok, pilot disisipkan pada semua subkanal sepanjang satu

simbol. Ini dilakukan dengan asumsi bahwa karakteristik kanal tidak berubah secara

drastis antara satu simbol dengan simbol berikutnya (slow fading). Penggunaan tipe

blok baik dalam mengestimasi karakteristik kanal pada suatu simbol, tetapi kurang

efisien karena pengiriman pilot dalam jumlah yang banyak akan membutuhkan lebar

pita frekuensi yang lebih lebar sehingga tidak efisien dalam pengggunaan lebar pita

frekuensi [4].

Blok
Frekuensi

Waktu

Gambar 2.2 Susunan pilot tipe blok


3.2.1.2 Susunan Pilot Tipe Sisir

Pada susunan tipe sisir (comb), pilot disisipkan pada subkanal tertentu dalam

setiap simbol. Cara ini dilakukan dengan asumsi bahwa karakteristik kanal akan

selalu berubah dari satu simbol ke simbol yang lainnya sehingga perangkat penerima

memerlukan interpolasi untuk menentukan estimasi karakteristik setiap subkanal

yang tidak disisipi pilot. Proses interpolasi ini berfungsi untuk menentukan suatu nilai

berdasarkan nilai-nilai antara. Nilai interpolasi ini merupakan nilai pendekatan yang

memiliki kemungkinan tidak sesuai dengan nilai sebenarnya. Teknik interpolasi yang

baik dipelukan untuk menghasilkan nilai estimasi yang paling sesuai.


Frekuensi

Waktu

Gambar 2.3 Penyusunan pilot tipe sisir

Pengembangan penyusunan pilot berikutnya lebih mengupayakan

peningkatan efisiensi sistem yakni dengan mengurangi penggunaan pilot. Hal ini

diperoleh dengan cara mengirim pilot pada subkanal tertentu secara kontinyu.
Kemudian, pilot dikirimkan pada beberapa subkanal dengan periode pengiriman

tertentu pula. Hal ini mengambil asumsi bahwa kanal bersifat statis atau pudaran

lambat [5]. Contoh dari pengiriman pilot seperti ini tampak pada Gambar 2.10.

3 Δf
frekuensi

waktu 4ΔTs

Gambar 2.4 Pengiriman pilot dengan periode tertentu pada kanal tertentu yang statis

3.2.1.3 Susunan Pilot Tipe Grid

Dalam pengembangannya, dengan mempertimbangkan karakter kanal dapat

berubah setiap periode, maka pengiriman pilot dikirim setiap saat, namun pada kanal

yang berbeda, sehingga sering disebut dengan pola diagonal atau pola grid seperti

tampak pada Gambar 2.5. Estimasi kanal dengan pilot dapat digunakan untuk

melakukan estimasi dari dimensi waktu maupun dimensi frekuensi.


3Δf
frekuensi

4ΔTs
waktu

Gambar 2.5 Pengiriman pilot dengan pola grid

3.2.2 Estimasi Kanal Frekuensi Pilot

Pada susunan pilot tipe sisir, ada sejumlah isyarat pilot yang disebar seragam

pada subkanal tertentu [6]. Dimisalkan N C adalah jumlah seluruh subkanal, N p adalah

jumlah kanal yang berisi isyarat pilot, nilai S dapat dihitung dengan Persamaan

sebagai berikut :

jumlah seluruh kanal N C 2.3


S= =
jumlah kanal pilot Np

maka dapat dituliskan persamaan:

X p ( m) , l=0 2.4
X (k)= X (mS +l)=
{data ,l=1,2,3 , … S−1

dengan,

X p ( m ) = subkanal isyarat pilot yang tidak mengandung informasi.


Data = subkanal yang berisi data/informasi.

l = nomor subkanal

S = jarak antarpilot

X p (m)

subkanal data
Frekuensi

X p (m)

Waktu

Gambar 2.6 Isyarat pilot dan data pada susunan pilot tipe sisir

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengestimasi kanal dengan

memanfaatkan keberadaan pilot. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan

menerapkan algoritma Wiener-Hopf dan LMMSE (Linear Minimum Mean Square

Error) [4].

3.2.2.1 Algoritma Wiener Hopf

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengestimasi kanal dengan

memanfaatkan keberadaan pilot. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan

menerapkan algoritma Wiener-Hopf. Algoritma Wiener-Hopf memanfaatkan


keberadaan pilot yang telah diketahui baik oleh pengirim maupun penerima, sehingga

karakteristik kanal pilot dapat diketahui dengan metode kuadrat terkecil (Least

Square, LS), yaitu hasil bagi antara sinyal yang diterima dengan sinyal yang dikirim.

HLS = Hpilot = Ypilot / Xpilot (2.5)

Ketika tidak ada derau, kanal dapat diestimasi secara sempurna.

3.2.2.2 Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE)

LMMSE berfungsi meminimalkan kuadrat galat terkecil (Mean Square Error,

MSE) antara kanal sebenarnya dengan kanal yang diestimasi menggunakan korelasi

frekuensi kanal slow fading. LMMSE merupakan pengoptimalan transformasi linear

yang diterapkan pada LS dengan memanfaatkan Wiener-Hopf.

(2.6)

X merupakan matriks yang elemen-elemen diagonalnya merupakan varian

derau. Matriks Rhhls merupakan korelasi silang antara kanal asli h dengan kanal

estimasi LS (hls) , sedangkan matriks Rhlshls merupakan matriks korelasi antara kanal

estimasi hls dengan dirinya sendiri.

Rhhls = E{hhlsH} (2.7)

Rhlshls = E{hlshlsH} (2.8)

Derau tidak dapat dikorelasikan dengan kanal, sehingga korelasi silang antara

kanal h dengan kanal yang terkena derau hls dapat dianggap sama dengan korelasi
anatara kanal h dengan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, Rhhls dapat diganti dengan

2
Rhh, sedangkan korelasi diri Rhlshls eqivalen dengan Rhh ditambah daya derau σ

dan daya sinyal. HLMMSE dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut:

σ
HLMMSE = Rhh ( Rhh + n2 (XXH)-1)-1hLS (2.9)

Persamaan (2.18) terlihat seperti kontradiksi, sebab dalam persamaan tersebut

diperlukan korelasi diri kanal asli untuk mengestimasi HLMMSE. Padahal, kanal asli

tidak diketahui. Untuk menyelesaikan masalah ini, korelasi diri diganti dengan

expected value, yang dapat dilakukan dengan dua cara

1. Dengan menghitung expected value kanal yang diketahui.

2. Dengan mererata matriks korelasi diri pada tiap-tiap estimasi kanal.

Dalam estimasi kanal OFDM, pendekatan yang pertama yang dilakukan sebab tidak

terlalu rumit dan implementasinya lebih mudah.

2
Η 1
Ε {ΧΧ }=Ε| | Ι
x
k

(2.10)

−1
β
H LMMSE =Rhh ( Rhh +
SNR
I ) h LS
(2.11)

I = matriks identitas
2
E|x k|

SNR = signal-to-noise ratio = σ 2n

β = konstanta konstelasi sinyal, untuk modulasi 16-QAM nilainya 17/9

2
2 1
β=E|x k| E| |
xk (2.12)

Nilai RHH dapat dicari dengan[7]

(2.13)

3.2.3 Teknik Interpolasi

Ada dua jenis interpolator yang dapat digunakan yaitu interpolator satu

dimensi dan interpolator dua dimensi. Interpolasi dua dimensi digunakan untuk

sistem OFDM dengan simbol pilot yang sedikit seperti susunan pilot tipe grid pada

Gambar 2.5. Karakteristik kanal diperiksa dalam ranah waktu dan ranah frekuensi

secara bersamaan, dan simbol pilot dapat dikurangi jumlahnya. Penjejakan

karakteristik subpembawa (Channel Frequency Response, CFR) data dihitung dengan

interpolasi dua dimensi, yaitu dalam ranah waktu dan ranah frekuensi. Interpolasi

satu dimensi digunakan untuk susunan pilot tipe sisir seperti pada Gambar 2.3.

Penjejakan karakteristik subpembawa hanya dilakukan dalam ranah waktu atau ranah
frekuensi saja. Ada beberapa teknik interpolasi satu dimensi yang dapat digunakan

untuk mengestimasi kanal frekuensi pada susunan tipe pilot, jenis-jenisnya adalah

interpolasi linear, interpolasi orde dua, interpolasi low-pass, interpolasi spline cubic,

dan interpolasi ranah waktu.

3.2.3.1 Interpolasi Linear

Parameter kanal dapat diperoleh dengan pendekatan polynomial. Salah satu

contoh pendekatan polinolmial adalah dengan teknik interpolasi linear seperti pada

Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Interpolasi linear


Untuk nilai k tertentu diantara v2k0 dan v2 (k0+1) sehingga k= v2k0 + r2

dengan 0 < r2 < v2, sehingga [8].


(2.14)

Jika pilot menggunakan susunan tipe sisir, teknik interpolasi estimasi kanal

hanya digunakan pada ranah frekuensi dimana r 2 merupakan jarak antara frekuensi k

dengan frekuensi v2k0 yang dapat dilambangkan dengan l , dan v2 merupakan selisih

antara frekuensi v2k0 dengan v2 (k0+1) yang dapat dilambangkan dengan S, estimasi

kanal pada subkanal data OFDM dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

H e ( k )=H e ( mS+ l ) , dengan 0 ≤ l< S (2.15)

{ Sl }+ H ( m+1) Sl
H e ( k )=H p ( m ) 1− p

l (2.16)
H e ( k )={ H p ( m+1 )−H p ( m ) } + H p ( m)
S

Dengan,

H e ( k )= karakteristik kanal pada subkanal data.

H p ( m )= karakteristik kanal pilot sebelum subkanal data

H p ( m+1 )= karakteristik kanal pilot setelah subkanal data.

3.2.3.2 Interpolasi Orde Dua

Teknik interpolasi orde dua hampir sama dengan interpolasi linear,

perbedaannya terdapat pada jumlah kanal isyarat pilot yang digunakan untuk

mengestimasi kanal data. teknik interpolasi linear hanya mengunakan dua estimasi

isyarat pilot, sedangkan teknik interpolasi orde dua menggunakan tiga estimasi
isyarat pilot yang berdekatan sebagai nilai antara untuk menghitung karakteristik

subkanal data.

H e ( k )=H e ( mS+ l )

H e ( k )=c 1 H p ( m−1 ) + c0 H p ( m )+ c−1 H p ( m+ 1 ) (2.17)

Dengan,

α (α −1)
c 1=
2
c 0=−( α −1 ) (α +1)
α (α + 1)
c−1=
2
l
α = ( sama dengan interpolasi linear)
S

3.2.3.3 Interpolasi Pelewat Rendah

Interpolasi pelewat rendah dilakukan dengan memasukkan zeros (nilai

nol) ke rentetan asli. Rentetan ini kemudian ditapis menggunakan low-pass finite

length impulse response (FIR) filter yang akan melewatkan data asli untuk

melewatinya tanpa mengalami perubahan. Metode ini menginterpolasi nilai mean

square error antara titik-titik yang diinterpolasi sehingga nilai idealnya diperkecil.

3.2.3.4 Interpolasi Spline Cubic

Teknik interpolasi ini menghasilkan kecocokan polinomial yang halus

dan kontinyu pada titik-titik interpolasinya. Ide dasar dibelakang metode


interpolasi spline cubic didasarkan pada gambar sebuah kurva halus yang melalui

sejumlah titik.

3.2.3.5 Interpolasi Ranah Waktu

Teknik interpolasi ranah waktu (Time domain interpolation, TDI)

merupakan interpolasi resolusi tinggi yang didasarkan pada zero-padding dan

DFT/IDFT. HLS yang merupakan karakteristik kanal dalam ranah frekuensi diubah

ke ranah waktu dengan IDFT. Nilai dalam ranah waktu ini kemudian diinterpolasi

menjadi N titik dengan metode penggalan tetap yang sederhana [6]. DFT akan

mengubah nilai karakterstik kanal dalam ranah waktu hasil interpolasi kembali ke

ranah frekuensi.

3.3 Penyama Kanal

Estimasi terhadap suatu kanal transmisi dapat dilakukan dengan memahami

karakteristik kanal. Karakteristik kanal dapat mempengaruhi isyarat yang dikirim

sehingga isyarat yang diterima akan berbeda dengan isyarat yang dikirm.

Secara matematis, jika X adalah data yang ditransmisikan, H adalah

karakteristik kanal pada kawasan frekuensi, dan Y adalah data yang diterima maka

dapat dituliskan hubungan [9].

Y =¿)( X ) (2.18)
Kanal dengan
Isyarat Karakteristi Isyarat
Kirim, X k terima,Y

Gambar 2.8 Proses pengiriman isyarat melalui kanal

Estimator kanal digunakan untuk menentukan nilai matematis dari

karakteristik kanal, sehingga bagian penerima OFDM dapat mengolah isyarat yang

diterima agar semakin mendekati isyarat yang dikirim oleh pengirim.

Estimasi kanal hanya akan memberikan nilai yang mendekati keadaan yang

sebenarnya karena nilai karakteristik kanal tidak dapat diketahui secara pasti. Metode

estimasi yang baik diperlukan untuk menghasilkan nilai yang paling mendekati

keadaan sebenarnya. Nilai matematis estimasi kanal yang dilambangkan dengan H

dapat digunakan oleh sistem penerima OFDM untuk menentukan isyarat yang

seharusnya diterima.

Y =¿)( X )

Penerima OFDM dapat menghitung nilai isyarat X yang seharusnya diterima

olehnya sesuai Persamaan 2.19

X ' =¿)( Y ) , (2.19)

1
dengan merupakan resiprokal H.
H
Untuk mendapatkan nilai isyarat sebenarnya dilakukan perkalian antara

resiprokal H dengan isyarat yang diterima oleh penerima OFDM. Perkalian ini

dilakukan oleh sistem penyama kanal yang berada di penerima OFDM. Sehingga

diperoleh isyarat sesuai dengan yang dikirim[9]. nilai X’ akan sama dengan nilai X

jika karakteristik kanal hasil estimasi dan interpolasi sesuai dengan keadaan

sebenarnya.
BAB III

4 METODOLOGI

4.1 Sumber Data

Data penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber diantaranya :

1. Studi pustaka dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur dan

skripsi-skripsi terdahulu mengenai konsep dasar estimasi dan

interpolasi kanal pada OFDM, faktor-faktor yang mempengaruhi

performa estimasi dan interpolasi kanal OFDM, dan mengenai

perancangan sistem dengan FPGA.

2. Pembuatan rancangan, program dalam bahasa VHDL, dan

implementasi interpolator kanal dengan bantuan perangkat lunak

Xilinx ISE 10.1.

3. Melakukan simulasi dan pengujian kebenaran rancangan yang

diimplementasikan pada FPGA Xilinx Spartan-3E XC3S500E.

4.2 Alat Yang Digunakan

Perangkat keras yang digunakan adalah papan FPGA (Field Programmable

Gate Array) spesifikasi Spartan 3 keping XC3S500E tipe FG320 dengan kecepatan -4

yang berada dalam modul Spartan 3E Starter Kit, serta satu perangkat

komputer/laptop Dell Vostro 1088 dengan spesifikasi Operating System Windows 7

Professional, dengan prosesor Intel ® Core Duo T6670 2.20 GHz, dan RAM 4.00
GB. Perancangan dan simulasi dilakukan dengan perangkat lunak Xilinx ISE 10.1

dengan bahasa pemrograman VHDL.

4.2.1 Pengantar FPGA

Konsep FPGA pertama kali dirintis pada tahun 1985 oleh Ross Freeman

(perusahaan Xilinx) dengan FPGA famili XC2064. FPGA merupakan pengembangan

dari teknologi CPLD (Complex Programmable Logic Devices). FPGA (Field

Programmable Gate Array) adalah peralatan logika yang terdiri dari susunan sel-sel

logika dua dimensi dan saklar-saklar yang dapat diprogram [1]. Struktur konseptual

sebuah FPGA dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.9 Struktur konseptual sebuah FPGA [1]

Pengertian terprogram dalam FPGA adalah mirip dengan interkoneksi saklar

dalam breadboard yang bisa diubah oleh pengguna atau pembuat desain. Karena

proses tersebut dapat dikerjakan oleh pendesain di dalam laboratorium atau bisa
disebut “in field” tanpa adanya fasilitas fabrikasi, maka peralatan tersebut dapat

dinamakan sebagai “field programmable” [10].

Sel-sel logika dapat dikonfigurasi untuk memberikan fungsi-fungsi

sederhana, sedangkan saklar terprogram dapat disesuaikan untuk memberikan

interkoneksi antar sel-sel logika tersebut. Sebuah desain dapat diimplementasikan

dengan memberikan fungsi khusus pada tiap sel logika dan mengatur koneksi dari

saklar-saklar terprogram. Jika desain dan sintesis telah diselesaikan, maka desain

tersebut dapat diunduhkan ke FPGA menggunakan kabel adaptor [1].

Komponen gerbang terprogram yang dimiliki FPGA meliputi jenis gerbang

logika biasa (AND, OR, XOR, NOT, dll) maupun jenis fungsi matematis dan

kombinatorik yang lebih kompleks (decoder, adder, substractor, multiplier, dll).

Blok-blok komponen di dalam FPGA bisa juga mengandung elemen memori

(register) mulai dari flip-flop sampai Random Access Memory (RAM) [11].

Beberapa keuntungan dari FPGA antara lain adalah harga yang relatif

murah, dapat diprogram mengikuti kebutuhan, tidak memerlukan proses fabrikasi,

dan kemampuan untuk diprogram kembali untuk mengoreksi adanya kesalahan[11].

Perangkat lunak yang digunakan untuk memprogram FPGA dapat berupa

diagram skematik atau menggunakan pemrograman dengan bahasa HDL (Hardware

Description Language). Bahasa HDL yang populer adalah VHDL (Very high speed

integrated circuit Hardware Description Language) dan Verilog [12].


4.2.2 Pengantar Xilinx ISE 10.1

Xilinx ISE Design Suite atau yang dikenal dengan ISE WebPACK adalah

sebuah Integrated Software Environment yang dibuat oleh perusahaan Xilinx untuk

mendesain dan memprogram chip FPGA atau CPLD yang dikeluarkan oleh

perusahaan Xilinx.

Gambar 3.10 Perangkat lunak Xilinx ISE 10.1

Pada Gambar diilustrasikan tahapan-tahapan dalam pembuatan program

sampai diimplementasikan ke dalam FPGA, yang antara lain meliputi pembuatan

desain sistem (design entry), synthesis, implementation, dan generate programming

file (device programming). Sementara ada tahapan lain yaitu verifikasi desain yang

berada pada sisi lain dari urutan desain.


Gambar 3.11 Tahapan pembuatan desain dengan Xilinx ISE [13]

4.3 Perancangan Pada Perangkat Lunak

Rancangan interpolator untuk mengestimasi karakteristik kanal OFDM yang

merupakan salah satu bagian sistem penerima dari blok sistem OFDM yang dapat

dilihat pada Gambar 3.4


Gambar 3.12 Diagram blok pemodelan sistem OFDM

Pada susunan pilot tipe sisir, ada sejumlah isyarat pilot yang disebar seragam

pada subkanal tertentu. Dimisalkan N C adalah jumlah seluruh subkanal, N p adalah

jumlah kanal yang berisi isyarat pilot [6]. Jarak antara masing-masing pilot dapat

dihitung dengan Persamaan 2.3

jumla h seluru h kanal N C


S= =
jumla h kanal pilot Np

Susunan data dan pilot pada setiap subkanal pada sistem OFDM sesuai

dengan persamaan 2.4 sebagai berikut

X p ( m) , l=0
X (k)= X (mS +l)=
{
data ,l=1,2,3 , … S−1
Interpolator dalam tugas akhir ini dirancang untuk sistem OFDM yang

menggunakan jarak antarpilot sebanyak 3 subkanal. Sesuai dengan persamaan 3.3,

jumlah subkanal yang diberi pilot dapat dihitung dari jumlah seluruh subkanal yang

digunakan sistem OFDM dan jarak antar pilot.

Misalnya jumlah subkanal yang digunakan sistem OFDM adalah 128

subkanal. Jumlah subkanal yang diberi pilot dapat dihitung sebagai berikut

NC
S=
Np

N C 128
N p= = =42.67=43 subkanal
S 3

Tabel 3.1 menunjukkan hubungan antara jumlah subkanal sistem OFDM

dengan jumlah subkanal yang diberi pilot untuk jarak pilot sebanyak 3 subkanal.

Tabel 3.1 Hubungan jumlah subkanal dengan jumlah subkanal pilot

Jumlah subkanal OFDM Jumlah subkanal pilot Jumlah Subkanal Data


128 43 (44) 85(84)
256 86 170
1024 342 682

Jika sistem OFDM menggunakan 128 titik FFT/IFFT (subkanal), jumlah

subkanal yang diberi pilot ada sebanyak 43 subkanal. Simbol pilot akan dimasukkan

ke subkanal 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 dan seterusnya hingga subkanal

126. Pilot Subkanal 127 juga diisi dengan pilot karena tanggapan subkanal ini tidak
dapat diinterpolasi jika diisi dengan data. Karena subkanal 127 diisi dengan pilot,

maka jumlah subkanal yang berisi simbol pilot bertambah menjadi 44 subkanal.

Untuk mempermudah perancangan, 4 subkanal dicuplik dari 128 subkanal

dengan ketentuan 4 subkanal yang dicuplik memiliki 2 subkanal pilot seperti terlihat

pada Gambar 3.2, misalnya pencuplikan dilakukan dengan mengambil subkanal

0,1,2, dan 3. Nilai tanggapan pada subkanal 0 dan subkanal 3 yang berisi simbol pilot

dapat digunakan untuk menghitung nilai tanggapan pada subkanal 1 dan subkanal 2

dengan teknik interpolasi. Teknik interpolasi yang digunakan pada rancangan

interpolator ini adalah teknik interpolasi linear.

Gambar 3.13 Pencuplikan 4 subkanal OFDM yang memiliki 2 subkanal pilot

Interpolator dirancang tidak hanya untuk menghitung nilai tanggapan pada

subkanal yang tidak disisipi isyarat pilot, tetapi juga digunakan untuk menghitung

nilai resiprokal tanggapan kanal masing-masing subkanal OFDM. Nilai resiprokal

tanggapan ini dapat dimasukkan ke blok rancangan penyama kanal (channel

equalizer), yang telah dibuat pada skripsi sebelumnya, untuk menentukan isyarat

yang seharusnya diterima oleh sistem penerima OFDM.


4.4 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur
1. Literatur OFDM
2. Literatur FPGA
3. Skripsi terdahulu

Percobaan
1. Skripsi Terdahulu
2. Komponen sistem digital dalam FPGA

Bisa Diimplementasi ke FPGA ?


Ya
Perhitungan

Tidak Disain Sistem dalam VHDL

Cari Metode
Yang Tepat
Pengujian
1. Simulasi
2. FPGA

Analisa

Kesimpulan

Selesai

BAB V
5 JADWAL PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan selama enam bulan. Rincian rencana jadwal

penelitian dicantumkan dalam Tabel 4.1

Table 4.1 Jadwal Penelitian

Bulan
No. Keterangan
1 2 3 4 5 6
1. Telaah literatur
2. Pembuatan perangkat lunak
3. Pengambilan data
4.
Pengimplementasian ke perangkat keras
5. Kompilasi dan analisis data
6. Evaluasi dan perbaikan
7. Penulisan Laporan

6 DAFTAR PUSTAKA
[1] Chu, Pong P. 2008. FPGA Prototyping By VHDL Examples (Xilinx Spartan-3

Version). New Jersey: John Wiley & Sons.

[2] Lee, R. C. T., Mao-Ching Chiu and Jung-Shan Lin. 2007. Communications

Engineering. Singapore: John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd.

[3] Aditya, Iqbal Prayudha. 2010. Implementasi Pemeta dan Pengawa-peta QAM

Orde 4/16/64 Untuk Model OFDM 256 Subkanal Dengan Pendekatan Look-

Up Table Pada FPGA Xilinx Spartan 3E Menggunakan VHDL, Skripsi,

Yogyakarta: UGM.

[4] Simangunsong, Rugun Paulina. 2010. Penyamaan Kanal Pada OFDM Dengan

Estimasi Menggunakan Algoritma Wiener-Hopf Dan Polyfit, Skripsi ,

Yogyakarta: UGM.

[5] Oktobiyanto, T.R., 2008, Simulasi OFDM Dengan Pilot Statis Dan Estimasi

Kanal Memakai Algoritma Wiener-Hopf, Skripsi, Yogyakarta : UGM.

[6] Coleri, S., Ergen, M., Puri, A., and Bahai, A., Channel Estimation Techniques

Based on Pilot Arrangement in OFDM Systems, Sept. 2002, IEEE

Transactions on Broadcasting, vol. 48, pp. 223–229.


[7] Edfors, O., Sandell, M., Van de Beek, J.-J., Landström, D., and Sjöberg, F., 1996,

An Introduction to Orthogonal Frequency Division Multiplexing, Luleå,

Sweden: Luleå Tekniska Universitet, pp. 1–58.

[8] Li, Ye (Geoffrey), Gordon L. Stuber. 2006. Orthogonal Frequency Division

Multiplexing For Wireless Communications. Georgia Institute Of Technology

US: Springer.

[9] Anwar, A., 2010, Pengaruh Kerapatan Pilot OFDM Terhadap Kecermatan

Estimasi Kanal Menggunakan Algoritma Wiener-Hopf, Skripsi, Yogyakarta :

UGM.

[10] Prihandika, Advis. 2010. Perbandingan Kinerja Perkalian Biner 8 Bit Algoritma

Booth dan Wallace Tree Yang Diimplementasikan Pada FPGA, Skripsi

Jurusan Teknik Elektro UGM. Yogyakarta.

[11] Ramdhani, Bintang. Desain dan Implementasi Orthogonal Frequency Division

multiplexing (OFDM) Pada Field Programmable Gate Array (FPGA),

Makalah Skripsi Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung. Lampung.

[12] Marindra, A. M. J., 2010, Implementasi Pengirim OFDM pada FPGA Xilinx

Spartan-3E, Skripsi, Yogyakarta: UGM.

[13] 2005. Xilinx ISE Software Manuals and Help. Xilinx, Inc.

Anda mungkin juga menyukai