Anda di halaman 1dari 9

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pematangan buah adalah proses perubahan buah dari warna, tekstur,


aroma, maupun rasa yang disebabkan oleh pengaruh genetik buah untuk mencapai
kondisi masak secara fisiologis sempurna, dimana umumnya terjadi pada tahap
akhir dari perkembangan buah yaitu sebelum mencapai kegiatan pemanenan.
Pematangan berhubungan dengan perubahan pati menjadi gula. Sifat pematangan
buah ditentukan dengan melihat pola respirasi pada buah tersebut. Berdasarkan
pola respirasinya, buah dibedakan menjadi buah klimaterik dan buah non-
klimaterik. Pada buah klimatetik, etilen berperan dalam perubahan fisiologis dan
biokimia yang terjadi selama pematangan. Pemberian etilen dapat mempercepat
pematangan dan menghasilkan buah dengan tingkat kematangan yang seragam.
Etilen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh pada suhu ruang
berbentuk gas, dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup pada waktu
tertentu. Etilen dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang penting
dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil pertanian. Etilen dalam
kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai hormon yang aktif dalam proses
pematangan. Disebut hormon karena dapat memenuhi kriteria sebagai hormon
tanaman, yakni bersifat mobil (mudah bergerak) dalam jaringan tanaman dan
merupakan senyawa organik. Etilen di samping dapat memulai proses
klimakterik, juga dapat mempercepat terjadinya klimakterik. Oleh karena itu,
penting untuk dilakukan praktikum terkait “Peranan Etilen pada Buah”.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan pelaksanaan kegiatan praktikum ini yaitu untuk mengetahui


peranan etilen pada buah.
Kegunaan pelaksanaan kegiatan praktikum ini yaitu agar mengetahui
peranan etilen pada buah.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Buah-buahan mempunyai arti penting sebagai sumber vitamin, mineral,


dan zat-zat lain dalam menunjang kecukupan gizi, selain itu juga merupakan
komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Buah-buahan
dapat dimakan baik pada keadaan mentah maupun setelah mencapai
kematangannya. Sebagian besar buah yang dimakan adalah buah yang telah
mencapai tingkat kematangan. Buah-buahan juga dikenal sebagai hasil pertanian
yang mudah rusak (busuk). Hal ini disebabkan karena komoditi hortikultura
tersebut setelah dipanen masih terus melangsungkan respirasi dan metabolisme.
Aktivitas respirasi dan transpirasi ini menggunakan dan merombak zat-zat nutrisi
yang ada pada buah, sehingga dalam jangka waktu tertentu akibat penggunaan dan
perombakan zat nutrisi tersebut, buah mengalami kemunduran mutu dan
kerusakan fisiologis (Roiyana et al., 2012).
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil produksi buah-buahan,
terutama buah-buahan klimaterik adalah penanganan pascapanen. Buah-buahan
klimaterik yang bersifat perishable akibat kandungan air yang tinggi serta
menyebabkan laju respirasi yang meningkat selaras dengan terjadinya penuaan.
Hal tersebut disebabkan kandungan gas etilen mampu mempercepat laju respirasi
sehingga buah akan cepat mengalami penuaan. Etilen pada tanaman berdampak
buruk terhadap kualitas buah, karena mampu mempercepat daya simpan buah
(Mubarok et al., 2020). Etilen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh
(C2H4) yang pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga gas
etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap pada suhu kamar (Sinha,
2014). Etilen yang dihasilkan oleh tanaman memiliki peran ganda dalam
mengontrol pertumbuhan sekaligus penuaan pada tanaman. Proses pematangan
buah dapat ditekan melalui pengendalian produksi etilen maupun sensitivitas
tanaman terhadap etilen (Nazar et al., 2014).
Fitohormon merupakan bagian integral dari regulasi perkembangan dan
pematangan buah (Fenn et al., 2021). Salah satu contoh fitohormon adalah etilen.
Etilen adalah hormon tanaman utama yang mengendalikan pematangan buah
klimakterik (Cao et al., 2020). Etilen adalah suatu gas yang dapat digolongkan
sebagai zat pengatur pertumbuhan (phytohormon) yang aktif dalam pematangan.
Dapat disebut sebagai hormon karena telah memenuhi persyaratan sebagai
hormon, yaitu dihasilkan oleh tanaman, besifat mobil dalam jaringan tanaman dan
merupakan senyawa organik. Etilen merupakan salah satu senyawa volatil (mudah
menguap) yang dibebaskan pada waktu terjadi proses pematangan dan merupakan
hormon yang dibutuhkan dalam proses pematangan. Etilen dapat berupa etilen
alami yang diproduksi dari buah itu sendiri atau etilen buatan berupa gas C4H4
terkompresi yang diencerkan ke udara seperti karbit untuk mendukung
pematangan buah. Buah yang dimatangkan dengan kalsium karbida mempunyai
tekstur dan warna yang baik, tetapi aromanya kurang disukai (Arti et al., 2018).
Etilen dapat mengatur perubahan warna dan reduksi kadar klorofil, peningkatan
karotenoid atau antosianin, gula dan biosintesis senyawa organik yang mudah
menguap (VOC) (Iqbal et al, 2017).
Etilen merupakan suatu senyawa yang dihasilkan secara alami oleh buah
yang dapat mempercepat kematangan pada buah. Keberadaan etilen pada tempat
penyimpanan buah pasca panen akan dapat mempercepat kematangan dan
pembusukan buah (Mukti et al., 2015). Etilen merupakan senyawa yang tersusun
dari unsur hidrogen dan karbon atau hidrokarbon yang pada suhu kamar etilen
berupa gas tidak berwarna, mudah terbakar, sedikit berbau wangiwangi. Etilen
berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik (Hermawan et al.,
2020). Buah-buahan diklasifikasikan ke dalam dua kategori berdasarkan
kapasitasnya untuk memproduksi dan merespons etilen selama pematangan.
Buah-buahan yang pematangannya terkait dengan puncak produksi etilen dan
ledakan respirasi disebut sebagai klimakterik, sedangkan yang tidak disebut
sebagai non-klimakterik (Chen et al., 2018; Fuentes et al., 2019).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini di laksanakan di Laboratorium Agroteknologi Unit


Agronomi, pada hari Rabu, 20 April 2022 pukul 10.00 sampai 12.00 WITA.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu: pisang (Musa


paradisiaca L.), mentimun (Cucucmis sativus L.), mangga (Mangifera indica L.),
jambu biji (Psidium guajava L.) dan calcium karbida (karbit).
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu: wadah tertutup, serbet,
botol semprot, alat tulis dan kamera handphone.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada pelaksanaan praktikum ini yaitu sebagai berikut.


1. Buah yang digunakan adalah buah yang sudah masak optimal (kulit buah
masih berwarna hijau).
2. Perlakuan yang diberikan:
a. Tanpa karbit (K)
b. Menambahkan karbit 20 g kemudian memasukkannya ke dalam wadah
dan ditutup rapat.
c. Menambahkan karbit 20 g yang dibungkus kain basah kemudian
memasukkannya dalam wadah dan ditutup rapat.
d. Menyimpannya selama 2 hari dan mengamati perubahan warna, rasa,
aroma dan tekstur dari buah sampai mengalami pembusukan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pengamatan pada pratikum ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1.1. Hasil Pengamatan Peranan Etilen pada Buah


Pengamatan
No. Nama Perlakuan Gambar
Buah Warna Rasa Tekstur

K1 H KS L

1 Jambu Biji
K2 HK S SL

K3 HK S SL

K1 K S L

2 Pisang
K2 K S AL

K3 HK KS AK
K1 HK S K

3 Mentimun
K2 K S AL

K3 K S AL

4 Mangga K1 KP TS L

K2 KC STS SL

K3 K S L

Keterangan: K1 = Tanpa karbit


K2 = 20 ppm karbit dan disimpan pada wadah tertutup
K3 = 20 ppm karbit, dibungkus kain basa dan disimpan pada
wadah tertutup
H = Hijau
HK = Hijau kekuningan
K = Kuning
KP = Kuning pucat
KC = Kuning kecoklatan
KS = Kurang suka
S = Suka
TS = Tidak suka
STS = Sangat tidak suka
L = Lunak
SL = Sangat lunak
AL = Agak lunak
K = Keras
AK = Agak keras

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat dibahas bahwa Etilen


merupakan suatu senyawa yang dihasilkan secara alami oleh buah yang dapat
mempercepat kematangan pada buah. Keberadaan etilen pada tempat
penyimpanan buah pasca panen akan dapat mempercepat kematangan dan
pembusukan buah (Mukti et al., 2015). Hasil pengamatan pada buah setelah
dilakukan penyimpanan selama dua hari dengan tiga perlakuan menunjukan
bahwa pada buah jambu biji mengalami perubahan, baik dari segi warna, rasa
maupun tekstur, dimana perubahan tersebut berbeda-beda untuk setiap perlakuan.
Pada perlakuan K1, buah nampak berwarna hijau dengan rasa yang sedikit
asam serta memiliki tekstur yang agak keras. Perlakuan K2 dan K3, buah nampak
berwarna hijau kekuningan dengan rasa agak manis serta bertekstur lunak.
Perlakuan K3 memiliki penampilan visual yang kurang menarik karena banyak
terdapat bercak-bercak kecoklatan pada permukaan kulitnya. Hasil pengamatan
pada buah pisang menunjukan bahwa pada perlakuan K1, buah berwarna kuning
dengan rasa yang manis dan bertekstur lunak. perlakuan K2, buah berwarna
kuning dengan rasa manis dan bertekstur agak lunak, sedangkan pada perlakuan
K3, buah berwarna hijau kekuningan dengan rasa agak manis dan bertekstur agak
keras.
Pengamatan pada mentimun menunjukan bahwa pada perlakuan K1,
mentimun berwarna hijau kekuningan dengan rasa yang enak serta bertekstur agak
keras. Adapun pada perlakuan K2 dan K3, mentimun berwarna kuning dengan
tekstur agak lunak. Hasil pengamatan pada buah mangga menunjukan bahwa pada
perlakuan K1 menunjukan buah berwarna kuning pucat dengan rasa asam serta
bertekstur lunak. Adapun pada perlakuan K2, buah berwarna kuning kecoklatan
dan bertekstur sangat lunak, sedangkan pada perlakuan K3, buah berwarna kuning
cerah dengan rasa yang sedikit asam dan bertekstur lunak.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa


setelah dilakukan penyimpanan selama dua hari, terjadi perubahan baik dari
warna, rasa dan tekstur pada buah, dimana masing-masing perlakuan menunjukan
perubahan yang berbeda. Umumnya, yang mengalami perubahan warna dan
tekstur paling signifikan akibat proses pematangan terjadi pada perlakuan K3,
baik pada buah jambu biji, mentimun maupun mangga, terkecuali pada buah
pisang. Pada buah pisang pematangan paling signifikan terjadi pada perlakuan K1.
Hal ini dapat dilihat dari perubahan warna pada yang mulanya berwarna hijau
berubah menjadi kuning maupun hijau kekuningan. Hal ini berkaitan dengan
keberadaan etilen pada tempat penyimpanan buah pasca panen akan dapat
mempercepat kematangan dan pembusukan buah.

5.2. Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini adalah sebaiknya
sebelum melakukan kegiatan praktikum, praktikan harus terlebih dahulu
mempelajari dan menguasai materi yang telah diberikan agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar dan dapat meminimalisir kesalahan dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Arti IM, Manurung ANH. 2018. Pengaruh Etilen Apel dan Daun Mangga pada
Pematangan Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica). Jurnal
Pertanian Presisi. 2(2):77-88.
Cao H, Chen J, Yue M, Xu C, Jian W, Liu Y, Song B, Gao Y, Cheng Y, Li Z.
Tomato Transcriptional Repressor MYB70 Directly Regulates Ethylene-
Dependent Fruit Ripening. The Plant Journal. 104:1568-1581.
Chen Y, Grimplet J, David K, Castellarin SD, Terol J, Wong DCJ. 2018. Ethylene
Receptors and Related Proteins in Climacteric and Non-Climacteric Fruits.
Plant Science. 276:63-72.
Fenn MA, Giovannoni JJ. 2021. Phytohormones in Fruit Development and
Maturation. The Plant Journal. 105:446-458.
Fuentes L, Figueroa CR, Valdenegro M. 2019. Recent Advances in Hormonal
Regulation and Cross-Talk during Non-Climacteric Fruit Development
and Ripening. Horticulturae. 5(45):1-28.
Hermawan D, Sanusi M. 2020. Perancangan Pabrik Etilen dari Dehidrasi Etanol
Kapasitas Produksi 300.000 Ton/Tahun. Jurnal Tugas Akhir Teknik Kimia.
3(2):38-42.
Iqbal N, Khan NA, Ferrante A, Trivellini A, Francini A, Khan MIR. 2017.
Review: Ethylene Role in Plant Growth, Development and Senescence:
Interaction with Other Phytohormones. Journal Frontiers in Plant Science.
8 (475); 1-19.
Mubarok S, Adawiyah ARA, Rosmala A, Rufaidah F, Nuraini A, Suminar E.
2020. Hormon Etilen dan Auksin serta Kaitannya dalam Pembentukan
Tomat Tahan Simpan dan Tanpa Biji. Jurnal Kultivasi. 19(3):1217-1222.
Mukti NIF, Prasetyo I, Mindaryani A. 2015. Preparasi Karbon Teremban Oksida
Cobalt dari Limbah Kulit Manggis sebagai Adsorben Penjerap Etilen
untuk Pengawetan Buah. Reaktor. 15(3):165-174.
Nazar R, Khan MIR, Iqba Nl, Masood A, Khan NA. 2014. Involvement of
ethylene in reversal of salt-inhibited photosynthesis by sulfur in mustard.
Plant. 152:331–344.
Roiyana M, Izzati M, Prihastanti E. 2012. Potensi dan Efisiensi Senyawa
Hidrokoloid Nabati sebagai Bahan Penunda Pematangan Buah. Buletin
Anatomi dan Fisiologi. 20(2):40-50.
Sinha S, Gowda PHR, Kumar S, Mallikarjuna NM. 2014. Shelf Life evaluation in
selected tomato (Solanum Lycopersicum L) F7 Recombinant Inbred Lines
(RILs). Austin Journal of Biotechnology & Bioenginering, 1(3) : 13-16.

Anda mungkin juga menyukai