HIKMATUL FAUZIAH
NIM: 143110247
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLTEKKES KEMENKES PADANG
HIKMATUL FAUZIAH
NIM: 143110247
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulisan proposal ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma III
pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti
menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi peneliti untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:
(1) Ibu Ns. Zola Amelly Ilda, S.Kep, M.Kep dan Delima, S.Pd, M.Kes selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini;
(2) Bapak H. Sunardi, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
(3) Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
(4) Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
(5) Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal
peneliti.
(6) Pihak RSI Ibnu Sina Padang yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
(7) Teristimewa kepada ayah, mama dan abang yang telah memberikan bantuan,
semangat dan medengar keluh kesah selama pembuatan KTI ini. Kepada ayah dan
mama maafkan selama kuliah peneliti banyak menghabiskan uang kalian.
(8) Spesial kepada Fahcrul Imam yang telah menemani dan mendengarkan keluh kesah
dari awal pembuatan KTI ini hingga sampai saat ini mudahan segera menyusul
wisuda juga.
i
Poltekkes Kemenkes
(9) Sahabat tercinta Indah Anggia Fisqi, Amd. Kep, Sintya Tinela, Amd. Kep, Safdara
Tika, Amd. Kep, Fauziah Iswandi, Amd. Kep, dan Ladi Permata, Amd. Kep, yang
selama 3 tahun ini bersama, susah senang hingga kita bersama-sama meraih gelar
Amd. Kep.
(10) Terima kasih juga untuk kelompok 47 PKLT terutama Zahara Sakinah, Amd.
Keb dan Sri Fahnur Septiani, Amd. Kep senang bisa bertemu dengan kalian
menghabiskan waktu selama kita PKL, pengalaman, pertemuan yang susah
dilupakan juga sangat aneh dan sudah menemai sampai malam pembuataan KTI ini.
Akhirnya sampai sekarang kita masih komunikasi dan menjadi sahabat yang baru.
(11) Terima kasih kepada teman satu pembimbing lidia dan zikri yang telah sama-
sama melalui pembuatan proposal hingga KTI ini, banyak kejadian yang sama-
sama kita alami.
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenaan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Peneliti
i
Poltekkes Kemenkes
v
Poltekkes Kemenkes
v
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan :
Pendidikan Tahun
TK Raudhatul Atfal 2001-2002
MIN Gunung Pangilun Padang 2002-2008
MTsN Model Padang 2008-2011
SMAN 5 Padang 2011-2014
Poltekkes Kemenkes Padang 2014-2017
v
Poltekkes Kemenkes
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
ABSTRAK
Demam berdarah dengue (DBD) pada anak merupakan penyakit infeksi tropis berisiko
tinggi yang dapat mengakibatkan kematian. Angka kematian pada anak DBD Sekitar
2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia). Tujuan penelitian adalah
mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan DBD di ruang rawat
inap RSI Ibnu Sina Padang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain studi kasus. Tempat
penelitian di RSI Ibnu Sina Padang dari tanggal 22 Mei 2017 - 27 Mei 2017. Populasi
semua pasien anak dengan DBD, sampel di ambil 2 partisipan dengan teknik purposive
sampling. Alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan adalah format
tahapan asuhan keperawatan. Cara pengumpulan data dengan teknik observasi,
pengukuran, wawancara dan studi dokumentasi. Rencana Analisis data yang telah
didapatkan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori sesuai dengan proses
keperawatan.
Hasil penelitian yang didapatkan pada An. H dan An, N yaitu mengalami DBD dengan
gejala yang sama yaitu demam dengan suhu > 37,5 oC, mual dan muntah, perut terasa
sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Kedua pasien memiliki tetangga yang
mengalami DBD sebelumnya. Didapatkan 4 diagnosa keperawatan yang muncul pada
kasus An. H, pada An. N 2 diagnosa yang muncul. Rencana keperawatan untuk
diagnose hipertermi adalah perawatan demam, sebagian besar rencana tindakan
keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan didapatkan masalah teratasi.
Disarankan kepada Direktur RSI Ibnu Sina Padang agar sering dilaksanakan palatihan
secara berkala penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD
kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien.
Kata kunci (Key Word): Demam Berdarah Dengue (DBD), Asuhan Keperawatan
Daftar Pustaka: 31 (2008-2017)
v
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL..........................................................v
PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................vii
ABSTRAK.......................................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN.............................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6
A. Konsep DBD............................................................................................7
1. Pengertian DBD.................................................................................7
2. Etiologi..............................................................................................7
3. Klasifikasi..........................................................................................8
4. Patofisiologi.......................................................................................9
5. WOC................................................................................................11
6. Manifestasi Klinis............................................................................12
7. Respon Tubuh..................................................................................13
8. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................14
9. Panatalaksanaan...............................................................................14
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan DBD......................17
i
Poltekkes Kemenkes
1. Pengkajian.......................................................................................17
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan............................................21
3. Perencanaan Keperawatan...............................................................21
A. Desain Penelitian...................................................................................30
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................30
C. Subjek Penelitian...................................................................................30
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data................................................30
E. Cara Pengumpulan Data........................................................................32
F. Jenis-Jenis Data.....................................................................................33
G. Rencana Analisis...................................................................................34
A. Deskripsi Kasus.....................................................................................35
1. Pengkajian.......................................................................................35
2. Diagnosis Keperawatan...................................................................37
3. Intervensi Keperawatan...................................................................38
4. Implementasi Keperawatan.............................................................41
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................42
B. Pembahasan...........................................................................................46
1. Pengkajian.......................................................................................46
2. Diagnosis Keperawatan...................................................................48
3. Intervensi Keperawatan...................................................................51
4. Implementasi Keperawatan.............................................................52
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................57
B. Saran......................................................................................................58
x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 WOC DBD Pada Anak.....................................................................10
x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR TABEL
x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4 : Ganchart
x
Poltekkes Kemenkes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penderita DBD di Provinsi Sumatra Barat yang dilaporkan pada tahun
2014 sebanyak 2.282 kasus dengan jumlah kematian 12 orang. Selama tahun
2014 lebih kurang terdapat 4 kabupaten/kota yang melaporkan terjadinya KLB
DBD yaitu Kota Padang, Kabupaten lima Kota, Kabupaten Pesisir Selatan,
Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, karena daerah tersebut termasuk
1
Poltekkes Kemenkes
2
daerah endemis DBD . Kasus tertinggi ada di Kota Padang (666 kasus), diikuti
Kabupaten Pesisir Selatan (282 kasus), Kabupaten Tanah Datar (279 kasus) dan
Kasus terendah adalah di Kota Padang Panjang (7 kasus), hanya Kabupaten
Kepulauan Mentawai yang tidak punya kasus DBD (Dinas Kesehatan Provinsi
Sumbar, 2015).
Kasus DBD di Kota Padang tahun 2014, lebih rendah dari tahun 2013 (998
kasus). Kasus ini lebih banyak terjadi pada perempuan (350 kasus) dibanding
laki-laki (316 kasus), meninggal sebanyak 6 orang dengan CFR (Case Fatality
Rate) 0,9 %. Kasus DBD terbanyak pada tahun 2014 terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Buaya (67 kasus) diikuti oleh Puskesmas Andalas dan
Belimbing (62 kasus) (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Kejadian DBD
pada anak di RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015 dari bulan Juni sampai
Desember sebanyak 63 kasus. Pada tahun 2016 terjadi peningkatan kejadian
DBD pada anak sebanyak 164 kasus.
DBD pada anak dapat menunjukkan gejala demam tinggi dan mendadak disertai
sakit kepala, nyeri sendi atau otot, dan muntah. Gejala khas DBD berupa
perdarahan pada kulit atau tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan
konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi,
hematemesis, melena (Susilaningrum dkk, 2013).
Hasil penelitian Annisa, dkk (2015), menyebutkan bahwa tanda dan gejala lain
yang terdapat pada anak DBD yaitu pembesaran hepar, epistaksis, purpura, juga
hematemesis. Kemenkes RI (2010), menyebutkan bahwa tanda bahaya DBD
adalah nyeri perut, muntah berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan,
perdarahan mukosa, letargi, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan
hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.
Poltekkes Kemenkes
3
Nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan terjadinya syok pada anak dengan
gejala anak menjadi lemah, ujung-ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan
lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan
tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. Gejala tersebut akan membahayakan
anak bila tidak ditangani dengan cepat. Penanganan kasus DBD yang yang
terlambat akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang menyebabkan
kematian (Ngastiyah, 2014).
Poltekkes Kemenkes
4
Orang tua perlu mengetahui gejala awal DBD pada anak. Biasanya orang tua
membawa anak ke pelayanan kesehatan setelah mengalami perdarahan seperti
peteki, gusi berdarah dan hematemesi. Oleh karena itu peran dan pengetahuan
orang tua tentang penyakit DBD sangat penting agar tidak terjadi keterlambatan
dalam penanganan kasus DBD. Anak dan orang tua perlu dipersiapkan untuk
tindakan invasif yang dibutuhkan saat proses perawatan (Ngastyah, 2014).
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Januari 2017 di RSI Ibnu
Sina Padang terdapat 1 pasien anak DBD, dengan diagnosa keperawatan utama
pada anak yaitu dengan hipertermi. Dari hasil pengamatan, peneliti mengamati
perawat sudah melakukan pengkajian dengan baik. Hasil wawancara peneliti
dengan perawat mengatakan tindakan keperawatan untuk pasien hipertermi
menganjurkan anak untuk banyak minum dan melakukan kompres. Pengamatan
peneliti perawat melakukan tindakan keperawatan tersebut ketika pada saat
overan, ketika orang tua mengatakan pasien demam, dan saat pemberian obat.
Poltekkes Kemenkes
5
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan DBD di RSI. Ibnu Sina
Padang
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Institusi Pelayanan
Penulisan KTI diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
meningkatkan asuhan keperawatan pada anak dengan DBD.
Poltekkes Kemenkes
6
2. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Peneliti
Penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dapat menambah wawasan dan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak
dengan DBD.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi
pendidikan khususnya bagi mahasiswa sebagai acuan penelitian lebih
lanjut dalam pemberian asuhan keperawatan anak dengan DBD
Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DBD adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di
daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia di bawah 15
tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit virus
ini. Sumber penularan utama adalah manusia, sedangkan penularannya
adalah nyamuk Aedes (Soedarto, 2009).
2. Etiologi
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue ini terutama
ditularkan melaui vektor nyamuk Aesdes aegypti. Jenis nyamuk ini terdapat
hampir diseluruh Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 m diatas
permukaan laut. Di Indonesia, virus tersebut sampai sampai saat ini telah
diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari
arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. DEN-3 merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Infeksi salah
satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain (Nursalam
dkk, 2008).
7
Poltekkes Kemenkes
8
3. Klasifikasi
Tabel 2.1
Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue
Poltekkes Kemenkes
9
4. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF.
Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah
bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang
mendaparkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini
disebut the secondary heterologous infection atau the sequential infection of
hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik antibody,
sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks
virus antibody) yang tinggi (Wijaya & Putri, 2016).
Akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga
cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibat pembesaran plasma terjadi pengurangan volume
plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan (Ngastiyah, 2014).
Poltekkes Kemenkes
1
Poltekkes Kemenkes
11
5. Manifestasi Klinis
Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri
pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala
tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul
bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan
berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi,
epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014)
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak
menjadi makin lemah, ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin,
dan lembap. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun
dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah, 2014)
1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab
jelas
2) Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan
adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena atau hematemesis
3) Pembesaran hati ( sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4) Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun ( menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
Poltekkes Kemenkes
1
6. Respon Tubuh
a. Sistem pernafasan
Adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi aliran
intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan
dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak
napas (Soedjas, 2011)
b. Sistem sirkulasi
Dengue syok sindrom biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7, disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
c. Sistem kardiovaskuler
Pada pasien DBD akan mengalami peningkatan hematokrit sehingga
terjadi pengentalan darah dan mengakibatkan aliran darah ke jantung
menjadi lambat atau berkurang. Ketika aliran darah ke jantung melambat
curah jantung akan menurun.
d. Sistem otak
Otak akan mengalami kekurangan oksigen karena awal permulaan nya
terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah ke ekstravaskuler
menyebabkan terjadi peningkatan hematokrit, sehingga darah menjadi
kental dan suplai oksigen ke otak juga akan berkurang. Pasien menjadi
gelisah bahkan menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan Darah lengkap
(a) Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi
perdarahan yang banyak dan hebat Hb biasanya menurun
Poltekkes Kemenkes
1
8. Penatalaksanaan
Ngastyah (2014), menyebutkan bahwa penatalaksanaan pasien DBD ada
penantalaksanaan medis dan keperawataan diantanya :
a. Penatalaksanaan Medis
1) DBD tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian minum
pada anak sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres
Poltekkes Kemenkes
1
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza
biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya,
tetapi terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24
jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping
kompres hangat jika pasien demam.
2) Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat
sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah
dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan
renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang
Poltekkes Kemenkes
1
infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang
pada dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit
dan hemoglobin serta trombosit.
3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga
memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah
kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya
dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat
lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya
kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam
rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk
meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2.
Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama tekanan
darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit
tetap dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil
pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.
Poltekkes Kemenkes
1
Poltekkes Kemenkes
1
e. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki.
Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan
grade IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah
mengental dan oksigen ke otak berkurang.
Poltekkes Kemenkes
1
2) Keadaan umum
Lemah
3) Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade
IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg
atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)
4) Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
5) Mata
Konjungtiva anemis
6) Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,
IV.
7) Telinga
Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)
8) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan
mengalami hyperemia pharing
9) Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
10) Dada/thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun
pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade
III, dan IV.
11) Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan Untuk Pasien DBD
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
Faktor Berhubungan:
a) Ansietas
b) Posisi tubuh
c) Deformitas tulang
d) Deformitas dinding
dada
e) Keletihan
f) Hiperventilasi
g) Sindrom hipoventilasi
Sumber: Nanda (2015); Nursing Interventions Classification (NOC) (2013); Nursing Outcome
Classification (NIC) (2013)
Poltekkes Kemenkes
3
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu
keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan
oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan
DBD di RSI Ibnu Sina Padang.
C. Subjek Penelitian
Penelitian menggunakan 2 responden dengan kriteria:
1. Kriteria Inklusi
a. Anak yang mengalami DBD pada grade II, III, dan IV di ruang rawat
RSI Ibnu Sina Padang.
b. Orang tua setuju berpatisipasi dengan peneliti.
2. Kriteria Ekslusi
a. Anak dengan DBD memiliki penyakit komplikasi lain seperti penyakit
kelainan darah leukemia, thalasemia.
Poltekkes Kemenkes
3
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama kali nya di fasilitas
kesehatan terdari dari: identitas pasien, identifikasi penanggung jawab,
riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, data spikologis, data
ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan
laboratorium, dan program pengobatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada di
analisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai berikut:
a. Analisa data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan penyebabnya.
Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang didapat saat
interaksi dengan pasien, biasanya apa yang dikeluhkan oleh pasien, dan
data objektif yaitu data yang diperoleh perawat dari hasil pengamatan
dan pemeriksaan fisik.
b. Menegakkan diagnosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah PES
(Problem+Etiologi+Symptom) dan menggunakan istilah diagnosa
keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA.
3. Intervensi
Rencana keperawatan terdiri dari beberapa komponen sebagai berrikut:
a. Diagnosa yang diprioritaskan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi
4. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
Poltekkes Kemenkes
3
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa kepoerawatan.
c. Evaluasi keperawatan.
Poltekkes Kemenkes
3
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan fisik, seperti
melakukan pengukuran suhu, menimbang berat badan, dan mengukur tinggi
anak, uji touniket, pengkuran napas, nadi, dan tekanan darah.
3. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahn yang
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
lebih mendalam (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari
wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur
kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah. Jadi
wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya
yang jelas. Artinya pewawancara diberi kebebasan yang diharapkan dan
responden secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.
Wawancara dilakukan tentang identitas pasien, riwayat kesehatan (keluhan
masuk rumah sakit, riwayat kesehayan sekarang, riwayat penyakit yang
diderita sebelumnya dan riwayat kesehatan keluarga yang sebelumnya,
kondisi lingkungan pasien), dan activity daily (ADL) seperti makan, minum,
BAB, BAK, istirahat dan tidur.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi dari rumah sakit untuk
menunjang penelitian yang akan dilakukan. Data pemeriksaan laboratorium
(hemoglobin, hematokrit, trombosit), data pemeriksaan diagnostik (rontgen
thorax), dan data pengobatan pasien.
Poltekkes Kemenkes
3
F. Jenis-Jenis Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien, meliputi: identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari rekam medik, serta dari dokumentasi di ruang rawat RSI
Ibnu Sina Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang
(pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik), catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak
dipublikasikan.
G. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep dan teori keperawatan pada pasien anak dengan DBD. Data yang
telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan
tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan
dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus DBD. Analisa
yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori
yang ada dengan kondisi pasien.
Poltekkes Kemenkes
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan 1 An. H berumur 10 tahun
dirawat di Ruang Rawat Inap Zam Zam RSI Ibnu Sina Padang dengan diagnosa
DBD grade I. Partisipan 2 An. N berumur 7 tahun dirawat di Ruangan Inap
Syafa RSI Ibnu Sina Padang dengan diagnosa DBD grade II.
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
An. H masuk RSI Ibnu Sina pada tanggal Keluarga mengatakan An. N masuk ke
23 Mei 2017 pada jam 09.45 wib melalui RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada
IGD dengan keluhan demam sudah 4 tanggal 21 Mei 2017 pada jam 19.00
hari yang lalu, mual dan muntah, perut dengan keluhan demam sudah 5 hari
terasa sakit, nyeri pada persendian, dan yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri
sakit kepala. Tanda- tanda vital: S: pada persendian, sakit kepala dan ada
37,5oC, HR: 90 x/I, TD: 100/60 mmHg. tampak bintik merah pada seleruh tubuh.
Tanda- tanda vital: S: 39,1oC HR: 80 x/i.
Pengkajian dilakukan pada hari selasa Pengkajian dilakukan pada hari senin
pada tanggal 23 Mei 2017 jam 13.15 pada tanggal 22 Mei 2017 pada jam
WIB. Keluarga mengatakan kondisi An. 10.00. Keluarga mengatakan kondisi An.
H sekarang badan teraba hangat, sakit N sekarang demam sudah berkurang,
kepala masih, perut masih terasa sakit,badan teraba hangat, tampak lemah,
nyeri pada persendian dan nafsu makan nafsu makan berkurang dan kurang
berkurang. Saat dilakukan pengkajian minum. Tampak bintik-bintik merah di
merupakan hari rawat pertama klien. seluruh tubuh masih ada. Saat dilakukan
Selama dirawat terdapat beberapa data pengkajian merupakan hari rawat kedua
penunjang seperti pemeriksaan labor. klien. Selama dirawat terdapat beberapa
data penunjang seperti pemeriksaan
labor.
An. H mengatakan tidak pernah di rawat An. H mengatakan tidak pernah di rawat
sebelumnya dengan penyakit yang lain sebelumnya dengan penyakit yang lain
maupun sakit DBD sebelumnya. maupun sakit DBD sebelumnya.
Salah satu keluarga An. H juga sedang Keluarga mengatakan tidak ada keluarga
mengalami sakit DBD yaitu kakak yang mengalami sakit seperti An. N
kandung An. H yang tinggal serumah.
35
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
An. H tinggal di lingkungan komplek An. N tinggal di lingkungan komplek di
yang padat. Keluarga mengatakan di tengah kota. Keluarga mengatakan di
rumah memakai bak mandi jarang rumah menggunakan ember tidak
dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu. menggunakan bak mandi. Tetangga
Keluarga mengatakan di sekitar rumah sebelah rumah pasien juga sudah
juga ada yang mengalami DBD. mengalami DBD sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik tingkat kesadaran Pada pemeriksaan fisik kesadaran An. N
An. H kompos mentis dengan GCS 15, kompos mentis dengan GCS 15, wajah
wajah tampak kemerahan, tidak ada lesi, tampak kemerahan dengan bintik-
dan tidak ada benjolan. Pada mata bintik merah, tidak ada lesi, dan tidak
skelera tidak ikterik, konjungtiva ada benjolan. Pada mata sclera tidak
anemis, dan adanya edema pada ikterik, konjungtiva anemis, dan tidak
palpebra. Hidung simetris, tidak ada ada edema palbebra. Hidung simetris,
pernapasan cuping hidung dan tidak ada tidak ada pernapsan cuping hidung,
epistaksis. Pada mulut warna bibir tidak ada epistaksis. Pada mulut
pucat dan mukosa kering, bibir warna bibir kemerahan, mukosa
tampak pecah-pecah serta nyeri saat lembab dan gusi berdarah. Telinga
menelan, tidak ada perdarahan gusi. simetris kiri dan kanan, pendengaran
Telinga simetris kiri kanan, pendengaran baik. Tidak pembesaran kelenjar getah
baik. Tidak ada pembesaran kelenjer bening. Pada pemeriksaan dada An. N
getah bening dan pembesaran kelenjer dinding dada simetris, tidak ada tarikan
limfe. Pada pemeriksaan dada An. H dinding dada, tampak bintik merah pada
dinding dada tampak simteris, tidak ada dada, fremitus kiri dan kanan sama,
tarikan dinding dada, fremitus kiri dan perkusi sonor dan saat auskultasi
kanan sama, perkusi sonor dan saat terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung
auskultasi terdengar vesikuler. iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis
Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terbab, jantung dalam batas normal,
terlihat, iktus kordis teraba, jantung irama jantung ireguler. Pemeriksaam
dalam batas normal, irama jantung abdomen simetris, tampak bintik pada
reguler. Pemeriksaan abdomen simetris, abdomen, nyeri tekan pada ulu hati,
nyeri tekan pada ulu hati, bising usus bising usus (+). Pada pemeriksaan
(+). Pada pemeriksaan integument turgor integument turgor kulit kembali cepat,
kulit kembali cepat, kulit kering dan kulit kering dan tampak bintik merah
tampak kemerahan. Terpasang infuse RL kemerahn. Terpasang IVFD RL 20 tts/I
20 tts/i pada ekstremitas atas bagian kiri, pada ekstremitas bagian atas sebelah kiri,
tidak ada edema, capillary refil < 3 dtk, tidak ada edema, capillary refill < 3
nyeri pada persendian. Pada ekstremitas detik, tidak ada sianosis, akral teraba
bawah akral teraba hangat, capillary refil hangat. Pada ektremitas bawah tampak
< 3, nyeri pada persendian. bintik merah pada kaki, akral teraba
hangat, tidak edema, tidak sianosis,
capillary refill < 3 detik, dan nyeri pada
persendian.
Poltekkes Kemenkes
3
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Selama dirawat di rumah sakit An. H Selama dirawat di rumah sakit An. N
biasanya buang air besar satu dua kali biasanya buang air besar satu kali sehari
sehari karena mencret, sedangkan untuk dengan konsistensi padat dan berwarna
buang air kecilnya lebih sering ± 7-8 coklat kehitaman, sedangkan untuk
kali. An. H sering mual dan muntah, An. buang air kecilnya lebih sering ± 6-7
H sering terbangun saat malam hari dan kali. An. N sering terbangun saat malam
tidak nyenyak, pada saat sehat An. H hari, pada saat sehat An. N sering tidur
tidak ada tidur siang atau sore karena pada sore hari sekitar pukul 16.30. pada
An. H beraktivitas dan sekolah. Pada saat sakit An. N minum 4-5 gelas/hari.
saat sakit An. H minum 4-5 gelas/hari
Hasil pemeriksaan laboratorium pada Hasil pemeriksaan laboratorium
tanggal 23 Mei 2017 hematologi, pada tanggal 22 Mei 2017,
a. Hemaglobin: 13,0 g/dl (normalnya: a. Hemaglobin: 11,1 g/dl (10-16 g/dl)
10-16 g/dl) b. Lekosit: 4.200/ mm3 (9.000-
b. Lekosit: 2.500/ mm3 (normalnya: 12.000/mm3)
9.000-12.000/mm3) c. Hematokrit: 34 % (33-38 %)
c. Hematokrit: 42 % (normalnya: 33-38 d. Trombosit: 126.000/mm3 (200.000-
%) 400.000/mm3)
d. Trombosit: 133.000/mm3
(normalnya: 200.000-400.000/mm3)
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan diangkat berdasarakan data yang didapatkan berupa data
subjektif dan objektif. Pada partisipan 1 An. H ditemukan 4 diagnosis
keperawatan, sedangkan pada partisipan 2 An. N ditemukan 2 diagnosis
keperawatan.
Tabel 4.2
Diagnosis Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Partisipan 1 An. H ditemukan 4 Partisipan 2 An. N ditemukan 2
diagnosis keperawatan yaitu hipertemi diagnosis keperawatan yaitu hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju berhubungan dengan peningkatan laju
metabolism, kekurangan volume cairan metabolism, dan resiko perdarahan
berhubungan dengan kehilangan cairan berhubungan trombositopenia
aktif, nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi penyakit, ketidakseimbangan Hipertemi berhubungan dengan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh peningkatan laju metabolisme
Poltekkes Kemenkes
3
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Hipertemi berhubungan dengan Hipertemi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolism. Setelah peningkatan laju metabolism. Setelah
Poltekkes Kemenkes
3
Poltekkes Kemenkes
4
Poltekkes Kemenkes
4
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan agar kriteria hasil
dapat tercapai.
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Hipertermi berhubungan dengan Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme yaitu peningkatan laju metabolisme yaitu
pantau suhu dan tanda-tanda vital pantau suhu dan tanda-tanda vital
lainnya (S: 38,2oc), monitor warna kulit lainnya (S: 38oC), monitor warna kulit
dan suhu, diberikan obat atau cairan IV dan suhu, diberikan obat atau cairan IV
(paracetamol 500 mg jam 13.35, cairan (paracetamol syrup dan RL 20
IV RL 20 tts/i/12 jam), menganjurkan tts/i/12jam), menganjurkan keluarga
keluarga untuk memberikan pakaian untuk memberikan pakaian yang
yang longgar, Dorong konsumsi cairan longgar, Dorong konsumsi cairan setiap
setiap jam 11/2-2 liter dalam 24 jam (air jam (air putih), kompres hangat pasien
putih, teh manis, susu), kompres hangat pada lipat paha dan aksila (menggunakan
pasien pada lipat paha dan aksila handuk kecil).
(menggunakan handuk kecil).
Poltekkes Kemenkes
4
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap hari selama 5 hari. Berikut adalah hasil evaluasi yang
dilakukan pada kedua partisipan.
Poltekkes Kemenkes
4
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Perkembangan yang dialami oleh An. H Perkembangan yang dialami oleh An. N
setelah dilakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 5 hari yaitu pada hari ke 4 untuk selama 5 hari didapatkan hasil evaluasi
masalah keperawatan hipertermi termogulasi pada diagnosis hipertermi
berhubungan dengan peningkatan berhubungan dengan peningkatan
laju metabolisme teratasi, ditemui data laju metabolisme teratasi pada hari ke
objektif: suhu anak sudah dalam batas 3, dengan kriteria hasil tidak ada
normal yaitu 36,5oC, kulit tidak dampak peningkatan suhu yang awal masuk suhu
kemerahan lagi, Kulit tidak teraba hangat An. N 38oC turun menjadi 36oC,
lagi, Leokosit: 5000/mm3, data subjektif: kembalinya warna kulit yang permulaan
keluarga mengatakan badan An. H tidak kulit An. H kemerahan, dan tidak ada
teraba hangat. Kriteria hasil tercapai tanda dehidrasi, leokosit 4500/mm3.
yaitu tidak ada peningkatan suhu tubuh, Keluarga mengatakan suhu dan badan
tidak ada hipertermia, tidak ada sakit pasien tidak ada mengalami kenaikan
kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada dan tidak ada teraba hangat
perubahan warna kulit, tidak ada
dehidrasi. Hasil evaluasi untuk masalah resiko
perdarahan berhubungan dengan
Hasil evaluasi untuk masalah trombositopenia teratasi pada hari ke 5,
keseimbangan cairan dan hidrasi pada dengan kriteria hasil bintik merah pada
diagnosis keperawatan yang kedua yaitu seluruh tubuh sudah mulai berkurang,
kekurangan volume cairan gusi beradarah tidak ada lagi, dan
berhubungan dengan kehilangan pemeriksaan labor hemoglobin: 11 g/dl,
cairan aktif tertatasi pada hari ke 4, trombosit: 125.000/mm3.
dengan kriteria hasil tekanan darah tidak
terganggu masih dalam batas normal,
hematokrit sedikit terganggu karena
belum dalam batas normal tetapi tidak
mengalami peningkatan, membran
mukosa lembab, dan tidak ada
penurunan dan kenaikan nadi.
Poltekkes Kemenkes
4
Poltekkes Kemenkes
4
Poltekkes Kemenkes
4
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dengan
aplikasi atau prakrek asuhan keperawatan pada An. H dan An. N dengan kasus
yang telah dilakukan sejak tanggal 22 – 27 mei 2016. Kegiatan yang dilakukan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pada partisipan 1 An. H hasil pengkajian riwayat kesehatan An. H didapatkan
demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada
persendian, dan sakit kepala, sedangkan pada partisipan 2 An. N didapatkan
demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri pada persendian,
sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seluruh tubuh.
Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-
gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam
muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling
ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan
gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif.
Hasil analisa peneliti, kasus yang ditemukan pada An. H dan An. N sesuai
dengan teori karena pada teori mengungkapkan penyakit DBD ditandai oleh
demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu
makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala
dan perut dan adanya bentuk perdarahan.
Poltekkes Kemenkes
4
Keluarga mengatakan di 2-3 rumah juga ada yang mengalami DBD, sedangkan
pada partisipan 2 An. N keluarga mengatakan di rumah menggunakan ember
tidak menggunakan bak mandi. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah
mengalami DBD sebelumnya. Pola tidur An. N sering tidur pada sore hari
sekitar pukul 16.30.
Wati (2009) menyatakan bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah
sakit DBD teradapat hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan
kejadian DBD. Penelitian yang dilakukan Dardjito pada tahun 2008 menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan tidur siang dengan kejadian DBD.
Menurut analisa penenliti faktor penyebab dari penyakit DBD yang ditemukan
pada An. H dan An. N sama dengan teori dari aspek lingkungan. Sedangkan
pada aspek pola kebiasan tidur anak pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore
hari pada jam 16.00-18.00 tidak sama dengan teori karena pola tidur pada siang
hari dan sore tidak selalu berhubungan dengan kejadian DBD.
Pemeriksaan fisik pada An. H didapatkan adanya edema palpebra, nyeri ulu hati,
nyeri persendian dan tidak ada tanda perdarahan, sedangkan pada An. N
didapatkan pemeriksaan fisik ada nya petekie di seluruh tubuh, gusi berdarah,
nyeri ulu hati dan persendian.
Poltekkes Kemenkes
4
Menurut analisa peneliti bahwa gejala perdarahan pada anak DBD sama dengan
teori. Perdarahan tersebut diakibatkan karena pecahnya pembuluh darah kapiler,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan koagulasi.
Menurut penelitian Zein dkk (2015) mengatakan bahwa didapatkan jumlah anak
yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita (68%). Menurut
Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan manifestasi klinis pada anak DBD adanya
nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.
Menurut analisa peneliti adanya gejala nyeri ulu hati, nyeri abdomen dan nyeri
persendian sesuai dengan teori. Adanya tersebut diakibatkan kebocoran plasma
endothelium kapiler sehingga tertumpuknya cairan.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 4 diagnosa keperawatan yang muncul
pada kasus An. H yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolism, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit, dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Poltekkes Kemenkes
4
kurangnya asupan makanan. Pada An. N diagnosa yang muncul yaitu hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko perdarahan
berhubungan trombositopenia. Diagnosis yang muncul pada dokumentasi rumah
sakit pada An. H terdapat 2 diagnosis yaitu hipertermi dan ketidakseimbanagn
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, sedangkan pada An. N hanya satu diagnosis
yaitu hipertermi.
Diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan teori pada An. H
diantaranya resiko syok, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dan
ketidakefektifan pola napas.
Poltekkes Kemenkes
5
pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit,
warna kulit pucat saat elevasi (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena tidak ditemukan batasan
karakteristik pada An. H seperti tidak ada nadi, perubahan tekanan darah, adanya
edema, dan pengisian capillary refill >2 detik.
c. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik: perubahan kedalaman
pernapasan, perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik,
bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,
penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, pernapasan
cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, takipnea (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada
An. H seperti tidak ada sesak napas, pernapasan An. H dalam batas normal, tidak
adanya dilakukan pemeriksaan rontgen dada.
Sedangkan pada An. N diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan
teori diantaranya kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko syok,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas.
Poltekkes Kemenkes
5
penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, dan tidak terjadi peningkatan
hematokrit.
Poltekkes Kemenkes
5
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnose resiko syok pada An. N
karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti penurunan
tekanan darah, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, dan infeksi.
f. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik: perubahan kedalaman
pernapasan, perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik,
bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,
penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, pernapasan
cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, takipnea (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada
An. N seperti tidak ada sesak napas, pernapasan An. N dalam batas normal, tidak
adanya dilakukan pemeriksaan rontgen dada.
3. Intervensi Keperawatan
Poltekkes Kemenkes
5
Berdasarkan kasus An. H dan An. N, tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan intervensi yang telah peneliti susun. Pada diagnosa Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme rencana tindakan terdiri dari
pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan
obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti
menggil), dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan
aksila.
4. Implemetasi Keperawatan
Implementasi Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
pada kedua partisipan tindakan keperawatan yang dilakukan kompres hangat
pasien pada lipat paha dan aksila. Menurut penelitian Sri Purwanti, dkk (2008)
pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien anak
hipertermia di ruang rawat inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta, setelah memberi
tindakan kompres hangat selama 10 menit dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh. Menurut peneliti
Poltekkes Kemenkes
5
Poltekkes Kemenkes
5
Menurut peneliti pemberian obat ranitidine untuk mengatasi nyeri pada An. H
sesuai dengan teori karena pada anak DBD anak mengalami nyeri perut dan
nyeri tekan pada ulu hati, apabila tidak diatasi bisa penyebab perdarahan saluran
pencernaan. Perdarahan saluran cerna terjadi akibat anak tidak makan, dan mual
muntah sehingga akan meningkatkan asam lambung mengakibatkan terkikis
dinding lambung hingga lambung menjadi berdarah.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada An. H dengan masalah keperawatan hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat teratasi pada hari ke 4
rawatan dengan kriteria hasil data subjektif keluarga mengatakan anak tidak
demam lagi setelah demam hari ke 7, suhu: 36,5 oC, leokosit: 5000/mm3 kulit
tampak tidak kemerahan lagi, dan tidak ada tanda dehidrasi seperti mukosa
lembab, tidak pucat dan bibir tidak pecah-pecah.
Poltekkes Kemenkes
5
Poltekkes Kemenkes
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An. H dan An. N dengan
demam berdarah dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang
tahun 2017, peneliti dapat mengambil kesimpulan:
1. Hasil pengkajian pada An. H dan An. N didapatkan data mengalami DBD
dengan gejala yang sama yaitu demam dengan suhu > 37,5oC, mual dan
muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Sebelum
nya kedua pasien memiliki tetangga yang mengalami DBD sebelumnya.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus An. H yaitu hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, nyeri akut berhubungan
dengan inflamasi penyakit, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. Pada An.
N diagnosa yang muncul pada kasus An. N yaitu Hipertermi berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko perdarahan berhubungan
trombositopenia.
3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama hipertermi pada
kedua pasien yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna
kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik,
agenantibakteri, dan agen anti menggil), dorong konsumsi cairan, kompres
hangat pasien pada lipat paha dan aksila.
4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari, Implementasi sesuai
dengan intervensi. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan pada implementasi keperawatan.
5. Hasil evaluasi keperawatan pada masalah hipertermi pada An. H teratasi
pada hari ke 4 dan pada An. N teratasi pada hari ke 3 pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak
ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada
perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi
57
58
B. Saran
1. Bagi Direktur RSI Ibnu Sina Padang
Melalui Pimpinan RS agar sering dilaksanakan palatihan secara berkala
penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD
kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Annisa, D. R. G., Hapsari, M., & Farhanah, N. 2015. Perbedaan Profil Klinis Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Anak Dan Dewasa. Jurnal Media
Medika Muda. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/medico (Diakses Pada
tanggal 11 Januari 2017)
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2014.
https://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2015/07/profil-tahun-2014-edisi-
2015.pdf (Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2017)
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sumatra
Barat Tahun 2014. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat
Kemenkes Kesehatan RI. 2016. Wilayah Klb Dbd Ada Di 11 Provinsi.Senin 7 Maret
2016. http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-ada-
di-11-provinsi.html (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2017)
Poltekkes Kemenkes
Marestika, D.D., Ropi, Helwiyah., & Simagunsong, B. 2012. Pengetahuan Orang Tua
Dalam Penatalaksanaan Dbd Pada Anak Di Puskesmas Margahayu Raya
Bandung. Jurnal Padjajaran. Volume (2012).
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=103881
(Diakses Pada Tanggal 06 Januari 2017)
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., Swanson, Elizabeth. 2013. Nursing
Outcome Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia
Herdman, H., Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta:EGC
Purwanti, Sri. 2009. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta.
Jurnal Berita Ilmu Keperawatan. Vol.1 No. 2.
journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/download/3741/2410 (Diakses Pada
Tanggal 5 Juni 2017)
Nursalam, Susilaningrum, R., & Utami, S. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Jakarta: Salemba Medika.
Rahma, Muliya. 2011. Manifestasi klinis dan hematologi dan serologi temuan pada
anak-anak dengan infeksi dengue. Jurnal Pediatrica Indonesiana, Volume 51.
https://paediatricaindonesiana.org (Diakses Pada Tanggal 08 Januari 2017)
Sidiek, Aboesina. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Penyakit DBD
Terhadap Kejadian Penyakit DBD Pada Anak. Jurnal Media Medika Muda.
Suciwati. 2014. Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Demam Berdarah Dengue
Di Ruang B Iii Kiri R Umah Sakit Telogorejo Semarang.
Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. 2013. Asuhan Keperawata Bayi dan Anak
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Soedarmo, S.S.P. 2009. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Jakarta: Penerbit
Univertas Indonesia (UI-Press)
Poltekkes Kemenkes
Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., Satari, H.I,. 2008. Buku Ajar Infeksi
& Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Wijayaningsih, K.S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media
Zein, D.A, Hapsari, M.D, Farhanah, N. 2015. Gambaran Karakteristik Warning Sign
WHO 2009 Pada Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Anak dan Dewasa.
Jurnal Universitas Diponegoro. Volume 4 No 4. (Diakses Pada Tanggal 5 Juni
2017)
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 4
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampira
35
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
e. Mata Simetris
Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : anemis
Reflek cahaya : positif Palbebra : edema
Pupil : isokor
j. Dada
- Toraks Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, tidak ada tarikan dinding
dada
Auskultasi : Vesikuler
Perkusi : Sonor
Perkusi : tymphani
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
BAB
Sehat : klien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, bau
khas,warna kekuningan.
Sakit: klien BAB 2 kali sehari dengan konsitensi cair, bau khas warna
kekuningan
d. Personal Frek. Mandi: 1 x/hr Cuci rambut : - x/mg Sikat gigi : 1 x/hr
higiene Masalah :.............................................................................
VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium Hasil pemeriksaan hematologi
Radiologi -
Terapi medis - Paracetamol 250mg 3x1
- Trolit 3x1
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
( )
Nama lengkap & tanda tangan
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
DO:
- Suhu: 38,2oC
- TD: 110/80 mmHg
- Tampak wajah kemerahan
- Kulit teraba hangat
- Lekosit:: 2.500/mm3
2. DS: Kehilangan cairan aktif Kekurangan volume
- Keluarga mengatakan An. H cairan
mual dan muntah
- Keluarga mengatakan An. H
BAB mencret
DO:
- Suhu : 38,2oC, RR : 21 x/m,
HR : 81 x/m, TD : 110/ 80
mmHg
- Hematokrit: 42 %
- Trombosit: 133.000/mm3
- Mukosa bibir kering dan
pecah-pecah
- Kulit kering
DO:
- Skala nyeri 2-3
- Tampak wajah An. H meringis
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
DO:
- Tampak diit hanya dihabiskan
sedikit hanya ¼ porsi
- Membran mukosa bibir pucat
- Diit yang diberikan ML
- Konjungtiva anemis
- Tampak pasien memuntahkan
makanan
- BB: 36 kg sebelum sakit: 38
kg,
- Hb: 13,0 g/dl.
RENCANA KEPERAWATAN
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampira
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
ketidaknyamanan
- Lakukan penanganan nyeri (non
farmakologis yaitu teknik napas
dalam dan alihkan perhatian)
- Menganjurkan tingkatkan istirahat
Ketidakseimbangan nutrsi 1. Kaji adanya alergi makanan S:
kurang dari kebutuhan 2. Anjurkan keluarga memberikan makan - Keluarga mengatakan masih sulit
tubuh sedikit tapi sering untuk makan
3. Menganjurkan keluarga untuk - Keluarga mengatakan memuntahkan
memberikan makanan yang disukai apa yang dimakan
pasien - Keluarga mengatakan An. H tidak
4. Monitor mual muntah ada alergi terhadap makanan
O:
- Diit hanya dihabis ¼ piring saja atau
1-2 sendok saja
- Tampak pasien memuntahkan apa
yang dimakan
- Tampak mukosa bibir masih pucat
A: Masalah nutrsi belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Anjurkan keluarga memberikan
makan sedikit tapi sering
- Menganjurkan keluarga untuk
memberikan makanan yang disukai
pasien
- Monitor mual muntah
Rabu/ 24 Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:
Mei 2017 lainnya (S: 38oC) - Keluarga mengatakan An. H badan
2. Monitor warna kulit (kulit kemerahan) masih teraba hangat
dan suhu O:
3. Berikan obat atau cairan IV ( antipiretik: - S: 37,5oC, TD: 110/ 90 mmHg, RR:
paracetamol 250 mg jam 12.00) 20x/I, HR: 84 x/i
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
ringan dan buahan segar/ jus buah) 12jam/ kolf (1000 ml)
6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah- A: masalah cairan teratasi
pecah P: intervensi dihentikan
7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD
RL 20 tts/i)
8. Monitor hasil laboratorium
Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
komprehensif termasuk lokasi, - An. H mengatakan nyei pada bagian
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas perut di ulu hati masih terasa
dan faktor presipitasi sedikit, nyeri kepala dan nyeri pada
2. Observasi reaksi non verbal dari persendian sudah tidak lagi
ketidaknyamanan - Keluarga mengatakan nafsu makan
3. Kontrol lingkungan yang dapat An. H masih kurang
mempengaruhi nyeri seperti suhu O:
ruangan, pencahayaan dan kebisingan - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:
4. Lakukan penanganan nyeri (non 20x/I, HR: 80 x/i
farmakologis yaitu teknik napas dalam- Wajah An. H tidak tampak meringis
dan alihkan perhatian) lagi
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat - Skala nyeri 1
6. Berikan analgetik untuk mengurangi A: masalah manajemen nyeri teratasi
nyeri abdomen (Ranitidine sirup) sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Ketidakseimbangan nutrsi 1. Anjurkan keluarga memberikan makan S:
kurang dari kebutuhan sedikit tapi sering - Keluarga mengatakan An. H mual
tubuh 2. Monitor mual muntah dan muntah tidak ada lagi
3. Menganjurkan keluarga untuk - Keluarga mengatakan nafsu makan
memberikan makanan yang disukai An. H masih kurang
pasien O:
- Diit masih hanya dihabiskan 1/2
piring
- Tampak mukosa bibir masih sedikit
pucat
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
pucat
- Tampak An. H tampak sudah makan
makanan ringan yg disukainya
A: Masalah nutrsi teratasi
P: Intervensi dihentikan
Poltekkes Kemenkes
Lampira
35
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
j. Dada
- Toraks Inspeksi : simetris, tampak bintik merah, tidak ada tarikan
dinding dada
Auskultasi : Vesikuler
Perkusi : Sonor
Perkusi : Tymphani
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Sakit :
Makan : mendapat diit ML, kadang makan 1-2 sendok, kadang tidak
makan.
Minum : 4-5 gelas/ perhari, sulit untuk minum
Radiologi -
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
( )
Nama lengkap & tanda tangan
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
DO:
- Suhu: 38oC
- Tampak wajah kemerahan
- Kulit teraba hangat
- Lekosit:: 4.200/ mm3
2. DS: Trombisitopenia Resiko perdarahan
- Keluarga mengatakan An. N
tampak bintik merah sejak hari
minggu
- Keluarga mengatakan BAB
An. N berwarna coklat
kehitaman
DO:
- Suhu : 38oC, RR : 21 x/m, HR
: 81 x/m
- Hemobglobin: 11,1 g/dl
- Trombosit: 126.000/mm3
- Konjungtiva anemis
- Mukosa bibir tampak
kemerahan
- Adanya tampak bintik merah
pada seluruh tubuh
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
RENCANA KEPERAWATAN
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampira
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes