Anda di halaman 1dari 121

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN


DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RSI IBNU SINA
PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

HIKMATUL FAUZIAH
NIM: 143110247

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN


DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RSI IBNU SINA
PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes


Padang sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

HIKMATUL FAUZIAH
NIM: 143110247

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulisan proposal ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma III
pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti
menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi peneliti untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:

(1) Ibu Ns. Zola Amelly Ilda, S.Kep, M.Kep dan Delima, S.Pd, M.Kes selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini;
(2) Bapak H. Sunardi, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
(3) Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
(4) Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
(5) Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal
peneliti.
(6) Pihak RSI Ibnu Sina Padang yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
(7) Teristimewa kepada ayah, mama dan abang yang telah memberikan bantuan,
semangat dan medengar keluh kesah selama pembuatan KTI ini. Kepada ayah dan
mama maafkan selama kuliah peneliti banyak menghabiskan uang kalian.
(8) Spesial kepada Fahcrul Imam yang telah menemani dan mendengarkan keluh kesah
dari awal pembuatan KTI ini hingga sampai saat ini mudahan segera menyusul
wisuda juga.

i
Poltekkes Kemenkes
(9) Sahabat tercinta Indah Anggia Fisqi, Amd. Kep, Sintya Tinela, Amd. Kep, Safdara
Tika, Amd. Kep, Fauziah Iswandi, Amd. Kep, dan Ladi Permata, Amd. Kep, yang
selama 3 tahun ini bersama, susah senang hingga kita bersama-sama meraih gelar
Amd. Kep.
(10) Terima kasih juga untuk kelompok 47 PKLT terutama Zahara Sakinah, Amd.
Keb dan Sri Fahnur Septiani, Amd. Kep senang bisa bertemu dengan kalian
menghabiskan waktu selama kita PKL, pengalaman, pertemuan yang susah
dilupakan juga sangat aneh dan sudah menemai sampai malam pembuataan KTI ini.
Akhirnya sampai sekarang kita masih komunikasi dan menjadi sahabat yang baru.
(11) Terima kasih kepada teman satu pembimbing lidia dan zikri yang telah sama-
sama melalui pembuatan proposal hingga KTI ini, banyak kejadian yang sama-
sama kita alami.

Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenaan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Padang, 12 Juni 2017

Peneliti

i
Poltekkes Kemenkes
v
Poltekkes Kemenkes
v
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hikmatul Fauziah


NIM 143110247
Tempat/Tanggal Lahir : Padang/ 06 Mei 1996
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Orang Tua
Ayah : Agus Syafrial
Ibu : Lida Defi
Alamat : Komplek Taruko I Blok PP No 18 Padang

Riwayat Pendidikan :
Pendidikan Tahun
TK Raudhatul Atfal 2001-2002
MIN Gunung Pangilun Padang 2002-2008
MTsN Model Padang 2008-2011
SMAN 5 Padang 2011-2014
Poltekkes Kemenkes Padang 2014-2017

v
Poltekkes Kemenkes
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017


Hikmatul Fauziah

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di


Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang Tahun 2017

Isi: xiii + 58 Halaman + 7 Lampiran

ABSTRAK
Demam berdarah dengue (DBD) pada anak merupakan penyakit infeksi tropis berisiko
tinggi yang dapat mengakibatkan kematian. Angka kematian pada anak DBD Sekitar
2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia). Tujuan penelitian adalah
mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan DBD di ruang rawat
inap RSI Ibnu Sina Padang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain studi kasus. Tempat
penelitian di RSI Ibnu Sina Padang dari tanggal 22 Mei 2017 - 27 Mei 2017. Populasi
semua pasien anak dengan DBD, sampel di ambil 2 partisipan dengan teknik purposive
sampling. Alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan adalah format
tahapan asuhan keperawatan. Cara pengumpulan data dengan teknik observasi,
pengukuran, wawancara dan studi dokumentasi. Rencana Analisis data yang telah
didapatkan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori sesuai dengan proses
keperawatan.
Hasil penelitian yang didapatkan pada An. H dan An, N yaitu mengalami DBD dengan
gejala yang sama yaitu demam dengan suhu > 37,5 oC, mual dan muntah, perut terasa
sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Kedua pasien memiliki tetangga yang
mengalami DBD sebelumnya. Didapatkan 4 diagnosa keperawatan yang muncul pada
kasus An. H, pada An. N 2 diagnosa yang muncul. Rencana keperawatan untuk
diagnose hipertermi adalah perawatan demam, sebagian besar rencana tindakan
keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan didapatkan masalah teratasi.
Disarankan kepada Direktur RSI Ibnu Sina Padang agar sering dilaksanakan palatihan
secara berkala penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD
kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien.

Kata kunci (Key Word): Demam Berdarah Dengue (DBD), Asuhan Keperawatan
Daftar Pustaka: 31 (2008-2017)

v
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL..........................................................v
PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................vii
ABSTRAK.......................................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN.............................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................7

A. Konsep DBD............................................................................................7
1. Pengertian DBD.................................................................................7
2. Etiologi..............................................................................................7
3. Klasifikasi..........................................................................................8
4. Patofisiologi.......................................................................................9
5. WOC................................................................................................11
6. Manifestasi Klinis............................................................................12
7. Respon Tubuh..................................................................................13
8. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................14
9. Panatalaksanaan...............................................................................14
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan DBD......................17

i
Poltekkes Kemenkes
1. Pengkajian.......................................................................................17
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan............................................21
3. Perencanaan Keperawatan...............................................................21

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................30

A. Desain Penelitian...................................................................................30
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................30
C. Subjek Penelitian...................................................................................30
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data................................................30
E. Cara Pengumpulan Data........................................................................32
F. Jenis-Jenis Data.....................................................................................33
G. Rencana Analisis...................................................................................34

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN .............................

A. Deskripsi Kasus.....................................................................................35
1. Pengkajian.......................................................................................35
2. Diagnosis Keperawatan...................................................................37
3. Intervensi Keperawatan...................................................................38
4. Implementasi Keperawatan.............................................................41
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................42
B. Pembahasan...........................................................................................46
1. Pengkajian.......................................................................................46
2. Diagnosis Keperawatan...................................................................48
3. Intervensi Keperawatan...................................................................51
4. Implementasi Keperawatan.............................................................52
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................57
B. Saran......................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 WOC DBD Pada Anak.....................................................................10

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue...................................8


Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Untuk Pasien DBD.....................................19
Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan...................................................................35
Tabel 4.2 Diagnosis Keperawatan.....................................................................37
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................38
Tabel 4.4 Implemetasi Keperawatan.................................................................41
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................................43

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Inform Concent

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 : Surat Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 4 : Ganchart

Lampiran 5 : Jadwal Bimbingan Proposal

Lampiran 6 : Jadwal Bimbingan KTI

Lampiran 7 : Dokumentasi Asuhan Keperawatan

x
Poltekkes Kemenkes
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang


disebabkan oleh virus ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit DBD dapat
muncul sepanjang tahun (Kemenkes, 2015). DBD dapat menyerang semua
kelompok umur, namun DBD masih merupakan penyebab utama kematian pada
anak-anak. DBD sering terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun, dengan
tingkat serangan tertinggi dalam umur 5-9 tahun (Rahma, 2011).

World Health Organization (WHO) (2016) tahun 2015, menyebutkan bahwa


wabah demam berdarah tersebar di seluruh dunia. Filipina melaporkan lebih dari
169.000 kasus dan Malaysia melebihi 111.000 kasus dugaan demam berdarah,
meningkat 59,5% dan 16% dalam jumlah kasus tahun sebelumnya. Diperkirakan
500.000 orang dengan dengue parah memerlukan rawat inap setiap tahunnya,
sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% dari mereka tidak
dapat diselamatkan (meninggal dunia).

Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga akhir Februari tahun 2016,


kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada di 12 Kabupaten dan 3
Kota dari 11 Provinsi di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah
penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487
orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang Golongan terbanyak
yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan
usia 15-44 tahun mencapai 33,25% (Kemenkes RI, 2016).

Jumlah penderita DBD di Provinsi Sumatra Barat yang dilaporkan pada tahun
2014 sebanyak 2.282 kasus dengan jumlah kematian 12 orang. Selama tahun
2014 lebih kurang terdapat 4 kabupaten/kota yang melaporkan terjadinya KLB
DBD yaitu Kota Padang, Kabupaten lima Kota, Kabupaten Pesisir Selatan,
Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, karena daerah tersebut termasuk

1
Poltekkes Kemenkes
2

daerah endemis DBD . Kasus tertinggi ada di Kota Padang (666 kasus), diikuti
Kabupaten Pesisir Selatan (282 kasus), Kabupaten Tanah Datar (279 kasus) dan
Kasus terendah adalah di Kota Padang Panjang (7 kasus), hanya Kabupaten
Kepulauan Mentawai yang tidak punya kasus DBD (Dinas Kesehatan Provinsi
Sumbar, 2015).

Kasus DBD di Kota Padang tahun 2014, lebih rendah dari tahun 2013 (998
kasus). Kasus ini lebih banyak terjadi pada perempuan (350 kasus) dibanding
laki-laki (316 kasus), meninggal sebanyak 6 orang dengan CFR (Case Fatality
Rate) 0,9 %. Kasus DBD terbanyak pada tahun 2014 terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Buaya (67 kasus) diikuti oleh Puskesmas Andalas dan
Belimbing (62 kasus) (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Kejadian DBD
pada anak di RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015 dari bulan Juni sampai
Desember sebanyak 63 kasus. Pada tahun 2016 terjadi peningkatan kejadian
DBD pada anak sebanyak 164 kasus.

DBD pada anak dapat menunjukkan gejala demam tinggi dan mendadak disertai
sakit kepala, nyeri sendi atau otot, dan muntah. Gejala khas DBD berupa
perdarahan pada kulit atau tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan
konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi,
hematemesis, melena (Susilaningrum dkk, 2013).

Hasil penelitian Annisa, dkk (2015), menyebutkan bahwa tanda dan gejala lain
yang terdapat pada anak DBD yaitu pembesaran hepar, epistaksis, purpura, juga
hematemesis. Kemenkes RI (2010), menyebutkan bahwa tanda bahaya DBD
adalah nyeri perut, muntah berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan,
perdarahan mukosa, letargi, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan
hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.

Poltekkes Kemenkes
3

Pengkajian anak dengan DBD ditemukan adanya peningkatan suhu yang


mendadak disertai mengigil, adanya pedarahan kulit seperti petekhie, ekimosis,
hematom, epistaksis, hematemesis bahkan hematemesis melena. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri otot, sakit kepala, nyeri ulu hati,
pembengkakan sekitar mata. Hasil pemeriksaan labor didapatkan adanya
tromsitopenia dan hemokonsentrasi (Alimul, 2008).

Hemokonsentrasi dapat dinilai dari hematokrit. Nilai hematokrit meningkat


bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.
Akibat kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak
yang mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai
hematokrit (Susilaningrum dkk, 2013).

Nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan terjadinya syok pada anak dengan
gejala anak menjadi lemah, ujung-ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan
lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan
tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. Gejala tersebut akan membahayakan
anak bila tidak ditangani dengan cepat. Penanganan kasus DBD yang yang
terlambat akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang menyebabkan
kematian (Ngastiyah, 2014).

Alimul (2008), mengatakan bahwa salah satu diagnosis atau masalah


keperawatan yang terjadi pada anak DBD adalah kurang volume cairan.
Kurangnya volume cairan pada anak DBD ini dapat disebabkan oleh adanya
perpindahan cairan intra vaskuler ke ekstravaskuler akibat peningkatan
permeabilitas kapiler. Tindakan perawat yang dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah monitor tanda vital, keadaan umum, tanda-tanda syok
dan asupan cairan. Asupan cairan dapat diberikan melalui pemberian minum
peroral dan melalui intravena.

Poltekkes Kemenkes
4

Orang tua perlu mengetahui gejala awal DBD pada anak. Biasanya orang tua
membawa anak ke pelayanan kesehatan setelah mengalami perdarahan seperti
peteki, gusi berdarah dan hematemesi. Oleh karena itu peran dan pengetahuan
orang tua tentang penyakit DBD sangat penting agar tidak terjadi keterlambatan
dalam penanganan kasus DBD. Anak dan orang tua perlu dipersiapkan untuk
tindakan invasif yang dibutuhkan saat proses perawatan (Ngastyah, 2014).

Hasil penelitian Marestika, dkk (2012) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan


orang tua dalam penatalaksanaan masalah DBD pada anak di Kecamatan Buah
Batu wilayah kerja Puskesmas Margahayu Raya Bandung pada bulan Juni 2012
lebih dari setengahnya termasuk dalam kategori cukup baik, dikarenakan orang
tua sudah cukup familiar dengan penyakit demam berdarah. Orang tua belum
memahami kapan anak harus dibawa ketempat pelayanan kesehatan terdekat
untuk memeriksakan kondisi anak mereka. Supaya tidak terjadi keterlambatan
dalam penanganan kasus DBD. Sidiek (2012), menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan mengenai DBD tidak berhubungan dengan kejadian DBD pada
anak. Tingkat pengetahuan ibu pada anak yang mengalami kejadian penyakit
DBD dibanding pada anak yang tidak mengalami kejadian DBD tidak memiliki
perbedaan yang bermakna.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Januari 2017 di RSI Ibnu
Sina Padang terdapat 1 pasien anak DBD, dengan diagnosa keperawatan utama
pada anak yaitu dengan hipertermi. Dari hasil pengamatan, peneliti mengamati
perawat sudah melakukan pengkajian dengan baik. Hasil wawancara peneliti
dengan perawat mengatakan tindakan keperawatan untuk pasien hipertermi
menganjurkan anak untuk banyak minum dan melakukan kompres. Pengamatan
peneliti perawat melakukan tindakan keperawatan tersebut ketika pada saat
overan, ketika orang tua mengatakan pasien demam, dan saat pemberian obat.

Poltekkes Kemenkes
5

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertatrik untuk melakukan penelitian


studi kasus asuhan keparawatan pada anak dengan DBD di ruang rawat RSI
Ibnu Sina Padang.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan DBD di RSI. Ibnu Sina
Padang

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Peneliti mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan


Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Institusi Pelayanan
Penulisan KTI diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
meningkatkan asuhan keperawatan pada anak dengan DBD.

Poltekkes Kemenkes
6

2. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Peneliti
Penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dapat menambah wawasan dan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak
dengan DBD.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi
pendidikan khususnya bagi mahasiswa sebagai acuan penelitian lebih
lanjut dalam pemberian asuhan keperawatan anak dengan DBD

Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR DBD


1. Pengertian
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthopodborn virus) da ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes
albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014).

DBD adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di
daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia di bawah 15
tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit virus
ini. Sumber penularan utama adalah manusia, sedangkan penularannya
adalah nyamuk Aedes (Soedarto, 2009).

2. Etiologi
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue ini terutama
ditularkan melaui vektor nyamuk Aesdes aegypti. Jenis nyamuk ini terdapat
hampir diseluruh Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 m diatas
permukaan laut. Di Indonesia, virus tersebut sampai sampai saat ini telah
diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari
arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. DEN-3 merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Infeksi salah
satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain (Nursalam
dkk, 2008).

7
Poltekkes Kemenkes
8

3. Klasifikasi

Tabel 2.1
Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue

DD/ DBD Derajat Gejala


DD Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit
kepala, nyeri retro-orbital, sakit pada otot, sakit
pada persendian
DBD I Gejala diatas ditambah uji bendung positif
DBD II Gejala diatas ditambah perdarahan spontan
DBD III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi
(kulit dingin dan lembab serta gelisah)
DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan
nadi tidak terukur

Sumber : Soadjas, 2011

DBD dibedakan menjadi 4 derajat, sebagai berikut :


1) Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat
manifestasi perdarahan (uji turniket positif)
2) Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdarahan lain
3) Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit
yang dingin dan lembab, gelisah
4) Derajat IV : ranjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat diukur.
(WHO, 2017)

Poltekkes Kemenkes
9

4. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF.
Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah
bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang
mendaparkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini
disebut the secondary heterologous infection atau the sequential infection of
hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik antibody,
sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks
virus antibody) yang tinggi (Wijaya & Putri, 2016).

Akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga
cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibat pembesaran plasma terjadi pengurangan volume
plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan (Ngastiyah, 2014).

Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat


renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat
kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian
(Ngastiyah, 2014).

Trombositopenia terjadi akibat meningkatnya destruksi trombosit. Penyebab


peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa faktor
dapat menjadi penyebab seperti yaitu virus dengue, komponen aktif system

Poltekkes Kemenkes
1

komplemen, dan kerusakan sel endotel. Trombositopenia, gangguan fungsi


trombosit dan kelainan system koagulasi dianggap sebagai penyebab utama
perdarahan pada DBD (Soedarmo dkk, 2008).

Poltekkes Kemenkes
11

Poltekkes Kemenkes Padang


1

5. Manifestasi Klinis

Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri
pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala
tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul
bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan
berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi,
epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014)

Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak
menjadi makin lemah, ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin,
dan lembap. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun
dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah, 2014)

Gejala klinis untuk diagnosis DBD, sebagai berikut :

1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab
jelas
2) Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan
adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena atau hematemesis
3) Pembesaran hati ( sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4) Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun ( menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

Poltekkes Kemenkes
1

6. Respon Tubuh
a. Sistem pernafasan
Adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi aliran
intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan
dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak
napas (Soedjas, 2011)
b. Sistem sirkulasi
Dengue syok sindrom biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7, disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
c. Sistem kardiovaskuler
Pada pasien DBD akan mengalami peningkatan hematokrit sehingga
terjadi pengentalan darah dan mengakibatkan aliran darah ke jantung
menjadi lambat atau berkurang. Ketika aliran darah ke jantung melambat
curah jantung akan menurun.
d. Sistem otak
Otak akan mengalami kekurangan oksigen karena awal permulaan nya
terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah ke ekstravaskuler
menyebabkan terjadi peningkatan hematokrit, sehingga darah menjadi
kental dan suplai oksigen ke otak juga akan berkurang. Pasien menjadi
gelisah bahkan menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan Darah lengkap
(a) Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi
perdarahan yang banyak dan hebat Hb biasanya menurun

Poltekkes Kemenkes
1

Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL


(b) Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi
kebocoran plasma
Nilai normal: 33- 38%
(c) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia
kurang dari 100.000/ml
Nilai normal: 200.000-400.000/ml
(d) Leukosit mengalami penurunan dibawah normal
Nilai normal: 9.000-12.000/mm3
2) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan: hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
3) Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa:
(a) pH darah biasanya meningkat
Nilai normal: 7.35-7.45
(b) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik
mengakibatkan pCO2 menurun dari nilai normal (35 – 40 mmHg)
dan HCO3 rendah.
b. Pemeriksaan rontgen thorak
Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya cairan di rongga
pleura yang meyebabkan terjadinya effusi pleura.
(Wijayaningsih, 2013)

8. Penatalaksanaan
Ngastyah (2014), menyebutkan bahwa penatalaksanaan pasien DBD ada
penantalaksanaan medis dan keperawataan diantanya :
a. Penatalaksanaan Medis
1) DBD tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian minum
pada anak sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres

Poltekkes Kemenkes
1

hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang diberi luminal dengan


dosis : anak yang berumur <1 tahun 50mg IM, anak yang berumur
>1 tahun 75mg. atau antikonvulsan lainnya. Infus diberikan pada
pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien teruss menerus muntah,
tidak dapat diberikan minum sehingga mengancan terjadinya
dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat.
2) DBD disertai renjatan
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Cairan yang biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan
renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila renjatan
sudah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10
ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan
berulang perlu dipasang CVP (central venous pressure) untuk
mengukur tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena
jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.

b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza
biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya,
tetapi terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24
jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping
kompres hangat jika pasien demam.
2) Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat
sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah
dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan
renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang

Poltekkes Kemenkes
1

infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang
pada dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit
dan hemoglobin serta trombosit.
3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga
memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah
kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya
dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat
lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya
kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam
rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk
meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2.
Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama tekanan
darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit
tetap dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil
pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.

Poltekkes Kemenkes
1

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA ANAK DBD


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD tersering menyerang anak dengan usia kurang
15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak
anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan
batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakkan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat beberapa faktor predisposisinya. Anak yang menderita DBD
sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsumakan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka akan dapat mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
c. Kondisi lingkungan

Poltekkes Kemenkes
1

Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang


kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju kamar)
d. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.
2) Eliminasi alvi (buang air besar)
Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD grade
IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urin (bang air kecil)
Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit. Pada DBD
grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam
10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya
sering tidur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai
kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.
5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya keluarga melakukan 3m
plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan menebar bubuk abate.

e. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki.
Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan
grade IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah
mengental dan oksigen ke otak berkurang.

Poltekkes Kemenkes
1

2) Keadaan umum
Lemah
3) Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade
IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg
atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)
4) Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
5) Mata
Konjungtiva anemis
6) Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,
IV.
7) Telinga
Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)
8) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan
mengalami hyperemia pharing
9) Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
10) Dada/thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun
pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade
III, dan IV.
11) Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Poltekkes Kemenkes
2

Pal : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati


(hepatomegali) Per : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus
12) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji
tourniket. Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan tekanan
antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada
tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan
timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah (Soedarmo, 2008).
13) Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
14) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidak

Poltekkes Kemenkes
2

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

a) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme.


b) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kegagalan mekanisme regulasi.
d) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.
e) Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah
f) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya
suplai oksigen ke jaringan
g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (mual, muntah dan anoreksia)
h) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan adanya cairan di rongga
pleura.
(Nanda, 2015)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan Untuk Pasien DBD

Diagnosis keperawatan NOC NIC


Kekurangan volume Setelah dilakukan Manajemen cairan
cairan tindakan keperawatan a) Pertahankan catatan
diharapkan terjadi intake dan output yang
Definisi : penurunan cairan keseimbangan cairan akurat
intravaskular, interstisial, dengan kriteria hasil : b) Monitor status hidrasi
dan atau intraseluler. Ini a) Tekanan darah tidak (misalnya membrane
mengacu pada dehidrasi. terganggu mukosa lembab, denyut
b) Keseimbangan intake nadi adekuat, dan
Faktor risiko : dan output tidak tekanan darah)
a) Perubahan status mental terganggu c) Monitor vital sign
b) Penurunan tekanan c) Berat badan stabil tidak d) Monitor masukan atau
darah terganggu cairan dan hitung intake
c) Penurunan tekanan nadi d) Turgor kulit tidak kalori harian
d) Penurunan volume nadi terganggu e) Monitor status nutrisi
e) Penurunan turgor kulit e) Hematokrit sedikit f) Dorong pasien untuk
f) Membran mukosa terganggu menambah asupan oral

Poltekkes Kemenkes
2

kering f) Berat jenis urin sedikit (misalnya, memberikan


g) Kulit kering terganggu sedotan, menawarkan
h) Peningkatan suhu tubuh cairan diantara waktu
Faktor yang berhubungan Setelah dilakukan makan)
dengan : tindakan keperawatan g) Tawari makanan
a) Kehilangan cairan aktif diharapkan hidrasi ringan(misalnya
b) Kegagalan mekanisme tidak terjadi dengan minuman ringan dan
regulasi kriteria hasil : buahan segar/ jus buah)
a) Turgor kulit tidak h) Kolaborasi pemberian
terganggu cairan IV
b) Membran mukosa i) Monitor hasil
lembab tidak laboratorium
terganngu
c) Intake cairan tidak
terganggu
d) Output urin tidak
terganggu
e) Perfusi jaringan tidak
terganggu
f) Tidak ada haus
g) Tidak ada peningkatan
hematokrit
h) Tidak ada nadi cepat
dan lemah
Hipertermia Setelah dilakukan Perawatan Demam
tindakan keperawatan a) Pantau suhu dan tanda-
Defenisi : peningkatan suhu diharapkan tanda vital lainnya
tubuh diatas kisaran normal termoregulasi normal b) Monitor warna kulit dan
dengan kriteria hasil: suhu
Batasan karakteristik : a) Tidak ada c) Berikan obat atau cairan
a) Kunvulsi peningkatan suhu IV (misalnya, antipiretik,
b) Kulit kemerahan tubuh agenantibakteri, dan agen
c) Peningkatan suhu tubuh b) Tidak ada hipertermia anti menggil)
diatas kisaran normal c) Tidak ada sakit kepala d) Monitor penurunan
d) Kejang d) Tidak ada sakit otot tingkat kesadaran
e) Takhikardi e) Tidak ada perubahan e) Tutup pasien dengan
f) Takhipnea warna kulit selimut atau pakaian
g) Kulit terasa hangat f) Tidak ada dehidrasi ringan, tergantung pada
fase demam ( yaitu:
Faktor yang berhubungan memberikan selimut
dengan : hangat untuk fase dingin,
a) Anastesia menyediakan pakaian
b) Penurunan respirasi atau linen tempat tidur
c) Dehidrasi untuk demam
d) Pemajanan lingkungan f) Dorong konsumsi cairan
yang panas g) Fasilitasi istirahat

Poltekkes Kemenkes
2

e) Penyakit h) Kompres hangat pasien


f) Peningkatan laju pada lipat paha dan aksila
metabolisme
Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
tindakan keperawatan a) Monitor ketat tanda-
Definisi : beresiko diharapkan keparahan tanda perdarahan
mengalami penurunan kehilangan darah tidak b) Catat nilai Hb dan Ht
volume darah yang dapat terjadi dengan kriteria sebelum dan sesudah
mengganggu kesehatan hasil : terjadinya perdarahan
a) Tidak ada kehilangan c) Monitor nilai labor
Faktor resiko : darah yang terlihat d) Monitor status cairan
a) Aneurisme b) Tidak ada hematuria yang meliputi intake dan
b) Defisiensi pengetahuan c) Tidak ada keluar darah ouput
dari anus e) Observasi adanya darah
d) Tidak ada hematemesis dalam sekresi cairan
e) Tidak ada penurunan tubuh
tekanan darah sistolik f) Instruksikan pasien untuk
f) Tidak ada penurunan meningkatkan makanan
tekanan darah diastolik yang kaya vitamin K
g) Instruksikan keluarga
Setelah dilakukan untuk memonitor tanda-
tindakan keperawatan tanda perdarahan dan
diharapkan koagulasi mengambil tindakan
darah membaik dengan yang tepat jika terjadi
kriteria hasil: perdarahan (misalnya:
a) Tidak ada deviasi dari lapor kepada perawat)
kisaran normal
pembentukan bekuan
b) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal waktu
prtrombin (PT)
c) Tidak ada deviasi dari
kisaran normalwaktu
parsial tromboplastin
(PTT)
d) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
hematokrit (Hct)
e) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
hemoglobin (Hb)
f) Tidak ada peradarahan
g) Ringan petekie
h) Tidak ada ekimosis
i) Tidak ada BAB
berdarah

Poltekkes Kemenkes
2

j) Tidak ada hematuria


k) Tidak ada
hematemesis
l) Tidak ada gusi darah

Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


tindakan keperawatan a) Lakukan pengkajian
Defenisi : pengalaman diharapkan tingkat nyeri secara
sensori dan emosional yang nyeri berkurang dengan komprehensif termasuk
tidak menyenangkan yang kriteria hasil: lokasi, karakteristik,
muncul aibat kerusakan a) Tidak ada nyeri yang durasi, frekuensi,
jaringan yang aktual atau dilaporkan kualitas dan faktor
potensial atau digambarkan b) Tidak ada mengerang presipitasi
dalam hal kerusakan dan menangis b) Observasi reaksi non
sedemikian rupa c) Tidak ada menyeringit verbal dari
d) Tidak ada ketegangan ketidaknyamanan
Batasan karakteristik : otot c) Gunakan teknik
a) Perubahan selera e) Tidak ada kehilangan komunikasi terapeutik
makan nafsu makan untuk mengetahui
b) Perubahan tekanan f) Tidak ada Ekspresi pengalaman nyeri
darah wajah nyeri pasien
c) Perubahan frekuensi d) Kaji kultur yang
jantung Setelah dilakukan mempengaruhi respon
d) Perubahan frekuensi tindakan keperawatan nyeri
pernapasan diharapkan kontrol e) Evaluasi pengalaman
e) Mengekspresikan nyeri teratasi dengan nyeri masa lampau
perilaku kriteria hasil : f) Evaluasi bersama pasien
f) Masker wajah a) Sering menunjukkan dan tim kesehatan lain
g) Gangguan tidur mengenali kapan nyeri tentang ketidakefektifan
terjadi kontrol nyeri masa
b) Secara konsisten lampau
menunjukkan g) Bantu pasien dan
Faktor yang berhubungan menggambarkan faktor keluarga untuk mencari
dengan : agen cedera ( nyeri dan menemukan
misal biologis, zat kimia, c) Sering menunjukkan dukungan
fisik, psikologis) menggunakan tindakan h) Kontrol lingkungan
pengurangan (nyeri) yang dapat
tanpa analgetik mempengaruhi nyeri
d) Sering menunjukkan seperti suhu ruangan,
melaporkan perubahan pencahayaan dan
terhadap gejala nyeri kebisingan
pada professional i) Kurangi faktor
kesehatan presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan
Setelah dilakukan penanganan nyeri
tindakan keperawatan (farmakologi,non

Poltekkes Kemenkes
2

diharapkan status farmakologi dan inter


kenyamanan meningkat personal)
dengan kriteria hasil: k) Kaji tipe dan sumber
a) Tidak terganggu nyeri untuk menentukan
kesejahteraan fisik intervensi
b) Tidak terganggu l) Berikan analgetik untuk
control terhadap gejala mengurangi nyeri
(Sambungan) m) Evaluasi keefektifan
c) Tidak terganggu kontrol nyeri
kesejahteraan n) Dukung tingkatkan
kesejahteraan istirahat/ tidur yang
psikologis adekuat untuk
d) Tidak terganggu membantu penurunan
lingkungan fisik nyeri
e) Tidak terganggu suhu o) Kolaborasikan dengan
ruangan dokter jika ada keluhan
f) Tidak terganggu dan tindakan nyeri tidak
dukungan sosial dari berhasil
keluarga
Pemberian analgetik
a) Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,da
n derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b) Cek instruksi dokter
tentang jenis
obat,dosis,dan frekuensi
c) Cek riwayat alergi
d) Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
e) Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f) Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian,dan dosis
optimal
g) Pilih rute pemberian
secara IV,IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
h) Monitor vital sign

Poltekkes Kemenkes
2

sebelum dan sesudah


pemberian anlgesik
pertama kali
i) Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
j) Evaluasi efektifitas
analgesic,tanda dan
gejala (efek samping)
Resiko syok Setelah dilakukan Manajemen hipovolemi
tindakan keperawatan
Defenisi : berisiko terhadap diharapkan keparahan a) Monitor status
ketidakcukupan aliran darah syok: hipovolemik tidak hemidinamik, meliputi
ke jaringan tubuh, yang terjadi dengan kriteria nadi, tekanan darah.
dapat mengakibatkan hasil: b) Monitor adanya tanda-
disfungsi seluler yang a) Tidak ada penurunan tanda dehidrasi
mengancam jiwa tekanan nadi perifer (misalnya: turgor kulit
b) Tidak ada penurunan buruk, capillary refill
Faktor resiko : tekanan darah sistolik terlambat, nadi lemah,
a) Hipotensi c) Tidak ada penurunan membrane mukosa
b) Hipovolemia tekanan darah diastolik kering, dan penurunan
c) Hipoksemia d) Tidak ada urin output
d) Hipoksia melambatnya waktu c) Monitor adanya sumber-
e) Infeksi pengisian kapiler sumber perdarahan
f) Sepsis e) Tidak ada nadi lemah (misalnya: perdarahan,
g) Sindrom respons dan halus muntah, keringat yang
inflamasi sistemik f) Tidak ada akral dingin, berlebihan)
kulit lembab/ basah d) Monitor adanya bukti
g) Tidak ada penurunan laboratorium terkait
tingkat kesadaran dengan kehilangan
darah (misalnya:
Setelah dilakukan hemoglonin,
tindakan keperawatan hematoktrit,
diharapkan tanda-tanda trombombosit)
vital dalam rentang e) Dukung asupan cairan
normal dengan kriteria oral (misalnya: berikan
hasil: cairan lebih dari 24 jam
a) Tekanan darah sistolik dan berikan cairan
tidak ada deviasi dari dengan makanan), jika
kisaran normal tidak ada kontraindikasi
b) Tidak ada deviasi dari f) Berikan cairan IV
kisaran normal tekanan isotonic (misalnya
darah diastolic cairan normal saline
c) Tidak ada deviasi dari atau Ringer Laktat)
kisaran normal tekanan untuk rehidrasi
nadi ekstraseluler dengan

Poltekkes Kemenkes
2

d) Tidak ada deviasi dari tetesan aliran yang tepat


kisaran normal tingkat g) Instruksikan pada pasien
dan irama pernapasan dan/atau keluarga untuk
mencatat intake dan
output, dengan tepat
h) Instruksikan pada pasien
dan/atau keluarga
tindakn-tindakan yang
dilakukan untuk
mengatasi hopivolemi

Monitor tanda-tanda vital


a) Minitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan
b) Inisiasi dan pertahankan
perangkat pemantauan
suhu tubuh secara terus-
menerus dengan tepat
c) Monitor warna kulit,
suhu dan kelembaban
d) Monitor sianosis sentral
dan perifer
e) Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital
Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemi
jaringan perifer tindakan keperawatan a) Monitor status
diharapkan Perfusi hemodinamik, meliputi
Defenisi: penurunan jaringan: perifer tidak nadi, tekanan drah,
sirkulasi darah ke perifer terganggu dengan MAP, CVP, PAP, CO.
yang dapat mengganggu kriteria hasil: b) Monitor adanya tanda-
kesehatan a) Tidak ada deviasi dari tanda dehidrasi
kisaran normal (misalnya., turgor kulit
Batasan karakteristik: pengisian kapiler jari buruk, capillary refill
a) Tidak ada nadi dan jari kaki terlambat, nadi lemah,
b) Perubahan fungsi b) Tidak ada deviasi dari sangat haus, membrane
motorik kisaran normal Suhu mukosa kering, dan
c) Perubahan karakteristik kulit ujung kaki dan penurunan urin output
kulit (warna, elastisitas, tangan c) Monitor adanya sumber-
kelembapan, kuku, c) Kekuatan denyut nadi sumber kehilangan
suhu) karotis, brakialis, cairan (misalnya.,
d) Perubahan tekanan radial, femoralis, pedal perdarahan, muntah,
darah di ekstremitas bagian kiri dan kanan diare, keringat yang
e) Warna tidak kembali ke dalam kisaran normal berlebihan, dan takpnea)

Poltekkes Kemenkes
2

tungkai saat diturunkan d) Tekanan darah sistolik d) Posisikan untuk perfusi


f) Kelambatan dan diastolik tidak ada perifer
penyembuhan luka deviasi dari kisaran
perifer normal tekanan darah Monitor tanda-tanda vital
g) Penurunan nadi sistolik dan diastolik a) Minitor tekanan darah,
h) Edema dalam kisaran normal nadi, suhu, dan status
i) Nyeri ekstremitas e) Tidak ada muka pucat pernapasan
j) Pemendekan jarak total f) Tidak ada kelemahan b) Inisiasi dan pertahankan
yang ditempuh dalam otot perangkat pemantauan
uji berjalan enam menit suhu tubuh secara terus-
k) Warna kulit pucat saat menerus dengan tepat
elevasi c) Monitor warna kulit,
suhu dan kelembaban
d) Monitor sianosis sentral
dan perifer
e) Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda vital
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Nutrisi Kurang Dari tindakan keperawatan a) Kaji adanya alergi
Kebutuhan Tubuh status nutrisi: asupan makanan
makanan dan cairan b) Kolaborasi dengan ahli
Defenisi: asupan nutrisi teratasi dengan kriteria gizi untuk menentukan
tidak cukup untuk hasil: jumlah kalori dan
memenuhi kebutuhan a) asupan makanan nutrisi yang dibutuhkan
metabolic secara peroral pasien
sepenuhnya adekuat c) Berikan informasi
Batasan Karakteristik: b) Asupan cairan secara tentang kebutuhan
a) Berat badan 20% atau peroral sepenuhnya nutrisi
lebih dibawah rentang adekuat
berat badan ideal c) Asupan cairan Monitor Nutrisi
b) Bising usus hiperaktif intravena sepenuhnya a) Monitor adanya
c) Kelemahan otot untuk adekuat penurunan berat badan
mengunyah d) Asupan nutrisi b) Monitor lingkungan
d) Kelemahan otot untuk parenteral sepenuhnya selama makan
menelan adekuat c) Monitor kulit kering dan
e) Kehilangan rambut perubahan pigmentasi
berlebihan d) Monitor kekeringan,
f) Membran mukosa pucat rambut kusam, dan
g) Ketidakmampuan mudah patah
memakan makanan e) Monitor mual muntah
h) Nyeri abdomen f) Monitor kadar albumin,
Faktor yang total protein, Hb, Ht
Berhubungan: g) Catat adanya edema,
a) Faktor biologis hiperemik, hipertonik,
b) Ketidakmampuan papilla lidah dan cavitas

Poltekkes Kemenkes
2

mencerna makanan oral


c) Kurang asupan makanan
Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan Terapi Oksigen
Napas tindakan keperawatan a) Pertahankan kepatenan
diharapkan pola napas jalan napas
Defenisi: Inspirasi dan/ atau efektif dengan kriteria b) Siapkan peralatan
ekspirasi yang tidak member hasil: oksigen dan berikan
ventilasi adekuat a) Frekuensi pernapasan melalui system
tidak ada deviasi dari humidifier
Faktor Resiko: normal c) Berikan oksigen
a) Perubahan kedalaman b) Suara perkusi nafas tambahan seperti yang
pernapasan tidak ada deviasi dari diperintahkan
b) Perubahan ekskursi (Sambungan)
dada kisaran normal d) Monitor aliran oksigen
c) Mengambil posisi tiga c) Kapasitas vital tidak e) Monitor efektifitas
titik ada deviasi dari kisaran terapi oksigen
d) Bradipnea normal f) Atur posisi untuk
e) Penurunan tekanan meringankan sesak
ekspirasi napas
f) Penurunan tekanan g) Monitor status
inspirasi pernapasan dan
g) Penurunan ventilasi oksigenasi,
semenit sebagaimana mestinya
h) Penurunan kapasitas
vital
i) Dispnea
j) Pernapasan cuping
hidung
k) Fase kespirasi
memanjang
l) Takipnea

Faktor Berhubungan:
a) Ansietas
b) Posisi tubuh
c) Deformitas tulang
d) Deformitas dinding
dada
e) Keletihan
f) Hiperventilasi
g) Sindrom hipoventilasi

Sumber: Nanda (2015); Nursing Interventions Classification (NOC) (2013); Nursing Outcome
Classification (NIC) (2013)

Poltekkes Kemenkes
3

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu
keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan
oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan
DBD di RSI Ibnu Sina Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di RSI Ibnu Sina Padang tahun 2017. Waktu
penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari-Mei 2017.

C. Subjek Penelitian
Penelitian menggunakan 2 responden dengan kriteria:
1. Kriteria Inklusi
a. Anak yang mengalami DBD pada grade II, III, dan IV di ruang rawat
RSI Ibnu Sina Padang.
b. Orang tua setuju berpatisipasi dengan peneliti.
2. Kriteria Ekslusi
a. Anak dengan DBD memiliki penyakit komplikasi lain seperti penyakit
kelainan darah leukemia, thalasemia.

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan
proses keperawatan anak mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,
observasi dan studi dokumentasi.

Poltekkes Kemenkes
3

Proses keperawatan meliputi :

1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama kali nya di fasilitas
kesehatan terdari dari: identitas pasien, identifikasi penanggung jawab,
riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, data spikologis, data
ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan
laboratorium, dan program pengobatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada di
analisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai berikut:
a. Analisa data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan penyebabnya.
Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang didapat saat
interaksi dengan pasien, biasanya apa yang dikeluhkan oleh pasien, dan
data objektif yaitu data yang diperoleh perawat dari hasil pengamatan
dan pemeriksaan fisik.
b. Menegakkan diagnosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah PES
(Problem+Etiologi+Symptom) dan menggunakan istilah diagnosa
keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA.

3. Intervensi
Rencana keperawatan terdiri dari beberapa komponen sebagai berrikut:
a. Diagnosa yang diprioritaskan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi

Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA NIC-NOC.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:

Poltekkes Kemenkes
3

a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.


b. Diagnosa keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa kepoerawatan.
c. Evaluasi keperawatan.

Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.

E. Cara Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi) artinya
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
data dan sumber data yang telah ada. Triagulasi teknik berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan
data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan observasi, pengukuran,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak (Sugiyono, 2014).
1. Observasi
Dalam obeservasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga
mengobservasi tindakan apa saja yang telah dilakukan pada pasien, misalnya
pasien terpasang infus, kompres hangat, pemberian obat, terpasang oksigen
dan tranfusi. Observasi pemeriksaan fisik seperti pemantauan tanda
perdarahan yaitu petekie, perdarahan gusi, ekimosis, hematemesis dan
melena. Pemantauan tanda-tanda vital yaitu nadi, pernapasan, tekanan darah
dan suhu. Pemantauan laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit, dan
trombosit.

Poltekkes Kemenkes
3

2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan fisik, seperti
melakukan pengukuran suhu, menimbang berat badan, dan mengukur tinggi
anak, uji touniket, pengkuran napas, nadi, dan tekanan darah.
3. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahn yang
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
lebih mendalam (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari
wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur
kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah. Jadi
wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya
yang jelas. Artinya pewawancara diberi kebebasan yang diharapkan dan
responden secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.
Wawancara dilakukan tentang identitas pasien, riwayat kesehatan (keluhan
masuk rumah sakit, riwayat kesehayan sekarang, riwayat penyakit yang
diderita sebelumnya dan riwayat kesehatan keluarga yang sebelumnya,
kondisi lingkungan pasien), dan activity daily (ADL) seperti makan, minum,
BAB, BAK, istirahat dan tidur.

4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi dari rumah sakit untuk
menunjang penelitian yang akan dilakukan. Data pemeriksaan laboratorium
(hemoglobin, hematokrit, trombosit), data pemeriksaan diagnostik (rontgen
thorax), dan data pengobatan pasien.

Poltekkes Kemenkes
3

F. Jenis-Jenis Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien, meliputi: identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari rekam medik, serta dari dokumentasi di ruang rawat RSI
Ibnu Sina Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang
(pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik), catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak
dipublikasikan.

G. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep dan teori keperawatan pada pasien anak dengan DBD. Data yang
telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan
tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan
dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus DBD. Analisa
yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori
yang ada dengan kondisi pasien.

Poltekkes Kemenkes
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus

1. Pengkajian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan 1 An. H berumur 10 tahun
dirawat di Ruang Rawat Inap Zam Zam RSI Ibnu Sina Padang dengan diagnosa
DBD grade I. Partisipan 2 An. N berumur 7 tahun dirawat di Ruangan Inap
Syafa RSI Ibnu Sina Padang dengan diagnosa DBD grade II.

Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
An. H masuk RSI Ibnu Sina pada tanggal Keluarga mengatakan An. N masuk ke
23 Mei 2017 pada jam 09.45 wib melalui RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada
IGD dengan keluhan demam sudah 4 tanggal 21 Mei 2017 pada jam 19.00
hari yang lalu, mual dan muntah, perut dengan keluhan demam sudah 5 hari
terasa sakit, nyeri pada persendian, dan yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri
sakit kepala. Tanda- tanda vital: S: pada persendian, sakit kepala dan ada
37,5oC, HR: 90 x/I, TD: 100/60 mmHg. tampak bintik merah pada seleruh tubuh.
Tanda- tanda vital: S: 39,1oC HR: 80 x/i.

Pengkajian dilakukan pada hari selasa Pengkajian dilakukan pada hari senin
pada tanggal 23 Mei 2017 jam 13.15 pada tanggal 22 Mei 2017 pada jam
WIB. Keluarga mengatakan kondisi An. 10.00. Keluarga mengatakan kondisi An.
H sekarang badan teraba hangat, sakit N sekarang demam sudah berkurang,
kepala masih, perut masih terasa sakit,badan teraba hangat, tampak lemah,
nyeri pada persendian dan nafsu makan nafsu makan berkurang dan kurang
berkurang. Saat dilakukan pengkajian minum. Tampak bintik-bintik merah di
merupakan hari rawat pertama klien. seluruh tubuh masih ada. Saat dilakukan
Selama dirawat terdapat beberapa data pengkajian merupakan hari rawat kedua
penunjang seperti pemeriksaan labor. klien. Selama dirawat terdapat beberapa
data penunjang seperti pemeriksaan
labor.
An. H mengatakan tidak pernah di rawat An. H mengatakan tidak pernah di rawat
sebelumnya dengan penyakit yang lain sebelumnya dengan penyakit yang lain
maupun sakit DBD sebelumnya. maupun sakit DBD sebelumnya.

Salah satu keluarga An. H juga sedang Keluarga mengatakan tidak ada keluarga
mengalami sakit DBD yaitu kakak yang mengalami sakit seperti An. N
kandung An. H yang tinggal serumah.

35

Poltekkes Kemenkes Padang


3

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
An. H tinggal di lingkungan komplek An. N tinggal di lingkungan komplek di
yang padat. Keluarga mengatakan di tengah kota. Keluarga mengatakan di
rumah memakai bak mandi jarang rumah menggunakan ember tidak
dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu. menggunakan bak mandi. Tetangga
Keluarga mengatakan di sekitar rumah sebelah rumah pasien juga sudah
juga ada yang mengalami DBD. mengalami DBD sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik tingkat kesadaran Pada pemeriksaan fisik kesadaran An. N
An. H kompos mentis dengan GCS 15, kompos mentis dengan GCS 15, wajah
wajah tampak kemerahan, tidak ada lesi, tampak kemerahan dengan bintik-
dan tidak ada benjolan. Pada mata bintik merah, tidak ada lesi, dan tidak
skelera tidak ikterik, konjungtiva ada benjolan. Pada mata sclera tidak
anemis, dan adanya edema pada ikterik, konjungtiva anemis, dan tidak
palpebra. Hidung simetris, tidak ada ada edema palbebra. Hidung simetris,
pernapasan cuping hidung dan tidak ada tidak ada pernapsan cuping hidung,
epistaksis. Pada mulut warna bibir tidak ada epistaksis. Pada mulut
pucat dan mukosa kering, bibir warna bibir kemerahan, mukosa
tampak pecah-pecah serta nyeri saat lembab dan gusi berdarah. Telinga
menelan, tidak ada perdarahan gusi. simetris kiri dan kanan, pendengaran
Telinga simetris kiri kanan, pendengaran baik. Tidak pembesaran kelenjar getah
baik. Tidak ada pembesaran kelenjer bening. Pada pemeriksaan dada An. N
getah bening dan pembesaran kelenjer dinding dada simetris, tidak ada tarikan
limfe. Pada pemeriksaan dada An. H dinding dada, tampak bintik merah pada
dinding dada tampak simteris, tidak ada dada, fremitus kiri dan kanan sama,
tarikan dinding dada, fremitus kiri dan perkusi sonor dan saat auskultasi
kanan sama, perkusi sonor dan saat terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung
auskultasi terdengar vesikuler. iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis
Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terbab, jantung dalam batas normal,
terlihat, iktus kordis teraba, jantung irama jantung ireguler. Pemeriksaam
dalam batas normal, irama jantung abdomen simetris, tampak bintik pada
reguler. Pemeriksaan abdomen simetris, abdomen, nyeri tekan pada ulu hati,
nyeri tekan pada ulu hati, bising usus bising usus (+). Pada pemeriksaan
(+). Pada pemeriksaan integument turgor integument turgor kulit kembali cepat,
kulit kembali cepat, kulit kering dan kulit kering dan tampak bintik merah
tampak kemerahan. Terpasang infuse RL kemerahn. Terpasang IVFD RL 20 tts/I
20 tts/i pada ekstremitas atas bagian kiri, pada ekstremitas bagian atas sebelah kiri,
tidak ada edema, capillary refil < 3 dtk, tidak ada edema, capillary refill < 3
nyeri pada persendian. Pada ekstremitas detik, tidak ada sianosis, akral teraba
bawah akral teraba hangat, capillary refil hangat. Pada ektremitas bawah tampak
< 3, nyeri pada persendian. bintik merah pada kaki, akral teraba
hangat, tidak edema, tidak sianosis,
capillary refill < 3 detik, dan nyeri pada
persendian.

Poltekkes Kemenkes
3

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Selama dirawat di rumah sakit An. H Selama dirawat di rumah sakit An. N
biasanya buang air besar satu dua kali biasanya buang air besar satu kali sehari
sehari karena mencret, sedangkan untuk dengan konsistensi padat dan berwarna
buang air kecilnya lebih sering ± 7-8 coklat kehitaman, sedangkan untuk
kali. An. H sering mual dan muntah, An. buang air kecilnya lebih sering ± 6-7
H sering terbangun saat malam hari dan kali. An. N sering terbangun saat malam
tidak nyenyak, pada saat sehat An. H hari, pada saat sehat An. N sering tidur
tidak ada tidur siang atau sore karena pada sore hari sekitar pukul 16.30. pada
An. H beraktivitas dan sekolah. Pada saat sakit An. N minum 4-5 gelas/hari.
saat sakit An. H minum 4-5 gelas/hari
Hasil pemeriksaan laboratorium pada Hasil pemeriksaan laboratorium
tanggal 23 Mei 2017 hematologi, pada tanggal 22 Mei 2017,
a. Hemaglobin: 13,0 g/dl (normalnya: a. Hemaglobin: 11,1 g/dl (10-16 g/dl)
10-16 g/dl) b. Lekosit: 4.200/ mm3 (9.000-
b. Lekosit: 2.500/ mm3 (normalnya: 12.000/mm3)
9.000-12.000/mm3) c. Hematokrit: 34 % (33-38 %)
c. Hematokrit: 42 % (normalnya: 33-38 d. Trombosit: 126.000/mm3 (200.000-
%) 400.000/mm3)
d. Trombosit: 133.000/mm3
(normalnya: 200.000-400.000/mm3)

IVFD RL 20 tts/menit 12 jam/ kolf, IVFD RL 20 tts/menit 12 jam/ kolf,,


Paracetamol 500mg 3x1, Trolit 3x1, paracetamol syr 3x11/2 sth, puyer 3x1
Ranitidine syrp 2x1

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan diangkat berdasarakan data yang didapatkan berupa data
subjektif dan objektif. Pada partisipan 1 An. H ditemukan 4 diagnosis
keperawatan, sedangkan pada partisipan 2 An. N ditemukan 2 diagnosis
keperawatan.
Tabel 4.2
Diagnosis Keperawatan

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Partisipan 1 An. H ditemukan 4 Partisipan 2 An. N ditemukan 2
diagnosis keperawatan yaitu hipertemi diagnosis keperawatan yaitu hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju berhubungan dengan peningkatan laju
metabolism, kekurangan volume cairan metabolism, dan resiko perdarahan
berhubungan dengan kehilangan cairan berhubungan trombositopenia
aktif, nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi penyakit, ketidakseimbangan Hipertemi berhubungan dengan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh peningkatan laju metabolisme

Poltekkes Kemenkes
3

berhubungan dengan kurangnya asupan diagnosa tersebut diangkat karena suhu


makanan. klien suhu: 38oC demam hari ke-5,
Hipertemi berhubungan dengan tampak wajah kemerahan, kulit teraba
peningkatan laju metabolism diagnose hangat, lekosit: 4.200/ mm3.
tersebut diangkat karena suhu klien
38,2oc demam hari ke-4, badan terabaResiko perdarahan berhubungan
hangat, kulit tampak kemerahan, dan dengan trombositopenia. Diagnosis
leokosit 2.500/mm3. tersebut diangkat karena suhu : 38oc, rr :
21 x/m, hr : 81 x/m, hemobglobin: 11,1
Kekurangan volume cairan g/dl, trombosit: 126.000/mm3,
berhubungan dengan kehilangan konjungtiva anemis, mukosa bibir
cairan aktif. Diagnosis tersebut tampak kemerahan, adanya tampak
diangkat karena tampak anak tampak bintik merah pada seluruh tubuh.
muntah, bibir kering, mukosa bibir
pucat, pecah-pecah dan hematokrit
meningkat 42%.

Nyeri akut berhubungan dengan


inflamasi penyakit. Diagnosis tersebut
diangkat karena klien mengatakan perut
terasa nyeri, kepala nyeri, tampak
memengangi perut, skala nyeri 2-3, nyeri
tekan pada ulu hati.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya asupan makanan
Diagnosis tersebut diangkat karena diit
hanya dihabiskan ¼ porsi saja,
konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat,
tampak memuntahkan makanan yang
dimakan, BB: 36 kg sebelum sakit: 38
kg, Hb: 13,0 g/dl.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada
NIC dan NOC. Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua
partisipan.
Tabel 4.3
Rencana Asuhan Keperawatan

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Hipertemi berhubungan dengan Hipertemi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolism. Setelah peningkatan laju metabolism. Setelah

Poltekkes Kemenkes
3

dilakukan tindakan keperawatan dilakukan tindakan keperawatan


diharapkan termoregulasi normal diharapkan termoregulasi normal
dengan kriteria hasil: tidak ada dengan kriteria hasil: tidak ada
peningkatan suhu tubuh, tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada
hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak
ada sakit otot, tidak ada perubahan ada sakit otot, tidak ada perubahan warna
warna kulit, tidak ada dehidrasi. kulit, tidak ada dehidrasi. Intervensinya
Intervensinya adalah Perawatan adalah Perawatan Demam pantau suhu
Demam pantau suhu dan tanda-tanda dan tanda-tanda vital lainnya, monitor
vital lainnya, monitor warna kulit dan warna kulit dan suhu, berikan obat atau
suhu, berikan obat atau cairan IV cairan IV (misalnya, antipiretik,
(misalnya, antipiretik, agenantibakteri, agenantibakteri, dan agen anti menggil),
dan agen anti menggil), tutup pasien tutup pasien dengan selimut atau pakaian
dengan selimut atau pakaian ringan, ringan, tergantung pada fase demam
tergantung pada fase demam ( yaitu: ( yaitu: memberikan selimut hangat
memberikan selimut hangat untuk fase untuk fase dingin, menyediakan pakaian
dingin, menyediakan pakaian atau linen atau linen tempat tidur untuk demam,
tempat tidur untuk demam, dorong dorong konsumsi cairan, kompres hangat
konsumsi cairan, kompres hangat pasien pasien pada lipat paha dan aksila.
pada lipat paha dan aksila.

Kekurangan volume cairan Resiko perdarahan berhubungan


berhubungan dengan kehilangan dengan trombositopenia. Setelah
cairan aktif. Setelah dilakukan tindakan dilakukan tindakan keperawatan
keperawatan diharapkan terjadi diharapkan keparahan kehilangan darah
keseimbangan cairan dengan kriteria tidak terjadi dengan kriteria hasil : tidak
hasil : tekanan darah tidak terganggu, ada kehilangan darah yang terlihat, tidak
hematokrit sedikit terganggu turgor kulit ada hematuria, tidak ada keluar darah
tidak terganggu, membran mukosa dari anus, tidak ada hematemesis, tidak
lembab tidak terganngu, intake cairan ada penurunan tekanan darah sistolik,
tidak terganggu, output urin tidak tidak ada penurunan tekanan darah
terganggu, tidak ada haus, tidak ada diastolic. Intervensinya adalah
peningkatan hematokrit, tidak ada nadi Pencegahan Perdarahan yaitu monitor
cepat dan lemah. Intervensinya adalah ketat tanda-tanda perdarahan, monitor
Manajemen Cairan yaitu pertahankan nilai labor, monitor status cairan yang
catatan intake dan output yang akurat, meliputi intake dan ouput, observasi
monitor status hidrasi (misalnya adanya darah dalam sekresi cairan tubuh
membrane mukosa lembab, denyut nadi (BAB), instruksikan pasien untuk
adekuat, dan tekanan darah), monitor meningkatkan makanan yang kaya
vital sign, monitor masukan atau cairan vitamin k, instruksikan keluarga untuk
dan hitung intake kalori harian, dorong memonitor tanda-tanda perdarahan dan
pasien untuk menambah asupan oral mengambil tindakan yang tepat jika
(misalnya, memberikan sedotan, terjadi perdarahan (misalnya: lapor
menawarkan cairan diantara waktu kepada perawat).
makan), tawari makanan ringan
(misalnya minuman ringan dan buahan
segar/ jus buah), kolaborasi pemberian

Poltekkes Kemenkes
4

cairan IV, moniotor hasil laboratorium.


Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi penyakit. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan tingkat
nyeri berkurang dengan kriteria hasil:
tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak
ada mengerang dan menangis, tidak ada
menyeringit, tidak ada ketegangan otot,
tidak ada kehilangan nafsu makan, tidak
ada ekspresi wajah nyeri. Intervensinya
adalah manajemen nyeri yaitu lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi,
observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan, gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien, kaji kultur
yang mempengaruhi respon nyeri, bantu
pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan, kurangi faktor
presipitasi nyeri, pilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi,non
farmakologi dan inter personal),kaji tipe
dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi, tingkatkan istirahat,
kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh kurangnya
asupan makanan. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan status nutrisi:
asupan makanan dan cairan teratasi
dengan kriteria hasil: asupan makanan
secara peroral sepenuhnya adekuat,
asupan cairan secara peroral sepenuhnya
adekuat, asupan cairan intravena
sepenuhnya adekuat, asupan nutrisi
parenteral sepenuhnya adekuat.
Intervensinya adalah manajemen nutrisi
yaitu kaji adanya alergi makanan,
kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien, berikan

Poltekkes Kemenkes
4

informasi tentang kebutuhan nutrisi,


tawarkan makanan ringan yang padat
gizi, anjurkan keluarga untuk membawa
makanan favorit pasien sementara berada
di rumah sakit. Monitor nutrisi yaitu
monitor adanya penurunan berat badan,
monitor lingkungan selama makan,
monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi, monitor adanya warna pucat,
kemerahan dan jaringan konjungtiva
yang kering, monitor mual muntah,
monitor kadar albumin, total protein, Hb,
Ht.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan agar kriteria hasil
dapat tercapai.

Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Hipertermi berhubungan dengan Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme yaitu peningkatan laju metabolisme yaitu
pantau suhu dan tanda-tanda vital pantau suhu dan tanda-tanda vital
lainnya (S: 38,2oc), monitor warna kulit lainnya (S: 38oC), monitor warna kulit
dan suhu, diberikan obat atau cairan IV dan suhu, diberikan obat atau cairan IV
(paracetamol 500 mg jam 13.35, cairan (paracetamol syrup dan RL 20
IV RL 20 tts/i/12 jam), menganjurkan tts/i/12jam), menganjurkan keluarga
keluarga untuk memberikan pakaian untuk memberikan pakaian yang
yang longgar, Dorong konsumsi cairan longgar, Dorong konsumsi cairan setiap
setiap jam 11/2-2 liter dalam 24 jam (air jam (air putih), kompres hangat pasien
putih, teh manis, susu), kompres hangat pada lipat paha dan aksila (menggunakan
pasien pada lipat paha dan aksila handuk kecil).
(menggunakan handuk kecil).

Kekurangan volume cairan adalah Resiko perdarahan adalah monitor nilai


pertahankan catatan intake dan output labor monitor, status cairan yang
yang akurat, memonitor status hidrasi meliputi intake dan ouput, observasi
(membrane mukosa lembab, denyut nadi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh
adekuat, dan tekanan darah), memonitor (BAB), instruksikan pasien untuk

Poltekkes Kemenkes
4

vital sign, menganjurkan keluarga meningkatkan makanan yang kaya


memberikan makanan ringan minuman vitamin k (kacang kedelai, anggur),
ringan dan buahan segar/ jus buah), instruksikan keluarga untuk memonitor
lembabkan bibir yang kering dan pecah- tanda-tanda perdarahan dan mengambil
pecah (menggunakan air dan madu), tindakan yang tepat jika terjadi
kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD perdarahan (misalnya: lapor kepada
RL 20 tts/i), memonitor hasil perawat).
laboratorium (hematokrit)

Nyeri akut berhubungan dengan


inflamasi yaitu penyakit melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi,
observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan (pasien tampak
meringis, dan memengangi perut yang
sakit), mengontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan,
melakukan penanganan nyeri (non
farmakologis yaitu teknik napas dalam
dan alihkan perhatian), menganjurkan
tingkatkan istirahat, berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri pada abdomen
(Ranitidine sirup).

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh yaitu mengkaji
adanya alergi makanan (menanyakan
apakah ada alergi terhadap makanan),
anjurkan keluarga memberikan makan
sedikit tapi sering, menganjurkan
keluarga untuk memberikan makanan
yang disukai pasien (roti, biscuit),
monitor mual muntah

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap hari selama 5 hari. Berikut adalah hasil evaluasi yang
dilakukan pada kedua partisipan.

Poltekkes Kemenkes
4

Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Perkembangan yang dialami oleh An. H Perkembangan yang dialami oleh An. N
setelah dilakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 5 hari yaitu pada hari ke 4 untuk selama 5 hari didapatkan hasil evaluasi
masalah keperawatan hipertermi termogulasi pada diagnosis hipertermi
berhubungan dengan peningkatan berhubungan dengan peningkatan
laju metabolisme teratasi, ditemui data laju metabolisme teratasi pada hari ke
objektif: suhu anak sudah dalam batas 3, dengan kriteria hasil tidak ada
normal yaitu 36,5oC, kulit tidak dampak peningkatan suhu yang awal masuk suhu
kemerahan lagi, Kulit tidak teraba hangat An. N 38oC turun menjadi 36oC,
lagi, Leokosit: 5000/mm3, data subjektif: kembalinya warna kulit yang permulaan
keluarga mengatakan badan An. H tidak kulit An. H kemerahan, dan tidak ada
teraba hangat. Kriteria hasil tercapai tanda dehidrasi, leokosit 4500/mm3.
yaitu tidak ada peningkatan suhu tubuh, Keluarga mengatakan suhu dan badan
tidak ada hipertermia, tidak ada sakit pasien tidak ada mengalami kenaikan
kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada dan tidak ada teraba hangat
perubahan warna kulit, tidak ada
dehidrasi. Hasil evaluasi untuk masalah resiko
perdarahan berhubungan dengan
Hasil evaluasi untuk masalah trombositopenia teratasi pada hari ke 5,
keseimbangan cairan dan hidrasi pada dengan kriteria hasil bintik merah pada
diagnosis keperawatan yang kedua yaitu seluruh tubuh sudah mulai berkurang,
kekurangan volume cairan gusi beradarah tidak ada lagi, dan
berhubungan dengan kehilangan pemeriksaan labor hemoglobin: 11 g/dl,
cairan aktif tertatasi pada hari ke 4, trombosit: 125.000/mm3.
dengan kriteria hasil tekanan darah tidak
terganggu masih dalam batas normal,
hematokrit sedikit terganggu karena
belum dalam batas normal tetapi tidak
mengalami peningkatan, membran
mukosa lembab, dan tidak ada
penurunan dan kenaikan nadi.

Hasil evaluasi untuk masalah nyeri akut


berhubungan dengan inflamasi
penyakit, control nyeri dan status
kenyamanan pada diagnosis ketiga
teratasi pada hari ke 5, dengan kriteria
hasil tidak ada nyeri yang dilaporkan,
tidak ada wajah yang menyeringit, tidak
ada ekspresi wajah nyeri, tidak
terganggu kesejahteraan fisik karena
pasien kurang tidur.

Poltekkes Kemenkes
4

Hasil evaluasi untuk masalah


ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya asupan makanan,
status nutrisi: asupan makanan dan
cairan teratasi pada hari ke 5 dengan
kriteria hasil asupan makanan secara
peroral sepenuhnya adekuat An. H sudah
menghabiskan diitnya lebih ½ piring,
asupan cairan secara peroral sepenuhnya
adekuat, asupan cairan intravena sudah
sepenuhnya adekuat.

Poltekkes Kemenkes
4

Poltekkes Kemenkes
4

B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dengan
aplikasi atau prakrek asuhan keperawatan pada An. H dan An. N dengan kasus
yang telah dilakukan sejak tanggal 22 – 27 mei 2016. Kegiatan yang dilakukan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian
Pada partisipan 1 An. H hasil pengkajian riwayat kesehatan An. H didapatkan
demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada
persendian, dan sakit kepala, sedangkan pada partisipan 2 An. N didapatkan
demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri pada persendian,
sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seluruh tubuh.

Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-
gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam
muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling
ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan
gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif.

Hasil analisa peneliti, kasus yang ditemukan pada An. H dan An. N sesuai
dengan teori karena pada teori mengungkapkan penyakit DBD ditandai oleh
demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu
makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala
dan perut dan adanya bentuk perdarahan.

Partispan 1 An. H keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang


dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu, banyak gantungan baju di kamar.

Poltekkes Kemenkes
4

Keluarga mengatakan di 2-3 rumah juga ada yang mengalami DBD, sedangkan
pada partisipan 2 An. N keluarga mengatakan di rumah menggunakan ember
tidak menggunakan bak mandi. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah
mengalami DBD sebelumnya. Pola tidur An. N sering tidur pada sore hari
sekitar pukul 16.30.

Wati (2009) menyatakan bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah
sakit DBD teradapat hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan
kejadian DBD. Penelitian yang dilakukan Dardjito pada tahun 2008 menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan tidur siang dengan kejadian DBD.

Nursalam dkk (2008) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang


menyebabkan DBD sering kali di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang, bak yang jarang
di kuras dan gantungan baju di kamar). Nyamuk Aedes Aegypti biasanya
menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00.
Menurut Soedjas, 2011 menyebutkan bahwa nyamuk dari tetangga mungkin
terbang ke rumah sekitarnya, karena nyamuk memiliki daya jelajah hingga 100
meter.

Menurut analisa penenliti faktor penyebab dari penyakit DBD yang ditemukan
pada An. H dan An. N sama dengan teori dari aspek lingkungan. Sedangkan
pada aspek pola kebiasan tidur anak pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore
hari pada jam 16.00-18.00 tidak sama dengan teori karena pola tidur pada siang
hari dan sore tidak selalu berhubungan dengan kejadian DBD.

Pemeriksaan fisik pada An. H didapatkan adanya edema palpebra, nyeri ulu hati,
nyeri persendian dan tidak ada tanda perdarahan, sedangkan pada An. N
didapatkan pemeriksaan fisik ada nya petekie di seluruh tubuh, gusi berdarah,
nyeri ulu hati dan persendian.

Poltekkes Kemenkes
4

Hasil penelitian Annisa dkk (2015), menyebutkan bahwa perdarahan spontan


yang lebih banyak terjadi pada anak adalah peteki (51,9%), epistaksis (16,5%),
ekimosis (11,4%), hematemesis (6,3%) dan perdarahan gusi (2,5%).
Susilaningrum dkk (2013) Gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau
tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis,
ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Menurut
Nursalam dkk (2008) mengatakan kasus DBD ditandai dengan manifetasi klinis
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa peradarahan
spontan mulai dari petekie (muncul pada hari-hari pertama demam dan
berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai
epistaksis dan peradarahan gusi.

Menurut analisa peneliti bahwa gejala perdarahan pada anak DBD sama dengan
teori. Perdarahan tersebut diakibatkan karena pecahnya pembuluh darah kapiler,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan koagulasi.

Menurut penelitian Zein dkk (2015) mengatakan bahwa didapatkan jumlah anak
yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita (68%). Menurut
Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan manifestasi klinis pada anak DBD adanya
nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.

Menurut analisa peneliti adanya gejala nyeri ulu hati, nyeri abdomen dan nyeri
persendian sesuai dengan teori. Adanya tersebut diakibatkan kebocoran plasma
endothelium kapiler sehingga tertumpuknya cairan.

2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 4 diagnosa keperawatan yang muncul
pada kasus An. H yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolism, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit, dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Poltekkes Kemenkes
4

kurangnya asupan makanan. Pada An. N diagnosa yang muncul yaitu hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko perdarahan
berhubungan trombositopenia. Diagnosis yang muncul pada dokumentasi rumah
sakit pada An. H terdapat 2 diagnosis yaitu hipertermi dan ketidakseimbanagn
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, sedangkan pada An. N hanya satu diagnosis
yaitu hipertermi.

Menurut NANDA (2015) terdapat 8 diagnosis keperawatan yang muncul yaitu


hipertermia , resiko perdarahan, kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko
syok, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas.

Diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan teori pada An. H
diantaranya resiko syok, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dan
ketidakefektifan pola napas.

a. Resiko syok adalah berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke


jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang
mengancam jiwa. Dengan faktor resiko hipotensi, hipovolemia, hipoksemia,
hipoksia, infeksi, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik (Nanda, 2015)
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnose resiko syok pada An. H
karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. H seperti penurunan
tekanan darah, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, dan infeksi.

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah penurunan sirkulasi darah


ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan karakteristik: tidak
ada nadi, perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (warna,
elastisitas, kelembapan, kuku, suhu), perubahan tekanan darah di
ekstremitas, warna tidak kembali ke tungkai saat diturunkan, kelambatan
penyembuhan luka perifer, penurunan nadi, edema, nyeri ekstremitas,

Poltekkes Kemenkes
5

pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit,
warna kulit pucat saat elevasi (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena tidak ditemukan batasan
karakteristik pada An. H seperti tidak ada nadi, perubahan tekanan darah, adanya
edema, dan pengisian capillary refill >2 detik.
c. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik: perubahan kedalaman
pernapasan, perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik,
bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,
penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, pernapasan
cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, takipnea (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada
An. H seperti tidak ada sesak napas, pernapasan An. H dalam batas normal, tidak
adanya dilakukan pemeriksaan rontgen dada.

Sedangkan pada An. N diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan
teori diantaranya kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko syok,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas.

a. Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskular,


interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi. Faktor risiko :
perubahan status mental, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi,
penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, membran mukosa kering,
kulit kering, peningkatan suhu tubuh (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan kekurangan
volume cairan karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti
tidak ada penurunan tekanan darah, tidak ada penurunan tekanan nadi,

Poltekkes Kemenkes
5

penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, dan tidak terjadi peningkatan
hematokrit.

b. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak


menyenangkan yang muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Batasan
karakteristik : perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan
frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernapasan, mengekspresikan
perilaku, masker wajah, gangguan tidur (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan nyeri akut
karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti tidak adanya
meringis dan menangis, keluarga mengatakan tidak terganggunya tidur An. N
karena nyeri ulu hati.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan


nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic. Batasan
karakteristik: berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal,
bising usus hiperaktif, kelemahan otot untuk mengunyah, kelemahan otot
untuk menelan, kehilangan rambut berlebihan, membran mukosa pucat,
ketidakmampuan memakan makanan, nyeri abdomen.
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena tidak ditemukan
batasan karakteristik pada An. N seperti berat badan 20% atau lebih dibawah
rentang berat badan ideal, kelemahan otot untuk mengunyah, kelemahan otot
untuk menelan, kehilangan rambut berlebihan, membran mukosa pucat, dan
ketidakmampuan memakan makanan.

d. Resiko syok adalah berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke


jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang
mengancam jiwa. Dengan faktor resiko hipotensi, hipovolemia, hipoksemia,
hipoksia, infeksi, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik (Nanda, 2015)

Poltekkes Kemenkes
5

Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnose resiko syok pada An. N
karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti penurunan
tekanan darah, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, dan infeksi.

e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah penurunan sirkulasi darah


ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan karakteristik: tidak
ada nadi, perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (warna,
elastisitas, kelembapan, kuku, suhu), perubahan tekanan darah di
ekstremitas, warna tidak kembali ke tungkai saat diturunkan, kelambatan
penyembuhan luka perifer, penurunan nadi, edema, nyeri ekstremitas,
pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit,
warna kulit pucat saat elevasi (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena tidak ditemukan batasan
karakteristik pada An. N seperti tidak ada nadi, perubahan tekanan darah, adanya
edema, pengisian capillary refill >2 detik, tidak adanya akral dingin dan tidak
ada sianosis.

f. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik: perubahan kedalaman
pernapasan, perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik,
bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,
penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, pernapasan
cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, takipnea (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada
An. N seperti tidak ada sesak napas, pernapasan An. N dalam batas normal, tidak
adanya dilakukan pemeriksaan rontgen dada.

3. Intervensi Keperawatan

Poltekkes Kemenkes
5

Berdasarkan kasus An. H dan An. N, tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan intervensi yang telah peneliti susun. Pada diagnosa Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme rencana tindakan terdiri dari
pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan
obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti
menggil), dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan
aksila.

Berdasarkan NIC (2013) tindakan yang dilakukan untuk diagnosa hipertermi


adalah pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu,
berikan obat atau cairan iv (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti
menggil), monitor penurunan tingkat kesadaran, tutup pasien dengan selimut
atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut
hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk
demam, dorong konsumsi cairan, fasilitasi istirahat, kompres hangat pasien pada
lipat paha dan aksila

Berdasarkan analisi peneliti, rencana tindakan yang dilakukan untuk diagnosa


hipertemi belum sama dengan teori. Didalam teori rencana tindakan yang tidak
di lakukan adalah pemberian selimut hangat pada pasien karena di ruangan
belum ada fasilitas untuk selimut hangat, diruangan hanya diberikan selimut
tebal biasa saja.

4. Implemetasi Keperawatan
Implementasi Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
pada kedua partisipan tindakan keperawatan yang dilakukan kompres hangat
pasien pada lipat paha dan aksila. Menurut penelitian Sri Purwanti, dkk (2008)
pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien anak
hipertermia di ruang rawat inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta, setelah memberi
tindakan kompres hangat selama 10 menit dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh. Menurut peneliti

Poltekkes Kemenkes
5

melakukan kompres hangat terhadap pasien yang mengalami hipertermi sama


dengan teori, karena pada saat kompres denga air hangat akan membuat
pembuluh darah melebar sehingga panas akan keluar dan bukan masuk lagi ke
dalam tubuh.

Tindakan keperawatan yang dilakukan selanjutnya diberikan obat atau cairan IV


(paracetamol, cairan IV RL 20 tts/i/12 jam), dorong konsumsi cairan setiap jam
11/2-2 liter dalam 24 jam (air putih, teh manis, susu).

Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi DBD pada


anak terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi simptomatik. Terapi
suportif pada penderita DBD berupa pergantian cairan intravena akibat
terjadinya dehidrasi. Data terapi suportif terbanyak ialah pemberian cairan
kristaloid sebanyak 62 penderita (83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II
jenis cairan yang diberikan ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%.
Sedangkan untuk terapi simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah
satunya terapi antipiretik. Pada terapi antipiretik, data hasil penelitian
menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian parasetamol sebanyak 58
penderita (78.38%).

Ngastyah (2014) mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan biasanaya


bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi
seperti paracetamol. Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5-
2 liter dalam 24 jam, infus diberikan pada pasien apabila pasien terus menerus
muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi
atau hematokrit yang cenderung meningkat.

Berdasarkan analisa peneliti, pelaksanaan implementasi dorong pasien untuk


minum dan kolaborasi pemberian obat dan cairan intra vena (IV) sesuai dengan
teori. Karena kekurangan cairan pada tubuh akan menyebabkan pengurangan
volume plasma yang berakibatkan terjadinya peningkatan hematokrit dan

Poltekkes Kemenkes
5

pengentalan darah, sehingga bisa menyababkan anak menjadi syok hipovolemik.


Kejadian tersebut terjadi pada fase akut dimana cairan akan keluar dari
intraseluler ke eskstraseluler dan masuk pada organ yang berongga.

Implementasi nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit salah satu


intervensinya yaitu pemberian obat ranitidine sirup pada An. H. menurut
penelitian setianyngrum (2016) mengatakan bahwa penggunaan ranitidin
sebanyak 15 pasien (37,5%). Pada pasien DBD dapat terjadi perdarahan spontan,
salah satunya pada saluran cerna. Untuk mencegah terjadinya perdarahan
spontan pada saluran cerna sehingga perlu diberikan obat anitukak.

Menurut peneliti pemberian obat ranitidine untuk mengatasi nyeri pada An. H
sesuai dengan teori karena pada anak DBD anak mengalami nyeri perut dan
nyeri tekan pada ulu hati, apabila tidak diatasi bisa penyebab perdarahan saluran
pencernaan. Perdarahan saluran cerna terjadi akibat anak tidak makan, dan mual
muntah sehingga akan meningkatkan asam lambung mengakibatkan terkikis
dinding lambung hingga lambung menjadi berdarah.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada An. H dengan masalah keperawatan hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat teratasi pada hari ke 4
rawatan dengan kriteria hasil data subjektif keluarga mengatakan anak tidak
demam lagi setelah demam hari ke 7, suhu: 36,5 oC, leokosit: 5000/mm3 kulit
tampak tidak kemerahan lagi, dan tidak ada tanda dehidrasi seperti mukosa
lembab, tidak pucat dan bibir tidak pecah-pecah.

Evaluasi keperawatan pada An. N dengan masalah keperawatan hipertermi


berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat teratasi pada hari ke 3
rawatan dengan kriteria hasil data keluarga mengatakan An. N tidak demam lagi
dan badan tidak teraba hangat lagi, data objektif S: 36 oC, kulit tidak teraba
hangat lagi, tidak ada tanda dehidrasi dan hasil leokosit 4500/mm3.

Poltekkes Kemenkes
5

Menurut penelitian Suciwati (2014) kriteria hasil tercapai pada diagnosis


hipertermi pada hari rawatan ketiga yaitu suhu dalam batas normal 36 oC. pada
penelitian suciwati pasien masuk pada demam hari kelima. Menurut soedjas
(2011) mengatakan bahwa fase penyembuhan yang terjadi pada hari ke-6 atau
ke-7, ditunjukkan adanya keadaan umum membaik dan demam sudah turun
sebagai bagian dari rekasi tahap ini.

Berdasarkan analisa peneliti, kriteria hasil diagnosis hipertermi sesuai dengan


teori karena pada kedua partisipan menunjukkan bahwa suhu anak turun hari ke-
7. Sehingga diagnosis keperawatan hipertermi pada An. H dan An. N sudah
teratasi pada hari ke 4 (hari ke 7 demam) dan hari ke 3 (hari ke 7 demam)
pelaksanaan asuhan keperawatan. Fase penyembuhan terjadi pada hari ke-6 atau
ke-7 dimana virus sudah mulai melemah, ditunjukkan adanya keadaan umum
membaik, nafsu makan sudah ada dan demam sudah turun sebagai bagian dari
rekasi tahap ini

Poltekkes Kemenkes
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An. H dan An. N dengan
demam berdarah dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang
tahun 2017, peneliti dapat mengambil kesimpulan:
1. Hasil pengkajian pada An. H dan An. N didapatkan data mengalami DBD
dengan gejala yang sama yaitu demam dengan suhu > 37,5oC, mual dan
muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Sebelum
nya kedua pasien memiliki tetangga yang mengalami DBD sebelumnya.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus An. H yaitu hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, nyeri akut berhubungan
dengan inflamasi penyakit, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. Pada An.
N diagnosa yang muncul pada kasus An. N yaitu Hipertermi berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko perdarahan berhubungan
trombositopenia.
3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama hipertermi pada
kedua pasien yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna
kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik,
agenantibakteri, dan agen anti menggil), dorong konsumsi cairan, kompres
hangat pasien pada lipat paha dan aksila.
4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari, Implementasi sesuai
dengan intervensi. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan pada implementasi keperawatan.
5. Hasil evaluasi keperawatan pada masalah hipertermi pada An. H teratasi
pada hari ke 4 dan pada An. N teratasi pada hari ke 3 pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak
ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada
perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi

57
58

B. Saran
1. Bagi Direktur RSI Ibnu Sina Padang
Melalui Pimpinan RS agar sering dilaksanakan palatihan secara berkala
penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD
kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam
penerapan asuhan keperawatan lainnya.

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, N.W.E., Tjitrosantoso, H., Yamlean, P.V.Y. 2013. Kajian Penatalaksanaan


Terapi Pengobatan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Pada Penderita Anak Yang
Menjalani Perawatan Di Rsup Prof. Dr. R.D Kandou Tahun 2013. Jurnal Ilmiah
Farmasi. Vol. 3 No. 2. https://ejournal.unsrat.ac.id (Diakses Pada Tanggal 26
Mei 2017)

Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta: Salemba
Medika.

Annisa, D. R. G., Hapsari, M., & Farhanah, N. 2015. Perbedaan Profil Klinis Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Anak Dan Dewasa. Jurnal Media
Medika Muda. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/medico (Diakses Pada
tanggal 11 Januari 2017)

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia

Dengue And Severe Dengue. (World Health Organization (WHO), 2016).

Dengue Haemoragic Fever: Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. (World


Health Organization (WHO), 2017)

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2014.
https://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2015/07/profil-tahun-2014-edisi-
2015.pdf (Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2017)

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sumatra
Barat Tahun 2014. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat

Kemenkes Kesehatan RI. 2016. Wilayah Klb Dbd Ada Di 11 Provinsi.Senin 7 Maret
2016. http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-ada-
di-11-provinsi.html (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2017)

. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Sekretaris Jenderal.

. 2015. Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari. 08 Januari


2015 http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-berdarah-
biasanya-mulai-meningkat-di-januari.html (Diakses Pada Tanggal 10 Januari
2017)

. 2010. Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Pusat Data dan Surveilans


Epidemiologi

Poltekkes Kemenkes
Marestika, D.D., Ropi, Helwiyah., & Simagunsong, B. 2012. Pengetahuan Orang Tua
Dalam Penatalaksanaan Dbd Pada Anak Di Puskesmas Margahayu Raya
Bandung. Jurnal Padjajaran. Volume (2012).
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=103881
(Diakses Pada Tanggal 06 Januari 2017)

Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., Swanson, Elizabeth. 2013. Nursing
Outcome Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia

Herdman, H., Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta:EGC

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Purwanti, Sri. 2009. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta.
Jurnal Berita Ilmu Keperawatan. Vol.1 No. 2.
journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/download/3741/2410 (Diakses Pada
Tanggal 5 Juni 2017)

Nursalam, Susilaningrum, R., & Utami, S. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Jakarta: Salemba Medika.

Rahma, Muliya. 2011. Manifestasi klinis dan hematologi dan serologi temuan pada
anak-anak dengan infeksi dengue. Jurnal Pediatrica Indonesiana, Volume 51.
https://paediatricaindonesiana.org (Diakses Pada Tanggal 08 Januari 2017)

Setianyngrum, N.M.I. 2016. Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di


Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Periode
Agustus 2015-Maret 2016. http://perpusnwu.web.id. (Diakses Pada Tanggal 18
Juni 2017)

Sidiek, Aboesina. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Penyakit DBD
Terhadap Kejadian Penyakit DBD Pada Anak. Jurnal Media Medika Muda.

Suciwati. 2014. Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Demam Berdarah Dengue
Di Ruang B Iii Kiri R Umah Sakit Telogorejo Semarang.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. 2013. Asuhan Keperawata Bayi dan Anak
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Soedarmo, S.S.P. 2009. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Jakarta: Penerbit
Univertas Indonesia (UI-Press)

Poltekkes Kemenkes
Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., Satari, H.I,. 2008. Buku Ajar Infeksi
& Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

Soedjas, Triwibowo. 2011. Bila Anak Sakit. Yogyakarta: Amara Books

Soedarto. 2009. Penyakit Menular Di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto


Wijaya, A.S., Putri, Y.Z.,. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Jakarta: Medical
Book.

Wijayaningsih, K.S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media

Zein, D.A, Hapsari, M.D, Farhanah, N. 2015. Gambaran Karakteristik Warning Sign
WHO 2009 Pada Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Anak dan Dewasa.
Jurnal Universitas Diponegoro. Volume 4 No 4. (Diakses Pada Tanggal 5 Juni
2017)

Poltekkes Kemenkes
Lampiran

Poltekkes Kemenkes
Lampiran

Poltekkes Kemenkes
Lampiran

Poltekkes Kemenkes
Lampiran

Poltekkes Kemenkes
Lampiran

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 4

Poltekkes Kemenkes Padang


Lampiran

Poltekkes Kemenkes
Lampiran

Poltekkes Kemenkes
Lampiran

Poltekkes Kemenkes
Lampiran

Poltekkes Kemenkes
Lampira

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DENGAN DBD DI


RUANGAN ZAM ZAM RSI IBNU SINA PADANG

Hari Tanggal Jam


Waktu Pengkajian
Selasa 23 Mei 17 13.15

Rumah Sakit : RSI Ibnu Sina Padang


Ruangan : Zam Zam 9
Tanggal Masuk : 23 Mei 2017
RS
No. Rekam Medik : 067084
Sumber informasi : Pasien dan Keluarga
I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An. H
Tanggal lahir / Umur 18-12-2007 / 10 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan SD
Anak ke / jumlah 2/2
saudara
Diagnosa Medis DHF grade I
2. IDENTITAS IBU AYAH
ORANGTUA
Nama Ny. N Tn. A
Umur 44 tahun 50 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan SMA SI
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS
Alamat Griya karisma permai 3 blok Griya karisma permai 3 blok B.28
B.28 Kubu dalam Kubu dalam
3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
Nama Usia Jenis Pendi
No Hub.dg KK Status kesehatan Ket
(Inisial) (bl/th) Kelamin dikan
1. Tn. A 14 th L Saudara SMP Mengalami DBD
Kandung

35

Poltekkes Kemenkes Padang


Lampiran 7

II. RIWAYAT KESEHATAN

Keluarga mengatakan An. H masuk ke RSI Ibnu Sina Padang


KELUHAN melalui IGD pada tanggal 23 Mei 2017 jam 09.45 dengan keluhan
UTAMA demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit,
nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Tanda- tanda vital: S:
37,5oC, HR: 90 x/I, TD: 100/60 mmHg

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pengkajian dilakukan pada hari selasa pada tanggal 23 mei 2017 jam 13.15 WIB.
Keluarga mengatakan kondisi An. H sekarang badan teraba hangat, sakit kepala masih,
perut masih terasa sakit, nyeri pada persendian dan nafsu makan berkurang.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan An. R tidak ada pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit lain
(seperti anemia, leukomias, thalasemia dan lainnya) maupun sakit yang sama.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga pernah sakit Ada Penyakit DBD
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada -
Genogram
Ket :
฀ : Laki-laki O :
Perempuan
©/฀ : Klien
฀/O : Meninggal
: Menikah ╫ : Cerai
: Saudara
: Tinggal serumah
V. Lingkungan

An. H tinggal di lingkungan komplek yang


padat. Keluarga mengatakan di rumah
memakai bak mandi jarang dikuras hanya
1 kali dalam 2 minggu. Keluarga
mengatakan di sekitar rumah juga ada
yang mengalami DBD

VI. PENGKAJIAN KHUSUS


A. ANAK
1) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Compos Mentis
GCS : E 4 M 6 V 5 Jumlah : 15
KU: sedang
b. Tanda Vital Suhu : 38,2oC RR : 21 x/m HR : 81 x/m TD : 110/ 80 mmHg

c. Posture BBsebelum sakit : 38 kg PB/TB : - cm


BB saat sakit : 36 kg
d. Kepala Bentuk : Normal
Kebersihan : Bersih
Tidak ada lesi

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Benjolan : tidak ada


Data lain : wajah tampak kemerahan, kepala terasa nyeri

e. Mata Simetris
Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : anemis
Reflek cahaya : positif Palbebra : edema
Pupil : isokor

f. Hidung Letak : Simetri


Pernapasan cuping hidung :Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Tidak ada epistaksis
g. Mulut Warna bibir: bibir tampak pucat dan kering
Kebersihan rongga mulut : bersih
Data lain : nyeri saat menelan, bibir tampak pecah-pecah, tidak ada
gusi berdarah

h. Telinga Bentuk : Simetris


Kebersihan : Bersih
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata
Pemeriksaan pendengaran : baik

i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada

j. Dada
- Toraks Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, tidak ada tarikan dinding
dada
Auskultasi : Vesikuler

Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama

Perkusi : Sonor

- Jantung Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

Auskultasi : Irama teratur

Palpasi : Iktus cordis teraba

Perkusi : Jantung dalam batas normal

k. Abdomen Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada asites

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : nyeri tekan pada ulu hati

Perkusi : tymphani

l. Kulit Turgor : Kembali cepat


Kelembaban: Kering

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Warna: tampak kemerahan


Data lain : ......................................................................................
m. Ekstremitas Capillary refill : < 3 dtk
Atas Data lain yang ditemukan : akral teraba hangat, tidak ada edema,
terpasang IVFD RL 20 tts/I di tangan sebelah kiri, nyeri otot dan
persendian

n. Ekstremitas Capillary refill : < 3 dtk


Bawah Data lain yang ditemukan : akral teraba hangat, tidak ada edema, neri
otot dan persendian

o. Genitalia dan Tidak ada masalah


anus
2) Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi Sehat :
Makan : makan 3x sehari dengan komponen nasi, lauk pauk dan juga
sayur
Minum : 5-6 gelas/ perhari
Sakit :
Makan : mendapat diit ML, makan hanya 1-2 sendok dan
dimuntahkan, tidak nafsu makan
Minum : 4-5 gelas/ perhari, sulit untuk minum
b. Istirahat dan Siang Malam
tidur Sehat : keluarga mengatakan Sehat: keluarga mengatakan klien
klien jarang tidur siang karena tidur teratur 8 jam/ perhati dengan
beaktivitas dan sekolah nyenyak

Sakit: klien sering tidur ± 2 jam/


perhari Sakit: klien sering terbangun saat
malam karena nyeri pada perut,
demam. Tidur ± 6 jam/ perhari.
c. Eliminasi BAK
Sehat: klien BAK 5x/ perhari
Sakit : keluarga mengatakan klien BAK ±7-8 kali

BAB
Sehat : klien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, bau
khas,warna kekuningan.
Sakit: klien BAB 2 kali sehari dengan konsitensi cair, bau khas warna
kekuningan
d. Personal Frek. Mandi: 1 x/hr Cuci rambut : - x/mg Sikat gigi : 1 x/hr
higiene Masalah :.............................................................................
VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium Hasil pemeriksaan hematologi

Pada tanggal 23 Mei 2017


Hemaglobin : 13,0 g/dl (10-16 g/dl)
Lekosit : 2.500/ mm3 (9.000-12.000/mm3)
Hekamtokrit : 42 % (33-38 %)
Trombosit : 133.000/mm3 (200.000-400.000/mm3)

Radiologi -
Terapi medis - Paracetamol 250mg 3x1
- Trolit 3x1

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

-Ranitidine syrp 2x1


Perawat Yang Melakukan Pengkajian

( )
Nama lengkap & tanda tangan

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

ANALISA DATA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. H


No MR 067084

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O KEPERAWATAN
1. DS: Peningkatan laju Hipertermi
- Keluarga mengatakan An. H metabolisme
badan teraba hangat dan kulit
kemerahan

DO:
- Suhu: 38,2oC
- TD: 110/80 mmHg
- Tampak wajah kemerahan
- Kulit teraba hangat
- Lekosit:: 2.500/mm3
2. DS: Kehilangan cairan aktif Kekurangan volume
- Keluarga mengatakan An. H cairan
mual dan muntah
- Keluarga mengatakan An. H
BAB mencret

DO:
- Suhu : 38,2oC, RR : 21 x/m,
HR : 81 x/m, TD : 110/ 80
mmHg
- Hematokrit: 42 %
- Trombosit: 133.000/mm3
- Mukosa bibir kering dan
pecah-pecah
- Kulit kering

3. DS: Inflamasi penyakit Nyeri Akut


- An. H mengatakan nyei pada
bagian perut di ulu hati, nyeri
kepala dan nyeri pada
persendian
- An. H mengatakan nyeri saat
menelan
- Keluarga mengatakan An. H
kurang tidur karna nyeri pada
nyeri pada ulu hati

DO:
- Skala nyeri 2-3
- Tampak wajah An. H meringis

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

- TD: 110/80 mmHg


- Tampak memengangi perut
- Nyeri tekan pada ulu hati
4. DS: Kurangnya asupan Ketidakseimbangan
- Keluarga mengatakan An. H makanan nutrisi kurang dari
makan hanya 1-2 sendok dan kebutuhan tubuh
dimuntahkan
- An. H mengatakan sakit saat
menelan

DO:
- Tampak diit hanya dihabiskan
sedikit hanya ¼ porsi
- Membran mukosa bibir pucat
- Diit yang diberikan ML
- Konjungtiva anemis
- Tampak pasien memuntahkan
makanan
- BB: 36 kg sebelum sakit: 38
kg,
- Hb: 13,0 g/dl.

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DX TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1 23 Mei 2017 Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
2 23 Mei 2017 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
3 23 Mei 2017 Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi penyakit
4 23 Mei 2017 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. H


No MR 067084

Diagnosis keperawatan NOC NIC


Kekurangan volume Setelah dilakukan Manajemen Cairan
cairan tindakan keperawatan j) Pertahankan catatan
diharapkan terjadi intake dan output yang
Definisi : penurunan cairan keseimbangan cairan akurat
intravaskular, interstisial, dengan kriteria hasil : k) Monitor status hidrasi
dan atau intraseluler. Ini g) Tekanan darah tidak (misalnya membrane
mengacu pada dehidrasi. terganggu mukosa lembab, denyut
h) Hematokrit sedikit nadi adekuat, dan

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Faktor risiko : terganggu tekanan darah)


i) Perubahan status mental l) Monitor vital sign
j) Penurunan tekanan Setelah dilakukan m)Monitor masukan atau
darah tindakan keperawatan cairan dan hitung intake
k) Penurunan tekanan nadi diharapkan hidrasi kalori harian
l) Penurunan volume nadi tidak terjadi dengan n) Monitor status nutrisi
m) Penurunan turgor kulit kriteria hasil : o) Dorong pasien untuk
n) Membran mukosa i) Turgor kulit tidak menambah asupan oral
kering terganggu (misalnya, memberikan
o) Kulit kering j) Membran mukosa sedotan, menawarkan
p) Peningkatan suhu tubuh lembab tidak cairan diantara waktu
Faktor yang berhubungan terganngu makan)
dengan : k) Intake cairan tidak p) Tawari makanan
c) Kehilangan cairan aktif terganggu ringan(misalnya
d) Kegagalan mekanisme l) Output urin tidak minuman ringan dan
regulasi terganggu buahan segar/ jus buah)
m) Tidak ada haus q) Lembabkan bibir dan
n) Tidak ada peningkatan mukosa hidung yang
hematokrit kering
o) Tidak ada nadi cepat r) Kolaborasi pemberian
dan lemah cairan IV
s) Monitor hasil
laboratorium

Hipertermia Setelah dilakukan Perawatan Demam


tindakan keperawatan i) Pantau suhu dan tanda-
Defenisi : peningkatan suhu diharapkan tanda vital lainnya
tubuh diatas kisaran normal termoregulasi normal j) Monitor warna kulit dan
dengan kriteria hasil: suhu
Batasan karakteristik : g) Tidak ada k) Berikan obat atau cairan
h) Kunvulsi peningkatan suhu IV (misalnya, antipiretik,
i) Kulit kemerahan tubuh agenantibakteri, dan agen
j) Peningkatan suhu tubuh h) Tidak ada hipertermia anti menggil)
diatas kisaran normal i) Tidak ada sakit kepala l) Tutup pasien dengan
k) Kejang j) Tidak ada sakit otot selimut atau pakaian
l) Takhikardi k) Tidak ada perubahan ringan, tergantung pada
m) Takhipnea warna kulit fase demam ( yaitu:
n) Kulit terasa hangat l) Tidak ada dehidrasi memberikan selimut
hangat untuk fase dingin,
Faktor yang berhubungan menyediakan pakaian
dengan : atau linen tempat tidur
g) Anastesia untuk demam
h) Penurunan respirasi m)Dorong konsumsi cairan
i) Dehidrasi n) Kompres hangat pasien
j) Pemajanan lingkungan pada lipat paha dan aksila
yang panas
k) Penyakit
l) Peningkatan laju
metabolisme

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


tindakan keperawatan p) Lakukan pengkajian
Defenisi : pengalaman diharapkan tingkat nyeri secara
sensori dan emosional yang nyeri berkurang dengan komprehensif termasuk
tidak menyenangkan yang kriteria hasil: lokasi, karakteristik,
muncul aibat kerusakan g) Tidak ada nyeri yang durasi, frekuensi,
jaringan yang aktual atau dilaporkan kualitas dan faktor
potensial atau digambarkan h) Tidak ada mengerang presipitasi
dalam hal kerusakan dan menangis q) Observasi reaksi non
sedemikian rupa i) Tidak ada menyeringit verbal dari
j) Tidak ada ketegangan ketidaknyamanan
Batasan karakteristik : otot r) Gunakan teknik
h) Perubahan selera k) Tidak ada kehilangan komunikasi terapeutik
makan nafsu makan untuk mengetahui
i) Perubahan tekanan l) Tidak ada Ekspresi pengalaman nyeri
darah wajah nyeri pasien
j) Perubahan frekuensi s) Kaji kultur yang
jantung mempengaruhi respon
k) Perubahan frekuensi Setelah dilakukan nyeri
pernapasan tindakan keperawatan t) Bantu pasien dan
l) Mengekspresikan diharapkan status keluarga untuk mencari
perilaku kenyamanan meningkat dan menemukan
m) Masker wajah dengan kriteria hasil: dukungan
n) Gangguan tidur g) Tidak terganggu u) Kontrol lingkungan
kesejahteraan fisik yang dapat
Faktor yang berhubungan h) Tidak terganggu mempengaruhi nyeri
dengan : agen cedera ( control terhadap gejala seperti suhu ruangan,
misal biologis, zat kimia, i) Tidak terganggu pencahayaan dan
fisik, psikologis) kesejahteraan kebisingan
kesejahteraan v) Kurangi faktor
psikologis presipitasi nyeri
j) Tidak terganggu w) Pilih dan lakukan
lingkungan fisik penanganan nyeri
k) Tidak terganggu suhu (farmakologi,non
ruangan farmakologi dan inter
l) Tidak terganggu personal)
dukungan sosial dari x) Kaji tipe dan sumber
keluarga nyeri untuk menentukan
intervensi
y) Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
z) Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
aa) Tingkatkan istirahat
bb) Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Nutrisi Kurang Dari tindakan keperawatan d) Kaji adanya alergi


Kebutuhan Tubuh status nutrisi: asupan makanan
makanan dan cairan e) Kolaborasi dengan ahli
Defenisi: asupan nutrisi teratasi dengan kriteria gizi untuk menentukan
tidak cukup untuk hasil: jumlah kalori dan
memenuhi kebutuhan e) asupan makanan nutrisi yang dibutuhkan
metabolic secara peroral pasien
sepenuhnya adekuat f) Berikan informasi
Batasan Karakteristik: f) Asupan cairan secara tentang kebutuhan
i) Berat badan 20% atau peroral sepenuhnya nutrisi
lebih dibawah rentang adekuat g) Tawarkan makanan
berat badan ideal g) Asupan cairan ringan yang padat gizi
j) Bising usus hiperaktif intravena sepenuhnya h) Anjurkan keluarga
k) Kelemahan otot untuk adekuat untuk membawa
mengunyah h) Asupan nutrisi makanan favorit pasien
l) Kelemahan otot untuk parenteral sepenuhnya sementara berada di
menelan adekuat rumah sakit
m)Kehilangan rambut
berlebihan Monitor Nutrisi
n) Membran mukosa pucat h) Monitor adanya
o) Ketidakmampuan penurunan berat badan
memakan makanan i) Monitor lingkungan
p) Nyeri abdomen selama makan
Faktor yang j) Monitor kulit kering dan
Berhubungan: perubahan pigmentasi
d) Faktor biologis k) Monitor kekeringan,
e) Ketidakmampuan rambut kusam, dan
mencerna makanan mudah patah
f) Kurang asupan makanan l) Monitor adanya warna
pucat, kemerahan dan
jaringan konjungtiva
yang kering
m)Monitor mual muntah
n) Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht

Poltekkes Kemenkes
Lampira

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. H


No MR 067084

Hari/ Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Tanggal
Selasa/ 23 Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:
mei 2017 lainnya (38,2oc) - Keluarga mengatakan An. H badan
2. Monitor warna kulit (kemerahan)dan teraba hangat
suhu O:
3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol - S: 37,8oC, TD: 110/ 80 mmHg, RR:
250 mg jam 13.35) 21x/I, HR: 80 x/i
4. Monitor penurunan tingkat kesadaran - Tampak kulit kemerahan
5. Menganjurkan keluarga untuk - Kulit teraba hangat
membrikan pakaian yang longgar - Intake: minum 1000ml
6. Dorong konsumsi cairan setiap jam (air - Leokosit: 2500/mm3
putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam A: masalah termogulasi belum teratasi
7. Fasilitasi istirahat P: intervensi dilanjutkan
8. Kompres hangat pasien pada lipat paha - Pantau suhu
dan aksila menggunakan handuk kecil - Anjurkan konsumsi cairan
- Kompres hangat
Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output S:
yang akurat - Keluarga mengatakan An. H masih
2. Monitor status hidrasi (misalnya mencret
membrane mukosa lembab, denyut nadi - Keluarga mengatakan An. H masih
adekuat, dan tekanan darah) mual dan muntah
3. Monitor vital sign
4. Dorong pasien untuk menambah asupan O:
oral (menawarkan cairan diantara waktu - Tampak An. H masih muntah
makan) - Hematokrit: 42 %
35
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 7

5. Menganjurkan keluarga memberikan - Trombosit: 133.000/mm3


makanan ringan(misalnya minuman - Mukosa bibir kering dan masih
ringan dan buahan segar/ jus buah) pecah-pecah
6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah- - Kulit masih kering
pecah - Intake: minum: 1000 ml, IVFD RL
7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD 12jam/ kolf (1000 ml)
RL 20 tts/i) A: masalah cairan belum teratasi
8. Monitor hasil laboratorium P: intervensi dilanjutkan
- Pertahankan catatan intake
- Menganjurkan pasien menambah
supan oral
- Lembabkan bibir yang kering dan
pecah-pecah
- Monitor hasil laboratorium
Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
komprehensif termasuk lokasi, - An. H mengatakan nyei pada bagian
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas perut di ulu hati, nyeri kepala dan
dan faktor presipitasi nyeri pada persendian
2. Observasi reaksi non verbal dari - Keluarga mengatakan An. H masih
ketidaknyamanan kurang tidur karna nyeri pada nyeri
3. Kontrol lingkungan yang dapat pada ulu hati
mempengaruhi nyeri seperti suhu O:
ruangan, pencahayaan dan kebisingan - S: 37, 8oC, TD: 110/ 80 mmHg, RR:
4. Lakukan penanganan nyeri (non 21x/I, HR: 80 x/i
farmakologis yaitu teknik napas dalam - Wajah An. H masih tampak meringis
dan alihkan perhatian) - Tampak An. H memenganhi
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat perutnya
- Skala nyeri masih 2-3
A: masalah manajemen nyeri beum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Observasi reaksi non verbal dari

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

ketidaknyamanan
- Lakukan penanganan nyeri (non
farmakologis yaitu teknik napas
dalam dan alihkan perhatian)
- Menganjurkan tingkatkan istirahat
Ketidakseimbangan nutrsi 1. Kaji adanya alergi makanan S:
kurang dari kebutuhan 2. Anjurkan keluarga memberikan makan - Keluarga mengatakan masih sulit
tubuh sedikit tapi sering untuk makan
3. Menganjurkan keluarga untuk - Keluarga mengatakan memuntahkan
memberikan makanan yang disukai apa yang dimakan
pasien - Keluarga mengatakan An. H tidak
4. Monitor mual muntah ada alergi terhadap makanan
O:
- Diit hanya dihabis ¼ piring saja atau
1-2 sendok saja
- Tampak pasien memuntahkan apa
yang dimakan
- Tampak mukosa bibir masih pucat
A: Masalah nutrsi belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Anjurkan keluarga memberikan
makan sedikit tapi sering
- Menganjurkan keluarga untuk
memberikan makanan yang disukai
pasien
- Monitor mual muntah
Rabu/ 24 Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:
Mei 2017 lainnya (S: 38oC) - Keluarga mengatakan An. H badan
2. Monitor warna kulit (kulit kemerahan) masih teraba hangat
dan suhu O:
3. Berikan obat atau cairan IV ( antipiretik: - S: 37,5oC, TD: 110/ 90 mmHg, RR:
paracetamol 250 mg jam 12.00) 20x/I, HR: 84 x/i

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

4. Monitor penurunan tingkat kesadaran - Tampak kulit masih kemerahan


5. Menganjurkan keluarga untuk - Kulit teraba hangat
memberikan pakaian yang longgar - Intake: minum 1300ml
6. Dorong konsumsi cairan setiap jam - Leokosit: 3.500/mm3
7. Fasilitasi istirahat A: masalah termogulasi belum teratasi
8. Kompres hangat pasien pada lipat paha P: intervensi dilanjutkan
dan aksila - Pantau suhu
- Dorong konsumsi cairan setiap jam
- Fasilitasi istirahat
Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output S:
yang akurat - Keluarga mengatakan An. H masih
2. Monitor status hidrasi (misalnya mencret
membrane mukosa lembab, denyut nadi - Keluarga mengatakan An. H masih
adekuat, dan tekanan darah) mual dan muntah
3. Monitor vital sign
4. Dorong pasien untuk menambah asupan O:
oral (menawarkan cairan diantara waktu - Tampak An. H masih muntah
makan) - Hematokrit: 41 %
5. Menganjurkan keluarga memberikan - Trombosit: 137.000/mm3
makanan ringan(misalnya minuman - Mukosa bibir kering dan masih
ringan dan buahan segar/ jus buah) pecah-pecah
6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah- - Kulit masih kering
pecah - Intake: minum: 1300 ml, IVFD RL
7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD 12jam/ kolf (1000 ml)
RL 20 tts/i) A: masalah cairan belum teratasi
8. Monitor hasil laboratorium P: intervensi dilanjutkan
- Monitor status dehidrasi
- Dorong pasien untuk menambah
asupan oral
- Lembabkan bibir yang kering dan
pecah-pecah
- Monitor hasil laboratorium

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:


komprehensif termasuk lokasi, - An. H mengatakan nyeri pada bagian
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas perut di ulu hati, nyeri kepala dan
dan faktor presipitasi nyeri pada persendian
2. Observasi reaksi non verbal dari - Keluarga mengatakan An. H masih
ketidaknyamanan kurang tidur karna nyeri pada nyeri
3. Kontrol lingkungan yang dapat pada ulu hati
mempengaruhi nyeri seperti suhu O:
ruangan, pencahayaan dan kebisingan - S: 38oC, TD: 110/ 90 mmHg, RR:
4. Lakukan penanganan nyeri (non 19x/I, HR: 84 x/i
farmakologis yaitu teknik napas dalam - Wajah An. H masih tampak meringis
dan alihkan perhatian) - Tampak An. H masih memengaghi
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat perutnya
6. Berikan analgetik untuk mengurangi - Skala nyeri masih 3-4
nyeri abdomen (Ranitidine sirup jam A: masalah manajemen nyeri belum
18.00) teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
- Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
- Menganjurkan tingkatkan istirahat
- Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri abdomen (Ranitidine sirup)
Ketidakseimbangan nutrsi 1. Kaji adanya alergi makanan S:
kurang dari kebutuhan 2. Berikan informasi tentang kebutuhan - Keluarga mengatakan masih sulit
tubuh nutrisi untuk makan
3. Anjurkan keluarga memberikan makan - Keluarga mengatakan memuntahkan
sedikit tapi sering apa yang dimakan
4. Monitor mual muntah - Keluarga mengatakan mengerti
tentang kebuthan nutrisi pasien
O:

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

- Diit masih hanya dihabiskan ¼


piring saja atau 1-2 sendok saja
- Tampak pasien masih memuntahkan
apa yang dimakan
- Tampak mukosa bibir masih pucat
A: Masalah nutrsi belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Anjurkan keluarga memberikan
makan sedikit tapi sering
- Monitor mual muntah
Kamis/ 25 Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:
Mei 2017 lainnya (37,5 oC) - Keluarga mengatakan An. H badan
2. Monitor warna kulit dan suhu masih demam An. H sudah turun
3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol O:
250 mg jam 12.00) - S: 36,8oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:
4. Monitor penurunan tingkat kesadaran 20x/I, HR: 85 x/i
5. Menganjurkan keluarga untuk - Tampak kulit masih kemerahan
membrikan pakaian yang longgar - Kulit masih teraba sedikit hangat
6. Dorong konsumsi cairan setiap jam - Intake: minum 1800ml
7. Fasilitasi istirahat - Leokosit: 4.200/mm3
A: masalah termogulasi teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output S:
yang akurat - Keluarga mengatakan An. H sudah
2. Monitor status hidrasi (misalnya tidak mencret lagi
membrane mukosa lembab, denyut nadi - Keluarga mengatakan An. H tidak
adekuat, dan tekanan darah) muntah lagi tapi mual masih
3. Monitor vital sign
4. Dorong pasien untuk menambah asupan O:
oral (menawarkan cairan diantara waktu - Tampak An. H tidak muntah lagi
makan) saat makan
5. Menganjurkan keluarga memberikan - Hematokrit: 40 %

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

makanan ringan(misalnya minuman - Trombosit: 130.000/mm3


ringan dan buahan segar/ jus buah) - Mukosa bibir sudah tampak sedikit
6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah- lembab dan masih pecah-pecah
pecah - Kulit masih kering
7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD - Intake: minum: 1800 ml, IVFD RL
RL 20 tts/i) 12jam/ kolf (1000 ml)
1. Monitor hasil laboratorium A: masalah cairan belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
komprehensif termasuk lokasi, - An. H mengatakan nyei pada bagian
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas perut di ulu hati masih terasa, nyeri
dan faktor presipitasi kepala dan nyeri pada persendian
2. Observasi reaksi non verbal dari sudah tidak lagi
ketidaknyamanan O:
3. Kontrol lingkungan yang dapat - S: 36,8oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:
mempengaruhi nyeri seperti suhu 20x/I, HR: 85 x/i
ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Wajah An. H masih tidak tampak
4. Lakukan penanganan nyeri (non meringis lagi
farmakologis yaitu teknik napas dalam - Skala nyeri masih 2
dan alihkan perhatian) - Tampak An. H sudah melakukan
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat penaganan nyeri dengan alihkan
6. Berikan analgetik untuk mengurangi perhatian yaitu berbincang dengan
nyeri abdomen (Ranitidine sirup jam saudaranya
18.00) A: masalah manajemen nyeri teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Ketidakseimbangan nutrsi 1. Anjurkan keluarga memberikan makan S:
kurang dari kebutuhan sedikit tapi sering - Keluarga mengatakan masih sulit
tubuh 2. Monitor mual muntah untuk makan
3. Menganjurkan keluarga untuk - Keluarga mengatakan An. H tidak
memberikan makanan yang disukai muntah lagi
pasien O:

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

- Diit masih hanya dihabiskan ¼


piring saja atau 1-2 sendok saja
- Tampak mukosa bibir masih pucat
- Tampak An. H tampak sudah makan
makanan ringan yg disukainya
A: Masalah nutrsi belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Jumat/ 26 Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:


Mei 2017 lainnya - Keluarga mengatakan An. H sudah
2. Monitor warna kulit dan suhu tidak demam lagi
3. Berikan obat atau cairan IV (antipiretik: O:
paracetamol 250 mg jam 12.00) - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:
4. Menganjurkan keluarga untuk 20x/I, HR: 80 x/i
membrikan pakaian yang longgar - Leokosit: 5000/mm3
5. Dorong konsumsi cairan dua jam sekali - Tampak kulit tidak kemerahan lagi
6. Fasilitasi istirahat - Kulit tidak teraba hangat lagi
- Intake: minum 1500ml
- Leokosit: -/mm3
A: masalah termogulasi teratasi
P: intervensi dihentikan
Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output S:
yang akurat - Keluarga mengatakan An. H sudah
2. Monitor status hidrasi (misalnya banyak untuk minum
membrane mukosa lembab, denyut nadi
adekuat, dan tekanan darah) O:
3. Monitor vital sign - Hematokrit: 39 %
4. Dorong pasien untuk menambah asupan - Trombosit: 139.000/mm3
oral (menawarkan cairan diantara waktu - Mukosa bibir sudah tampak lembab
makan) dan masih tidak pecah-pecah lagi
5. Menganjurkan keluarga memberikan - Kulit sudah lembab
makanan ringan(misalnya minuman - Intake: minum: 1500 ml, IVFD RL

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

ringan dan buahan segar/ jus buah) 12jam/ kolf (1000 ml)
6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah- A: masalah cairan teratasi
pecah P: intervensi dihentikan
7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD
RL 20 tts/i)
8. Monitor hasil laboratorium
Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
komprehensif termasuk lokasi, - An. H mengatakan nyei pada bagian
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas perut di ulu hati masih terasa
dan faktor presipitasi sedikit, nyeri kepala dan nyeri pada
2. Observasi reaksi non verbal dari persendian sudah tidak lagi
ketidaknyamanan - Keluarga mengatakan nafsu makan
3. Kontrol lingkungan yang dapat An. H masih kurang
mempengaruhi nyeri seperti suhu O:
ruangan, pencahayaan dan kebisingan - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:
4. Lakukan penanganan nyeri (non 20x/I, HR: 80 x/i
farmakologis yaitu teknik napas dalam- Wajah An. H tidak tampak meringis
dan alihkan perhatian) lagi
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat - Skala nyeri 1
6. Berikan analgetik untuk mengurangi A: masalah manajemen nyeri teratasi
nyeri abdomen (Ranitidine sirup) sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Ketidakseimbangan nutrsi 1. Anjurkan keluarga memberikan makan S:
kurang dari kebutuhan sedikit tapi sering - Keluarga mengatakan An. H mual
tubuh 2. Monitor mual muntah dan muntah tidak ada lagi
3. Menganjurkan keluarga untuk - Keluarga mengatakan nafsu makan
memberikan makanan yang disukai An. H masih kurang
pasien O:
- Diit masih hanya dihabiskan 1/2
piring
- Tampak mukosa bibir masih sedikit
pucat

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

- Tampak An. H tampak sudah makan


makanan ringan yg disukainya
A: Masalah nutrsi teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Sabtu/ 27 Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
Mei 2017 komprehensif termasuk lokasi, - An. H mengatakan nyeri pada bagian
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas perut di ulu hati masih terasa sedikit,
dan faktor presipitasi nyeri kepala dan nyeri pada
2. Observasi reaksi non verbal dari persendian sudah tidak lagi
ketidaknyamanan - Keluarga mengatakan nafsu makan
3. Kontrol lingkungan yang dapat An. H masih kurang
mempengaruhi nyeri seperti suhu - Dokter mengatakan An. H boleh
ruangan, pencahayaan dan kebisingan pulang
4. Lakukan penanganan nyeri (non O:
farmakologis yaitu teknik napas dalam - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:
dan alihkan perhatian) 20x/I, HR: 80 x/i
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat - Wajah An. H tidak tampak meringis
lagi
- Skala nyeri 1
A: masalah manajemen nyeri teratasi
P: Intervensi dihentikan
Ketidakseimbangan nutrsi 1. Anjurkan keluarga memberikan makan S:
kurang dari kebutuhan sedikit tapi sering - Keluarga mengatakan An. H mual
tubuh 2. Monitor mual muntahs dan muntah tidak ada lagi
3. Menganjurkan keluarga untuk - Keluarga mengatakan nafsu makan
memberikan makanan yang disukai An. H masih kurang
pasien. - Dokter mengatakan pasien boleh
pulang dan control ulang
O:
- Diit masih hanya dihabiskan 1/2
piring
- Tampak mukosa bibir masih sedikit

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

pucat
- Tampak An. H tampak sudah makan
makanan ringan yg disukainya
A: Masalah nutrsi teratasi
P: Intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes
Lampira

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N DENGAN DBD DI


RUANGAN SYAFA RSI IBNU SINA PADANG

Hari Tanggal Jam


Waktu Pengkajian
Senin 22 Mei 2017 10.00

Rumah Sakit : RSI Ibnu Sina Padang


Ruangan : Syafa 11
Tanggal Masuk : 21 Mei 2017
RS
No. Rekam Medik : 113269
Sumber informasi : Keluarga
J. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
4. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An. N
Tanggal lahir / Umur 29-8-2009 / 7 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan TK
Anak ke / jumlah 1/1
saudara
Diagnosa Medis DHF
5. IDENTITAS IBU AYAH
ORANGTUA
Nama Ny. M Tn. K
Umur 53 tahun 52 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan S1 S1
Pekerjaan PNS PNS
Alamat Jln. Delima 77D Padang Jln. Delima 77D Padang

6. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH


Nama Usia Jenis Pendi
No Hub.dg KK Status kesehatan Ket
(Inisial) (bl/th) Kelamin dikan

35

Poltekkes Kemenkes Padang


Lampiran 7

III. RIWAYAT KESEHATAN

Keluarga mengatakan An. N masuk ke RSI Ibnu Sina Padang


KELUHAN melalui IGD pada tanggal 21 Mei 2017 pada jam 19.00 dengan
UTAMA keluhan demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit,
nyeri pada persendian, sakit kepala dan ada tampak bintik merah
pada seleruh tubuh. Tanda- tanda vital: S: 39,1oC HR: 80 x/i.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pengkajian dilakukan pada hari senin pada tanggal 22 mei 2017 10.00. Keluarga
mengatakan kondisi An. N sekarang demam sudah berkurang, badan teraba hangat,
tampak lemah, nafsu makan berkurang dan kurang minum. Tampak bintik-bintik merah di
seluruh tubuh masih ada.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan An. R tidak ada pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit lain
maupun sakit yang sama.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga pernah sakit Tidak Ada -
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada -
Genogram
Ket :
฀ : Laki-laki O :
Perempuan
©/฀ : Klien
฀/O : Meninggal
: Menikah ╫ : Cerai
: Saudara
: Tinggal serumah
V. Lingkungan

An. N tinggal di lingkungan komplek yang


padat. Keluarga mengatakan di rumah
tidak memakai bak mandi hanya
menggunakan ember, banyak baju yang
bergantungan. Tetangga sebelah rumah
pasien juga sudah mengalami DBD
sebelumnya.

VI. PENGKAJIAN KHUSUS


A. ANAK
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Compos Mentis
GCS : E 4M 6V5 Jumlah :15
KU : sedang
b. Tanda Vital Suhu : 38oC RR : 19 x/m HR : 84 x/m TD : - mmHg

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

c. Posture BB : gr atau kg PB/TB : cm

d. Kepala Bentuk : Normal, simetris


Kebersihan : Bersih
Tidak ada lesi, benjolan: tidak ada, wajah tampak kemerahan dan
tampak bintik merah.
e. Mata Simetris
Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : anemis
Reflek cahaya : positif Palbebra : tidak edema
Pupil : isokor

f. Hidung Letak : Simetri


Pernapasan cuping hidung : Tidak Ada
Kebersihan : Bersih
Tidak ada perdarahan epistaksis
g. Mulut Warna bibir: kemerahan, bibir lembab
Kebersihan rongga mulut : bersih
Ada perdarahan gusi
h. Telinga Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata
Pemeriksaan pendengaran : baik

i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : Tidak ada

j. Dada
- Toraks Inspeksi : simetris, tampak bintik merah, tidak ada tarikan
dinding dada
Auskultasi : Vesikuler

Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama

Perkusi : Sonor

- Jantung Inspeksi : iktur cordis tidak terlihat

Auskultasi : irama jantung reguler

Palpasi : Iktus kordis teraba

k. Abdomen Inspeksi : Simetris, tampak bintik merah pada abdomen

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : Nyeri tekan pada ulu hati

Perkusi : Tymphani

l. Kulit Turgor : Kembali cepat


Kelembaban: Kering
Warna: kemerahan
Data lain : Tampak bintik merah pada seluruh tubuh

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

m. Ekstremitas Capillary refill : < 3 dtk


Atas Data lain yang ditemukan : terpasang IVFD RL 20 tts/i. tampak bintik
merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri pada
otot dan persendian

n. Ekstremitas Capillary refill : < 3 dtk


Bawah Data lain yang ditemukan : terpasang IVFD RL 20 tts/i. tampak bintik
merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri pada
otot dan persendian

o. Genitalia dan Tidak ada masalah


anus
2) Kebiasaan sehari-hari
e. Nutrisi dan Sehat :
cairan Makan : makan 2x sehari dengan komponen nasi, lauk pauk dan juga
sayur
Minum : 6 gelas/ perhari

Sakit :
Makan : mendapat diit ML, kadang makan 1-2 sendok, kadang tidak
makan.
Minum : 4-5 gelas/ perhari, sulit untuk minum

f. Istirahat dan Siang Malam


tidur Sehat : keluarga mengatakan Sehat: keluarga mengatakan klien
klien sering tidur pada sore hari tidur teratur 8 jam/ perhati dengan
skitar pukul 16.30 nyenyak

Sakit: klien sering tidur ± 2 jam/


perhari Sakit: klien tidur ± 8 jam/hari tetapi
sering terbangun dan kurang
nyenyak
g. Eliminasi BAK
Sehat: klien BAK 5x/ perhari
Sakit : keluarga mengatakan klien BAK ±6-7 kali
BAB
Sehat : klien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, bau
khas,warna kekuningan.
Sakit: klien BAB 1 kali sehari dengan konsitensi padat, bau khas,
warna coklat kehitaman
h. Personal Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : - x/mg Sikat gigi : 1 x/h
higiene

VI. DATA PENUNJANG


Laboratorium Hasil pemeriksaan hematologi

Pada tanggal 22 Mei 2017


Hemaglobin : 11,1 g/dl (10-16 g/dl)
Lekosit : 4.200/ mm3 (9.000-12.000/mm3)
Hekamtokrit : 34 % (33-38 %)
Trombosit : 126.000/mm3 (200.000-400.000/mm3)

Radiologi -

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Terapi medis Paracetamol syr 3x11/2 sth


Puyer 3x1
Perawat Yang Melakukan Pengkajian

( )
Nama lengkap & tanda tangan

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

ANALISA DATA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. N


No MR 113269

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O KEPERAWATAN
1. DS: Peningkatan laju Hipertermi
- Keluarga mengatakan An. N metabolisme
badan teraba hangat dan kulit
kemerahan

DO:
- Suhu: 38oC
- Tampak wajah kemerahan
- Kulit teraba hangat
- Lekosit:: 4.200/ mm3
2. DS: Trombisitopenia Resiko perdarahan
- Keluarga mengatakan An. N
tampak bintik merah sejak hari
minggu
- Keluarga mengatakan BAB
An. N berwarna coklat
kehitaman

DO:
- Suhu : 38oC, RR : 21 x/m, HR
: 81 x/m
- Hemobglobin: 11,1 g/dl
- Trombosit: 126.000/mm3
- Konjungtiva anemis
- Mukosa bibir tampak
kemerahan
- Adanya tampak bintik merah
pada seluruh tubuh

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DX TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1 23 Mei 2017 Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
2 23 Mei 2017 Resiko perdarahan berhubungan dengan trombisitopenia

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. N


No MR 113269

Diagnosis keperawatan NOC NIC


Hipertermia Setelah dilakukan Perawatan Demam
tindakan keperawatan o) Pantau suhu dan tanda-
Defenisi : peningkatan suhu diharapkan tanda vital lainnya
tubuh diatas kisaran normal termoregulasi normal p) Monitor warna kulit dan
dengan kriteria hasil: suhu
Batasan karakteristik : m) Tidak ada q) Berikan obat atau cairan
o) Kunvulsi peningkatan suhu IV (misalnya, antipiretik,
p) Kulit kemerahan tubuh agenantibakteri, dan agen
q) Peningkatan suhu tubuh n) Tidak ada hipertermia anti menggil)
diatas kisaran normal o) Tidak ada sakit kepala r) Monitor penurunan
r) Kejang p) Tidak ada sakit otot tingkat kesadaran
s) Takhikardi q) Tidak ada perubahan s) Tutup pasien dengan
t) Takhipnea warna kulit selimut atau pakaian
u) Kulit terasa hangat r) Tidak ada dehidrasi ringan, tergantung pada
fase demam ( yaitu:
Faktor yang berhubungan memberikan selimut
dengan : hangat untuk fase dingin,
m) Anastesia menyediakan pakaian
n) Penurunan respirasi atau linen tempat tidur
o) Dehidrasi untuk demam
p) Pemajanan lingkungan t) Dorong konsumsi cairan
yang panas u) Fasilitasi istirahat
q) Penyakit v) Kompres hangat pasien
r) Peningkatan laju pada lipat paha dan aksila
metabolisme
Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
tindakan keperawatan h) Monitor ketat tanda-
Definisi : beresiko diharapkan keparahan tanda perdarahan
mengalami penurunan kehilangan darah tidak i) Monitor nilai labor
volume darah yang dapat terjadi dengan kriteria j) Monitor status cairan
mengganggu kesehatan hasil : yang meliputi intake dan
g) Tidak ada kehilangan ouput
Faktor resiko : darah yang terlihat k) Observasi adanya darah
c) Aneurisme h) Tidak ada hematuria dalam sekresi cairan
d) Defisiensi pengetahuan i) Tidak ada keluar darah tubuh
dari anus l) Instruksikan pasien untuk
j) Tidak ada hematemesis meningkatkan makanan
k) Tidak ada penurunan yang kaya vitamin K
tekanan darah sistolik m)Instruksikan keluarga
l) Tidak ada penurunan untuk memonitor tanda-
tekanan darah diastolik tanda perdarahan dan
mengambil tindakan

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Setelah dilakukan yang tepat jika terjadi


tindakan keperawatan perdarahan (misalnya:
diharapkan koagulasi lapor kepada perawat)
darah membaik dengan
kriteria hasil:
m) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
pembentukan bekuan
n) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal waktu
prtrombin (PT)
o) Tidak ada deviasi dari
kisaran normalwaktu
parsial tromboplastin
(PTT)
p) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
hematokrit (Hct)
q) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
hemoglobin (Hb)
r) Tidak ada peradarahan
s) Ringan petekie
t) Tidak ada ekimosis
u) Tidak ada BAB
berdarah
v) Tidak ada hematuria
w) Tidak ada
hematemesis
x) Tidak ada gusi darah

Poltekkes Kemenkes
Lampira

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. N


No MR 113269

Hari/ Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Tanggal
Senin/ 22 Hipertermi 9. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:
mei 2017 lainnya (38oc) - Keluarga mengatakan badan An. N
10. Monitor warna kulit sudah tidak panas lagi
(kemerahan)dan suhu O:
11. Berikan obat atau cairan IV - S: 37oC, RR: 21x/I, HR: 80 x/i
(paracetamol syrup jam 12.00 dan IVFD - Tampak kulit kemerahan
RL 20 tts/i/12 jam) - Kulit teraba hangat
12. Menganjurkan keluarga untuk - Intake: minum 1250ml
memberikan pakaian yang longgar - Leokosit: 4200/mm3
13. Dorong konsumsi cairan setiap jam A: masalah termogulasi belum teratasi
(air putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam P: intervensi dilanjutkan
14. Kompres hangat pasien pada lipat - Pantau suhu
paha dan aksila menggunakan handuk - Berikan obat
kecil - Dorong konsumsi cairan setiap jam
- Kompres hangat
Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan S:
(BAB berwarna coklat kehitaman) - Keluarga mengatakan BAB
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) berwarna kehitaman
3. Monitor status cairan yang meliputi O:
intake dan ouput - Tampak bintik merah di seluruh
4. Observasi adanya darah dalam sekresi tubuh
cairan tubuh - Hb: 11,1 g/dl
5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan - Trombosit: 126.000/mm3
makanan yang kaya vitamin K (kacang- - Mukosa bibir masih tampak
35
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 7

kacangan, anggur) kemerahan


6. Instruksikan keluarga untuk memonitor A: masalah belum teratasi
tanda-tanda perdarahan dan mengambil P: intervensi dilanjutkan
tindakan yang tepat jika terjadi - Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan (misalnya: lapor kepada perdarahan
perawat) - Monitor nilai labor (Hb, Ht,
Trombosit)
- Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda-tanda perdarahan
dan mengambil tindakan yang tepat
jika terjadi perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat)

Selasa/ 23 Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:


mei 2017 lainnya (36,8oc) - Keluarga mengatakan badan An. N
2. Monitor warna kulit (kemerahan)dan sudah tidak panas lagi
suhu O:
3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol - S: 36,5oC, RR: 20x/I, HR: 92 x/i
syrup jam 12.00 dan IVFD RL 20 tts/i/12 - Tampak masih kemerahan
jam) - Kulit tidak teraba hangat
4. Menganjurkan keluarga untuk - Intake: minum 1500ml
memberikan pakaian yang longgar - Leokosit: 3900/mm3
5. Dorong konsumsi cairan setiap jam (air A: masalah termogulasi teratasi
putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam P: intervensi dilanjutkan

Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan S:


(BAB berwarna coklat kehitaman, gusi - Keluarga mengatakan BAB
berdarah) berwarna kehitaman dan gigi
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) berdarah
3. Monitor status cairan yang meliputi O:
intake dan ouput - Tampak bintik merah di seluruh
4. Observasi adanya darah dalam sekresi tubuh

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

cairan tubuh - Tampak gusi berdarah


5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan - Hb: 11,4 g/dl
makanan yang kaya vitamin K (kacang- - Trombosit: 106.000/mm3
kacangan, anggur) - Mukosa bibir masih tampak
6. Instruksikan keluarga untuk memonitor kemerahan
tanda-tanda perdarahan dan mengambil A: masalah belum teratasi
tindakan yang tepat jika terjadi P: intervensi dilanjutkan
perdarahan (misalnya: lapor kepada - Monitor ketat tanda-tanda
perawat) perdarahan
- Monitor nilai labor (Hb, Ht,
Trombosit)
- Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda-tanda perdarahan
dan mengambil tindakan yang tepat
jika terjadi perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat)
- Instruksikan pasien untuk
meningkatkan makanan yang kaya
vitamin K (kacang-kacangan,
anggur)

Rabu/ 24 Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan S:


mei 2017 (BAB berwarna coklat kehitaman, gusi - Keluarga mengatakan BAB
berdarah) berwarna masih kehitaman dan gigi
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) berdarah
3. Monitor status cairan yang meliputi O:
intake dan ouput - Tampak bintik merah di seluruh
4. Observasi adanya darah dalam sekresi tubuh
cairan tubuh - Tampak masih ada gusi berdarah
5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan - Hb: 11,2 g/dl
makanan yang kaya vitamin K (kacang- - Trombosit: 108.000/mm3

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

kacangan, anggur) - Mukosa bibir masih tampak


6. Instruksikan keluarga untuk memonitor kemerahan
tanda-tanda perdarahan dan mengambil A: masalah belum teratasi
tindakan yang tepat jika terjadi P: intervensi dilanjutkan
perdarahan (misalnya: lapor kepada - Monitor ketat tanda-tanda
perawat) perdarahan
- Monitor nilai labor (Hb, Ht,
Trombosit)
- Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda-tanda perdarahan
dan mengambil tindakan yang tepat
jika terjadi perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat)
- Instruksikan pasien untuk
meningkatkan makanan yang kaya
vitamin K (kacang-kacangan,
anggur)

Kamis/ 25 Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan ( S:


mei 2017 gusi berdarah) - Keluarga mengatakan BAB
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) berwarna masih kehitaman sudah
3. Monitor status cairan yang meliputi tidak ada dan gigi berdarah masih
intake dan ouput O:
4. Observasi adanya darah dalam sekresi - Tampak bintik merah di seluruh
cairan tubuh tubuh masih
5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan - Tampak masih gusi berdarah sudah
makanan yang kaya vitamin K (kacang- berkurang
kacangan, anggur) - Hb: 11,0 g/dl
6. Instruksikan keluarga untuk memonitor - Trombosit: 125.000/mm3
tanda-tanda perdarahan dan mengambil - Mukosa bibir sudah tampak tidak
tindakan yang tepat jika terjadi kemerahan lagi
perdarahan (misalnya: lapor kepada A: masalah belum teratasi

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

perawat) P: intervensi dilanjutkan


- Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan
- Monitor nilai labor (Hb, Ht,
Trombosit)
- Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda-tanda perdarahan
dan mengambil tindakan yang tepat
jika terjadi perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat)
- Instruksikan pasien untuk
meningkatkan makanan yang kaya
vitamin K (kacang-kacangan,
anggur)

Jumat/ 26 Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan ( S:


mei 2017 gusi berdarah) - Keluarga mengatakan BAB
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) berwarna masih kehitaman sudah
3. Monitor status cairan yang meliputi tidak ada dan tidak ada lagi gigi
intake dan ouput berdarah
4. Observasi adanya darah dalam sekresi - Keluarga mengatakan An. N
cairan tubuh dibolehkan pulang
5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan O:
makanan yang kaya vitamin K (kacang- - Tampak bintik merah di seluruh
kacangan, anggur) tubuh masih
6. Instruksikan keluarga untuk memonitor - Tampak gusi beradarh tidak ada lagi
tanda-tanda perdarahan dan mengambil - Hb: - g/dl
tindakan yang tepat jika terjadi - Trombosit: -mm3
perdarahan (misalnya: lapor kepada - Mukosa bibir sudah tampak tidak
perawat) kemerahan lagi
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Poltekkes Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai