Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Kredit 2

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Perbankan


Dosen Pengampu : Eka Destriyanto Pristi Ayuningtyas, S.AB, M.M.

Kelompok 5
1. SURYANINGSIH 19415003
2. NUR USWATUN HASANAH 19414999
3. MUHAMMAD FATHI AL FALAH 19415002

PRODI S1 MANAJEMEN/5C
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Manajemen Kredit 2”
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis
alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis
mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapakan
terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat sehat, sehingga penulis dapat
membuat makalah ini dengan baik.
2. Ibu Eka Destriyanto Pristi Ayuningtyas, S.AB, M.M. selaku Dosen mata kuliah
Perpajakan yang telah memberi tugas makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini nasih jauh dari sempurna. Hal ini semata
mata karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun
harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang.

Ponorogo, 23 Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Pemberian Kredit


2.2 Prosedur Pemberian Kredit
2.3 Kualitas Kredit
2.4 TeknikPenyelesaian Kredit Macet

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaannya, Bank wajib mematuhi
kebijaksanaan perkreditan yang telah dibuat secara konsekuen dan konsisten. Kebijaksaanan
perkreditan tersebut sudah ditetapkan dan dilaksanakan sejak tanggaal 1 Januari 1996. Bagi
Bank yang telah mempunyai pedoman tersebut dengan memperhatikan semua aspek-aspek
yang telah dijelaskan. Sedangkan bagi Bank yang baru memperoleh izin usaha wajib
memiliki dan menerapkan serta melaksanakan kebijaksanaan perkreditan sejak memulai
melakukan usahanya.
Apabila dalam pelaksanannya ternyata Bank memberikan kredit tidak sesuai dengan
kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkannya, maka Bank Indonesia akan memberikan
sanksi yang mempengaruhi penilaian kesehatan Bank dan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang telah berlaku.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa prinsip pemberian kredit?
2. Bagaimana prosedur pemberian kredit?
3. Bagaimana kualitas kredit?
4. Bagiamana teknik penyelesaian kredit macet?

1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui prinsip pemberian kredit
2. Untuk mengetahui prosedur pemberian kredit
3. Untuk mengetahui kualitas kredit
4. Untuk mengetahui teknik penyelesaian kredit macet
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah wawasan
pengetahuan keilmuan terutama dibidang Perkreditan dalam materi Manajemen Kredit 2 dan
semoga keberadaan makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Pemberian Kredit
A. Prinsip 5C
Prinsip 5C merupakan sistem yang digunakan bank atau pemberi pinjaman lainnya untuk
mengukur kelayakan kredit dari seorang calon debitur (peminjam). 5C ini adalah Character,
Capacity, Capital, Condition dan Collateral.

1. Character (Karakter)
Prinsip dasar pemberian kredit: Karakter calon debitur harus menjadi pertimbangan pertama
dalam pemberian kredit
Indikasi risiko karakter yang diperhatikan bank

 Calon debitur memiliki reputasi tidak baik dalam hubungannya dengan masyarakat, rekan
bisnis dan bank
 Permasalahan hubungan debitur
 Debitur berganti-ganti supplier dan tidak mendapat fasilitas hutang dagang. Hal ini
merupakan indikasi bahwa debitur tidak dapat dipercaya karena sering ingkar janji.

Cara bank menganalisa indikasi risiko aspek karakter

 Reputasi: Info lingkungan tempat tinggal dan tempat usaha


 Hubungan bisnis: Trade checking
 Hubungan dengan bank: Bank checking

2.   Capacity
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit.
Bank harus mengetahui secara pasti atas kemampuan calon debitur dengan melakukan
analisis usahanya dari waktu ke waktu. Pendapatan yang selalu meningkat diharapkan kelak
mampu melakukan pembayaran kembali atas kreditnya. Sedangkan bila diperkirakan tidak
mampu, bank dapat menolak permohonan dari calon debitur. Capacity sering juga disebut
dengan nama Capability.
3.  Capital
Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelola calon
debitur. Bank harus meneliti modal calon debitur selain besarnya juga strukturnya. Untuk
melihat penggunaan modal apakah efektif, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan
laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas
dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya.

4.Condition
Pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang
dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Penilaian kondisi dan bidang usaha yang
dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit
tersebut bermasalah relatif kecil.
5.Collateral
Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun yang nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan
juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi sesuatu, maka jaminan yang dititipkan
akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

B. Prinsip 7P
a. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun
kepribadiaannya di masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah
laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.
b.Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau golongan-golongan tertentu
berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya sehingga nasabah dapat digolongkan ke
golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.
c.Perpose
Yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit termasuk jenis kredit yang
diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain-lain.
d.Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau
tidak dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika
suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi
akan tetapi juga nasabah.

e. Protection
Bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat
berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
f. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau
dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan
debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat
ditutupi oleh usaha lainnya.

g. Profitabillity
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur
dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi
dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

2.2 Prosedur Pemberian Kredit

Prosedur pemberian kredit adalah serangkaian kegiatan yang saling terkait untuk


menyelesaikan suatu pekerjaan yaitu menyalurkan kredit kepada pihak yang membutuhkan
dana.
1.Pengajuan berkas berkas
Pengajuan proposal kredit hendklah berisi latar belakang perusahaan/kelompk usaha,
maksud dan tujuan , besarnya kredit dan jangka waktu, cara pengembalian kredit dan jaminan
kredit
2. Pemeriksaan berkas berkas
Untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang sudah di ajukan sudah lengkap sesuai
dengan persyaratan dan sudah benar.
3. Wawancara satu
Penyelidikan kepad calon peminjam dgn langsug berhadapan dengan calon peminjam
4. On the spot
Kegiatan pemeriksaan di lapangan dan dengan meninjau berbagai objek yang akan
dijadikan usaha atau pinjaman, kemudian hasilnya di cocokan dengan hasil wawancara 1
5. Wawancara 2
Bagian perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah dilakukan on the
spot di lapangan.
6.Penilaian dan analisis kebutuhan modal
Kegiatan yg dilakukan dalam rangkamenilai kebutuhan kredit yang sebenarnya
7. Keputusan kredit
Menetukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak , jika diterima, maka dipersiapkan
administrasinya
8. Penandatangangan akadkredit/ perjanjian lainnya
Kelanjutan dari diputuskannya kredit , maka sebelum kredit di cairkan terlebih dahulu
calon nasabah menandatangani akad kredit
9. Realisasi kredit
Diberikan setelah penandatangan surat surat yg di perlukan denagn membuka rekening
giro atau tabungan di bank yg bersangkutan

2.3 Kualitas Kredit

Tujuan penetapan kolektibilitas kredit adalah untuk mengetahui kualitas kredit sehingga bank
dapat mengantisipasi risiko kredit secara dini karena risiko kredit dapat mempengaruhi
kelangsungan usaha bank. Di samping itu, penetapan kolektibilitas kredit digunakan untuk
menetapkan tingkat cadangan potensi kerugian akibat kredit bermasalah. Penetapan kualitas
kredit mengacu pada ketentuan Bank Indonesia, yaitu PBI No.14/15/PBI/2012 tentang
Penilaian Kualitas Aset Bank Umum dan SE BI No.7/3/DPN tanggal 31 Januari 2005 perihal
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Sesuai BI tersebut, kualitas kredit dapat ditentukan
berdasarkan tiga parameter berikut.

Prospek Usaha

Penilaian terhadap prospek usaha meliputi penilaian terhadap komponen-komponen:

-Potensi pertumbuhan usaha;

-Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan;


-Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja;

-Dukungan dari grup atau afilasi;

-Upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup.

Kinerja Debitur

Penilaian terhadap kinerja (performance) debitur meliputi penilaian terhadap komponen-


komponen:

-Perolehan laba;

-Struktur permodalan;

-Arus kas;

-Sensitivitas terhadap risiko pasar.

Kemampuan Membayar

Penilaian terhadap kemampuan membayar meliputi penilaian terhadap komponen-komponen:

-Ketepatan pembayaran pokok dan bunga;

-Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur;

-Kelengkapan dokumentasi kredit;

-Kepatuhan terhadap perjanjian kredit;

-Kesesuaian penggunaan dana;

-Kewajaran sumber pembayaran kewajiban.

Berdasarkan parameter tersebut, kualitas kredit ditetapkan menjadi Lancar, Dalam Perhatian
Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. Penetapan kualitas kredit tersebut dilakukan
dengan mempertimbangkan materialitas dan signifikansi dari faktor penilaian dari komponen,
serta relevansi dari faktor penilaian dan komponen tersebut terhadap karakteristik debitur
yang bersangkutan. Untuk kredit mikro, kecil, dan menengah dengan jumlah tertentu,
penetapan kualitas kredit hanya dapat didasarkan pada ketepatan pembayaran berikut.

Lancar (Kolektibilitas 1), apabila tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau
bunga.
Dalam Perhatian Khusus (Kolektibilitas 2), apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok
dan/atau bunga sampai dengan 90 hari.

Kurang Lancar (Kolektibilitas 3), apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau
bunga sampai dengan 120 hari.

Diragukan (Kolektibilitas 4), apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga
sampai dengan 180 hari.

Macet (kolektibiltas 5), apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga di atas
180 hari.

Kredit akan digolongkan bermasalah (Non Performing Loan/NPL) apabila telah masuk dalam
kualitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. Tujuan klasifikasi tersebut, antara lain untuk
menetapkan tingkat cadangan potensi kerugian akibat kredit bermasalah.

2.4 Teknik Penyelesaian Kredit Macet

A. Cara Pemerintah

Dilansir dari situs resmi Bank Indonesia (BI), untuk meminimalkan risiko meningkatnya
kredit macet, BI menerbitkan PBI (Peraturan Bank Indonesia) No.14/2/PBI/2012 tentang
APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu).

Aturan tersebut dibuat untuk menekan risiko dampak negatif dari penggunaan kartu kredit
sebagai alat utang hingga mencapai batas yang berlebihan. Berikut ini ketentuan yang
terdapat di dalam peraturan tersebut.

Pemegang kartu utama minimal berusia 21 tahun atau telah menikah. Untuk kartu tambahan,
pemegang minimal berusia 17 tahun atau telah menikah.
Pendapatan minimal pemegang kartu adalah Rp3 juta per bulan.
Maksimal plafon kredit adalah 3 kali pendapatan per bulan dan penerapannya berlaku secara
industri.
Calon pemegang kartu dengan pendapatan per bulan kurang dari Rp10 juta dikenakan
pembatasan plafon serta pembatasan perolehan kartu kredit maksimum dari 2 penerbit.
Calon pemegang kartu dengan pendapatan per bulan lebih dari Rp10 juta tidak dikenakan
pembatasan jumlah plafon dan kartu dari 2 penerbit. Analisis kredit diserahkan sepenuhnya
kepada bank.
Maksimum bunga kartu kredit adalah 3 persen per bulan.
B. Cara mengatasi kredit macet
Jika dalam keadaan terpaksa dan tidak bisa dihindari Anda terkena kredit macet, yang
pertama harus dilakukan adalah tetap tenang dan bersikap kooperatif dengan pihak bank
terkait. Menghindari pihak bank hanya akan menambah masalah dan memperburuk kondisi
Anda.

Datangilah pihak bank dan ungkapkan kondisi Anda dengan jujur serta jelaskan alasan Anda
berada dalam posisi kredit macet. Mintalah kerja sama pihak bank untuk membantu
menyelesaikan permasalahan kredit macet Anda dengan cara melakukan restrukturisasi.

Berikut ini tiga jenis restrukturisasi yang dapat diberikan pada debitur yang berada dalam
kondisi kredit macet.
Penjadwalan kembali (rescheduling)
Cara ini dilakukan dengan menyesuaikan tenor pinjaman Anda agar bisa kembali mencicil
pembayaran kredit. Pihak bank akan memperpanjang tenor pinjaman dari debitur yang
mengalami kredit macet.
Hal ini dilakukan agar angsuran yang harus dibayar bisa semakin ringan. Perpanjangan tenor
juga disesuaikan dengan kemampuan pembayaran debitur.
Persyaratan kembali (restructuring)
Cara kedua adalah dengan restructuring atau mengubah syarat-syarat peminjaman, yang
mencakup perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan persyaratan lainnya. Persyaratan
kembali ini bisa dilakukan dengan syarat tidak mengubah maksimal plafon kredit.
Penataan kembali (reconditioning)
Cara ketiga adalah dengan penataan kembali, yaitu upaya pihak bank mengubah kondisi
kredit untuk meringankan tanggung jawab debitur yang terlibat kredit macet. Hal ini
dilakukan dengan cara menambah fasilitas kredit, mengonversi tunggakan menjadi pokok
kredit baru, hingga penjadwalan dan persyaratan kembali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen perkreditan adalah pengelolaan kredit yang dijalankan oleh bank meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sedemikian rupa sehingga kredit
tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan kesepakatan antara bank dengan debitur.
Terdapat 2 prinsip Manajemen Kredit yaitu prinsip 5C dan prinsip 7P. Prosedur pemberian
kredit adalah serangkaian kegiatan yang saling terkait untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
yaitu menyalurkan kredit kepada pihak yang membutuhkan dana. Tujuan penetapan
kolektibilitas kredit adalah untuk mengetahui kualitas kredit sehingga bank dapat
mengantisipasi risiko kredit secara dini karena risiko kredit dapat mempengaruhi
kelangsungan usaha bank.

Penetapan kualitas kredit mengacu pada ketentuan Bank Indonesia, yaitu PBI
No.14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum dan SE BI No.7/3/DPN
tanggal 31 Januari 2005 perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Sesuai BI tersebut,
kualitas kredit dapat ditentukan berdasarkan tiga parameter berikut. Dilansir dari situs resmi
Bank Indonesia (BI), untuk meminimalkan risiko meningkatnya kredit macet, BI menerbitkan
PBI (Peraturan Bank Indonesia) No.14/2/PBI/2012 tentang APMK (Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu).Aturan tersebut dibuat untuk menekan risiko dampak negatif dari
penggunaan kartu kredit sebagai alat utang hingga mencapai batas yang berlebihan. Berikut
ini ketentuan yang terdapat di dalam peraturan tersebut.

3.2 Saran
Dengan demikian sebagai penulis makalah ini kami meminta saran dan kritik karena masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki agar teman-teman mahasiswa yang membaca
ataupun Dosen yang membimbing agar memberikan masukan demi kesempurnaan penulisan
makalah yang berjudul "Manajemen Kredit 2".

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir,Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,


2013)Lucky, A. (1999).
selviafitri0blogspot.com/2016/05/makalah-perbankan-kredit-jaminan.html
brainly.co.id/tugas/12187619
http://www.upacaya.com/kolektibilitas-kredit-kualitas-kredit/
https://www.rumah.com/panduan-properti/pengertian-kredit-macet-dan-cara-mengatasinya-
27248

Anda mungkin juga menyukai