Anda di halaman 1dari 4

DEVI TRESMIATI, S.

ST
19961210 202203 2 001

Resume Isu-Isu Kontemporer

A. Korupsi
Langkah-langkah hukum untuk menghadapi masalah korupsi telah dilakukan melalui
beberapa masa perubahan 26 perundang-undangan, dimulai sejak berlakunya kitab
undang-undang hukum pidana 1 januari 1918. KUHP sebagai suatu kodifikasi dan
unifikasi berlaku bagi semua golongan di Indonesia sesuai dengan asas konkordansi dan
diundangkan dalam Staatblad 1915 nomor 752, tanggal 15 Oktober 1915.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
beserta revisinya melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001. Secara substansi
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 telah mengatur berbagai modus operandi tindak
pidana korupsi sebagai tindak pidana formil, memperluas pengertian pegawai negeri
sehingga pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan kepada orang perorang tetapi juga
pada korporasi, dan jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap
terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana Mati, Pidana Penjara, dan Pidana
Tambahan. Selain itu Undang-undang ini pula telah dilengkapi dengan pengaturan
kewenangan penyidik, penuntut umumnya hingga hakim yang memeriksa di sidang
pengadilan. Bahkan, dalam segi pembuktian telah diterapkan pembuktian terbalik secara
berimbang dan sebagai kontrol, dan yang tidak kalah pentingnya undang-undang ini juga
dilengkapi dengan adanya pengaturan mengenai peran serta masyarakat yang ditegaskan
dengan Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
B. Narkoba
Tindak Pidana Narkotika adalah kejahatan induk atau kejahatan permulaan dan tidak
berdiri sendiri, artinya Kejahatan narkotika biasanya diikuti dengan kejahatan lainnya
atau mempunyai kejahatan turunan. Ancaman dari pada tindak pidana penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkotika yang terjadi di Indonesia sudah pada tingkat yang
memperihatinkan, dan apabila digambarkan tingkat ancamannya sudah tidak pada tingkat
ancaman Minor, Moderat, 49 ataupun Serius, tetapi sudah pada tingkat ancaman yang
tertinggi, yaitu tingkat ancaman Kritis. Hal tersebut terlihat dari luas persebaran tindak
pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang terjadi hampir diseluruh
wilayah Negara Kesatuan Repubik Indonesia serta jumlah (kuantitas) barang bukti
narkotika yang disitadan berbagai jenis narkotika, dapat mangancam eksistensi dan
kelangsunganhidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari kondisi tersebut,
Presiden Ir. H. Joko Widodo di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, tanggal 9
Desember 2014, menyampaikan Kekhawatirannya dengan Menyatakan “Indonesia
Darurat Narkoba” dan kemudian Memerintahkan Kepada Seluruh Jajaran pemerintahan,
baik Kementerian atau Lembaga, termasuk Pemerintah Daerah (Baik Provinsi maupun
Kabupaten Kota), khususnya Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI)
sebagai Agen Pelaksana (Executing Agency) dan/atau Motor Penggerak (Lidding Sector)
dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN) di Indonesia, dengan melakukan Penanggulangan atau Tanggap Darurat sebagai
akibat dari Darurat Narkoba.
C. Terorisme dan Radikalisme
1. Terorisme
Terorisme merupakan kejahatan luar biasa yang menjadi musuh dunia karena nyawa
manusia menjadi korban, menganggu stabilitas keamanan, menghancurkan tatanan
ekonomi dan pembangunan, sehingga terorisme berdampak negatif terhadap
masyarakat. Sejauh ini para teroris berasal dari individu-individu yang masuk ke
dalam suatu organisasi tertentu yang tujuan awalnya berusaha melakukan perubahan
sosial. Individu yang bergabung dalam organisasi teroris adalah individu yang merasa
dirinya termarginalisasi karena hidup dalam kondisi yang sulit, tidak stabil secara
ekonomi, hak-haknya terpinggirkan, dan suaranya tidak didengarkan oleh pemerintah
sehingga merasa menjadi kaum minoritas. Sebagai minoritas, mereka merasakan
krisis tersebut mengakibatkan rendahnya harga diri, memunculkan rasa takut yang
besar, frustasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan, hingga meningkatkan prasangkan
kaum minoritas terhadap mayoritas. Dengan alasan tersebut, kemudian kelompok
minoritas melakukan persuasi terhadap kelompok mayoritas agar sudut pandangnya
dapat diterima. Menurut mereka cara persuasi yang paling efektif adalah melalui
gerakan menebarkan rasa takut dan teror melalui kekerasan dan pembunuhan massal.
2. Radikalisme
Secara garis besar, terdapat 2 (dua) kelompok teroris di Indonesia, yaitu Darul Islam
(DI) dan Jamaah Islamiyah (JI). Organisasi dan kelompok teroris tersebut mampu
berafiliasi dengan berbagai organisasi masyarakat yang memiliki karakter yang
mendekati ideologi dari organisasi teroris tersebut. Apabila salah satu organ JI
terputus dengan organ induknya, maka suborganisasi di bawahnya dapat membentuk
sel JI baru dengan jumlah anggota yang sedikit. Hal ini tercermin ketika
tertangkapnya salah satu pemimpin mereka, Zarkasih, Amir Darurat, Bidang Syariah
yang merupakan suborganisasi JI di bawah pimpinan Abu Dujana, eksistensi JI masih
bisa dipertahankan.
Seiring berjalannya waktu dan perubahan radikalisme di Dunia, muncul Gerakan
Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ ISIS). Fenomena ISIS di Irak dan Syria akhirnya
menyebar ke Indonesia. ISIS telah turut membangunkan para ektremis garis keras
dari tidurnya. Dalam catatan BNPT, sudah terdapat beberapa penduduk Indonesia
telah berangkat ke Irak dan Syria untuk bergabung dengan ISIS.
Hubungan Radikalisme dan Terorisme
Terorisme sebagai kejahatan luar biasa jika dilihat dari akar perkembangannya sangat
terhubung dengan radikalisme. Untuk memahami Hubungan konseptual antara
radikalisme dan terorisme dengan menyusun kembali definsi istilah-istilah yang
terkait. Radikalisasi adalah faham radikal yang mengatasnamakan agama / Golongan
dengan kecenderungan memaksakan kehendak, keinginan menghakimi orang yang
berbeda dengan mereka, keinginan keras merubah negara bangsa menjadi negara
agama dengan menghalalkan segala macam cara (kekerasan dan anarkisme) dalam
mewujudkan keinginan.
D. Money Laundring
Sebagai bagian dari komitmen Indonesia yang kuat untuk berpartisipasi aktif dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan global tindak pidana pencucian uang, Pemerintah
Indonesia mengambil beberapa langkah strategis diantaranya telah mempersiapkan RUU
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) di bawah koordinasi
Departemen Kehakiman dan HAM, yang kemudian diundangkan dan disahkan oleh
Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 17 April 2002 melalui UU No. 15 Tahun
2002. Undang-undang ini secara formal dan tegas menyatakan praktik pencucian uang
adalah suatu tindak pidana (kriminalisasi pencucian uang).
E. Proxy War
Maka saat ini yang terjadi adalah perang masa kini dengan latar energi akan mengalami
pergeseran menjadi perang pangan, air, dan energi. "Di mana yang awalnya terjadi di
wilayah Timur Tengah, maka secara otomatis akan bergeser menuju ke Indonesia, Afrika
Tengah, dan Amerika Latin. Maka dunia akan kehabisan energi. Indonesia ke depannya
akan hadapi kondisi seperti itu. Beberapa indikasi terjadinya proxy war di Indonesia
mulai terlihat ketika muncul gerakan separatis seperti Lepasnya Timor Timur dari
Indonesia yang dimulai dengan pemberontakan bersenjata, perjuangan diplomasi, sampai
munculnya referendum merupakan contoh proxy war yang nyata. Celah Timor tanpa
diduga menyimpan minyak dan gas bumi dalam jumlah yang fantastis. Australia pun
ingin menguasai kandungan minyak di celah Timor dengan pembagian yang lebih besar.
Setelah perjanjian celah Timor dengan Indonesia berakhir, Australia menggunakan isu
HAM, menyerukan perlunya penentuan nasib sendiri untuk rakyat Timor Timur.
F. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan
beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan
internet.
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang
disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik
merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa.
Dewan Pers menyebutkan ciri-ciri hoax adalah mengakibatkan kecemasan, kebencian,
dan permusuhan; sumber berita tidak jelas. Hoax di media sosial biasanya pemberitaan
media yang tidak terverifikasi, tidak berimbang, dan cenderung menyudutkan pihak
tertentu; dan bermuatan fanatisme atas nama ideologi, judul, dan pengantarnya
provokatif, memberikan penghukuman serta menyembunyikan fakta dan data.

Anda mungkin juga menyukai