Anda di halaman 1dari 13

EKONOMI MANAJERIAL

TEORI PRODUKSI JANGKA PANJANG

DISUSUN OLEH:
(Kelompok 3)

1. I Ketut Ogi Tirtayoga (2007521103 / 03)


2. I Made Agus Yona Surya Andika (2007521177 / 10)
3. Christian Wisnu Gunawarman Siwu (2007521236 / 17)
4. I Gusti Agung Made Galang Pradnya Suara (2007521285 / 24)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
1. Konsep Produksi Jangka Panjang

Dalam menganalisis bagaimana perusahaan melakukan kegiatan


produksi, teori ekonomi berbeda dalam periode analisis untuk dua periode waktu,
yaitu: jangka pendek dan jangka panjang.

Analisis aktivitas produksi menggunakan jangka pendek, merupakan


analisis dimana faktor-faktor produksi yang digunakan perusahaan dianggap tetap
dan hanya ada satu faktor produksi yang dapat diubah (variabel). Misalnya, faktor
produksi yang dapat meningkatkan perubahan adalah tenaga kerja. Analisis ini
juga bisa disebut “Satu Produksi” Memasuki Variabel 'Teori Produksi dengan Dua
Faktor yang Berubah'

Konsep produksi jangka panjang atau teori produksi dengan jangka waktu
panjang adalah suatu proses produksi dimana semua faktor produksi dapat diubah
atau semua faktor produksi bersifat variabel. Ini berarti bahwa dalam jangka
panjang setiap faktor dapat ditambahkan jika diperlukan. Dalam jangka panjang
perusahaan juga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan pasar.

2. Nilai Produksi Optimal Jangka Panjang dengan Dua Input Variabel

Jika faktor produksi yang dapat berubah adalah tenaga kerja dan modal
atau sarana yang digunakan, maka fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai
berikut.

Q = F (L,C)

Dalam fungsi produksi ini diketahui bahwa tingkat produksi dapat berubah
dengan mengubah faktor tenaga kerja dan atau jumlah modal. Perusahaan
memiliki dua alternatif jika ingin meningkatkan tingkat produksinya. Perusahaan
dapat meningkatkan produksi dengan menambah tenaga kerja, atau modal atau
tenaga kerja dan modal.

Produksi menggunakan 2 variabel yaitu adanya kombinasi dua faktor


produksi untuk menghasilkan output (yang sama). Perpaduan tersebut bisa antara
tanah dan tenaga kerja, tenaga kerja dan modal, atau dengan teknologi (kecuali
teknologi yang tidak mudah diubah karena membutuhkan waktu yang relatif lama).
Yang paling mudah untuk digabungkan adalah antara faktor-faktor produksi
tenaga kerja dan modal. Dalam berproduksi, seorang produsen tentunya
dihadapkan pada bagaimana menggunakan faktor produksinya secara efisien
untuk hasil yang maksimal. Oleh karena itu, produsen akan berusaha mencari
kombinasi terbaik antara kedua faktor input tersebut.

Hasil produksi yang sama dalam teori ini akan ditunjukkan oleh kurva yang
disebut kurva isokuan (biasa disebut isokuan samping). Sedangkan biaya yang
digunakan untuk menghasilkan produk disebut isoqost (biaya yang sama).
Isoquant menggambarkan berbagai kombinasi dua input (misalnya, tenaga kerja
dan modal) yang dapat digunakan perusahaan untuk berproduksi pada tingkat
output tertentu. Isoquant yang lebih tinggi menunjukkan output yang lebih besar.
Sebaliknya, isokuan yang lebih rendah menunjukkan keluaran yang lebih kecil.

Isoquant adalah kurva yang menggambarkan kombinasi dua macam input


(faktor produksi) untuk menghasilkan jumlah output atau produksi yang sama.
Bentuk kurva isokuan bervariasi, bisa linier jika kombinasi input-input tersebut
akan memberikan perubahan proporsional jika salah satunya berubah, dan bisa
juga cembung dari titik asal (seperti kurva indiferen). Yang penting adalah bahwa
isokuan bukanlah garis lurus vertikal atau horizontal, karena biasanya tidak
mungkin untuk menghasilkan jumlah barang yang tidak terbatas atau nol dengan
menggunakan sejumlah faktor produksi yang terbatas. Oleh karena itu, pada kurva
isokuan akan terdapat batas atas, yaitu titik yang merupakan kombinasi input
tanpa adanya atau 0 dan batas bawah yang merupakan kombinasi input tanpa
batas.

Sifat-sifat dari kurva isoquant: Isoquant yang lebih jauh dari titik nol
menunjukkan tingkat output lebih tinggi. Tidak berpotongan. Belereng negatif atau
mempunyai slope yang negatif (kiri atas ke kanan bawah). Cembung terhadap titik
origin.
Kurva isoqost atau kurva produksi yang sama adalah kurva yang
menggambarkan biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk berproduksi dengan
menggunakan faktor input tertentu. Isoqost membatasi dan membedakan
kemampuan produksi dan produsen. Semakin besar isoqost maka semakin besar
pula hasil yang bisa diperoleh. Sebaliknya semakin kecil isoqost semakin kecil pula
hasilnya. Kurva isoqost bisa negatif dan positif, negatif jika ada penambahan satu
unit input akan menyebabkan penurunan penggunaan input lainnya. Sebaliknya
jika input yang lain dikurangi maka akan menyebabkan input yang lain bertambah.
Maka kurva isoqost dapat memiliki kemiringan positif, yaitu hanya untuk memenuhi
kebutuhan yang dipetakan oleh kurva indiferen tidak efisien, karena jika seorang
produsen menambah satu input, input lainnya juga meningkat, dan sebaliknya.

3. Nilai MPL dan APL Dari Input Tenaga Kerja dan MPK dan APK Dari Input
Modal

Produk Marjinal (MP) adalah kapasitas produksi tambahan untuk setiap


tambahan penggunaan unit input. Informasi ini diperlukan untuk mendapatkan
kontribusi setiap unit input terhadap keseluruhan produk yang dihasilkan.
Kapasitas produk marjinal (MP) dari input berubah sesuai dengan penerapan input
dan perubahan volume produksi.. Untuk mendapatkan informasi diperlukan
pendekatan produksi dengan penggunaan salah satu input tetap, sementara input
lainnya berubah, seperti fungsi berikut:

Q = f ( K,L,K = C ) atau Q = f ( L/C ) menunjukkan hubungan salah satu


input dengan hasil yaitu pemakaian input L dengan K tetap.

Q = f ( K, L, L = C ) atau Q = f ( K/L ) menunjukkan hubungan salah satu


input dengan hasil yaitu pemakaian input L dengan L tetap.
Besarnya Produk Marjinal dari penggunaan input (MP) ini adalah ratio dari
perubahan Total Produk (TP) dengan perubahan penggunaan input, atau
rumusnya adalah: MP = TP/Input →MPL =(TPi-TPi-1)/(Li-Li-1) dan MPK = (TPi-
TPi-1)/(Ki-Ki-1)

Produk rata-rata adalah rata-rata produksi, atau rata-rata output yang


dihasilkan, dengan penggunaan input tertentu, sesuai dengan fungsi produksi.
Besarnya produk rata-rata atau Avarage Product (AP) dari penggunaan input ini
adalah ratio dari perubahan Produk Total (TP), dengan perubahan penggunaan
input, atau secara ringkas dapat dirumuskan: APi = TPi/Inputi→ APL = TPi /Li dan
APK = TPi/Ki

1. Ukuran Produktivitas Marginal


a) Produk Marginal Tenaga Kerja :
MPL = ΔQ/ΔL
Mengukur output yang dihasilkan oleh pekerja terakhir.
Kemiringan dari fungsi produksi jangka pendek (terhadap tenaga
kerja).
b) Produk Marginal Modal :
MPK = ΔQ/ΔK
Mengukur output yang dihasilkan dari unit modal yang terakhir.
Ketika modal dibiarkan berubah dalam jangka pendek maka MPK
adalah kemiringan dari fungsi produksi (terhadap modal).

2. Ukuran Rata-Rata Produktivitas


a) Produk Rata-Rata dari Tenaga Kerja
APL = Q/L
Mengukur output dari “rata-rata” pekerja
Contoh : Q = F(K,L) = K0.5 L0.5
Jika input adalah K = 16 dan L = 16, maka produk rata-rata dari
tenaga kerja adalah APL = [(16)0.5(16)0.5]/16=1
b) Produk Rata-Rata dari Modal
APK = Q/K
Mengukur output dari “rata-rata” unit modal
Contoh : Q = F(K,L) = K0.5L0.5
Jika input adalah K = 16 dan L = 16, maka produk rata-rata dari
modal adalah APK = [(16)0.5(16)0.5]/16=1

4. Elastisitas Input Modal dan Input Tenaga Kerja

Penerapan konsep elastisitas dalam teori produksi jangka panjang


diperoleh berdasarkan aplikasi fungsi produksi. Besarnya nilai elastisitas
menyatakan ukuran sensitivitasdari variabel output (dependent variable) terhadap
adanya perubahan pada variabel input (variabel bebas tertentu) dalam suatu fungsi
produksi. Dalam hal ini berlakubahwa variabel-variabel input lainnya dianggap tetap
atau berlaku kondisi yang disebutcateris paribus.

Konsep elastisitas dalam suatu fungsi produksi atau disebut juga elastisitas
input menerangkan seberapa besar prosentase perubahan dari variabel output
sebagai akibat adanyaperubahan pada variabel input sebesar 1 persen. Elasisitas
produksi input ( Ei ) yang mengukurpersentase perubahan output ( %∆Q ) sebagai
akibat perubahan pesentase perubahan penggunaan kuantitas input ( %∆I ),
elasisitas produksi input diukursebagai berikut :

Ei =
%∆I
=

Keterangan :

E = Nilai Elastisitas

I= Input Produksi K (modal) dan L (tenaga kerja)

∆Q = Perubahan atas Ouput

∆I = Perubahan atas Input

Koefisien elastisitas Produksi (Ei) dapat diterangkan memiliki kondisi


sebagaiberikut :

‫ > ׀𝐼𝐸׀‬1 ---> elastis

‫ < ׀𝐼𝐸׀‬1 ---> inelastis


‫ = ׀𝐼𝐸׀‬0 ---> elastis unitari

‫ = ׀𝐼𝐸׀‬0 ---> inelastis sempurna

Pada model estimasi, nilai elastistas dapat ditentukan berdasarkan koefisien

estimasi untuk model fungsi produksi log-linear seperti fungsi produksi Cobb-
Douglas. Parameter α dan β yang terdapat pada fungsi produksi Cobb-Douglas
masing-masing menyatakan parameter atau koefisien dari faktor input modal (K)
dan tenaga kerja (L). Hal ini dapat diterangkan dengan menggunakan rumus
elastisitas input berikut ini :

Elastisitas Input Modal (Kapital)

Elastisitas Input Tenaga Kerja (Labour)

Situasi Elasisitas Akibat pada

No (jika) Produk (Maka) AP Keputusan

E = MP/AP> 1, Menambah
penggunaan input
1 MP> AP elastis AP meningkat

E = MP/AP = 1, Tetap
menggunakan
2 MP = AP unitary AP maks input

E = MP/AP < 1, Menurunkan


penggunaan input
3 MP< AP inelastic AP menurun

Catatan : Keputusan manajerial di atas hanya berdasarkan pertimbangan


teknikproduksi, belum memasukkan pertimbangan ekonomis.

Selanjutnya perlu di pahami konsep pembuatan manajerial menggunakan


hubungan antara MP, AP, dan E. untuk kasus sederhana akan digunakan input
tenaga kerja (L), sebagai berikut :

 Jika poduk marginal dari tenaga kerja lebih kecil dari pada produk rata-rata
tenaga kerja (MPL > APL), maka elasisitas output (produksi) tenaga kerja
lebih besar dari pada (EL > 1). Dalam situasi ini penambahan
penggunaan tenaga kerja masih menguntungkan karena mampu
memberikan tambahan output yang lebih besar sehingga produktifitas rata-
rata tenaga kerja akan meningkat.
 Jika poduk marginal dari tenaga kerja lebih besar dari pada produk rata-
rata dari tenaga kerja (MPL < APL), maka elasisitas output (produksi)
tenaga kerja lebih besar dari pada (EL < 1). Dalam situasi ini penggunaan
tenaga kerja, perlu dikurangi agar tetap mempertahankan atau
meningkatkan produktifitas rata – rata tenaga kerja. Penambahan
penggunaan tenaga kerjadalam situasi dimana elasisitas output tenaga
keja lebih kecil dari satu (EL >1) akan menurunkan poduktifitas rata-rata
tenaga kerja.
 Jika poduk marginal dari tenaga kerja sama dengan produk rata-rata dari
tenaga kerja (MPL = APL), maka elasisitas output (produksi) tenaga
kerjasama dengan satu (EL = 1). Dalam situasi ini produktifitas rata-rata
tenaga kerja mencapai maksimum, dan kondisi ini harus dipertahankan.
Sehingga sistem produksi yang berorientasi padaupaya memaksimumkan
produktifitas input variable jangka pendek harus beoperasipada kondisi
dimana elasisitas output dari input variable itu sama dengan satu.
5. Return to Scale Suatu Fungsi Produk
Skala hasil (returns to scale) adalah derajat sejauh mana output
berubah akibat perubaban tertentu dalam kuantitas semua input yang dipakai
dalam produksi. Terdapat tiga tipe dalam skala hasil: tetap, meningkat, dan
menurun. Jika kuantitas semua input yang digunakan dalam produksi
ditingkatka secara proporsional, kita akan mendapatkan skala hasil tetap
(constans retuns to scale) jika output meningkat dalam proporsi yang sama;
skala hasil meningkat (increasing retuns to scale) jika output meningkat dalam
proporsi yang lebih besar; skala hasil menurun (discreasing returns to scale)
jika output menurun dalam proporsi yang lebih kecil.
Misalkan, perusahaan saudara menggandakan input/faktor produksi
yang digunakan menjadi dua kali lipat lebih banyak dari sebelumnya. Faktor
produksi yang sebelumnya digunakan yaitu 20 tenaga kerja dan 4 mesin.
Dengan menggandakan menjadi dua kali lipat, sekarang input/faktor produksi
yang saudara gunakan menjadi 40 tenaga kerja dan 8 mesin. Hasil produksi
sebelumnya katakanlah 300 sandal, setelah input digandakan ternyata hasil
(output) menjadi 600. Ini contoh skala produksi konstan.
Jadi, skala produksi akan melihat seberapa besar perubahan output
setelah input dilipatgandakan. Contoh diatas dapat dilihat input atau faktor
produksi dinaikkan menjadi dua kali lipat. Hasil produksi juga meningkat dua
kali lipat. Namun, tidak semua produksi yang dilakukan setiap perusahaan
akan memberikan hasil demikian. Output yang dihasilkan setelah
penggandaan input bisa saja lebih besar dari 600 sandal atau bahkan bisa
kurang dari 600 sandal yang dihasilkan.

1) Skala Hasil Konstan (constant return to scale)


Skala hasil produksi konstan (constant return to scale) yaitu kondisi
dimana penggandaan input yang dilakukan perusahaan akan memberikan
penggandaan output (hasil produksi) yang sama. Contoh kondisi ini seperti
yang telah di contohkan diatas. Pada perusahaan sandal inputnya
dilipatgandakan menjadi dua kali lipat. Dan outputnya juga meningkat tepat
dua kali lipat. Penggandaan input sama dengan penggandaan output yang
dihasilkan.
Pada ilustrasi gambar constant return to scale diatas, kita membuat
beberapa kondisi penambahan faktor produksi (input). Input yang
digunakan berupa tenaga kerja (L) dan mesin (K). Pada saat menggunakan
tenaga kerja sejumlah L1 dan mesin sejumlah K1, perusahaan mampu
menghasilkan output sebanyak Q1. Output pada Q1 yaitu sebanyak 75.
Bagaimana bila input ditambahkan 1/3 kali dan bagaimana bila digandakan
menjadi 2 kali lipat?
Sebagai produsen anda menambahkan input yang digunakan
sebanyak 1/3 kali dari jumlah yang ada. Sehingga jumlah input yang
perusahaan gunakan menjadi tenaga kerja sebanyak L2 dan mesin
sebanyak K2. Output (hasil) produksi mengalami peningkatan sebanyak
1/3 kali nya. Dari yang sebelumnya anda hanya menghasilkan sebanyak
75 mengalami peningkatan sebanyak 1/3 atau meningkat 25 barang.
Sehingga output yang dihasilkan menjadi 100.
Pada kondisi awal, input yang digunakan berupa tenaga kerja
sebanyak L1 dan mesin sebanyak K1. Bagaimana bila input ditambahkan
lagi sebanyak jumlah tersebut? Sehingga input yang digunakan sekarang
menjadi 2 kali lipat dari jumlah awal. Kita mendapati jumlah tenaga kerja
sebanyak L4 dan mesin sebanyak K4. Sehingga output (hasil produksi)
yang diperoleh sebanyak Q4 atau sebanyak 150. Input yang ditambah
menjadi 2 kali lipat membuat output yang dihasilkan menjadi 2 kali lipat
juga. Output yang sebelumnya hanya 75 menjadi 2 kali lipat yaitu sebanyak
150.

2) Skala Hasil Menurun (discreasing returns to scale)


Skala hasil menurun (decrease return to scale) yaitu dimana
perusahaan menggandakan input yang digunakan, namun skala output
yang dihasilkan lebih kecil dari skala penggandaan input. Bila pada contoh
perusahaan roti yang menggandakan input menjadi dua kali lipat diatas,
skala hasil menurun akan terjadi bila skala outputnya kurang dari dua kali
lipatnya. Output awalnya 250 roti, setelah input digandakan dua kali lipat,
ternyata hasilnya kurang dari 500 roti. Artinya skala penggandaan output
nya kurang dari skala penggandaan input.

Misalkan kita menambahkan input sebanyak 1/3 kali dari input


sebelumnya. Sehingga input sekarang terdiri dari modal sebanyak K2 dan
tenaga kerja sebanyak L2. Penambahan 1/3 kali input bukan dari satu input
saja, tapi dari dua jenis input yang digunakan yaitu tenaga kerja dan modal.
Karena input yang digunakan memang dua jenis. Hasil sekarang
menjadikan outputnya menjadi Q2. 1/3 dari output sebelumnya seharusnya
25unit barang. Namun karena skala produksi menurun maka setelah
penambahan sebanyak 1/3 kali inputnya tidak menghasilkan tambahan
output sebanyak 1/3 kali (25 barang). Tambahan outputnya berkurang
menjadi 20. Sehingga outputnya sekarang (Q2) hanya bertambah 20
barang setelah ditambahkan input sebanyak 1/3 kali. Disini dapat dilihat
bahwa tambahan outputnya menurun atau lebih kecil dari skala
penambahan inputnya. Inilah yang disebut sebagai decrease return to
scale.

3) Skala Hasil Meningkat (increasing retuns to scale)


Skala hasil meningkat yaitu kondisi dimana skala penggandaan
input mengakibatkan perubahan skala penggandaan output yang lebih
besar. Misalkan input yang digunakan ditambah menjadi dua kali lipat,
ternyata outputnya bertambah menjadi tiga kali lipat atau empat kali lipat.
Bila menggunakan contoh ilustrasi diatas, penggandaan input dua kali lipat
mengakibatkan skala penambahan output lebih dari dua kali lipat atau lebih
dari 600 susu yang dihasilkan (bisa sebanyak 610 susu, 650 susu atau
bahkan lebih). Skala penambahan outpunya disitu lebih besar dari skala
penambahan input.

Bagaimana jika perusahaan anda menambah 1/3 kali input dari


yang sudah ada. Artinya perusahaan anda menambah 1/3 modal menjadi
K2 dan 1/3 kali tambahan tenaga kerja menjadi L2. Bila pada constan
return to scale, penambahan input sebanyak 1/3 kali tersebut akan
menambah output 1/3 kali juga. Pada constant return to scale seharusnya
outputnya menjadi 100.
Hasil penambahan output ternyata menjadi sebanyak Q2 yaitu 110
barang. Hal ini berarti penambahan output lebih dari 1/3 kali. Hal inilah yang
dimaksud dengan penambahan hasil yang meningkat (increase return to
scale). Karena dengan penggandaan input menghasilkan penggandaan
output yang lebih besar. Perhatikan contoh pada Q4. Anggap awalnya
posisi anda pada Q1, lantas perusahaan anda melipatgandakan inputnya
menjadi dua kali lipat. Dengan demikian inputnya berubah menjadi K4 dan
L4. Karena skala produksi perusahaan anda merupakan increase return to
scale maka penambahan output yang dihasilkan akan lebih besar dari
penambahan input. Dengan menggandakan input dua kali lipat, justru
meningkatkan output lebih dari dua kali lipat menjadi Q4 sebanyak 225
barang.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Linkolin. 2014. Ekonomi Manajerial (Ekonomi Mikro Terapan


Untuk Manajeman Bisnis. Fakultas Ekonomika & Bisnis UGM.
Yogyakarta.

Noor, Handry Faisal.2013.ekonomi manajerial,edisi tiga.Jakarta.Pt Raja


Grafindo Persada

Pdfcoffee.com. TEORI PRODUKSI JANGKA PANJANG.


https://pdfcoffee.com/teori-produksi-jangka-panjangpdf-pdf-
free.html. Diakses pada 29 Maret 2022.

Arsyad, Lincolin.(2012). Ekonomi Manajerial. Yogyakarta:BPFE

Salvatore, Dominick. 2001. Manajerial Economics dalam Perekonomian


Global, Ed. Keempat. Jakarta: Erlangga.

Sunyoto, Danang. 2013. Ekonomi Manajerial : Konsep Terapan Bisnis.

Salvatore, Dominick. 2011. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global, Edisi


Kelima, Buku 1 (terjemahan). Jakarta: Salemba Empat.
Studiekonomi. 2020. “Skala Hasil Produksi (Return to Scale)”.
https://studiekonomi.com/ekonomi/mikro/skala-hasil-produksi-return-to-
scale/. Diakses Pada 29 Maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai