Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah asuhan
keperawatan Trauma Abdomen. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas keperawatan gawat darurat di Stikes panrita husada
bulukumba.
Disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak
dan sumber. Karena itu, pemakalah mengucapkan terima kasih dan apresiasi
setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kiranya amal baik serta budi
luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada kami dari beliau di atas yang
dapat maupun belum dapat kami sebutkan, mendapatkan imbalan yang semestinya
dari Allah SWT.
Pemakalah menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

SELAYAR, 5 APRIL 2022

RISMAWATI

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di
dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya
melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam.
Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan
pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan
yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita
yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang
mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat,
tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk
memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan
termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak
darurat dan meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana
pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan
hemodinamik adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ
yang berada di rongga abdomen adalah organ-organ pencernaan. Insiden
trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih
tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik
diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun
trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik.
Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena
adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen
dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul
dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan
kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering
menimbulkan kerusakan organ multipel.

1
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan
klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak
dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering beru tindakan beda, misalnya pada
obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan
cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga
perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma,
gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga
memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan
diagnosis.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan msalah dari maklah ini antara lain:
1. Bagaimana defenisi dari trauma abdomen?
2. Bagaimana etilogi dari trauma abdomen?
3. Bagaimana patofisiologi dari trauma abdomen?
4. Apa saja manifetasi klinis dari trauma abdomen?
5. Bagaiaman penatalaksanaan dari trauma abdomen?
6. Apa saja komplikasi dari trauma abdomen?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari trauma abdomen?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1. Mampu mengetahui defenisi dari trauma abdomen.
2. Mampu mengetahui etilogi dari trauma abdomen.
3. Mampu mengetahui patofisiologi dari trauma abdomen.
4. Mampu mengetahui manifetasi klinis dari trauma abdomen.
5. Mampu mengetahui penatalaksanaan dari trauma abdomen.
6. Mampu mengetahui komplikasi dari trauma abdomen.
7. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari trauma abdomen.

2
BAB II
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI TRAUMA ABDOMEN
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera
fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001). Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat
terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan
tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai
organ (Sjamsuhidayat, 1997).
B. ETIOLOGI
Berdasarkan mekanisme trauma, terbagi atas 2 yaitu:
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau
sabuk pengaman (set-belt).
C. PATOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari

3
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor—faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang
ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh
juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan
yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga
bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan
tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler..

D. MANIFESTASI KLINIS
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut
Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi
abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu
tubuh, nyeri spontan.

4
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarahan intra abdominal.
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi
usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma.
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
1. Terdapat luka robekan pada abdomen.
2. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
3. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
4. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu:

1. Nyeri. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat.
Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan. Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga
peritonium yang disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
4. Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada
saat pasien dalam posisi rekumben.
5. Mual dan muntah
6. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
7. Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi.

5
E. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan awal
a. trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1) Stop makanan dan minuman
2) Imobilisasi
3) Kirim kerumah sakit.
b. Penetrasi (trauma tajam)
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis
2) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi
pisau sehingga tidak memperparah luka.
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila
ada verban steril.
4) Imobilisasi pasien
5) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
7) Kirim ke rumah sakit
2. Penanganan di rumah sakit
a. Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya.
Jika penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan
selain pemberantasan syok (operasi).
b. Lakukan prosedur ABCDE.

c. Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah


aspirasi.
d. Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai
urin yang keluar (perdarahan).

6
e. Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika
terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ;
prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli,
rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan
bebas dalam rongga perut).
f. Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang
menunjukkan trauma intra-abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri
diafragma, abdominal free air, evisceration) harus segera dilakukan
pembedahan.
g.  Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-
operative berdasarkan status klinik dan derajat luka yang terlihat di
CT.
h. Pemberian obat analgetik sesuai indikasi

i. Pemberian O2 sesuai indikasi

j. Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan.

k. Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman


penetrasi dan keterlibatan intraperitoneal.
l. Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi
steril) untuk menunjukkan gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh,
pasien dapat dijahit dan dikeluarkan.
m. Luka tikaman dengan injuri intraperitoneal membutuhkan
pembedahan.
n. Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan
dengan pembedahan.
F. KOMPLIKASI
1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
2. Lambat : infeksi
3. Trombosis Vena

7
4. Emboli Pulmonar
5. Stress Ulserasi dan perdarahan
6. Pneumonia
7. Tekanan ulserasi
8. Atelektasis
9. Sepsis
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi
menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura
lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya
trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase
menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro
perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat
diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard)

8
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERWATAN
KASUS

Tn.T umur 65 thn datang ke rs medistra dengan keluhan sakit pada perut sebelah
kanan, Tn.T mengatakan 2jam sebelum masuk rumah sakit dia mengalami
kecelakaan,sepedah motor klien menabrak truk yang ada di depannya. klien
terjatuh dengan posisi dada dan perut dibagian kanan memebentur aspal. setelah
kejadian, klien masih bisa pulang sendiri dengan mengendarai sepeda motornya
setelah sampai rumah klien merasa perut sebelah kanannya ampeg sampai
punggung dan terasa sesak nafas. R: 20 x/menit pernafasan, Td :120/80 mmHg,
N : 88 x/menit, kesadaran : compos mentis.
6
pemeriksaan penunjang : Hb:14,5 g/dl, eritrosit : 5,5 10 /ul , leukosit 12,1 103/ul,
hematokrit 43,8 %, trombosit 204. Terdapat luka lecet, jejas dan hematoma pada
perut kanan klien.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama                                       :  Tn. A
Umur                                       :  65 tahun
Pendidikan                              :  SMP
Pekerjaan                                 : Wiraswasta
Agama                                     :  Islam
Alamat                                    : Jln Ra. Kartini No. 36
Tangga&Jam Pengkajian         : Selayar, 5 April 2020 08.00 wita
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama                                       :  Ny.S
Umur                                       :  41 tahun
Alamat                                    :  Jln Ra. Kartini No. 36
Hubungan dengan klien          :  Istri

10
3. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh Sakit pada perut sebelah kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Klien mengeluh sakit pada perut sebelah kanan dan merasa ampeg
pada bagian dada dan menjulur ke punggung bagian kanan.
d. Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit serupa.
4. Primery survey
a. Airway
Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret
b. Breathing
Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O2 2 l/menit
R : 26x/menit, pernafasan reguler
c. Circulasi
TD : 120/80 mmHg, N : 88x/menit, Capillary reffil : < 2 detik,
Terdapat hematoma pada perut bagian kanan
d. Disability
Kesadaran : Compos Mentis
e. Exposure
Terdapat luka lecet ,jejas dan hematoma pada abdomen sebelah
kanan.
5. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih.
Kepala dapat digerakkan kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak
ikhterik, konjungtiva tidak anemis. Hidung simetris tidak ada secret.
b. Leher
Tidak ada kaku kuduk

11
c. Paru
1) Inspeksi       : bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri
sama
2) Palpasi         : fremitus vokal kanan dan kiri sama
3) Perkusi        : sonor
4)  Auskultasi    : vesikuler
d. Abdomen
1) Inspeksi       : terdapat jejas dan hematoma pada abdomen
sebelah kanan
2) Auskultasi    : peristaltik usus 7x/menit
3) Palpasi         : tidak ada pembesaran hati
4) Perkusi         : pekak
e. Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik.
Kekuatan otot ektermitas atas dan bawah dalam batas normal
Analisa Data
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS: Trauma abdomen Nyeri akut
1. Klien mengatakan
perut sebelah kanan
sakit
P  : bila bergerak dan
bernafas
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut sebelah kanan
S  : 7
T  : hilang timbul
DO:
1. Klien tampak
mengerang-erang
menahan sakit.
2. Terdapat luka lecet dan
jejas pada abdomen
sebelah kanan

12
DS: penurunan ekpansi paru pola nafas tidak efektif
1. Klien mengatakan
sesak nafas
2. Klien mengatakan
perut sebelah kanan
terasa ampeg
DO:
1. Klien gelisah
R : 26x/menit
DS : Luka nonpenetrasi Ansietas
1. klien mengatakan takut abdomen
jika luka tidak sembuh
2. klien mengatakan takut
jika tidaak bisa
beraktifitas seperti
biasanya.
DO:
1. Klien tampak cemas
dan gelisah
2. Terdapat luka lecet
pada perut kanan
B. Terdapat jejas dan
hematoma pada
abdomen sebelah Nyeri
akut b/d Trauma
abdomen
C. Pola nafas tidak efektif
b/d Penurunan ekspansi
paru
D. Ansietas b/d Luka non-
penetrasi abdomen
3. kanan
Hb : 14,5 g/dl
Leukosit : 12,1 103/ul

13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d Trauma abdomen
2. Pola nafas tidak efektif b/d Penurunan ekspansi paru
3. Ansietas b/d Luka non-penetrasi abdomen

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
Nyeri akut b/d Trauma Manajemen nyeri
abdomen Observasi
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, intensitas
nyeri.
2. Identifikasi skla nyeri
3. Identifikasi respon nyeri
nonverbal
4. Identfikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifkasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk

14
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik, jika perlu
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pola nafas tidak efektif Manajemen jalan nafas
b/d Penurunan ekspansi Observasi
paru 1. Monitor pola nafas
(frekensi, kedalaman,
usaha nafas)

15
2. Monitor bunyi nafas
tambahan
3. Monitor sputum
( jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. Perhatikan kepatenan
jalan nafas dengan head-
tilt dan chin-lift (jau
thrust jika dicurigai
trauma servikal)
2. Posisi semi-fowler atau
fowler
3. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
4. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Anjurkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Ansietas b/d Luka non- Reduksi ansietas


penetrasi abdomen Observasi

16
1. identifikasi saat reduksi
ansietas berubah (mis.
kondisi, waktu, stressor)
2. identifikasi kemampuan
mengambik keputusan
3. monitor tanda-tanda
ansietas
Terapeutik
1. Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menguranggi kecemasan
jika memungkinkan
2. Pahami situasi yang
membuat ansietas
3. Dengarkam dengan
penuh perhatian
4. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
factual engenai
diagnose, pengobataan,
dan prognosis
3. Anjurkan keluarkan
untuk tetap bersmaa
pasien, jika
memungkinkan

17
4. Anjurkan
mengngkapkan perasaan
dan persepsi
5. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu

18
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Berdasarkan mekanisme trauma, terbagi atas 2 yaitu :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau
sabuk pengaman (set-belt).

B. SARAN
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini bisa bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan untuk bisa lebih mengerti dan
memahami tentang tentang Keperawatan gawat darurat. Makalah terutama
tentang trauma abdomen ini masih jauh dari kata sempurna, maka diharapkan
kritik dan saran untuk lebih memperbaiki makalah.

19
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperwatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan , Edisi 1.Jakarta : DPP PPNI .

PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator


Diagnostik. Edisi1 Jakarta:DPP PPNI.

20

Anda mungkin juga menyukai