Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ABSES PERIANAL DI RUANG GILI GEDE RSUP


PROVINSI NTB

DI SUSUN OLEH:

FERAWATI
006SYE19

YAYASAN RUMASAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDY D III KEPERAWATAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atasrahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan kami dengan judul“kolelitiasis
”.Dalam menyusun laporan ini, kami banyak menemui kesulitan dan hambatansehingga kami
tidak terlepas dari segala bantuan, arahan, dorongan semangat dari berbagai pihak.
Dan akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu kami
inginmenyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada berbagai pihak yang telah membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.Terima kasih atas kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan masukan, motivasi
dan bimbingan selama penyusunan laporan ini. Segala kemampuan dan daya upaya telah kami
usahakan semaksimal mungkin,namun kami menyadari bahwa kami selaku penulisan laporan ini
masih jauh darikesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifatmembangun dari para
pembaca. Penulis berharap semoga hasil Laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua,
Amin.

Penulis

Mataram, april 2022


DAFTAR ISI
Cover i
Kata pengantar ii
Daftar isi ii
Daftar lampiran iv
BAB I: A. KONSEP TEORI
1. Pengertian Abses perianal 1
2. Etiologi 1
3. Patofisiologi 2
4. Tanda dan gejala 3
5. Phatway 4
6. Komplikasi 5
7. Penatalksanaan medis 7
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian 9
2. Riwayat pemeriksaan fisik 11
3. Diagnose keperawatan 13
4. Rencana keperawatan 15
5. Tindakan keperawatan 17
6. Evaluasi 20
DATFAR PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah
mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses
infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing
(misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan
reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan
infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis
dengan gejala berupa kantong berisi nanah (Siregar, 2004). Abses perianal
adalah infeksi pada ruang pararektal. Abses ini kebanyakan akan
mengakibatkan fistula (Smeltzer dan Bare, 2001).
Abses perianal adalah infeksi pada jaringan lunak di sekitar lubang anus
dengan pembentukan abses rongga sekret. Keparahan dan kedalaman abses
cukup variabel, dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan saluran
fistulous (Emedicine health, 2011)
2. Anatomi dan fisologis system integument
Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh
manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total. Pada
permukaan luar kulit terdapat pori – pori (rongga) yang menjadi tempat
keluarnya keringat. Kulit adalah organ yang memiliki banyak fungsi,
diantaranya adalah sebagai pelindung tubuh dari berbagai hal yang dapat
membahayakan, sebagai alat indra peraba, sebagai salah satu organ yang
berperan dalam eksresi, pengatur suhu tubuh, dll. Secara umum kulit memiliki
2 lapisan yaitu Epidermis (Kulit ari) dan Dermis (Kulit Jangat) serta terdapat
lapisan lemak bawah kulit (Hipodermis) yang juga sering dibahas. Beberapa
sumber juga mengatakan bahwa lapisan lemak bawah kulit juga termasuk ke
dalam lapisan kulit, tidak dipisahkan dalam pengelompokkan lapisan kulit
tersebut.
a. Lapisan kulit
1. Lapisan Epidermis ( Lapisan Luar atau Kulit Ari )
Lapisan Epidermis memiliki tebal kurang lebih 0,1 mm dan terdiri
atas empat lapisan jaringan epitel. Setiap Lapisan pada Epidermis memiliki
ciri khas tersendiri, Lapisan Epidermis ini tidak memiliki pembuluh darah,
sehingga ia mendapatkan suplai nutrisi melalui proses difusi dari lapisan
dermis yang ada dibawahnya. Berikut adalah 4 Lapisan pada Epidermis :
b. Lapisan Tanduk (Stratum Korneum), merupakan lapisan kulit paling luar dari
tubuh, lapisan ini terus mengalami deskuamasi (pengelupasan
lapisan paling luar) secara terus menerus. Berbagai sel penyusun
jaringan ini akan dihidrolisis menjadi kreatin (zat tanduk) yang tahan air,
oleh karena itu disebut tersusun oleh sel – sel mati. Lapisan ini tidak
dilapisi pembuluh darah, sehingga apabila mengelupas tidak akan
menimbulkan rasa sakit dan tidak mengeluarkan darah. Lapisan ini
berfungsi mencegah masuknya bakteri dan mengurangi menguapnya
cairan.
c. Lapisan Malphigi (Stratum Granulosum), merupakan lapisan kulit yang
disusun oleh sel – sel hidup yang mendapatkan nutrisi dari pembuluh
kapiler pada lapisan dermis. Lapisan malphigi merupakan lapisan yang
berperan dalam memberikan warna pada kulit manusia. Zat utama dalam
pewarnaan kulit ini disebut dengan Melanin. Tentunya sahabat sudah
tahu bahwa warna kulit bisa berbeda beda, bisa hitam, putih, sao
matang, dll. Apabila tertumpuknya melanin pada suatu tempat maka
akan terbentuk bintik berwarna hitam dan tahi lalat.
d. Lapisan Spinosum (Stratus Spinosum), merupakan lapisan kulit yang
disusun oleh berbagai sel yang tidak beraturan bentuknya. Sel – sel pada lapisan
ini memiliki kemampuan untuk membelah diri. Lapisan ini
berfungsi untuk menjaga kekuatan dan kelenturan kulit.
e. Lapisan Basal (Stratum Germinativum), merupakan lapisan kulit yang
secara kontinu terus membelah diri untuk memperbarui bagian
Epidermis yang rusak.
Lapisan Ini merupakan lapisan paling bawah dari
bagian epidermis. Lapisan Basal Selalu membentuk kulit yang baru
sehingga kulit terjaga secara periodic
2. Lapisan Dermis (Kulit Jangat)
a. Lapisan Dermis (Kulit Jangat) adalah lapisan kulit yang terdiri atas
pembuluh darah, kelenjar minyak, kantung rambut, ujung – ujung saraf
indra, dan kelenjar keringat. Pembuluh darah pada lapisan ini sangat
luas sehingga mampu menampung sekitar 5 % dari jumlah darah di
seluruh tubuh.
Berikut adalah penjelasan untuk penyusun Kulit Dermis :
Pembuluh Darah, Merupakan pembuluh darah kapiler yang berfungsi
sebagai pemberi nutrisi dan juga oksigen kepada sel – sel kulit serta
rambut agar tidak mati dan rusak. Pembuluh darah juga berfungsi
dalam menjaga panas tubuh karena adanya oksigen di dalam pembuluh
darah.
b. Ujung Saraf Indra, terdiri dari ujung saraf peraba dan ujung saraf
perasa. Bagian ujung saraf perasa ini dapat merasakan rangsangan
berupa sentuhan, tekanan, nyeri, dingin, dan panas. Sedangkan ujung
saraf peraba dapat merasakan kasar atau halusnya sesuatu. Ujung saraf
ini tidak tersebar merata ke seluruh permukaan lapisan dermis,
contohnya ujung – ujung jari lebih banyak memiliki ujung – ujung
saraf peraba.
c. Kelenjar Keringat, merupakan kelenjar yang berfungsi untuk sistem
eksresi keringat yang terdiri atas air dan mineral lain. Seperti yang
telah saya jelaskan sebelumnya, keringat dihasilkan kemudian dibawa
ke permukaan untuk dikeluarkan melalui pori – pori (rongga kulit).
Keringat merupakan zat – zat sisa metabolisme terutama garam dapur.
d. Katung Rambut, merupakan bagian rambut yang berisi akar dan batang
rambut. Rambut dapat tumbuh karena mendapat suplai nutrisi dari
pembuluh kapiler ke akar rambut. Di dekat akar rambut terdapat otot –
otot yang dapat menegangkan rambut ketika ia berkontraksi, dan dekat
akar rambut terdapat ujung – ujung saraf perasa, sehingga saat rambut
dicabut kita dapat merasakannya.
e. Kelenjar Minyak, merupakan kelenjar yang terletak disekitar batang
rambut. Kelenjar minya berfungsi untuk menghasilkan minyak yang
menjaga rambut tetap sehat dan agar rambut tidak kering.
3. Hipodermis ( Jaringan ikat Bawah Kulit)
Hipodermis (Jaringan ikat Bawah Kulit) merupakan jaringan ikat yang
terletak di bawah lapisan dermis, namun batas pemisah antara bagian
Hipodermis dengan bagian dermis ini tidak jelas. Lapisan ini merupakan
tempat penyimpanan lemak dalam tubuh, sehingga sering juga dikenal
dengan Lapisan Lemak Bawah Tubuh. Lemak tersebut berfungsi untuk
melindungi dari benturan benda keras, sebagai penjaga suhu tubuh karena
lemak dapat menyimpan panas, dan sebagai sumber energi cadangan
4. Fungsi kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi nyang sangat penting selain
menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu :
a. Melindungi Tubuh Manusia
Kulit merupakan garis depan pertahanan tubuh manusia dari
patogen, zat kimia, sinar matahari, dan gangguan fisik. Kulit merupakan
pembatas antara bagian dalam tubuh dengan lingkungan luar.
Lingkungan luar sesungguhnya sangat berbahaya karena patogen
(bakteri penyebab penyakit) bisa menyebar lewat udara atau permukaan
benda. Selain itu, kulit juga dapat melindungi tubuh dari goresan benda
tajam. Pada kulit terdapat sel Langerhans merupakan bagian dari sistem
pertahanan tubuh spesifik. pH kulit yang berada di antara 5 sampai 6,5
juga dapat mencegah tumbuhnya jamur dan infeksi.
b. Sebagai Alat Perangsang
Kulit memiliki banyak reseptor pada lapisan dermis dan
subkutaneus yang berfungsi untuk mengetahui rangsangan dari
lingkungan luar. Rangsangan tersebut dapat berupa panas, dingin,
sentuhan, tekanan, getaran, dan nyeri. Rangsangan tersebut dikirim dan
diolah oleh sistem saraf pada manusia dan menghasilkan sebuah respon.
c. Pengatur Suhu Tubuh (Termoregulasi)
Kulit mengandung darah lebih banyak dari yang diperlukan yang
dapat mengatur energi yang hilang karena radiasi, konveksi, dan
konduksi. Suhu tubuh normal adalah 36,6 sampai 37,2 derajat celcius.
Jika suhu lingkungan panas, pembuluh darah akan melebar
(vasodilatasi) untuk meningkatkan perfusi dan pendinginan tubuh.
Sedangkan jika suhu lingkungan dingin, pembuluh darah akan
menyempit (vasokonstriksi) untuk menurunkan aliran darah pada kulit
dan menjaga panas tubuh.
d. Mengatur Penguapan
Kulit memiliki pembatas yang relatif kering dan semi
impermeabel untuk mengatur kehilangan cairan. Kehilangan fungsi ini
dapat menyebabkan tubuh banyak kehilangan cairan (dehidrasi) akibat
pembakaran yang terjadi di dalam tubuh.
e. Komunikasi
Orang lain dapat melihat kulit kita dan dapat menilai suasana hati
(mood), dan kondisi fisik hanya dari lekuk kulit kita. Emosi manusia
juga dapat terlihat jelas karena pada kulit terdapat pembuluh darah dan
otot.
f. Keindahan
Lekuk kulit dan kerutan kulit juga dapat menentukan persepsi
orang lain apakah kita cantik/tampan atau tidak.
g. Penyimpanan
Kulit dapat bertindak sebagai tempat penyimpanan lipid (lemak)
dan air dalam lapisan subkutaneus. Lemak pada kulit dapat dijadikan
cadangan energi.
h. Sintesis
Kulit dapat mensintesis vitamin D dengan bantuan paparan sinar
UV pada kulit. Vitamin D sangat bermanfaat untuk pertumbuhan tulang
karena dapat membantu penyerapan kalsium ke pembuluh darah.
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekusor 7-
dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan
ginjal memodifikasi prekusor dan menghasilkan calcitriol (vitamin D
aktif).
i. Ekskresi
Kulit merupakan salah satu dari empat sistem ekskresi pada
manusia. Kulit mengekskresi keringat di kelenjar keringat yang
mengandung urea walaupun kadarnya hanya 1/130 kadar urea pada
urine. Selain urea, keringat juga mengandung asam urat, amonia, dan
NaCl (garam). Kulit mengeluarkan sekitar 1 liter keringat setiap hari
melalui pori-pori kulit. Keringat yang keluar pada kulit juga berfungsi
sebagai pengatur suhu.
j. Absorpsi (Penyerapan)
Sel kulit yang berada di bagian paling luar sampai kedalaman
0,25–0,4 mm bisa mendapatkan suplai oksigen dari lingkungan luar
tubuh. Meskipun tidak sebanyak yang diterima dari darah. Obat-obatan
seperti kortison juga dapat masuk melalui kulit dengan salep atau
perekat. Beberapa jenis zat juga dapat masuk ke dalam kulit seperti
vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, aseton, merkuri, oksigen,
dan karbon dioksida. Kulit juga menjadi jalur masuk bagi beberapa
organisme. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh ketebalan kulit,
hidrasi, kelembaban, dan metabolisme. Absorpsi lebih banyak
berlangsung melalui celah antarsel daripada melalui muara saluran
kelenjar.
k. Penahan Air
Kulit dapat menjadi penahan air sehingga nutrisi penting tidak bisa
tercuci keluar dari tubuh. Kulit juga mempunyai lapisan sebum untuk
mengurangi penguapan air secara berlebihan.
l. Mendukung Gerakan dan Pertumbuhan
Kulit juga dapat mendukung berbagai gerakan yang dilakukan manusia
dan pertumbuhan pada manusia. Itu dikarenakan sifat kulit sangat elastis
dan sel kulit dapat berkembang seiring pertumbuhan tubuh
3. Tanda dan Gejala Abses Perianal
Abses dapat terjadi pada berbagai ruang di dalam dan sekitar rektum.
Seringkali mengandung sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila
abses terletak superficial, maka akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri
tekan. Abses yang terletak lebih dalam memgakibatkan gejala toksik dan
bahkan nyeri abdomen bawah, serta deman. Sebagian besar abses rectal akan
mengakibatkan fistula (Smeltzer dan Bare, 2001, hal 468).
4. Penyebab Abses Perianal
Umum bakteri seperti stafilokokus dan Escherichia coli adalah
penyebab paling umum. Infeksi jamur kadang-kadang menyebabkan abses
(Emedicine health, 2011). Masuknya bakteri ke daerah sekitar anus dan rektum
(Gunawan, 2010)
5. Patofisiologis Abses Perianal
Abses perianal terbentuk akibat berkumpulnya nanah di jaringan
bawah kulit daerah sekitar anus. Nanah terbentuk akibat infeksi kuman/bakteri
karena kelenjar di daerah tersebut tersumbat. Bakteri yang biasanya menjadi
penyebab adalah Escherichia coli dan spesies Enterococcus.
Kuman/bakteri yang berkembang biak di kelenjar yang tersumbat
lama kelamaan akan memakan jaringan sehat di sekitarnya sehingga
membentuk nanah. Nanah yang terbentuk makin lama makin banyak sehingga
akan terasa bengkak dan nyeri, inilah yang disebut abses perianal.
Pada beberapa orang dengan penurunan daya tubuh misalnya
penderita diabetes militus, HIV/AIDS, dan penggunaan steroid (obat anti
radang) dalam jangka waktu lama, ataupun dalam kemoterapi akibat kanker
biasanya abses akan lebih mudah terjadi (Selatan, 2008).
6. Phatway

- Infeksi bakteri
- Benda asing Bakteri

menyebabkan luka mengadakan Tubuh bereaksi untuk


- Agen fisik multiplikasi perlindungan terhadap
dan merusak penyebaran infeksi
jaringan yang
di tempati

Terjadi proses peradangan

Factor predisposisi Nyeri akut


Abses terbentuk dan
terlokasi (dari
Resiko infeksi matinya jaringan
nektrotik,bakteri, dan
sel darah putih)

Operasi

Di lepasnya zat pirogen


leukosit pada jaringan

Penyebaran infeksi

Deficit
pengetahuan
Kurang informasi

Panas

Hipertemi

7. Komplikasi Abses Perianal


Jika tidak diobati, fistula anus hampir pasti akan membentuk,
menghubungkan rektum untuk kulit. Hal ini memerlukan operasi lebih intensif.
Selanjutnya, setiap abses diobati dapat (dan kemungkinan besar akan) terus
berkembang, akhirnya menjadi infeksi sistemik yang serius. Hal yang paling
ditakutkan pada abses perianal adalah terjadinya fistel perianal. Fistel perianal
adalah saluran abnormal antara lubang anus/rektum dengan lubang bekas abses
yang bermuara pada kulit sekitar anus. Muara pada kulit sekitar anus tampak
sebagai luka bekas bisul yang tidak pernah menutup/sembuh dan tidak sakit
(Selatan, 2008,).
8. Pemeriksaan Penunjang Abses Perianal
1. Radiologi
Hal ini tidak dilakukan rutin untuk evaluasi fistula. Mereka dapat
membantu saat luka pertama sulit untuk diidentifikasi atau dalam kasus
kambuhan atau untuk mengidentifikasi jalur sekunder pada fistula multiple
dsbnya.
2. CT scan
CT scan lebih membantu dalam pengaturan terhadap penyakit infeksi perirectal
dibanding dalam pengaturan terhadap fistula yang kecil karena lebih baik
dengan mengeringkan cairan kantong daripada sebuah fistula kecil dalam
mencari salurannya. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, bisa
dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT scan atau MRI (Healthy of The
Human, 2010).
9. Penatalaksanaan Abses Perianal
Terapi Paliatif terdiri dari rendam duduk dan analgesic. Namun
tindakan bedah segera untuk menginsisi dan mendrainase abses adalah
tindakan pilihan. Apabila terdapat infeksi lebih dalam dengan kemungkinan
fistula, saluran fistula harus diangkat ketika abses diinsisi dan didrain. Atau
prosedur kedua dilakukan . luka dapat diberi tampon dengan kasa dan
dibiarkan sembuh dengan granulasi (Brunner & Sudart, 2007). Pembedahan
dilakukan untuk mengeringkan abses, mandi sitz hangat (duduk dalam bak air
hangat) dapat membantu meringankan rasa sakit dan bengkak (Coman ML,
2009.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses keperawatan yang terdiri dari pengumpulan
data yang tepat untuk memperoleh asuhan keperawatan pada klien . data
yang di kumpulkan adalah data objektif dan data subjektif metode yang
digunakan melalui wawancara, inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk menegelola kesehatan dan perawatanya
juga hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
1) Biodata
a) Identitas klien
Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no
medrec, diagnosa medis, alamat klien.
b) Identitas penanggung jawab
Meliputi pengkajian nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien, dan alamat.
2) Keluhan utama klien.
Keluhan utama alasan klien masuk rumah sakit. Biasanya keluhan yang
paling menonjol pada pasien Abses Perianal adalah ada benjolan pada
Abses
3) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan sumber data yang subjektif tentang status kesehatan pasien
yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan actual maupun
potensial. Riwayat merupakan penuntun pengkajian fisik yang berkaitan
informasi tentang keadaan fisiologis, psikologis, budaya, dan psikososial
untuk membantu pasien dalam mengutarakan masalah – masalah atau
keluhan secara lengkap, maka perawat dianjurkan mengguanakan analisa simptom
PQRST.
P: Provokatif atau paliatif Apa yang memperberat dan memperingan.
Q: Kualitatif atau Kuantitatif Seperti apa yang dirasakan atau digambarkan klien ,
apakah nyaeri seperti disayat-sayat atau ditusuk-tusuk.
R: Region atau Radiasi Pada daerah mana yantg dirasakan klien atau dimana rasa
berat dalam melakukan aktivitas.
S: Saverity atau Skala Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
T: Timing Berapa lama nyeri berlangsung, kapan bertambah buruk pada malam
atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan, terus menerus atau
hilang seketikaapa yangt sedang dilakukan klien saat gejala timbul, kapan gejala
timbhul pertama kali.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji penyakit yang ada hubungannya dengan penyakit sekarng.
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah mengalami pembedahan, pada klien Abses
biasanya diindentikan dengan kebiasaan hidup yang buruk dan
kurangnya klien dalam meningkatkan status kesehatannya
(Muttaqin,2014).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Bertujuan untuk mrngetahui adanya riwayat penyakit yang dapat
diturunkan dan bagaimana perawatannya. Selain itu dikaji adanya
anggota keluarga yang mengidap penyakit jantung, stroke, dan infeksi
serta penyakit menular, secara patologi Abses Perianal tidak diturunkan.
10. Pemeriksaan Fisik per sistem.
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda
vital, berat badan, dan nilai GCS. Keadaan fisik secara keseluruhan dari
semua sistem organ tubuh, pada klien di lakukan pemeriksaan fisik
sebagai berikut:
a. Keadaan Umum dan Tanda – tanda Vital
Keadaan umum klien Post Operasi Insisi Drainase atas Indikasi
Abses Perianal mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam
kembali dari meja operasi, penampilan menunjukan keadaan sakit
ringan sampai berat tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda
vital pada umumnya stabil.
b. Sistem Pernapasan
Pada klien Post Operasi Insisi Drainase atas Indikasi Abses
Perianal akan ditemukan perubahan frekuensi nafas cepat ,takikardia
akibat adanya nyeri. Pemeriksaan auskultasi tidak ada rinchi dan
wheezing. Pada pemeriksaan perkusi biasanya resonance paru-paru.
c. Sistem Kardiovaskuler
Pada klien Post Operasi Insisi Drainase atas Indikasi Abses
Perianal umumnya klien mengalami takikardi, ( sebagai respon tubuh
terhadap nyeri). Dikaji pula keadaan konjungtiva, tidak ada sianosis
dan auskultasi bunyi jantung.
d. Sistem Pencernaan
Pada klien Post Operasi Insisi Drainase atas Indikasi Abses
Perianal tidak ditemukan nyeri tekan pada abdomen, auskultasi Bising
usus klien. Namun adanya gangguan BAB karena adanya nyeri luka
Post Operasi.
e. Sistem Endokrin
Pada sistem ini tidak ada gangguan spesifik, kaji adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid.
f. Sistem Genitourinaria
Biasanya pada klien Post Operasi Insisi Drainase atas Indikasi
Abses Perianal tidak ada keluhan dalam organ sistem perkemihan,
tidak ada distensi abdomen dan tidak ada nyeri saat BAK.
g. Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan sistem muskuloskeletal pada klien Abses Perianal
biasanya terjadi penurunan kekuatan otot, lemah dan kaku.
h. Sistem Integumen
Pemeriksaan sistem integumen pada klien Abses Perianal kaji
warna kulit, kelembaban kulit dan turgor kulit. Pada klien Absses
Perianal adanya luka atau warna kemerahan bekas luka, terdapat
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar Abses Perianal.
i. Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensorik, nyeri refleks, fungsi
syaraf cranial dan fungsi syaraf serebral. Umumnya klien Post Operasi
Insisi Drainase atas Indikasi Abses Perianal tidak mengalami
penyimpangan dalam fungsi persyarafan . pengkajian fungsi
persyarafan meliputi : tingkat kesadaran, syaraf cranial dan serebral dan refleks.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat dari
prosesedur bedah
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikro organisme melalui
luka terbuka Post Operasi
3. Intervensi keperewatan
Hr/ Diagnose kep. Tujuan/criteria hasil Rencana tindakan
tgl/ (SDKI) kep.
jam (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut Di harapkan setelah di lalukan Observasi
tindakan keperawataan selama - Identifikasi
3x24 jam di harapkan keluhan lokasi,
nyeri pasien menurun sesuai karateristik.
dengan criteria hasil: Durasi
1. Keluhan nyeri menurun ferekuensi,
2. Gelisah menurun kualitas,
3. Kesulitan tidur menurun imtensitas
4. Meringis menurun nyeri
5. Perasaan takut mengalami - Identifikasi
6. cedera berulang menurun skala nyeri
- Identifikasi
factor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
- Identifikasi
pengetahuan
dan keyakinan
tentang nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri
tentang kualitas
hidup
Terapeutik
- berikan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
nyeri (mis.
Tens, hypnosis
terapi pijat
- Control
lingkungan
yang
memperberat
nyeri
- Fasilitasi
istrahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2. Deficit nutrisi Di harapkan setelah di lalukan Observasi


tindakan keperawataan selama - Identifikasi
3x24 jam di harapkan deficit status nutris
nutrisi membaik sesuai dengan - Identifikasi
criteria hasil: alerghi dan
1. Porrsi makan yang di toleransi
habiskan membaik makanan
2. Kekuatan otot menelan - Identifikasi
membaik makanan yang
3. Pengetahuan tentang di sukai
pilihan makanan yang sehat - Monitor asupan
meningkat makanan
4. Penyiapan dan - Monitor berat
penyimpanan makanan badan
yang aman membaik Terapeutik
5. Nafsu makan membaik - Lakukan oral
hygine sebelum
makan, jika
perlu
- Sajikan
makanan
secara menarik
- Berikan
makanan ringgi
kalori dan
tinggi protein
Edukasi
- Anjurkan
posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet
yang di
programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang di
butuhkan, jika
perlu

3. Hipertemi Di harapkan setelah dilakukan Observasi


tindakan keperawatan selama - Identifikasi
3x24 jam suhu tubuh pasien penyebab
membaik sesuai dengan criteria hipertemi (mis.
hasil: Durasi,
1. Suhu tubuh membaik dehidrasi,
2. Menggigil membaik terpapar
3. Pucat membaik lingkungan
4. Tekanan darah normal panas,
penggunaan
incubator)
- Monitor suhu
tubuh
- Monitor
haluaran urine
- Monitor
komplikasi
akibat
hipertemi
Terapeutik
- Sediakan
lingkungan
yang dingin
- Longgarkan
atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh
- Berikan cairan
oral
- Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Selimut,
kompres dingin
pada dahi,
leher, dada,
abdomen dan
aksila)
- Berikan
oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika
perlu

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan perencanaan keperawatan
untuk perawat dan klien. Hal-hal yang perlu di perhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan
teknikal harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat.
Keamanan fisik dan psikologis dilindungi serta dokumentasi keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan. Dalam tahap pelaksanaan perlu adanya dokumentasi
yang merupakan suatu tahap dimana tindakan keperawatan yang telah dilakukan kepada
pasien maupun keluarganya dicatat dalam catatan keperawatan. Pada
pendokumentasian ini harus meliputi tanggal, jam, pemberian tindakan,
jenis tindakan, respon pasien, serta paraf dan nama perawat yang melakukan
tindakan.

5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnyasecara umum, evaluasi ditujukan untuk melihat dan menilai
kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum, mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
Evaluasi terbagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan, dirumuskan dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
subyektif(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(pembandingan data dengan teori), perencanaan.
Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Williams NS, Bulstrode CJ, O’Connell PR. Bailey & Love’s short
 practice of surgery. 26th ed. Danvers: CRC Press. 2013. p.50-61.2.
 Riyadh Mohamad Hasan . 2016 .A study assessing postoperativeCorrugate Rubber drain of
Yasir Hassan Elhassan, Salman Y. Guraya* and HamdiAlmaramhy.2017. The Prevalence, Risk
Factors and  perianal abscess.Annals of Medicine andSurgery 11 .2016.p.42-463. 
Outcome ofSurgical Treatment of Acute Perianal Abscess from a Single SaudiHospital.
BIOSCIENCES BIOTECHNOLOGY RESEARCH ASIA,March 2017. Vol. 14(1), 153-
1594. Isaac José Felippe CorrêaNeto, et al. 2016.Perianal abscess: adescriptive analysis of
cases treated at the Hospital Santa Marcelina,São Paulo. Journal of Coloproctology Volume
36, Issue 3, July  – September 2016, Pages 149-1525.
Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia :Anatomi Umum dan organ
dalam vol. 2. Penerjemah : Brahm U.Penerbit. Jakarta : EGC.6.
Alexander Juth Karlsson, Martin Salö, Pernilla Stenström.2016.Outcomes of Various
Interventions for First-Time Perianal Abscessesin Children. Hindawi Publishing Corporation
BioMed ResearchInternational journal Volume 2016
PPNI. (2018). Standar diagnose keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai