LS dapat menggunakan dua skema, yaitu pelepasan hak atau pemindahan hak. Adapun tanah yang dibutuhkan oleh PT LSN adalah tanah dengan Hak Guna Usaha apabila disimpulkan dari kasus. Selanjutnya, berdasarkan PMNA/K.BPN No.2/1999 jo Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN No. 17 Tahun 2019, harus diperoleh izin lokasi terlebih dahulu untuk keperluan perusahaan komersial/bisnis. Dengan demikian, PT LSN pun harus mengajukan izin apabila ingin melakukan pemindahan hak. 2. Merujuk pada ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria /K.BPN No.2/1999, Bupati/Walikota, terkhususnya wilayah Jakarta, adalah pihak yang berwenang untuk menerbitkan izin. Hak ini pun diberikan oleh Gubernur. Namun, izin Hak Guna Usaha diterbitkan oleh Menteri Pertanian yang telah melakukan koordinasi dengan Gubernur, Walikota, dan Bupati. 3. Merujuk pada ketentuan dalam Pasal 12 ayat 1 UU 39/2014 tentang Perkebunan, wajib dilakukan musyawarah dengan masyarakat terlebih dahulu apabila akan dilakukan pendirian usaha di atas tanah ulayat. Dengan demikian, PT LSN perlu melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan masyarakat Kabupaten Banyuasin untuk membahas mengenai imbalan dan penyerahan tanah. Namun, merujuk pada Pasal 17 ayat 1, PT LSN tidak dapat mendirikan usaha di atas tanah tersebut apabila masyarakat tidak menyetujui. Sementara itu, untuk tanah bersertifikat, PT LSN harus membuat Akta Jual Beli yang dibuat di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Untuk tanah yang belum bersertifikat, PT LSN harus mengajukan permohonan hak kepada Badan Pertanahan Nasional Pusat untuk dibuatkan BAP Tanah dan diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak.