Anda di halaman 1dari 17

ILMU FIQH

Di susun oleh :

Nama : Ajeng Dahlia

Nim : 2019141001

Dosen Pengampu : Drs. Asyhuri, M.Ag

FARMASI
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “Ilmu Fiqh” ini diajukan sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dan telah disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Menyetujui
Dosen Pengampu

Drs. Asyhuri, M.Ag

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat waktu.
Seperti  yang telah kita ketahui bahwa Ilmu Fiqh itu sangat penting bagi umat
islam, sehingga saya memilih judul makalah ini tentang “Ilmu Fiqh”. Saya
mengerjakan makalah ini dengan sungguh-sungguh dan memberikan berbagai
informasi tentang Ilmu Fiqh yang saya ambil dari berbagai sumber.
Makalah ini saya buat untuk memberikan  penjelasan tentang Ilmu Fiqh.
Semoga makalah yang saya buat ini dapat membantu menambah wawasan kita
menjadi lebih luas lagi.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh karena itu,  kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs. Asyhuri, M.Ag sebagai dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam,
dan kepada pihak  yang telah membantu ikut serta dalam penyelesaian makalah ini.

Atas perhatian dan waktunya, saya sampaikan banyak terima kasih.

                                                                                         Surakarta.1 Januari 2020


Penyusun

                                                                                                   Ajeng Dahlia

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………… i


Lembar Pengesahan………………………………………………………. ii
Kata Pengantar ........................................................................................... iii
Daftar Isi …………………………………………………………………. iv

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ………………………………….……. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………….…… 1
C. Tujuan Masalah………………………………………………… 2
II. Pembahasan
A. Pengertian Ilmu Fiqh……..…………………………………..... 3

B. Macam-macam Ilmu Fiqh…………………………………..…... 4

C. Prinsip-prinsip Fiqh Muamalah……………………………...….. 6

D. Asas-asas Fiqh Muamalah……………………………………..... 7

E. Fiqh Munakahat Kufu…………………………………………… 9

III. Hasil dan Temuan

A. Barang Temuan…………………………………………………. 10

B. Hukum Luqathah………………………………………………. . 10

C. Rukun Luqathah…………………………………………………. 11

IV. Penutup

A. Kesimpulan………………………………………………………. 12

B. Saran……………………………………………………………... 12

Daftar Pustaka………………………………………………………. 13

4v
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri dalam
menjalankan aktivitasnya. Artinya disini untuk mewujudkan apa yang akan
dilakukan oleh manusia di dalam sebuah kehidupan manusia membutuhkan manusia
yang lainnya untuk saling berinteraksi, baik individu dengan individu, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Saling berinteraksinya manusia
akan mendapat sebuah manfaat yang besar untuk individu sendiri dan individu yang
lainnya. Namun faktanya semua aktivitas yang dilakukan oleh manusia adalah
mempunyai aturan-aturan yang mengikat untuk menertibkan manusia itu sendiri
dalam kehidupannya.
Dalam hal ini Islam sebagai agama yang universal mengajarkan seluruh
aspek kehidupan penganjutnya seperti masalah ibadah, akhlaq termasuk juga tata
cara kehidupan sehari-hari yang sering disebut dengan muamalat. Seiring dengan
perkembangan zaman yang sudah didominasi oleh kegiatan yang serba praktis dan
canggih yang diperngaruhi teknologi dari luar, kegiatan seperti jual-beli pun juga
sudah mengalami perkembangan yang sangatlah pesat.
Transaksi bisnis yang berubah karena perkembangan atau perubahan kondisi,
situasi, dan tradisi atau kebiasaan. Perkembangan teknologi yang semakin cepat dan
canggih maenghadirkan berbagai fasilitas dengan berbagai kemudahannya. Dalam
menghukumi akan kegiatan tersebut harus dibutuhkan para ulama fiqh yang tau betul
akan konsep dasar dengan melakukan pengisian dalam bentuk kaidah fiaq yang
berkaitan dengan ilmu fiqh misalnya, dari bentuk kegiatan tersebut dan bisa
mengqiyaskan dengan kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung saat ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Ilmu Fiqh?
2. Bagaimana Posisi Ilmu Fiqh?
3. Bagaimana Ruang LingkupIlmu Fiqh?
4. Bagaimana Asas-Asas Ilmu Fiqh?
5
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami pengertian dari ilmu fiqh
2. Untuk memahami posisi ilmu fiqh
3. Untuk memahami ruang lingkup ilmu fiqh
4. Untuk memahami asas-asas ilmu fiqh

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian Ilmu Fiqh
Para ulama salaf mendefinisikan ilmu fiqih adalah ilmu yang mempelajari hukum-
hukum syar’i yang sifatnya amaliyah serta hukum tersebut diistinbat atau digali dari
dalil-dalil yang terperinci.Ayat al-Quran itu begitu banyak sekali jumlahnya. Bahkan
hadits nabi juga banyak sekali jumlahnya. Setidaknya berikut ini ada jumlah hadits
dari 20 kitab hadits yang bisa kita hitung haditsnya. Jumlah dari 20 kitab hadits
tersebut jika dijumlah haditsnya totalnya tidak sampai 200.000 hadits. Padahal imam
Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa jika ingin menguasai ilmu agama minimal dia
harus hafal dan paham 500.000 hadits. Tentu saja ulama sekelas imam Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal sudah hafal al-Quran
bahkan jutaan al-Hadits yang mereka hafal. Lalu apakah ulama 4 madzhab pakai
hadits Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan kitab hadits lainnya? Tentu saja
jawabannya iya, Bahkan ulama 4 madzhab sudah ada dan hidup di masa sebelum
adanya ulama ahli Hadits seperti imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ibnu Majah,
Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi dan Imam Nasai. Sebab Imam Bukhari itu
ternyata juga muridnya imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ahmad bin Hanbal itu
muridnya Imam Syafii dan seterusnya.
Logikanya begini, Apabila para imam Hadits semisal imam Bukhari, Imam Muslim,
Imam Ibnu Majah, Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi dan Imam Nasai hidup dimasa
setelah ulama 4 madzhab maka hadits hadits mereka pastilah jalur periwayatannya
melewati masa hidup para imam 4 madzhab. Dan asal tau saja ya, kitab Shahih
Bukhari itu ternyata yang mengoreksi adalah imam Ahmad bin Hanbal. Sebab
setelah penyusunan hadits selesai, Imam Bukhari menyetorkan kitab tersebut kepada
imam Ahmad bin Hanbal untuk dikoreksi.

3
B. Macam-macam Ilmu Fiqh
Fiqih sendiri merupakan suatu ilmu yang mana menerangkan berbagai hukum syara’,
hal ini juga tentunya berkenaan dengan bagaimana amal atau hukum dari segala
perbuatan yang di lakukan oleh manusia. Fiqih sendiri juga berasal dari dalil yang
jelas, yang tentunya harus diketahui oleh semua umat muslim. Fiqih juga memiliki
beberapa bagian atau macam, berikut ini adalah macam-macam fiqih.

1. Ibadah

Ibadah merupakan salah satu macam-macam fiqih, yang mana dilakukan oleh setiap
umat muslim. Ibadah sendiri memiliki pengertian sebagai salah satu pengabdian dan
juga penyembahan yang dilakukan oleh seorang muslim yang ditujukan kepada
Allah SWT. Ibadah juga di lakukan dengan cara merendahkan diri, dan juga diiringi
dengan niat yang ikhlas.

2. Muamalat

Muamalat adalah sebuah peraturan agama, yang mana merupakan salah satu macam-
macam fiqih dan dimaksudkan untuk menjaga hak yang dimiliki manusia. Hal ini
terjadi dalam urusan tukar menukar barang atau bahkan sesuatu hal lainnya yang
dapat memberikan manfaat, dengan cara yang di tentukan oleh agama. Muamalat
sendiri juga tidak memiliki paksaan apapun.

4
3. Munakahat

Munakahat adalah salah satu undang-undang perkawinan, atau sebuah akan ada yang
mana dapat menghalalkan sebuah pergaulan antara laki-laki dan juga perempuan
yang mana bukan mahramnya. Tentunya hal ini juga di lakukan, untuk dapat
mendapatkan kebahagiaan antara rumah tangga dan juga untuk menyelesaikan
pertikaian yang akan mungkin terjadi.

4. Jinayat

Jinayat adalah macam-macam fiqih lainnya, yang mana merupakan salah satu
perbuatan yang dilarang oleh agama. Hal ini tentunya dapat menimbulkan hukuman
dan dilakukan untuk dapat menjaga harta, jiwa, dan juga hak-hak yang dimiliki oleh
manusia sendiri. Tentunya hal ini cukup penting, agar dapat menjaga umat manusia,
selalu dalam jalan yang benar.

5
A. Prinsip-prinsip Fiqh Muamalah

1.. Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah.


‫ ِإالَّ َما َد َّل ال َّدلِ ْي ُل َعلَى ِخالَفِ ِه‬،ُ‫احة‬ ْ ‫ص ُل فِى اَأْل‬
ِ َ‫شيَا ِء (فِى ا ْل ُم َعا َمال‬
َ َ‫ت) اِإل ب‬ ْ ‫اََأل‬
“Pada dasarnya (asalnya) pada segala sesuatu (pada persoalan mu’amalah) itu
hukumnya mubah, kecuali jika ada dalil yang menunjukkan atas makna lainnya.”
 
2. Mumalalah dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur-unsur
paksaan.
َ ُ‫ض ِم ْن ُك ْم َوالَ تَ ْقتُلُ ْوا َأ ْنف‬
َ‫س ُك ْم ِإنَّ هللا‬ ِ َ‫يآيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا الَ تَْأ ُكلُ ْوا َأ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِا ْلب‬
َ ‫اط ِل ِإالَّ َأنْ تَ ُك ْونَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً عَنْ تَ َر‬
29 :‫النساء‬- .‫َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu sekalian,
sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa’: 29)
3. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari mudharat dalam bermasyarakat.
ِ َ‫ض َر َر َوال‬
‫رواه أحمد وابن ماجة‬- .‫ض َرا َر‬ َ َ‫سلَّ َم ق‬
َ َ‫ضى َأنْ ال‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ت َأنَّ َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ َ ‫عَنْ عُبا َ َدةَ ا ْب ِن‬
ِ ‫صا ِم‬
“Dari Ubadah bin Shamit; bahwasanya Rasulullah saw menetapkan tidak boleh
berbuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan”. (HR. Ahmad
dan Ibnu Majah)
Dalam kaidah fiqhiyah juga disebutkan;
َّ ‫اَل‬
‫ض َر ُر يُـ َزا ُل‬
“Kemudharatan harus dihilangkan”
4. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai-nilai keadilan,
menghindari unsur-unsur penganiayaan dalam pengambilan kesempatan.
:‫البقرة‬- . َ‫س َأ ْم َوالِ ُك ْم الَ تَ ْظلِ ُم ْونَ َوالَ تُ ْظلَ ُم ْون‬ ْ ‫س ْولِ ِه َوِإنْ تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُر‬
ُ ‫ُؤو‬ ٍ ‫فَِإنْ لَ ْم تَ ْف َعلُ ْوا فَْأ َذنُ ْوا بِ َح ْر‬
ُ ‫ب ِمنَ هللاِ َو َر‬
279
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
mengambil riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya”. (QS. Al-Baqarah: 279

1. An Tarodhin
Dalam referensi lain asas ini disebut dengan al ridho, artinya Setiap bentuk muamalat
antar individu atau kelompok harus berdasarkan pada suka sama suka atau suka rela.

2. Adamul Gharar
Secara bahasa ‘Adamun artinya tidak ada atau ketiadaan, sementara gharar artinya
ketidaktentuan atau ketidakjelasan. Berdasarkan kedua kata tersebut maka ‘adamul
gharar dapat diartikan menghilangkan sesuatu yang belum tentu dan jelas. Dalam
fiqh muamalah gharar dapat dikatakan setiap transaksi yang masih belum jelas
barangnya atau tidak berada dalam kuasanya alias di luar jangkauan.

Dalam referensi lain ‘adamul gharar yaitu , bahwa setiap bentuk muamalat tidak
boleh ada tipu daya atau yang menyebabkan salah satu  pihak  merasa dirugikan
sehingga menimbulkan adanya ketidak sukaan. Seperti di jelaskan dalam Al-Qur’an
QS. Al-Baqarah:188

‫والتأ كلوآاموالكم بينكم با البا طل وتد لوابهآالى الحكاّم لتأ كلوافريقا ّمن اموا اللنّاس باالثم وانتم تعلمون‬

“Jangan kamu makan harta di antaramu dengan cara batil dan jangan menyuap
para hakim agar kamu dapat merampasbagian harta orang laindengan cara yang
mengandung dosa, padahal kamu menyadarinya.”

3. Kebebasan Membuat Akad


Hukum Islam mengakui kebebasan berakad, yaitu satu prinsip hukum yang
menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apapun tanpa terikat
kepada nama-nama yang telah ditentukan dalam undang-undang syari’ah
memberikan usul apa saja kedalam akad, dan yang dibuatnya itu sesuai
kepentingannya dan tidak berakibat memakan harta sesama dengan jalan bathil.
Kaidah-kaidah hukum islam menunjukkan bahwa hukum islam menganut asas
kebebasan berakad.

Dijelaskan dalam Al-Qur’an QS.Al-Maidah:1


ّ ‫ االنعام االّمايتلى عليكم غير محل ّي الصّيد وانتم حرم‬t‫ياايّهاالد ين امنوااوفوابالعقود احلّت لكم بهيمة‬
‫ان هللا يحكم‬
‫ما يرد‬

“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji. Hewan ternak dihalalkan


bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki”.

4. Al Musawah
Asas ini memiliki makna kesetaraan atau kesamaan, artinya bahwa setiap pihak-
pihak pelaku muamalah berkedudukan sama.

5. Ash Shiddiq
Dalam Islam manusia diperintahkan untuk menjunjung kejujuran dan kebenaran.
Jika dalam bermuamalah kejujuran dan kebenaran tidak dikedepankan, maka akan
berpengaruh terhadap keabsahan perjanjian. Perjanjian yang di dalamnya terdapat
unsur kebohongan maka bisa menjadi batal atau tidak sah.

A. Pengertian Kufu’
Kafa’ah berasal dari dari bahasa Arab dari kata ,‫ كفى‬berarti sama atau setara . Dalam
istilah fikih, kafa‟ah disebut dengan sejodoh, artinya ialah sama, serupa, seimbang,
atau serasi. Menurut H. Abd. Rahman Ghazali, Kafa’ah atau kufu, menurut bahasa
artinya setaraf, seimbang, atau keserasian, atau kesesuaian, serupa, sederajat atau
sebanding. Menurut istilah hukum Islam yang dimaksud dengan kafa’ah atau kufu
dalam perkawinan ialah “keseimbangan dan keserasian antara calon istri dan suami
sehingga masing-masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan
perkawinan .

Menurut Tihami dan Sohari Sahrani dalam bukunya yang berjudul Fikih Munakahat
Kajian Fikih Nikah Lengkap, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kafa’ah
atau kufu dalam perkawinan menurut istilah hukum Islam, yaitu keseimbangan dan
keserasian antara calon istri dan calon suami sehingga masing-masing calon tidak
merasa berat untuk melangsungkan perkawinan. Atau laki-laki sebanding dengan
calon istrinya, sama dengan kedudukan, sebanding dalam tingkat sosial dan sederajat
dalam akhlak serta kekayaan. Jadi, tekanan dalam kafa‟ah adalah keseimbangan,
keharmonisan, dan keserasian.

Jadi, tekanan dalam hal kafa’ah adalah keseimbangan, keharmonisan, dan keserasian,
terutama dalam hal agama, yaitu akhlak dan ibadah. Sebab, kalau kafa’ah diartikan
persamaan dalam hal harta atau kebangsawanan, maka akan berarti terbentuknya
kasta, sedangkan manusia di sisi Allah SWT adalah sama. Hanya ketaqwaannyalah
yang membedakannya .

Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT:

ٞ ِ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنَّا َخلَ ۡق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٖر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ۡل ٰنَ ُكمۡ ُشعُوبٗ ا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َعا َرفُ ٓو ۚ ْا ِإ َّن َأ ۡك َر َم ُكمۡ ِعن َد ٱهَّلل ِ َأ ۡتقَ ٰى ُكمۡۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم خَ ب‬
‫ير‬
١٣

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya.

BAB III
HASIL DAN TEMUAN

A. Barang temuan (luqathah)

Secara bahasa luqatahah dengan huruf qaf berbaris mati (sukun) artinya harta
yang ditemukan. Ibnu Arafah berkata: “Iltiqath adalah menemukan sesuatu tanpa
harus mencari”. Sedangkan secara terminologi, penulis kitab Al- Minhaj
mendifinisikan luqatahah sebagai: harta yang hilang dari pemiliknya baik karena
jatuh, lupa dan semisalnya.Luqatahah ialah barang-barang yang didapat dari tempat
yang tidak dimiliki oleh seorang pun. Dalam bukunya Sohari Sahrani yang berjudul
Fikih Muamalah memaparkan pengertian barang temuan dalam bahasa arab (bahasa
fuqaha) disebut luqathah, menurut bahasa (etimologi) artinya ialah: sesuatau yang
ditemukan ataudidapat.

B. Hukum Luqathah

Ulama berbeda pendapat tentang hukum mengambil barang temuan, ada pendapat
yang mengatakan hukumnya dianjurkan, bila barang yang ditemukan itu berada
ditempat yang aman, dan tidak menyebabkan hilang bila tidak diambil, pendapat
kedua mengatakan, hukumnya wajib bila brang itu berada ditempat yang tidak aman,
yang menyebabkan barang itu hilang bila tidak diambil.

10

C. Rukun Luqathah
Dalam bukunya Sulaiman Rasjid yang berjudul Fiqh Islam,memaparkan apa saja
yang menjadi rukun dalam barang temuan ada dua yaitu:

a. Ada yang mengambil. Jika yang mengambil adalah orang yang tidak adil, hakim
berhak mencabut barang itu dari orang tersebut dan memberikannya kepada orang
yang adil dan ahli, begitu juga kalau yang mengambilnya

a. adalah anak kecil, hendaknya diurus olehwalinya.


b. Bukti barang temuan. Sesuatu yang ditemukan ada tiga macam:
1. Barang yang dapat disimpan lama (seperti emas dan perak) hendaklah
disimpan ditempat yang sesuai dengan keadaan barang itu, kemudian
diberitahukan kepada umum ditempat-tempat yang ramai dalam masa satu
tahun. Hendaklah pula dikenal beberapa sifat barang yang ditemukannya itu
umpamanya tempat, tutup, ikat, timbangan atau
bilangannya.Sewaktumemberitahukannyahendaklahsebgiandarisifat - sifat itu
diterangkan, jangan semuanya, agar jangan terambil oleh orang- orang yang
tidak berhak.
2. Barang yang tidak tahan disimpan lama, seperti makanan. Orang yang
mengambil barang seperti ini boleh antara mempergunakan barang itu, asal
dia sanggup menggantinya apabila bertemu dengan yang punya barang atau
ia jual, uangnya hendaklah dia simpan agar kelak dapat diberikannya kepada
pemiliknya apabilabertemu.
3. Suatu yang membutuhkan nafkah, yaitu binatang atau manusia, umpamanya
anak kecil.
Sedangkan binatang ada dua macam:
pertama : binatang yang kuat, berarti dapat menjaga dirinya sendiri terhadap
binatang yang buas, misalnya unta, kerbau, atau kuda, binatang seperti ini lebih baik
dibiarkan saja, tidak usahdiambil.
Kedua: binatang yang lemah, tidak kuat menjaga dirinya terhadap bahaya
binatang yang buas. Binatang seperti ini hendaklah diambil. Sesudah diambil
diharuskan melakukan salah satu dari tigacara:
11

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu fiqh adalah ilmu yang berbicara tentang hukum-hukum syar’I amali yang
diambil dari dalil-dalil yang terdapat dalam al-quran,hadist,kitam dan qiyas.

Pada pokoknya yang menjadi objek pembahasan ilmu fiqh adalah perbuatan mukalaf
dilihat dari sudut pandang hukum syara yang terbagi dalam tiga kelompok besar
yaitu ibadah, mu’amalah dan uqubah.

Antara fiqh, syariat, dan hukum islam ada satu persamaan yang mengaitkan antara
ketiganya. Fiqh adalah aturan yang baru yang diterapkan pada zaman nabi
Muhammad

Syariat adalah aturan Allah yang telah diterapkan sejak nabi terdahulu nabi Adam
As. Hingga sekarang dan berlaku sangat umum , sedangkan hukum lebih ditekankan
kepada analisis satu peristiwa pada dasar hukum al-quran dan as-sunnah.

B. Saran
Ada baiknya jika kita sebagai pendidik atau calon pendidik terlebih dahulu harus
memahami secara mendalam tentang materi pelajaran fiqih ini serta mengamalkan
ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Karena mengingat peran kita sebagai
pendidik yaitu salah satunya sebagai teladan bagi para siswa. agar nantinya siswa
dapat belajar dari perbuatan kita, tidak hanya dari teori yang kita ajarkan sehingga
apa yang kita ajarkan bisa mereka implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

12

DAFTAR PUSTAKA
https://makfufin.id/macam-macam-fiqih/

https://www.rumahfiqih.com/y.php?id=484

Rachmat Syafe’i. (2007). Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia.

Sulaiman Rasjid. (2007). Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Rosyada, Dede Rosyada. (1993) Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Soemitra, Andri. (2019). Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh Muamalah di Lembaga
Keuangan dan Bisnis Kontemporer. Jakarta: Kencana.
Suhendi, Hendi. (2014). Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.

Syafei, Rachmat. (2000). Fiqih Muamalah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Syarifuddin, Amir. (2003). Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana.

Wardi Muslich, Ahmad. (2010). Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.

Sohari Sahrani. (2011). Fikih Muamalah. Bogor:Ghalia Indonesia.

Sulaiman Rasjid. (2012). Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


Ahmad, Beni S. (2015). Pengantar Ilmu Fiqh. Surakarta: Pustaka Setia.

Ghozali, Abdul Rahman. (2008). Fiqh Munakahat. Jakarta: Prenada Media Group.

Tihami dan Sohari Sahrani. (2009). Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap.
Jakarta: Rajawali Press.

13

Anda mungkin juga menyukai