Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran kita tentang
pentingnya hukum dan toleransi antar sesama. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat bagi pembaca serta
dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan penelitian selanjutnya
tentang Islam dan hukum.
BAB II
KAJIAN TEORI
4
5
qur’an dinyatakan dengan istilah wasat, qith, mizan yang bertemu dalam
satu ide umum “sikap tengah yang berkesinambungan dan jujur”. Seperti
firman Allah Swt., dalam Surah An-Nahl ayat 90, yang berbunyi:
ۤ
ۚ ع ٰلى اَ َّْل ت َ ْع ِدلُ ْواَ شن َٰا ُن قَ ْو ٍم
َ ش َهدَآ َء بِا ْل ِقسْطِ ۚ َو َْل يَ ْج ِر َمنَّ ُك ْم ِ ٰۤيـاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُك ْونُ ْوا قَ َّوا مِ يْنَ ِ ه
ُ ّلِل
َّٰللا َخبِي ٌْر بِ َما ت َ ْع َملُ ْون َ اِ ْع ِدلُ ْوا ۚ ه َُو اَ ْق َربُ لِلتَّ ْق ٰوى ۚ َوا تَّقُوا ه
َ ّٰللا ۚ ا َِّن ه
pada UUD NKRI 1945 dan dijiwai oleh Pancasila. Unsur-unsur hukum
positif Indonesia (Sistem kaidah), yaitu:
a. Undang-undang atau perundang-undangan beserta asas-asas yang
berkaitan dengannya.
b. Kebiasaan dan atau adat yang telah diterima sebagai hukum.
c. Keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.
d. Traktat atau perjanjian internasional
3. Sumber Hukum
Menurut Undang-undang No.10 Th. 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, berikut adalah tata urutan sumber-sumber
hukum di Republik Indonesia:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 beserta
Amandemennya.
b. Undang-undang/ Peratutan Pemerintah Pengganti Undang-undang.
c. Peraturan Pemerintah.
d. Penetapan Presiden.
e. Peraturan Daerah, yang dapat dibagi menjadi: Peraturan Daerah
Provinsi (Tingkat I), Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Tingkat II),
Peraturan Daerah Desa.
4. Tujuan Hukum
Tujuan hukum dan wujud keadilan adalah untuk mewujudkan the
greatest happiness of the greatest number (kebahagiaan yang sebesar-
besarnya untuk sebanyak-banyknya orang). Dan tujuan perundang-
undangan adalah untuk menghasilkan kebahagiaan bagi masyarakat; untuk
itu perundang-undangan harus mencapai 4 tujuan, yaitu:
a. Untuk memberi nafkah hidup (to provide subsistence)
b. Untuk memberikan makanan yang berlimpah (to provide abundance)
c. Untuk memberi perlindungan (to provide security)
d. Untuk mencapai persamaan (to attain equity)
Tujuan Hukum untuk memberi kepastian. Karena kepastian hukum
berkaitan dnegan hukum positif (hukum yang berlaku) pada suatu negara,
maka John Austin mengemukakan bahwa ‘hukum adalah perintah pihak
12
telah ditetapkan kadarnya oleh syara’ bagi suatu tindak kemaksiatan, untuk
mencegah pelanggaran pada kemaksiatan yang sama. Adapun tindakan
kejahatan yang dapat dikenakan had hudud, yaitu:
1. Zina
Larangan atas perbuatan zina dinyatakan dalam QS. Al Israa (37) yang
artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu sangat keji
dan sejahat-jahatnya jalan terkutuk. Hudud yang diberikan kepada pelaku zina
ada dua jenis,yaitu:
a. Sanksi cambuk sebanyak seratus kali, dijatuhkan bagi pelaku zina yang
belum menikah. Dasarnya adalah QS. An Nuur (24) yang artinya: Pezina
wanita dan pezina laki - laki maka jilidlah masing - masing dari keduanya
dengan seratus kali jilidan
b. Saksi rajam sampai mati, dijatuhkan bagi pelaku zina yang sudah menikah.
Dalilnya adalah perbuatan Rasulullah dimana beliau pernah merajam
seorang perempuan bernama Ghamidiyah dan juga merajam seorang laki-
laki yang bernama Ma’iz dengan hukuman rajam sampai mati. Seperti yang
diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdullah yang artinya: Bahwa seorang laki -
laki berzina dengan perempuan. Nabi memerintahkan untuk menjilidnya,
kemudian ada kabar bahwa ia adalah muhshan, maka Nabi SAW
memerintahkan untuk merajamnya.
2. Homoseksual atau liwath
Homoseksual atau liwath sendiri diartikan sebagai masuknya alat
kelamin laki - laki ke dalam dubur laki - laki. Hudud yang bisa dijatuhkan
pada pelaku homoseksual ini adalah hukuman bunuh bagi pelakunya.
Dasarnya ada pada sunah Nabi antara lain:
a) Ikrimah dari Ibnu Abbas ra berkata bahwa Nabi bersabda, yang artinya:
Barangsiapa yang kalian dapati sedang melakukan perbuatan kaum Nabi
Luth maka bunuhlah keduanya.
b) Diriwayatkan dari Sa’id bin Jabi dan Mujahid dari Ibnu Abbas, bahwa
Rasul bersabda yang artinya: Jejaka yang didapati sedang melakukan
liwath maka rajamlah.
3. Peminum Khamar
14
‘uqubat takzir cambuk paling banyak 12 kali atau denda paling banyak
120 gram emas murni atau pemjara paling lama 12 bulan”.
Pada Pasal 19 disebutkan “Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan jarimah maisir dengan nilai taruhan dan/atau keuntungan
lebih dari 2 gram emas murni, diancam dengan ‘uqubat takzir cambuk
paling banyak 30 kali atau denda paling banyak 300 gram emas murni
atau penjara paling lama 30 bulan”.
Pasal 20 terkait dengan penyelenggara, penyedia fasilitas, atau
pembiaya: “Setiap orang yang dengan sengaja, menyelenggarakan,
menyediakan fasilitas atau membiayai jarimah maisir sebagaimana
dimaksud dalam pasal 18 dan 19 diancam dengan ‘uqubat takzir
cambuk paling banyak 45 kali dan atau denda paling banyak 450 gram
emas murni dana tau penjara paling lama 45 bulan”.
3. Khalwat
Dalam Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 Bab 1 Pasal 1
dijelaskan bahwa khalwat/mesum yaitu perbuatan berada pada tempat
tertutup atau tersembunyi antara 2 orang yang berlainan jenis kelamin
yang bukan mahram tanpa ikatan perkawinan dengan kerelaan kedua
belah pihak yang mengarah pada perbuatan zina. Hukuman terhadap
pelaku khalwat diatur dalam pasal 23 yang intinya:
a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan jarimah khalwat
diancam dengan ‘uqubat takzir cambuk paling banyak 10 kali atau
denda paling banyak 100 gram emas murni atau penjara paling lama
10 bulan.
b. Bagi penyelenggara dan penyedia fasilitas atau mempromosikan
jarimah khalwat diancam dengan ‘uqubat takzir cambuk paling
banyak 15 kali atau denda paling banyak 150 gram emas murni atau
penjara paling lama 15 bulan.
Dalam qanun hukum jinayat ini, hanya dikemukakan hukuman
maksimal, yaitu hukuman cambuk paling banyak 10 kali atau denda
paling banyak 100 gram emas murni atau penjara paling lama 10 bulan.
Ini berbeda dengan Qanun nomor 14 Tahun 2013 tentang Khalwat yang
19
kali atau denda paling banyak 900 gram emas murni atau penjara paling
lama 90 bulan (Pasal 47).
6. Pemerkosaan
Pemerkosaan merupakan bentuk kekerasan dan penindasan
terhadap perempuan. Dalam hukum Islam pun perkosaan merupakan
suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh
seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai
melanggar menurut moral dan hukum.
Dalam qanun hukum jinayat, ‘uqubat bagi pemerkosa terdapat
tiga kategori, tergantung kepada jenis korban. Pertama, pemerkosaan
terhadap orang dewasa (laki-laki atau perempuan) ancaman ‘uqubat nya
paling sedikit cambuk 125 kali, paling banyak 175 cambuk atau denda
emas paling sedikit 1.250 gram emas murni dan paling banyak 1.750
gram emas murni atau penjara paling singkat 125 bulan dan paling lama
175 bulan. Kedua pemerkosaan terhadap mahram, ancaman ‘uqubatnya
dengan takzir cambuk paling sedikit 150 kali, paling banyak 200 kali
atau denda paling sedikit 1.500 gram emas murni, paling banyak 2.000
gram emas murni atau penjara paling singkat 150 bulan, paling lama 200
bulan. Ketiga pemerkosaan terhadap anak-anak, ancaman ‘uqubatnya
dengan takzir cambuk paling sedikit 150 kali, paling banyak 200 kali
atau denda paling sedikit 1.500 gram emas murni, paling banyak 2.000
gram emas murni atau penjara paling singkat 150 bulan, paling lama 200
bulan.
2.5.2. Syariat Islam Di Aceh
Masyarakat Aceh meyakini bahwa Islam merupakan pedoman hidup
dan identitas mereka, sehingga sering sekali disebutkan bahwa Aceh identik
dengan Islam. Bagi masyarakat Aceh, melaksanakan syariat Islam adalah
bagian dari kewajiban yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Mereka
yakin bahwa hanya dengan menjalankan syariat Islam kehidupan dapat
menjadi selamat dan sejahtera di dunia dan akhirat. Dalam konteks
sejarahnya, pandangan hidup bersyariat Islam masyarakat Aceh tersebut
terpadu dalam bingkai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
21
22
23
penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya
tulis akademik dan seni yang telah ada.”(Sugiyono,2005:83).
Studi pustaka merupakan Maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka
dapat memengaruhi kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan. Penelitian
kepustakaan merupakan suatu jenis penelitian yang digunakan dalam
pengumpulan informasi dan data secara mendalam melalui berbagai literatur,
buku, catatan, majalah, referensi lainnya, serta hasil penelitian sebelumnya
yang relevan, untuk mendapatkan jawaban dan landasan teori mengenai
masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian kepustakaan, penelusuran pustaka
lebih daripada sekedar melayani fungsi-fungsi persiapan kerangka penelitian,
mempertajam metodologi atau memperdalam kajian teoritis; Penelitian
kepustakaan dapat sekaligus memanfaatkan sumber kepustakaan untuk sumber
data penelitiannya, tanpa melakukan penelitian lapangan
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan
dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian
ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket atau kuesioner
yang merupakan teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau
sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi
yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66) .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Responden
Dalam penelitian ini terdapat 50 responden yang mengisi kuisioner Perbedaan
Hukum Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan Hukum
Negara di Indonesia. Berikut laporan persentase data pribadi responden:
Diagram di bawah ini menunjukkan persentase jumlah responden
menurut status asal instansinya. Responden terbnayak yaitu 46% atau 23
responden berasal dari kalangan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Kemudian 32% atau 16 responden berasal dari masyarakat umum. Sedangkan
responden paling sedikit berasal dari Non-UPI yaitu 22 % atau 11 responden.
22% UPI
46% Masyarakat Umum
32% Non-UPI
24
25
6%
Ya
Tidak
94%
12%
Ya
Tidak
88%
Diagram 4.3 Mengenai Data Responden yang Setuju dan Tidak Setuju
tentang Penerapan Hukum Islam di Aceh
6%
Ya
Tidak
94%
4. Tanggapan dari responden pada soal ke-4 mengenai perbedaan hukum Islam
dan hukum negara Indonesia yang diketahui oleh para responden. Hasilnya
6% atau 3 responden tidak mengetahui perbedaannya, 4% atau 2 responden
menjawab keduanya tidak ada perbedaan, dan 90% atau 45 reponden
lainnya menjawab ada perbedaan. Berikut tampilan datanya:
4%6%
Ada perbedaan
Tidak ada perbedaan
Tidak mengetahui
90%
8%
Tahu sanksi pelanggaran
Tidak tahu sanksinya
92%
6. Soal selanjutnya membahas manakah hukum yang lebih baik antara hukum
Islam dan hukum negara Indonesia. Dari hasil penelitian 40% responden
menjawab Islam lebih baik, 38% responden menilai bahwa kedua hukum
tersebut sama atau sederajat, 10% responden menjawab hukum Indonesia
lebih baik, dan 12 responden memilih jawaban berbeda. Berikut tampilan
datanya:
12% Islam
10% 40% Indonesia
Sama/ Sederajat
38% Jawaban lain
7. Soal ke-7 membahas apakah penting sebuah hukum itu. Dari hasil penelitian
100% responden menjawab bahwa hukum itu penting, berikut datanya:
Penting
100%
tatanan sosial, memberi makna atas kehidupan itu sendiri dan dihargai
keberadaannya. Selain itu yang terpenting hukum ini akan berjalan dengan
baik jika memiliki penegak-penegak hukum yang baik, jujur, dan adil
sehingga tidak ada lagi istilah tumpul ke atas tajam ke bawah. Jadi, bukan
hanya melihat hukum Islam dan hukum Indonesia saja, karena keduanya
sama-sama hukum. Tapi kia lihat urgensinya yang mana hukum itu sendiri
harus ditegakkan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Hukum Islam yaitu aturan hukum yang bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadist (Sunnah). Sedangkan sistem Hukum Indonesia adalah struktur formal
kaidah-kaidah hukum yang berlaku dan asas-asas yang mendasarinya, yang
didasarkan pada UUD NKRI 1945 dan dijiwai oleh Pancasila. Hukum
berfungsi sebagai sarana pengendali sosial dalam menjalankan tugas untuk
mempertahankan ketertiban pola kehidupan yang ada, yaitu menjaga agar
setiap orang menjalankan peranannya, sebagai Sosial Engineering, yaitu
hukum lebih bersifat dinamis bergerak digunakan sebagai sarana untuk
melakukan perubahan-perubahan salam masyarakat, menegakkan keadilan,
dan menciptakan kemaslahatan yang hakiki bagi seluruh umat manusia.
Provinsi Aceh memang menerapkan hukum Islam tapi tetap
menggunakan sisi undang-undang negara Indonesia juga. Sedangkan, hukum
negara di Indonesia berdasarkan pancasila, undang-undang, dan peraturannya.
Setiap hal-hal atau perbuatan yang melanggar hukum akan menimbulkan
hukuman bagi pelakunya. Baik menurut syariat Islam maupun hukum negara,
siapapun yang melanggar hukum akan dikenakan sanksi yang sesuai. Tapi
bedanya, sanksi dalam syariat Islam ada yang harus dipertanggungjawabkan di
akhirat kelak.
5.2. Saran
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
kita terhadap lingkungan sekeitar melalui kaca mata hukum dan bisa saling
toleransi antar sesama agama atau perbedaan hukum. Selain itu semoga hasil
penelitian ini dapat menjadi refleksi untuk kita betapa pentingnya hukum, dan
urgensinya bahwa hukum itu sendiri harus ditegakkan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Ali dan Zulkarnain Lubis. 2019. Hukum Jinayat Aceh. Jakarta:Kencana.
Apriyani, Rini. 2017. “Sistem Sanksi dalam Hukun Islam”. Journal of Islamic Law
Studies. 7.(1).Mei 2017
Herman dan Manan Sailan. 2012. Pengantar Hukum Indonesia. Makassar: Badan
Penerbit UNM.
Inchy. 2013. Konsep Hukum Agama Islam. Universitas Negeri Makassar.
Rahardjo, Satjipto. 2014. Ilmu Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim. 2007. Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Usman, Ismail K. Konsep Hukum Islam dalam Al-Qur’an (Antara Keadilan dan
Kemanusiaan).
34
Lampiran
35
36
37
38