DI SUSUN OLEH :
Windy Widiya
2018.c.10a.0991
PENGUJI PRAKTIK
Mengetahui,
Gambar 2.1.2
Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding
abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar.
Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula
renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar adalah
fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan
memfiksasi ginjal (Tortora, 2011).
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang dan
medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal
mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa
triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian
apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan
hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis
ginjal (Tortora, 2011).
2.1.3 Etiologi
Penyakit ginjal kronik bisa disebabkan oleh penyakit ginjal hipertensi,
nefropati diabetika, glomerulopati primer, nefropati obstruktif, pielonefritis
kronik, nefropati asam urat, ginjal polikistik dan nefropati lupus / SLE, tidak
diketahui dan lain - lain. Faktor terbanyak penyebab penyakit ginjal kronik adalah
penyakit ginjal hipertensi dengan presentase 37% (PENEFRI, 2014).
2.1.4 Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
2.1.4.1 Stadium I : Penurunan cadangan ginjal, kreatinin serum dan kadar
BUN normal, asimptomatik, tes beban kerja pada ginjal: pemekatan
kemih, tes GFR
2.1.4.2 Stadium II : Insufisiensi ginjal, kadar BUN meningkat (tergantung
pada kadar protein dalam diet), kadar kreatinin serum meningkat, nokturia
dan poliuri (karena kegagalan pemekatan). Ada 3 derajat insufisiensi
ginjal:
1) Ringan : 40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
2) Sedang : 15% - 40% fungsi ginjal normal
3) Kondisi berat : 2% - 20% fungsi ginjal normal
2.1.4.3 Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia, kadar ureum dan
kreatinin sangat meningkat, ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis
cairan dan elektrolit, air kemih/urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ
1,010 (Smeltzer,2001).
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium
dari tingkat penurunan LFG :
a. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria
persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
b. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG
antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
c. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2
d. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara
15-29mL/menit/1,73m2
e. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau
gagal ginjal terminal.
2.1.5 Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth(2002),Slamet Suyono(2001) dan Sylvia A.
Price,(2000) adalah sebagai berikut : Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis
kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel dari berbagai penyebab
diantaranya infeksi, penyakiy peradangan, penyakit vaskular hipertensif,
gangguan jaringan penyambung, gangguan kongenital dan herediter, penyakit
metabolik (DM, Hipertiroidisme), Nefropati toksik (penyalahgunaan analgesik),
nefropati obstruktif(saluran kemih bagian atas dan saluran kemih bagian bawah).
Pada saat fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang
normalnya di ekskresikan kedalam urine menjadi tertimbun didalam darah,
sehingga terjadinya uremia dan mempengaruhi sistem sistem tubuh, akibat
semakin banyaknya tertimbun produk sampah metabolik, sehingga kerja ginjal
akan semakin berat.
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dan penurunan
jumlah glomeruli yang dapat menyebabkan penurunan klirens. Substansi darah
yang seharusnya dibersihkan, tetapi ginjal tidak mampu untuk memfiltrasinya.
Sehingga mengakibatkan kadar kreatinin serum, nitrogen, urea darah (BUN)
meningkat. Ginjal juga tidak mampu mengencerkan urine secara normal.
Sehingga tidak terjadi respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi tahanan natrium dan cairan. (Brunner &
Suddarth, 2002).
Asidosis metabolic dapat terjadi karena ketidakmampuan ginjal
mengekspresikan muatan asam yang berlebihan terutama amoniak (NH3) dan
mengabsorpsi bikarbonat.
Anemia, terjadi akibat berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga
rangsangan eritropoisis pada sumsum tulang menurun, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, defisiensi besi,
asam folat dan lain-lain akibat nafsu makan yang berkurang, perdarahan paling
sering pada saluran cerna dan kulit. (Slamet Suyono, 2001)
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat terjadi karena gangguan dalam
metabolismenya. Dengan menurunya filtrasi glomerulus dapat mengakibatkan
peningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium. Sehingga
menyebabkan perubahan bentuk tulang. Penyakit tulang dan penurunan
metabolisme aktif vitamin D karena terjadi perubahan kompleks kalsium, fosfat
dan keseimbangan parathormon sehingga menyebabkan osteodistrofi (penyakit
tulang uremik)
Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron telah hancur. Nilai
GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10
ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN akan
meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak sanggup
lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderita
biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena
kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus
ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan
gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi setiap sistem
dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal
kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisi
(Sudoyo, 2006).
Etiologi : Pemeriksaan penunjang:
WOC CKD Penyakit ginjal kronik bisa disebabkan oleh penyakit ginjal hipertensi, 1. Pemeriksaan Laboratorium
nefropati diabetika, glomerulopati primer, nefropati obstruktif, pielonefritis 2. Biopsi ginjal
kronik, nefropati asam urat, ginjal polikistik dan nefropati lupus / SLE, tidak 3. Radiologi
4. USG
diketahui dan lain - lain. Faktor terbanyak penyebab penyakit ginjal kronik
5. EKG
adalah penyakit ginjal hipertensi dengan presentase 37% (PENEFRI, 2014).
Manifestasi klinis:
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit Tanda gejala yang sering terjadi pada gagal ginjal Kemungkinan
ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan Jaringan ginjal kurang O2 dan nutrisi akan mengalami Edema atau pembengkakan pada mata
kaki, tungkai, atau tangan akibat penumpukan cairan,
ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
Nyeri dada, terutama jika ada penumpukan cairan pada
penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas jaringan jantung.Sesak napas, jika ada penumpukan cairan
& Levin,2010). Chronic Kidney Disease (CKD)
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone
Penurunan Gangguan
Tirah baring lama
PePh, HCO3, BE produksi urine Retensi air metabolism protein
dan Na dan Foetoruremik
Hiperkalemia
Kelemahan
Asidosis metabolik Iritasi saluran
Penurunan Anoreksia,
kencing nausea, vomitus
Gangguan produksi urine MK: Intoleransi
Pernafasan kusmaul konduksi jantung Aktivtas
Nilai normal :
Q (quality)
kualitas nyeri
R (radian)
arah perjalan nyeri
S (Skala)
skala nyeri 1-10
T (Time)
lamanya nyeri sudah dialami klien
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines
for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M.
Jakarta: EGC; 2000
Dochterman, J. M. & Bulecheck, G. N. 2004. Nursing Intervention Classification
(NIC) fourth edition. Missouri: Mosby
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Sylvia. 2015, patofisiologi Edisi 6 Vo 2 konsep klinis prose-proses penyaki.
jakarta: EGC
Kusuma. H. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa.
Jogjakarta
Iskandar. 2012. Paduan Penelitian Tindakan. Jakarta
Davis LE, Shalin SC, Tackett AJ. Current state of melanoma diagnosis and
treatment. Cancer Biol Ther. 2019;20(11):1366–79.
Domingues B, Lopes J, Soares P, Populo H. Melanoma treatment in
review. ImmunoTargets Ther. 2018;7:35–49.