Anda di halaman 1dari 3

Tinjauan Pustaka

Permintaan merupakan sesuatu hal yang dilakukan individu atau kelompok sebagai
konsumen untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa pada berbagai tingkat harga dan
waktu tertentu, juga disesuaikan dengan pendapatan yang tersedia. Permintaan terdiri dari
permintaan efektif, permintaan potensial, dan permintaan absolut yang disesuaikan berdasarkan
daya beli konsumen akan barang dan jasa.

Harga barang merupakan faktor utama yang mempengaruhi banyak atau sedikitnya
permintaan yang dilakukan konsumen, selain harga barang substitusi dan barang komplementer,
pendapatan konsumen, intensitas kebutuhan, selera konsumen, jumlah penduduk, distribusi
pendapatan, usahausaha produsen meningkatkan penjualan (periklanan), dan ekspektasi
konsumen tentang harga. Karena yang pertama kali diperhatikan dan dipedulikan konsumen
dalam melakukan permintaan barang dan jasa adalah harganya.

Terjadinya perubahan harga barang atau jasa menyebabkan jumlah permintaan akan
barang atau jasa ikut berubah, meskipun faktor-faktor di luar harga dianggap konstan dan salah
satu faktor di luar harga berubah. Hal ini berarti jika pendapatan konsumen naik maka
permintaan akan bertambah. Sebaliknya, jika pendapatan konsumen turun maka permintaan akan
turun. Tetapi pada barang yang memiliki unsure spekulasi, barang-barang prestise, dan barang
Giffen, hukum permintaan tidak berlaku.

Dalam suatu penelitian diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada
sebelumnya yang berkaitan dengan penetian tersebut.

Banyaknya jenis cabe yang beredar di pasar dan mempunyai peminatnya masing-masing,
mengharuskan produsen untuk mengetahui apa yang menjadi kesukaan konsumen serta
menentukan yang terbaik berdasar preferensi konsumen (Tomi Prasetya,2019). Penelitian ini
menggunakan metode analisa deskriptif kuantitatif untuk mempermudah pemahaman terhadap
karakteristik dan proses penentuan keputusan dalam pembelian cabe merah oleh renponden.
Penilaian preferensi konsumen terhadap cabe merah diukur dengan menggunakan skala likert,
dengan nilai yang sangat penting dengan point 5, penting dengan point 4, biasa aja dengan point
3, tidak penting dengan point 2, dan yang sangat tidak penting dengan point 1. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa preferensi konsumen di Kecamatan Tembilahan terhadap cabe merah
adalah berwarna merah cerah, permukaan kulit yang halus mengkilat, dan tingkat kepedasan
tinggi. Dalam pembelian cabe secara berturut-turut, diketahui bahwa atribut yang paling
dominan dalm pertimbangan konsumen adalah warna (13.32), permukaan kulit (12.69) dan
tingkat kepedasan (15.34).
Sedangkan hasil penelitian dari Herman Supriadi dan Wahyuning Kusuma Sejati (2018)
yang berjudul “Perdagangan Antar Pulau Komoditas Cabai di Indonesia: Dinamika Produksi dan
Stabilitas Harga”. Stabilisasi produksi cabai merah di Pulau Jawa dan Sumatera Barat sangat
menentukan stabilitas harga di wilayah lain, terutama di wilayah Jawa, Sumatera dan
Kalimantan. Produksi cabai di Sumatera Barat walaupun surplus masih belum memenuhi
permintaan dari provinsi sekitarnya. sehingga perlu mengimpor dari Jawa. Arus distribusi cabai
dari DIY dan Jawa Tengah yang masuk ke Provinsi Sumatera Barat cenderung meningkat pada
bulan Mei sampai dengan Agustus (kecuali bulan Juli) dan tidak nampak adanya peak season.
Pengiriman cabai dari Sumatera Barat terutama ke Provinsi Riau terus meningkat dari tahun ke
tahun, khususnya untuk cabai merah keriting. Upaya Pemerintah melalui Kementerian
Perdagangan dan Kementerian Pertanian untuk stabilisasi harga cabai merah, menjaga
keseimbangan antara daerah surplus dan defisit, serta memperkecil disparitas harga antardaerah
sejauh ini banyak mengalami kendala antara lain rendahnya produksi sehingga permintaan
kurang terpenuhi dan tingginya biaya transportasi pengangkutan. Upaya pemerintah melalui
Kementerian Pertanian dengan membangun stasiun agribisnis (STA) dibeberapa sentra produksi
cabai, antara lain di Jawa Barat, belum efektif menampung dan memasarkan hasil petani keluar
wilayah dengan harga yang layak karena petani cabai sebagian besar sudah dikuasai oleh
pedagang-pedagang besar yang berkemampuan melakukan perdagangan antarwilayah. Produksi
cabai perlu ditingkatkan jumlah maupun kontinyuitasnya, karena sangat besar pengaruhnya
terhadap pasokan, permintaan pasar dan harga. Upaya pengembangan cabai di luar musim (off
season) masih memungkinkan apabila dilengkapi dengan pompa air dan irigasi tetes. Hasil
analisis efek kausal dan identifikasi pasar dominan yang menjadi penentu harga di pasar lain,
serta dinamika jangka pendek pasar beras cabai merah menunjukkan adanya kecenderungan
yang umum yang menentukan harga komoditas. Hasil analisis menunjukkan adanya keterkaitan
harga antarpasar untuk cabai merah dengan derajat integrasi pasar yang relatif sempurna. Terkait
dengan dinamika jangka pendek, terbukti bahwa harga cabai merah besar di pasar Semarang
masih menjadi penjelas harga di pasar lainnya. Harga cabai merah keriting di pasar Padang juga
terbukti secara signifikan menjelaskan variasi harga cabai merah keriting di pasar lain. Secara
umum beberapa faktor yang menjadikan harga komoditas pertanian di tingkat produsen tertekan
adalah karena meningkatnya biaya produksi, informasi yang tidak asimetri dan rendahnya daya
tawar dengan pelaku pemasaran di sepanjang rantai pasok
Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Rahmatun Fauza, Zakiah, dan Suyanti
Kasimin (2018) dari jurnalnya yang berjudul “Analisis Preferensi Konsumen terhadap Komoditi
Tomat dan Cabai Merah di Kota Banda Aceh”. Tersedianya tomat maupun cabai dalam jumlah
yang banyak maka konsumen mempunyai peluang lebih besar dalam memilih produk sesuai
yang dibutuhkan. Tetapi jika ketersediaan tomat maupun cabai terbatas, maka konsumen tidak
mempunyai banyak pilihan. Dengan demikian, Produsen harus mengetahui hal-hal yang menjadi
preferensi konsumen supaya dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Penelitian ini menggunakan
kuesioner untuk membantu dalam meneliti dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kuantitatif. Dalam menganalisa data penelitian ini menggunakan skala likert dan konjoint.
Sedangkan dalam mengurutkan tingkatan jawaban oleh responden menggunakan metode
scoring. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa preferensi konsumen terhadap buah tomat
secara keseluruhan berasal dari medan dengan nilai part-worth sebesar 0,385, tomat dengan
harga terendah atau Rp 8.000,- dengan nilai part-worth sebesar 0,101, tomat yang memiliki.daya
tahan selama 6-9 hari dengan nilai part-worth 0,056, tomat dengan tingkat kesegaran sangat
segar dengan nilai part-worth sebesar 0,194 dan buah tomat dengan rasa manis dengan nilai
part-worth sebesar 0,029. Preferensi konsumen terhadap cabai merah dapat dilihat dari nilai
kegunaan yang paling dominan diantara atribut yang lain. Sedangkan preferensi konsumen
terhadap cabai merah secara keseluruhan adalah cabai merah keriting dengan nilai part-worth
sebesar 0,24, dengan harga cabai merah terendah atau Rp 34.000,- dengan nilai part-worth
0,415, cabai merah yang memiliki daya tahan selama 5-6 hari dengan nilai part-worth sebesar
0,53, tingkat kesegaran cabai merah dengan part-worth sebesar 0,068 dan tingkat kepedasan
cabai merah yang pedas dengan part worth sebesar 0,70.

Anda mungkin juga menyukai