Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA

KELEMBABAN UDARA

(ACARA 2)

Disusun oleh

Nama : Joseline Pienny Jumadi

NIM : 021 200 041

Fakultas / Program Studi : Teknik Industri / D3 Teknik Kimia

Hari / Tanggal / Plug : Jumat / 06 November 2020 / B

Dosen Pembimbing : Susanti Rina Nugraheni, ST, M. Eng.

LABORATORIUM FISIKA

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
FISIKA
KELEMBABAN UDARA
(ACARA 2)

Disusun oleh

Nama : Joseline Pienny Jumadi

NIM : 021 200 041

Fakultas / Program Studi : Teknik Industri / D3 Teknik Kimia

Hari / Tanggal / Plug : Jumat / 06 November 2020 / B

Dosen Pembimbing : Susanti Rina Nugraheni, ST, M. Eng.

Yogyakarta, 2020
Disetujui
Dosen Pembimbing

Susanti Rina Nugraheni, ST, M. Eng.


KATA PENGANTAR

Puji syukur praktikan ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga praktikan dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Fisika yang berjudul “Kelembaban Udara”
tepat pada waktunya.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktikum Fisika
pada prodi D3 Teknik Kimia, Fakultas Teknik Industri, UPN “Veteran”
Yogyakarta yang disusun berdasarkan hasil praktikum dan referensi yang telah
didapat.
Pada kesempatan ini praktikan mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Susanti Rina Nugraheni, ST, M. Eng. dan Ibu Dwi Yudha A, ST. selaku
dosen pembimbing dan asisten pembimbing yang telah membimbing
praktikan selama praktikum berlangsung.
2. Teman-teman sesama praktikan yang telah bekerja sama selama praktikum
berlangsung.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Praktikan menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih memiliki
banyak kekurangan, maka dari itu praktikan mengharap kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Demikian semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat serta dapat
memperluas pengetahuan bagi praktikan maupun pihak lain yang
membutuhkannya.

Yogyakarta, 06 November 2020

Penulis

Joseline Pienny Jumadi


ACARA 2
KELEMBABAN UDARA

I. TUJUAN
Menentukan kelembaban udara

II. DASAR TEORI


Jika tekanan uap air dalam udara mencapai maksimum, maka mulai terjadi
pengembunan. Misalnya, tekanan uap air maksimum pada 30˚C adalah 31,66 mmHg. Jika
ada udara dengan temperatur 30˚C mengandung uap air yang memberikan tekanan arah
sebesar 17,55 mmHg, berarti tekanan arah oleh uap air masih di bawah tekanan
maksimum, maka tidak akan terjadi pengembunan.
Jika temperatur udara turun menjadi 20˚C maka mulailah terjadi pengembunan
karena tekanan maksimum uap air pada 20˚C adalah 17,55 mmHg. Temperatur di mana
terjadi pengembunan disebut titik embun. Jika temperatur udara terus turun, maka
terjadilah awan dan hujan sehingga mengurangi jumlah molekul-molekul uap air dalam
udara sedemikian rupa sehingga tekanan uap air dalam udara tidak melebihi tekanan
maksimumnya.
Misalnya, jika temperatur turun sampai 18˚C, dengan terjadinya pengembunan dan
hujan, maka tekanan udara tidak akan melebihi 15,49 mmHg karena tekanan maksimum
uap air pada 18˚C adalah 15,49 mmHg.

Definisi:
Kelembaban mutlak adalah massa uap air dalam udara per satuan volume.
Kelembaban relatif adalah perbandingan antara massa uap air per satuan volume dalam
udara dengan massa uap air per satuan volume itu jika tekanannya sama dengan tekanan
maksimum uap air pada temperatur udara.

Kelembaban Tekanan air dalam udara (2.1)


relatif = uap

Tekanan maksimum air pada temperatur


uap udara
Cara I:
Percobaan dilakukan dengan sling psychrometer yakni dua termometer yang
salah satu ujungnya dibasahi dengan air dan ujung lainnya kering, diletakkan pada
suatu batang dan diputar cepat. Hal ini efeknya sama dengan meletakkan dua
termometer ditempat yang anginnya meniup dengan kencang. Akan terlihat bahwa
termometer yang basah akan menunjukkan temperatur yang lebih rendah daripada
yang kering. Ini disebabkan sekeliling ujung termometer basah terdapat uap air
jenuh sedangkan tekanan uap air di sekitarnya jauh lebih kecil. Dengan kata lain,
molekul-molekul uap air di dekat ujung lebih rapat daripada yang jauh dari ujung
itu. Hal ini berakibat terjadinya difusi, yakni molekul-molekul uap air di dekat
ujung bergerak keluar menjauhi ujung, atau dari tempat yang rapat ke tempat yang
kurang rapat sehingga ujung itu selalu basah. Jadi, pada keadaan seimbang harus
terdapat uap air jenuh pada permukaannya, sehingga terjadilah penguapan terus-
menerus pada permukaan ujung itu.
Karena untuk penguapan dibutuhkan panas, maka pada keadaan seimbang
temperatur ujung harus lebih rendah daripada temperatur sekitarnya agar terjadi
penghantaran panas dari sekitarnya menuju ujung ini. Berdasarkan pemikiran
ini,Clerk Maxwell memperhitungkan bahwa massa uap air yang diuapkan per detik
tergantung pada perbedaan antara tekanan uap pada permukaan dengan tekanan
uap di sekitarnya dan tergantung pula pada konstanta difusi. Kemudian
diperhitungkan pula jumlah panas per detik yang diterima oleh ujung dari
sekitarnya secara penghantaran dan pemancaran yang tergantung pada daya pancar
udara dan perbedaan antara temperatur di permukaan ujung dengan temperatur
sekitarnya.Jumlah panas ini harus sama dengan panas yang diperlukan untuk
penguapan. Dengan penjelasan itu dapat diturunkan persamaan:
P = Pm-0,00066 B (t – tb) (2.2)
dengan: P = tekanan uap air dalam udara
P = tekanan uap air maksimum pada temperatur udara
m
B = tekanan barometer
t = temperatur yang ditunjukkan oleh termometer kering
t temperatur yang ditunjukkan oleh termometer basah
b
=
Dari hasil-hasil pengamatan t, tb, B, dan hasil pembacaan pada tabel untuk Pm dan massa
jenis uap air, hitunglah:
a) Kelembaban relatif
b) Titik embun
c) Kelembaban mutlak

Cara II:

Dengan memakai dew point hygrometer, yakni dalam bumbung-bumbung yang


berdinding luar mengkilat dimasukkan termometer dan ether. Ether dipaksa menguap
dengan menghembuskan udara ke dalam bumbung itu yang mengakibatkan temperatur
ether turun dan ini dapat dibaca pada termometer yang tersedia, yang ujungnya sampai titik
embun, maka mulailah terjadi pengembunan pada dinding luar bumbung. Ini terlihat
dengan terjadinya kesuraman pada dinding yang mengkilat itu. Percobaan dilakukan
dengan menghembuskan udara sampai mencapai titik embun. Kemudian dibiarkan sampai
embun mulai hilang dan seterusnya. Temperatur waktu mulai terjadi pengembunan dan
waktu mulai hilangnya embun dicatat. Rata-rata dari dua harga ini memberikan titik embun
dan percobaan diulangi beberapa kali. Hitunglah:
a) Kelembaban relatif
b) Kelembaban mutlak
III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Termometer
2. Dew point hygrometer
3. Sling psychrometer
4. Geklas beker
5. Pipet tetes
6. stopwatch

B. Bahan
1. Aquades
2. Ether
C. Rangkaian Alat
IV. CARA KERJA

a. Sling Psychrometer
Menyiapkan alat dan bahan

Membasahi kapas yang berada di ujung thermometer

Memutar sling psikometer pada waktu tertentu dan mencatat suhu (T basah
dan T kering)

b. Dew Point Hygrometer


Mengukur volume eter sebanyak 10 ml

Memasukkan eter pada bumbungannya kemudian menutup rapat

Memompa hingga bumbung menjadi buram (tanda bahwa eter


sudah mengembun)

Mencatat suhu pada titik embunnya

Mendiamkan sampai embunnya menghilang dan mencatat suhunya


V. DATA PERCOBAAN

Temperatur Udara = 28 OC (Suhu Percobaan)


Tekanan Barometer = 745 mmHg
Cara 1. Sling Psychrometer
Temp. Temp. Tekanan air Tekanan maksimal ρ x 10-6
kering basah pada udara (P) uap air (Pm)
(tk) (tb)

27 24 20,9249 22,40 21,78

28 23 18,6315 21,09 20,58

27 24 20,9249 22,40 21,78

Lembab relatif (e) Lembab mutlak (M) Titik embun (te)

0,9339285714 20,32074 .10-6 22,98398169

0,8833570412 18,17214 . 10-6 21,28929068

0,9339285714 20,32074 .10-6 22,98398169

Cara 2. Dew Point Hygrometer


Temp. Temp. mulai Tekanan air Tekanan ρ x 10-6
kering mengembun pada udara (P) maksimal uap
(tk) (tb) air (Pm)

27 24 23,28075 26,77 25,77

28 24 24,2566 28,28 27,23

27 23 22,3049 26,77 25,77

Lembab relatif (e) Lembab mutlak (M) Titik embun Temp. embun
(te) hilang

0,9498164014 22,619487 .10-6 25,5 25

0,9607765451 23,421866 .10-6 26 25

0,9377628259 21,801525 .10-6 25 25


VI. PERHITUNGAN
VII. PEMBAHASAN
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Kelembaban udara
menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban
mutlak maupun kelembaban relatif. Pada percobaan ini kelembaban udara dilakukan
dengan menggunakan alat sling psychrometer dan dew point hygrometer.
Percobaan menggunakan sling psychrometer dilakukan dengan membasahi salah
satu ujung termometer kemudian melakukan pemutaran terhadap sling psychrometer,
kemudian setelah 3 menit pemutaran dilakukan pengamatan terhadap temperatur
termometer kering dan basah. Temperatur termometer kering hasil percobaan 27 OC, 28 OC
dan temperatur termometer basah 24 OC, 23 OC. Temperatur termometer basah lebih rendah
dari termometer kering dikarenakan setelah pemutaran terdapat uap air jenuh pada
permukaannya.
Percobaan menggunakan dew point hygrometer berfungsi untuk mengetahui titik
embun sampel eter dengan menggunakan bumbung berdinding mengkilat. Eter
dimasukkan ke dalam bumbung kemudian dihembuskan udara menggunakan pompa yang
terangkai dengan termometer dan sumbat (penyumbat). Eter akan menguap dan
menimbulkan pengembunan di dinding bumbung. Suhu mulai terjadinya pengembunan 24
O
C, 24 OC, 23 OC dan suhu hilangnya embun pada 25 OC.
Kelembaban relatif adalah perbandingan massa uap air per satuan volume udara
dengan massa uap air per satuan volume jika tekanannya sama dengan tekanan maksimum
uap air pada temperatur udara. Atau dapat diketahui melalui perhitungan rumus e = P / Pm
dan P = Pm - 0,00066 B (tk - tb).
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, Pm (tekanan uap air maksimum)
dihitung dengan interpolasi karena tidak ada di dalam tabel. Pm percobaan 24,51 OC
tekanan uap air di dalam udaranya (P) adalah 23,28075 OC dan kelembaban relatif (e)
adalah 0,9498164014.
Titik embun pada dew point hygrometer didapat melalui perhitungan rata-rata dari
suhu kering dan suhu mulai mengembun.

VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa pada percobaan sling
psychrometer diperoleh:

● Kelembaban relatif 0,9339285714 dan 0,8833570412


● Kelembaban mutlak 20,32074 .10-6 dan 18,17214 . 10-6
● Titik embun berada pada suhu 22,98398169 OC dan 21,28929068 OC,
sedangkan pada percobaan dew point hygrometer diperoleh:
● Kelembaban relatif 0,9498164014; 0,9607765451; dan 0,9377628259
● Kelembaban mutlak 22,619487 .10-6; 23,421866 .10-6; dan 21,801525 .10-6
● Titik embun berada pada suhu 25,5 OC; 26 OC dan 25 OC.
IX. DAFTAR PUSTAKA

Subagyo, Purwo. Sri Wahyu Murni dan Siswanti. 2020. Buku Petunjuk Praktikum Fisika.
Yogyakarta: UPN “Veteran” Yogyakarta

http://hasnahmega.blogspot.com/p/laporan-kelembapan.html (diakses pada Jum’at, 6


November 2020)
X. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai