Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DASAR-DASAR SAINS

“PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA DI EROPA DAN DUNIA ISLAM ”

Dosen Mata Kuliah: Imam Pramana, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2

Musfira Ananda Aulia Putri (10900121085)

Eka Suci Rahmadani (10900121091)

Citra Dewi (10900121074)

Dimas Umar (10900121079)

Muhammad Fahrul (10900121067)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

PRODI ILMU FALAK

2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, panjatkan
puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan Pola
Pikir Manusia di Eropa dan Dunia Islam”.
Adapun makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada teman-teman dan juga Bapak Imam
Pramana, S.Pd.,M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah Dasar-Dasar Sains yang telah memberikan
referensi kepada kami, untuk membuat Makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasa, maupun segi
lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya
bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami. Sehingga, dapat
memperbaiki makalah tentang “Perkembangan Pola Pikir Manusia di Eropa dan Dunia
Islam”. Kami berharap semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan pemahaman bagi pembaca.

Makassar, 27 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

A. Perkembangan Pola Pikir Manusia di Eropa dan Dunia Islam.................2-4


B. Perkembangan Pola Pikir Manusia di Eropa............................................4-5
C. Perkembangan Pola Pikir Manusia di Dunia Islam..................................5-6
D. Zaman Penerjemahan oleh orang-orang Arab..........................................7-9
E. Buku-buku Ilmiah...................................................................................9-10
F. Ilmu Hikmah.........................................................................................10-11
G. Buku-buku Filsafat.....................................................................................11
BAB III PENUTUP..........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki ciri yang khas yang tidak dimiliki makhluk lain (Hewan,
Tumbuhan) karena  antara manusia, hewan dan tumbuhan, sama-sama memiliki rasa haus dan
lapar untuk mempertahankan hidupnya (Naluri Mempertahankan diri) juga memiliki  rasa
untuk melangsungkan hasrat biologisnya (Dorongan Seksual) untuk  mempertahankan dan
melestarikan keturunan.
Dan ciri khas yang tidak dimiliki makhluk lain (Hewan, Tumbuhan) adalah “AKAL”.
Dengan akal, manusia bisa berfikir akan hal yang baik atau buruk dan menyadari bahwa dia
adalah makhluk ciptaan Allah SWT, maka munculah dalam diri manusia, kesadaran untuk 
tunduk, patuh, kepada yang menciptakanya (Naluri Beragama).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Makalah yang ingin dibahas yaitu:

1. Bagaimana Perkembangan pola pikir manusia di Eropa?


2. Bagaimana Perkembangan pola pikir manusia di Dunia Islam?
3. Bagaimana Zaman Penerjemahan oleh orang-orang Arab?
4. Bagaimana Penjelasan tentang Buku-buku Ilmiah?
5. Bagaimana Penjelasan tentang Ilmu Hikmah?
6. Bagaimana Penjelasan tentang Buku-buku Filsafat?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Perkembangan pola pikir manusia di Eropa.
2. Untuk Mengetahui Perkembangan pola pikir manusia di Dunia Islam.
3. Untuk Mengetahui penjelasan pada Zaman Penerjemahan oleh orang-orang
Arab.
4. Untuk Mengetahui penjelasan tentang Buku-buku Ilmiah.
5. Untuk Mengetahui penjelasan tentang Ilmu Hikmah.
6. Untuk Mengetahui penjelasan tentang Buku-buku Filsafat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pola Pikir Manusia di Eropa dan Dunia Islam

Perkembangan pemikiran islam telah tumbuh sejak abad ke-2 Hijriah atau abad ke-8
masehi. Sejak masa Nabi Muhammad saw, benih-benih pertumbuhan pemikiran islam telah
ada hingga pada masa Khulafa Ar-Rasyidin. Adapun pemikiran filsafat Islam baru dikenal
pada abad ke-3 H, yaitu dengan munculnya Al-Kindi (w.260 H), yang dianggap sebagai filsuf
Islam pertama.
Sejarah Peradaban Islam mengenal empat disiplin keilmuan, yaitu kalam, fiqih,
tasawuf dan falsafah. Ilmu kalam dalam pembahasannya diarahkan pada segi ketuhanan
berserta eksisten-Nya. Ilmu fiqih membidangi segi-segi formal peribadatan dan hukum
sehingga tekanan Orientasinya sangat Eksoterik mengenai hal-hal yang Dzahiriah. Ilmu
tasawuf membidangi segi-segi penghayatan dan pengamalan keagamaan yang bersifat
pribadi, sehingga tekanan orientasinya bersifat esoterik, mengenai hal-hal batiniah. Adapun
filsafat membidangi hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif tentang kehidupan dan
lingkungan secara luas1.
Kemajuan yang pesat dalam hal pemikiran, memunculkan konflik baru, dimana
adanya gejala penekanan yang berlebihan dalam salah satu bidang disiplin ilmu dan
menafikan disiplin ilmu lainnya. Muncul klaim-klaim kebeneran di kalangan pengikut
disiplin ilmu tertentu. Bahkan, menurut Al-Ghazali (t.t:14-15), mereka mengklaim disiplin
ilmunya sebagai ilmu yang hukumnya fardhu untuk dipelajari umat islam. Penekanan yang
parsial tersebut menyebabkan berkurangnya pandangan tentang ketentuan dan keutuhan
kebenaran-kebenaran bagaikan pecahan kaca yang berserakan, dan setiap orang mengklaim
terhadap pecahan kaca yang sedang dipegangnya sebagai sebuah cermin yang utuh atau
sebagai kebenaran yang esensial. Contoh konflik karena klaim kebeneran, misalnya peristiwa
mihnah, eksekusi al Hallaj, suhrawardi, bahkan di Jawa dikenal kisah Syekh Siti Jenar.
Pada masa Khulafa Ar Rasyidin pun banyak muncul peristiwa politik yang berujung
pada konflik horizontal. Diantaranya, masalah penggantian khalifah, perang shiffin, dan
peristiwa lainnya. Selain itu, muncul pula masalah takdir yang tercatat tiga khalifah
menghadapi masalah tersebut2. Khalifah Umar bin Khatab pernah menghukum seorang
pencuri dengan hukuman ganda, yaitu potong tangan dan dicambuk dengan pelapah kurma,
dengan alasan karena dia, disamping mencuri, juga karena takdir Tuhan. Khalifah Utsman

1
Rizal, Fahrul, Antroposentris, Geosentris, Heliosentris, Galaktosentris, Asentris.
2
Mawardi, Drs. dkk., IAD,ISD,IBD, Bandung, PustakaSetia

2
bin Affan saat menjelang terbunuhnya sempat menolak anggapan kaum pemberontak yang
mengatakan bahwa yang telah melemparnya dengan lembing itu bukan mereka, tetapi Allah.
Utsman menjawab “jika Allah yang melemparku, tentu Dia tidak menyalahkan tindakanku”.
Khalifah Ustman memisahkan antara takdir dan tanggung jawab manusia. Adapun khalifah
Ali bin Abi Thalib menghadapi pertanyaan salah seorang tentaranya dalam perjalanan
menuju medan perang menghadapi Mu’awiyah “apakah  ini merupakan takdir Tuhan?” lalu
Ali menjawab bahwa takdir Tuhan tidak berarti seseorang terpaksa melakukan suatu
perbuatan, tetapi dia melakukan perbuatan itu dengan kemampuan memilih, karena disinilah
terletak tanggung jawabnya3.
Pemikiran ilmiah manusia terus berkembang. Banyak orang Arab yang mempelajari
filsuf sekaligus ilmu alam, misalnya kedokteran, kimia, fisika dan matematika. Salah satunya
Al-Harits bin Kaldah Ats-Tsaqafi yang belajar ilmu kedokteran di Jundisabur, Persia. Ia
adalah Dokter Arab yang menjadi rujukan kesehatan Nabi saat Saad bin Abi Waqash sakit.
Dari perguruan Jundisabur tersebut lahir sejumlah pemikir besar, seperti Euclide, Galenus,
Archimides, Ptolomeus, dan lain-lain, yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar ilmu
pengetahuan, seperti ilmu geometri, ilmu falak (astronomi), dan ilmu kedokteran.  Ilmu
kimia, fisika dan matematika. Alharits bin kaidah ats-tsaqfi yang belajr ilmu kedokteran
disalah satu universitas jundisabur, Persia ia adalah dokter arab yang menjadi rujukan 
kesehatan petunjuk Nabi SAW.
Ilmu filsafat Averroes (Ibnu Rusyd) yang sangat Aristotalian ke Eropa melalui
Cordova, telah diwarisi oleh kaum Parristik dan Skolastik muslim. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan filsafat modern mengarahkan hidupnya ke dunia sekuler, yaitu kehidupan
pembebasan dari kedudukannya yang semulooa merupakan subkoloni agama dan gereja pada
kehidupan yang sama sekali lepas dari nilai-nilai agama. Keilmuan barat modern yang
sekuler muncul karena Epistemology keilmuan Barat cenderung berbasis pada epistemology
kealaman, yakni kebenaran dilandaskan pada corak teologis yang natural, dinamis, dapat
dibuktikan secara Empiric4.
Dizaman skolastik, lahir ahli pikir Boethius yang dalam 44 tahun, dijatuhi hukuman
mati dengan tuduhan  berkomplot. Dia filsuf akhir Romawi dan filsuf pertama skolatik.
Zaman keemasan skolastik terjadi pada abad ke 13, ditandai  dengan membangunnya
sekolah-sekolah serta universitas yang meliputi guru dan mahasiswa, munculnya Ordo-ordo
yang baru merupakan faktor yang memengaruhi perkengkangan hidup intelektual, ordo
Fransiskan dan Ordo Fransiskus, dan adanya penemuan karya filsafat yunani (Aristoteles)
menjelaskan di bidang logika.
3
Paryono, Joko, Drs. dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Bandung, PustakaSetia
4
Mawardi, Drs., Hidayati, Ir. Nur. 2000. IAD-ISD-IBD. Dasar Sains, Bandung: CV. Pustaka Setia.

3
Sejarah keilmuan lebih berkembang mulai abad 14 dan 15 melalui ekspedisi-
ekspedisibesar, seperti vasco d agama ke india timur, dan Christopher colombus ke india
barat,dan mesin cetak ditemukan oleh johann Gutenberg. Tokoh filsuf yang lahir di London
adalah Francis Bacon dia menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat dapat mengubah
dunia, tokoh-tokoh renaisans, yaitu Francis Bacon, Descartes, Newton, Kepler, Nicolaus
Copernicus, Galileo, Lavoiser, Muller, Darwin, Koch, Pasteur dan kawan-kawan
mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan ilmiah5. Newton, Kepler, Copernicus, Galileo
itulah  4 orang besar yang menonjol keahlianya dalam menciptakan ilmu pengetahuan, pada
zaman pertengahan berakhir pada saat yang tidak jelas karena batas-batas pemikirannya.
Pencarian kebenaran dan esensi alam dilakukan oleh para filsuf dan para ilmuwan
muslim, dianataranya Al-kindi, ia membagi ilmu pada 3 bagian, yaitu ilmu fisika, ilmu
matematika, ilmu ketuhanan. Alasan pembagian tersebut adalah ilmu berhubungan dengan
sesuatu yang dapat di indra, bersifat fisikal (ilmu fisika) ilmu adakalanya berhubungan 
dengan benda, tetapi mempunyai wujud tersendiri, yaitu matematika yang terdiri dari ilmu
hitung tehnik, astronomi, dan musik. Ada pula yang tidak berhubungan dengan benda sama
sekali, yaitu ilmu ketuhanan. Di abad pertengahan, alfarobi sangat terkenal sehingga banyak
orang Yahudi yang mempelajari karanagannya kemudian menyalinnya ke dalam bahasa
ibrani. Salinannya masih tersimpan di Perpustakaan-perpustakaan Eropa hingga sasat ini6.
Bagi al-farabi, tujuan ilmu dan agama sama, yaitu mengetahui semua wujud, karena
wujud meliputi ilmu matematika, fisika, metafisika. Masing-masing ilmu tersebut
mempunyai bagian-bagian yang perlu di ketahui. Menurut Golongan ikhwanushafa,ilmu itu
bertingkat-tingkat, cinta kepada ilmu dan mengetahui hahikat wujud menurut kesanggupan
manusia, berkata dan berbuat sesuai dengan ilmu. Lapangan ilmu ada 4, yaitu matematika,
logika, fisika, dan ilmu ketuhanan.

B. Perkembangan Pola Pikir Manusia di Eropa

Perkembangan pola pikir manusia di Eropa ini mulai timbul pada masa abad
permulaan ke 14. di Eropa mulai berkembang dalam ilmu pengetahuan sejak zaman itu,
sampai sekarang eropa masih menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan bagi umat
umumnya. Permulaan perkembangan itu dipelopori oleh Roger Bacon (1214-1240) yang
menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan juga
penelitian7.

5
Mawardi, 2007 : 15 – 20 ;Hendro Darmojo, 1999 Ilmu Sains: 11-15 ; Maskoeri Jasin, 1999 : 5-9
6
Juhji  Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia 2011,htm.

7
Mawardi, Drs., Hidayati, Ir. Nur. 2000. Dasar-dasar ilmu sains IAD-ISD-IBD. Bandung: CV. Pustaka Setia.

4
Tokoh – tokoh lain yang juga sebagai pelopor di Eropa yaitu Copernicus, Tico Beoche,
Kepper dan Galileo. Mereka juga mengembangkan pengetahuan yang didasarkan
pengalaman. Perkembangan menjadi sangat pesat setelah di tulisnya buku Novum Organum
oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam
mengembangkan pengetahuan dengan menguraikan metodenyaitu semua didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengamalan
2. Pengumpulan data yang secara sistematis
3. Analisis :
a. Langsung
b. Perbandingan
c. Matematis

C. Perkembangan Pola Pikir Manusia di Dunia Islam

Islam bukan hanya sebuah agama, tetapi juga basis Peradaban yang sangat luas yang
menyebar di Atlantik ke pasifik dan mencakup kehidupan banyak kelompok etnis termasuk
Arab, Persia, Indo, Pakistan, Malaysia, Cina, Afrika, Turki, dan lain-lain. Peradaban yang
luar biasa ini telah menghasilkan sejumlah gerakan yang spiritual, aliran, teologi, filsafat dan
sains, yang berada diantara peradaban besar dan terkaya lain dalam wilayah kegiatan
intelektual. Untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang pengaruh agama Islam serta
wahyu Al-Qur’an, sangat penting untuk menengok berbagai aliran ini8.
Penting untuk menyadari bahwa selama berabad-abad para pemikir muslim
terkemuka menyumbangkan kepada setiap generasi apa yang dapat mereka pikirkan, agama
maupun yang berkenaan dengan dunia ini berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dalam iklim intelektual yang terjadi di Baghdad, beberapa pemikiran muslim tertentu mulai
berfikir tentang hubungan antara wahyu dengan akal dan berusaha mengharmoniskan ajaran
Islam dengan gagasan filsafat yang telah diterjemahkan dalam bahasa Arab. Yang pertama
dan terdepan diantaranya adalah Abu Ya’qub Al-Kindi, yang disebut sebagai “Filosof Arab”
dan dianggap sebagai perintis filsafat peripatetic 9. Abu Nasr Al-Farabi juga termasuk filosof
besar Islam kedua pada masaawal yang berdo’a dengan Al-Kindi, bukan berasal dari
Bahgdad atau irak tetapi dari kurasan dan Transociana. Di wilayah timur Islam, khususnya di
Persia, situasinya agak berbeda. Di tempat ini pada abad keenam, satu generasi sebelum Ibnu
Rosyid, muncul aliran filsafat baru yang dibangun oleh Syekh Al-Israf Syihab al-Din al-
Suhrawardi dengan karya karyanya yang terkenal adalah Hikmah Al-Israf (Filsafat
Pencerahan). Satu generasi setelah Suwardi, pada awal abad ketujuh, Nahir al-Din al-Din Al

8
Rizal, Fahrul, dkk. 2006. Antroposentris, Geosentris, Heliosentris, Galaktosentris, Asentris.
9
Paryono, Joko, Drs. dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Bandung, PustakaSetia, 1998.

5
Tuhsi, ahli matematika, astronom dan teolog terkenal yang juga seorang filosof besar,
berusaha menghidupkan kembali mazhab Ibnu Shina, Sejak saat itu, mazhab itu berkembang
di wilayah timur Islam khususnya di persia. Sampai abad 10 aliran Peripatetic yang
dihidupkan oleh Al-Tuhsi, yaitu mahzab pencerahan yang dibentuk oleh Suhrawardi, aliran
kalam, baik As’ariyah maupun syiah dan tasawuf teoritis mazhab Ibnu Arab 10. Semua
berkembang dan mulai semakin bercampur aduk menjadi satu. Dan juga Filosof terkenal dari
india seperti Syekh Akhmad Sirhingi dan Syekh Wali Allah dari Delhi, Pembaharu agama
terkemuka yang langsung terkait dengan garis Mazhab ini dihidupkan kembali pada abad ke
19 oleh para tokoh seperti Mulla ‘Ari Nuri, Mulla Ali Zunuri dan lain-lain hingga berlanjut
sampai sekarang. Sedangkan di Arab, ajaran ini dibawa oleh Jamal al Din al-Afghani ke
mesir pada abad ke 13/19 untuk menyalakan kembali lampu filsafat Islam di Negara-negara
arab.
a. Spiritualitas Islam
Pesoalan Spiritualitas Islam tentu saja berhubungan langsung dengan Alqur’an dan
Sunnah Nabi. Hal ini berdasarkan pada makna batin ayat-ayat firman Tuhan dan perilaku
nabi yang berkanaan dengan kehidupan batiniah. Dalam sejarah Islam, aspek tradisi ini
dikenal sebagia Al Thariqahila’ allah, yang makna literalnya berarti jalan menuju tuhan, dan
kemudian pada suatu waktu dalam kurun kedua abad Islam, dikenal dengan nama tasawuf.
Jalan menuju Tuhan diciptakan dari atas oleh tuhan sendiri sehingga umat manusia yang
melaksanakan syariah dan disucikan sebagai muslim pada saat yang sama juga dapat
menjalankan kebajikan batiniah, menjalankan agama dalam tingkatan yang paling dalam dan
mengacu sepenuhnya kepada sunah dan makna batiniah keyakinan mereka.
b. Teologi Islam
Disamping tradisi spiritual sufi yang kaya beragam dalam Islam, dan melahirkan
bentuk-bentuk teologi yang ekstensif dan silih berganti yang dikenal dalam pemikiran Islam
sebagai kalam11. Istilah ini mengacu pada pemahaman tentang firman Tuhan (kalam Allah)
atau Alqur’an pembangun bentuk pemikiran Islam ini adalah Ali bin Abi thalib yang juga
sekaligus mutakalim pertama atau ulama kaum kalam. Tidak ada keraguan bahwa diskusi
tentang kalam akan kembali pada periode masyarakat yang sangat awal.

D. Zaman Penerjemahan
Pada zaman dahulu, gagasan dan wawasan ditransfer dari satu budaya ke budaya yang
lain, terutama melalui para musafir dan pedagang. Secara bertahap, penerjemahan mulai
memainkan peran utama dalam perkembangan budaya dunia. Misalnya, penerjemahan

10
Mawardi,Bandung, PustakaSetia, 2007.
11
Juhji  Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia 2011

6
memainkan peran besar dalam pergerakan pengetahuan dari Yunani Kuno ke Iran, dari india
ke jazirah Arab, dari islam ke Kristen, dan dari Eropa ke Cina dan Jepang12.
Ada dua contoh historis besar bagaimana penerjemahan memperkenalkan satu budaya
ke budaya lain. Pertama adalah penerjemahan kitab suci Budha dari berbagai ragam bahasa
India ke dalam bahasa Cina. Kedua adalah penerjemahan karya-karya filfus dan ilmuwan
Yunani dari bahasa Yunani dan Syam ke dalam bahasa Arab, yang dengan demikian
memperkenalkan mereka dengan dunia Islam.
Seperti yang kita ketahui, kaum Muslimin mengenai banyak macam ilmu pengetahuan
sejak zaman pertengahan Kerajaan Bani Umayyah, diawali dengan diterjemahkannya ilmu
kedokteran oleh Warwan bin Al Hakam (64-65 H) dan kemudian dilanjutkan dengan ilmu-
ilmu pengetahuan yang lain. Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ia
menginginkan buku-buku pengetahuan yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat,
dikeluarkan dari perpustakaan untuk dipelajari dan dikembangkan oleh para muslimin. Sejak
saat itulah berbagai cabang ilmu pengetahuan sedikit-sedikit mulai diserap oleh dunia islam.
Dan pada puncaknya zaman Kekhalifahan Abbasiyah, penerjemahan dari buku-buku Yunani
sangat gencar dilakukan karena para Khalifahnya pun turut membantu dan mendukung upaya
tersebut sehingga dapat menghasilkan gerakan penerjamahan paling besar dalam sejarah,
sampai-sampai zaman tersebut dikenal dengan Zaman Penerjemahan.
Zaman Penerjemahan dimulai ketika Khalifah Abbasiyah. Khalifah Al-Mansyur
dianggap berjasa karena telah membawa Ibn Bakhtyashu, seorang tabib yang berkecimpung
dalam kegiatan penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa arab, ke kota Baghdad.
Al-Mansyur juga meminta bantuan kepada IbnuBatriq, salah satu dari para penerjemah yang
menjadi pionir dalam penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa arab, dan terkenal
karena penerjemahannya terhadap banyak karya Galen dan Hippocrate s. Al Mansyur
berhasil membangun kota Baghdad yang kemudian menjadi mercusuar di Timur dan menjadi
jantung peradaban Islam dalam waktu kurun yang sangat panjang. Kota Baghdad yang
iadirikan mampu menjadi pusat peradaban Islam dan ilmu pengetahuan.
Pada tahun 215 H, Khalifah Al Ma’mun, ia memprakasai pendidikan dan karya-karya
ilmiah yang menjadikan penerjemahan sebagai pengabdiannya, bahkan ia juga mengirimkan
misi kepada kepada orang-orangnya untuk pergi ke Byzantium serta mengundang dan
mendukung para Yahudi dan Kristen untuk menerjemahkan manuskrip-manuskrip Yahudi ke
dalam bahasa Arab. Ia juga mendirikan sebuah akademi penerjemhan dengan nama Baitul
Hikmah. Untuk ituia mengangkat beberapa orang kepala bagian dan dibantu dengan sejumlah
penulis dan redaktur yang mengenal bahasa Yunani, disamping bahasa Arab ynagmereka
kuasai dengan baik.

12
Jasin Maskoeri, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, PT Grafindo Persada

7
Diantara orang-orang tersebut ialah Hunain bin Ishaq yang mengusai bahas Yunani
dengan sangat lancar, sehingga sebagian riwayat mengatakan ia hafal sya’ir-sya’ir Homerus
dan sering mendendangkannya di jalan-jalan Baghdad. Khalifah Al- Mutawakkil
mengangkatnya sebagai kapala penerjemah dibantu oleh beberapa ahli bahasa seperti
Stephanus bin Basil, Hubaisyi, Musa Attarjuman dan lain-lain. Selain itu Hunain juga telah
menerjemahkan karya-karya yang ditulis oleh Galenus dan juga Aristoteles, mulai dari ilmu
kedokteran, logika, filsafat hingga ilmu jiwa. Barangkali Hunainlah sebagai penerjemah
terbesar karya-karya klasik, terutama karya Helenistik ke dalam bahasa Arab yang boleh jadi
terjemahannya sama pentingnya dan sama berpengaruhnya dengaterjemahan karya-karya
bahasa arab ke dalam bahasa latin oleh Gerard dari Cremona, selama paruh kedua abad kedua
belas. Hunain mempunyai 90 murid penerjemah di bawah pengawasannya dan telah
menerjemahkan ratusan buku bahasa Persia dan Yunani13.
Gerakan penerjemahan berlangsung terus sejak abad ke 3 Hijriyah.Beberapa jenis buku
diterjemahkan lebih dari satu kali. Jika terjemahan pertama dinilai kurang baik karena lebih
bersifat harfiah dan kurang mengutamakn makna,maka buku yang telah diterjemahkan itu
diulang kembali penerjemahannya. Dengan cara itu, maka sebagian besar pusaka pemikiran
asing selesaiditerjemahkan dalam bahasa Arab dengan sempurna.
Masa keemasan penerjemahan dari bahasa yunani ke bahasa arab terjadi pada abad
kesembilan. Kaum muslim menjadi alat ukur standar bagi peradaban, yang sebagian besar
dikarenakan banyaknya karya-karya yang telahditerjemahkan ke dalam bahasa arab. Pada
abad kesembilan Bagdad benar-benar menjadi pusat ilmu pengetahuan. Penerjemahan-
penerjemahan yang telah dihasilkan selama 900 tahun menjadi anti-klimaks bagi karya-karya
yang ditulis selama ratusan tahun sebelumnya14. Teks-teks Yunani klasik dalam bidang
matematika dan medis telah selesai diterjemahkan. Akan tetapi, antara periode 900-1000
tahun bukan berarti tidak ada aktivitas atau usaha-usaha yang terorganisir untuk
mengembangkan karya-karya terjemahan. Aktivitas itu terus ada walaupun intensitasnya agak
menurun
Masa penerjemahan (the age of translation) yang berlangsung hampir 150 tahun (750-
900 M), merupakan masa bagi berlangsungnya kreatifitas murni dan pengaruh intelektual
muslim. Dan secara garis besar ada dua periode penerjemah pada masa Abbasiyah.
Penerjemahan telah terbukti menjadi sesuatu yang memainkan peranan utama. Aktivitas
penerjemahan memungkinkan suatu kebudayaan dapat mempelajari kebudayaan lainnya dan
hasil yang diperoleh melalui penerjemahan ini lebih menakjubkan dari pada kemenangan dan
penguasaan wilayah-wilayah lain. Sebagaimana proses penerjemahan telah membawa Islam
ke puncak kepemimpinan budaya dan peradaban, maka proses penerjemahan itu pula yang
13
Mawardi,Bandung, PustakaSetia, 2007.
14
Rizal, Fahrul, dkk. 2006. Antroposentris, Geosentris, Heliosentris, Galaktosentris, Asentris.

8
telah membangunkan Eropa dari tidur panjangnya dan membawa dunia barat meraih
kemajuannya, yaitu ditandai dengan masa renaissance.

E. Buku-buku Ilmiah
Diantara buku buku ilmiah adalah aritmatik dan ilmu geometri. Orang arab menaruh
perhatian pada buku yang mereka sebut dengan Al Ushul karangan Euclide, ahli ilmu
geometri yang hiudup pada abad ke 3 sebelum masehi. Iamenonjol dalam ilmu tersebut di
kota Iskandariyah di zaman Ptolomeus I. Ia menulis sebuah buku yang dibagi kedalam tiga
belas makalah. Enam makalah pertama mengenai geometri, makalah ketujuh hingga
kesepuluh mengenai aritmatika. Buku yang ditulisnya itu tetap menjadi pegangan bagi opera
ahli matematika dikalangan perguruan di Iskandariyah. Dan ketika datang zaman Islam, buku
tersebut diterjemahkan dan diuraikan lebih dalam oleh para filsuf muslim15.
Para ilmuwan Iskandariyah berussaha meningkatkan pembagian ilmu pasti, mereka
menamakannya ilmu Ta’lim dan dibagi menjadi 4 bagian, yaitu matematika, geometri,
astronomi, dan musik. Gabungan empat jenis ilmu tersebut pada zaman pertengahan disebut
dengan Al Majmu’atur Ruba’iyyah atau disebut dengan quadrivian, yaitu kumpulan ilmu
pengetahuan yang wajib dipelajari oleh setiap siswa di samping harus mempelajari trivium
yaitu rangkuman dari 3 macamilmu: Nahwu, Balaghah, dan Semantik. Akan tetapi, orang
arab lebihmenyebutnya dengan Ilmu Lisan.
Buku tentang ilmu falak yang paling di kalangan ilmuan arab pada zaman itu adalah
Almagest yang ditulis oleh ilmuwan besar Ptolomeus yang hidup pada abad ke 2 Masehi.
Pada zaman penerjemahan, buku tersebut diterjemahkan oleh orang arab dan disebut dengan
Al Majisthi. Orang arab tidak hanya mengambil ilmu falak dari Ptolomeus saja, tetapi mereka
juga mengambilnya dari India dan Persia. Khalifah Abbasiyah Al Manshur, seusai
membangun kota Baghdad ia menaruh perhatian yang besar terhadap ilmu falak. Ia mengutus
utusannya untuk pergi ke India dan mempelajari ilmu falak dan meminta para ahli ilmu falak
umtuk menerjemahkan buku tentang ilmu tersebut.
Mengenai ilmu kedokteran, pada masa itu telah diterjemahkan buku buku Hippocrates
dan Galenus., yang kemudian menjadi dasar studi oleh para dokterarab dan pembantunya.
Ilmuwan yang paling banyak menambahkan hasil karyadan hasil penelitiaan pada masa itu
adalah Ibnu Sina, melalui bukunya Al Qanun. Buku tersebut telah meletakkan dasar
eksperimen dan memperinci kaidah-kaidahnya hingga buku tersebut menjadi patokan dan
referensi ilmu kedokteran hingga abad ke 15. Ketika itu para filosof Arab telah menegakkan
filsafat diataslandasan ilmu pasti, seperti Al Kindi dan Al Faraby, sedangkan filosof yang
lainnya membangun filsafat diatas landasan ilmu kedokteran. sepertti Ibnu Sinadan Ibnu

15
Mawardi, Drs. dkk., IAD,ISD,IBD, Bandung, PustakaSetia

9
Rusyd. Pada masa itu filsafat mencangkup semua bidang ilmu pengetahuan. Maka tidaklah
mengherankan filosof Arab menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan yang sedang
menjadi perhatian masyarakat.
Sesungguhnya filsafat tidak lain hanyalah suatu metode berfikir yang ditempuh dalam
mencari hakekat kebenaran, dan metode tersebut dapat diperolehdengan jalan menekuni
berbagai ilmu pengetahuan. Al Kindi dan Al Biruni misalnya, karena mereka melandaskan
filsafatnya dengan ilmu pasti maka corak filsafatnya juga dipengaruhi oleh ilmu pasti.
Sedangkan Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd karena keduanya dokter maka filsafat mereka lebih
mengarah kepada ilmu alam dari pada ilmu pasti.

F. Ilmu Hikmah
Filsafat islam ditegakkan atas dasar ilmu pengetahuan. Sehubungan dengan itu, kami
kemukakan beberapa keterangan yang termaktub di dalam salah satu risalah Ibnu Sina yang
berjudul Fi Aqsamil Ulumiyah Aqliyah, mengenai bagian bagian ilmu rasional. Ia berkata,
“Pengertian hikmah ialah suatu pandangan pikiran yang berguna bagi manusia untuk
mengenal semua kewajiban yang menjadi beban eksistensinya sendiri dan kewajiban apa
yang harus dilakukan untuk mempertinggi derajat dan kesempurnaan dirinya, agar ia menjadi
manusia yang berpengetahuan, rasional, dapat dipahami serupa dengan alam wujud, dan
mempersiapkan diri untuk mencapai kebahagiaan lebih jauh di akhirat. Semua itu dilakukan
menurut kesanggupannya sebagai manusia.”
Itulah definisi dari pada filsafat menurut Ibnu Sina. Disini dijelaskan bahwa Ibnu Sina
mengartikan filsafat sinonim dengan hikmah. Menurut Ibnu Sina, filsafat terbagi kedalam 2
bagian : teoritis dan praktis16. Segi teoritis bertujuan mencapai kebenaran, sedangkan segi
praktisnya bertujuan mencapai kebajikan. Filsafat teoritis terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
ilmu alam, ilmu pasti, dan ilmu ilahiyat atau disebut metafisika. Adapun praktis juga dibagi
menjadi 3 bagian yaitu : moral, pengurusan rumah tangga, dan politik.
Filsafat Thabiiyyah atau natural philoshopy terdiri dari yang bersifat pokok,
diantaranya: Sam’ul Kiyam, As Sama Wal Alam. Al Kaun Wal Fasad dan sebagainya, dan
yang bersifat cabang yaitu : ilmu kedokteran, ilmu astrologi, ilmu filsafat ilmu ta’bir dan
ilmu kimia. Bagian pokok ilmu pasti ada 4 yaitu : ilmu hitung, ilmu geometri, ilmu falak, dan
musik, semua itu mempunyai cabang, numeral ataupun geometrik. Ilmu Ilahiyat atau
metafisika membahas sumber pokok yang senantiasa dicari oleh para ahli ilmu alam dan ilmu
pasti.

16
Juhji  Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia 2011,htm.

10
Tampak jelas bahwa Ibnu Sina mengikuti jejak Aristoteles dan para ahli urai filsafat
Aristoteles dari perguruan Iskadariyah sebelum membagi ilmu pengetahuan dan dalam
menentukan cabang yang tumbuh dari pohon filsafat. Aristoteles memasukkan pengetahuan
turunnya wahyu ilahi sebagai salah satu cabang dari ilmu Ilahiyat atau metafisika, Sedangkan
Ibnu Sina memasukkannya ke dalam ilmu keagamaan, bukan ilmu filsafat17.

G. Buku-buku Filsafat
Diantara berbagai aliran filsafat yang ada, Aristoteles adalah filosof yang karyanya
paling banyak diterjemahkan dan paling banyak pengaruhnya terhadap pemikiran islam
yang filsafatnya terkenal dengan sebutan Massya’iyyah di kalangan orang Arab.
Massyaiyyah berasal dari dua kata Ma sya ya artinya berjalan, karena Aristoteles selalu
mengajar murid muridnya sambil berjalan-jalan.
Aristoteles sejak muda telah menulis suatu dialog mirip dengan dialog yang ditulis oleh
Plato, kemudian ia mulai melepaskan cara penulisan seperti itu dan mulai menyusun buku
dengan cara yang teratur dan baik, hingga dapat mencakup semua filsafatnya. Sewaktu
hidup ia telah menerbitkan beberapa buku tentang moral, akan tetapi banyak pula bukunya
yang hanya berupa catatan pada saat ia memberikan pelajaran dan kemudian disusun oelh
Andronicus tiga abad setelah Aristoteles meninggal.
Buku Aristoteles tentang semantik ada enam buah :
1. Al Muqawwalat atau Catgegorias
2. Al Ibarah atau Parearmenias
3. Al Qiyas atau Anatolica I
4. Al Burham atau Anatolica II
5. Al Jadal atau Thopica
6. Al Aqwalul Mughallithah atau Sovestica
Orang-orang Arab mengenal buku-buku Aristoteles dengan judul aslinya,judul tersebut masih
tetap hingga zaman kita dewasa ini. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh pemikiran
orang-orang Yunani terhadap pemikiran Arab. Ini tidak mengherankan karena orang-orang
Arab dalam kedudukannya sebagai mediator antara Timur dan Barat telah mengambil dari
mana saja dan telah menerjemahkan berbagai jenis peradaban.

BAB III
PENUTUP

17
Mawardi, Drs., Hidayati, Ir. Nur. 2000. Dasar-dasar ilmu sains IAD-ISD-IBD. Bandung: CV. Pustaka Setia.

11
A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwa makhluk hidup yaitu manusia
memiliki ciri yang khusus yang tidak dimiliki oleh makhluk lain (seperti hewan dan
tumbuhan). Ciri-ciri tersebut adalah manusia memiliki : akal, rasa ingin tahu, dan kemauan
yang lebih baik.
Manusia merupakan mahluk yang diciptakan dengan sempurna oleh Allah. Hal ini dapat
kita lihat bahwa manusia berbeda dengan makhluk yang lain. Misanya makhluk ciptaaan
Allah seperti hewan diciptakan hanya diberi insting, hal ini digunakan untuk eksplorasi
dirinya. Sedangkan manusia selain diberi insting, juga diberi akal untuk berfikir. Akal
diberikan kepada manusia supaya berfikir tentang ciptaan Allah. Akal manusia dari zaman ke
zaman semakin berkembang, seperti diketahui bahwa dahulu manusia melihat segala sesuatu
yang kiranya irasional langsung dihubungkan pada mitos. Tetapi semakin berkembangnya
akal manusia hal yang mitos itu sudah mulai ditinggalkan. Dibuktikan dengan adanya hal
yang belum diketahui manusia selalu ingin tahu.
Menurut Ibnu Sina, filsafat terbagi kedalam 2 bagian : teoritis dan praktis. Segi teoritis
bertujuan mencapai kebenaran, sedangkan segi praktisnya bertujuan mencapai kebajikan.
Filsafat teoritis terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : ilmu alam, ilmu pasti, dan ilmu ilahiyat atau
disebut metafisika. Adapun praktis juga dibagi menjadi 3 bagian yaitu : moral, pengurusan
rumah tangga, dan politik. Ini tidak mengherankan karena orang-orang Arab dalam
kedudukannya sebagai mediator antara Timur dan Barat telah mengambil dari mana saja dan
telah menerjemahkan berbagai jenis peradaban.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk perkembangan manusia di eropa dan dunia
islam adalah sudah selayaknya khususnya kita selaku umat islam dalam hal pemikiran paling
tidak menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah dijadikan sebagai pijakan dan tolak ukur. Itulah
yang membedakan antara pemikiran barat dan dunia islam.

DAFTAR PUSTAKA
http://wapalhi-wapalhi.blogspot.com/2011/10/perkembangan-pola-pikir-manusia-di.html
http://mahasiswauinmalang.blogspot.com/2013/07/perkembangan-pola-pikir-manusia.html

12
http://stai-kuliahku.blogspot.com/2012/06/perkembangan-pola-pikir-manusia.html
Rizal, Fahrul, dkk. 2006. Antroposentris, Geosentris, Heliosentris, Galaktosentris,
Asentris.
Mawardi, Drs. dkk., IAD,ISD,IBD, Bandung, PustakaSetia, 2007.
Dictionary,Jakarta, PT. Gramedia, 1975
Paryono, Joko, Drs. dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Bandung, PustakaSetia, 1998.
Mawardi, Drs., Hidayati, Ir. Nur. 2000. IAD-ISD-IBD. Dasar Sains, Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Mawardi, 2007 : 15 – 20 ;Hendro Darmojo, 1999 Ilmu Sains: 11-15 ; Maskoeri
Jasin, 1999 : 5-9
Jakarta:Hijri Pustaka Utama,2015.
Juhji  Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia 2011,htm.
Mawardi, Drs., Hidayati, Ir. Nur. 2000. Dasar-dasar ilmu sains IAD-ISD-IBD.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Jasin Maskoeri, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, PT Grafindo Persada 2006.

13

Anda mungkin juga menyukai