Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK

Manajemen Investasi & Portofolio

“ARTIKEL SAHAM”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1. MUH. IQBAL (201910157)


2. IRMAYANTI SURYA SAPUTRI (201910162)
3. RAMLAH (201910167)
4. ICETRIANI (201910181)
5. ASRIYANTI (201910182)
6. BELA SRI RAHAYU (201910183)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BONGAYA MAKASAR

TAHUN AJARAN 2021/202


ARTIKEL SAHAM
Penulis: Hedi Sasrawan

Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang
mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan saham,
memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan (modal) jangka
panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis - saham (efek ekuitas) - dengan
imbalan uang tunai.

1. Sejarah Saham

Kebanyakan perdagangan saham dan sekuritas didominasi oleh perusahaan armada


perdagangan dan perdagangan rempah-rempah pada masa-masa awal berdirinya pasar
modal. Seperti yang telah disebutkan Belanda merupakan tempat berdirinya Pasar
Modal pertama di dunia, lalu diikuti oleh Portugis, Spanyol, Perancis, dan Inggris.
Dengan masuknya bangsa Inggris, yang memiliki armada perang terkuat di dunia pada
saat itu – the British Royal Navy – dalam percaturan perdagangan rempah-rempah
dunia, maka lalu lintas perdagangan mulai beralih ke Inggris.

Pasar Modal London memulai debutnya dari pasar terbuka (outdoor market) di jalan
Exchange Alley. Di jalan tersebut para broker melakukan transaksi jual beli saham-
saham perusahaan-perusahaan perkapalan dan perdagangan Inggris. Pada tahun 1725,
transaksi mulai beralih dari jalanan ke kedai kopi Jonathon's Coffee House,
perdagangan saham pada saat itu masih bersifat non-formal, baru setelah sistem
perdagangan dibakukan pada tahun 1773, administrasi perdagangan saham menjadi
lebih tertata dan namanya berubah menjadi The Stock Exchange.

Sistem perdagangan saham dikenalkan di Amerika oleh pendatang-pendatang dari


Inggris di wiayah koloninya. Pada mulanya perdagangan saham pada koloni Inggris
masih terpusat di London. Namun setelah Revolusi Amerika, dan kelahiran United
States of America, semua hubungan diplomatik maupun perdagangan antar Amerika
dan Inggris terputus, termasuk semua yang terkait dengan pasar finansial Inggris.
Alexander Hamilton, Sekretaris Bendahara (Secretary of the Treasury) pertama
Amerika melihat urgensi pendirian pasar modal yang independen di Amerika.
Berdasarkan pengalamannya mempelajari pasar modal di Inggris, Hamilton percaya
bahwa pasar modal merupakan hal yang esensial dalam membangun dan menjaga
kestabilan ekonomi sebuah negara. Selama periode jabatannya, 1789 sampai dengan
1795, ia dedikasikan untuk mempromosikan pembangunan Pasar Modal di Amerika

Atas prakarsa Alexander Hamilton, saham-saham tiga bank besar di Amerika mulai
diperjualbelikan, walaupun pada saat itu pasar modal belum lagi terbentuk. Saham-
saham tersebut adalah saham the Bank of North America (1781), Bank of New York
(1784), dan the First Bank of the United States (1791). Saham-saham ini diterbitkan
untuk membayar hutang perang revolusi yang ditanggung oleh the Continental
Congress.

Seperti halnya pendahulunya di Inggris, pasar modal di Amerika dimulai di luar


ruangan. Pada tahun 1792, John Sutton, Benjamin Jay, dan 22 pemimpin finansial
menandatangani kesepakatan pembetukan pasar modal di Amerika. Kesepakatan
tersebut ditandatangani di bawah pohon buttonwood di Castle Garden (sekarang
Battery Park) dan berisi tentang aturan main, regulasi, serta biaya yang akan
dibebankan dalam setiap transaksi. Mereka menamakan organisasi ini The Stock
Exchange Office. Organisasi ini bersifat eksklusif, hanya orang-orang tertentu yang
menonjol dalam komunitas finansial yang diperkenankan untuk bergabung, dan wanita
merupakan kaum yang termarginalkan dalam organisasi ini.

Perdagangan saham di Amerika kemudian berkembang dengan pesat, sehingga pasar


modal yang menjadi pusat transaksi menjadi penuh sesak. Pada tahun 1817, para
broker saham di New York membentuk the New York Stock & Exchange Board dan
meindahkan tempat transaksi ke gedung No.40 di Jalan Wallsteet. Pada tahun 1863,
nama organisasi tersebut berubah menjadi the New York Stock Exchange (NYSE) dan
berpindah lagi di pusat transaksinya ke gedung di persimpangan Jalan Wallstreet dan
Broad Street, hingga hari ini NYSE tetap beroperasi dilokasi tersebut.

Meningkatnya perdagangan saham terjadi seiring dengan berkembangnya ekonomi


Amerika dan bertambahnya jumlah perusahaan di Amerika. Pada tahun 1800, Amerika
hanya memiliki 295 korporasi besar, diman 20 diantaranya diperdagangkan sahamnya
di pasar modal. Pada tahun 1835, perusahaan yang terdaftar di NYSE berkembang
menjadi 121 perusahaan, kebanyakan diantaranya adalah perusahaan kereta api yang
berkembang pesat pada era tersebut. Pada tahun 1869, jumlah perusahaan yang
terdaftar di NYSE bertambah menjadi 145 perusahaan, jenis industrinya pun
bermacam-macam, mulai dari perusahaan asuransi, baja, perlengkapan pertanian,
perkebunan tembakau, dan perusahaan manufaktur lainnya.

NYSE mengadopsi skala Dow Jones Industrial Average (DJIA), atau lebih dikenal
dengan Indeks Dow Jones. Nama tersebut diambil dari gabungan Charles Dow dan
Edward Jones, dua reporter yang kemudian mendirikan perusahaan penerbitan Dow
Jones & Company pada tahun 1882. Perusahaan tersebut menerbitkan surat kabar The
Wallstreet Journal yang berfokus kepada isu-isu finansial dan mengamati dengan
seksama pergerakan harga saham yang diperdagangkan di NYSE. Wallstreet Journal
kemudian membentuk sebuah indeks yang terdiri atas 11 perusahaan kereta api, dan
pada tahun 1896 diperluas menjadi rata-rata industri yang kemudian diadopsi oleh
NYSE sebagai indeks rata-rata saham-saham papan atas.

NYSE bukanlah satu-satunya pasar modal di kota New York. Pada awal
pengembangannya, aturan mengenai pendaftaran perusahaan pada NYSE sangat ketat,
setiap perusahaan dikenai ongkos sebesar $25 agar bisa terdaftar di NYSE. Banyak
pemilik perusahaan menengah yang hendak mengembangkan usahanya dengan
menjual sebagian kepemilikan sahamnya kepada publik terbentur dengan aturan yang
berlaku. Pada tahun 1842, sebagian broker mencoba memfasilitasi pasar perusahaan
menengah tersebut dengan membentuk the New York Curb Exchange, yang kemudian
berubah menjadi American Exchange (AMEX), namun hingga kini julukan Curb
Market tetap melekat kepada AMEX. Perdagangan saham di Curb Market pada
mulanya dilakukan di halaman gedung tempat NYSE berada. Hal tersebut tetap
berlangsung hingga akhirnya AMEX menempati gedung baru di Trinity Place, New
York pada tahun 1921.

Tahun 1920-an merupakan tahun tahun keemasan teknologi bagi sejarah Amerika,
yang kemudian dikenal sebagai Roaring Twenties. Berbagai inovasi seperti radio,
otomotif, penerbangan, telefon, dan pembangkit listrik mulai dikembangkan dan
diterapkan secara luas di Amerika. Perusahaan-perusahaan teknologi seperti Radio
Corporation of America (RCA) dan General Motors menjadi pionir dalam pasar
finansial Amerika, tidak ketinggalan perusahaan finansial yang menangani transaksi
perdagangan dan investasi seperti the Goldman Sachs Trading Corporation turut
menjadi motor penggerak perekonomian di Amerika.
Bank-bank di Amerika mencoba memanfaatkan hal tersebut dengan memberikan
kredit sebanyak-banyaknya kepada perusahaan-perusahaan tanpa melakukan analisis
terhadap kelayakan usaha. Struktur hutang yang timpang menggandakan resiko
kebangkrutan perusahaan, namun hal tersebut tersamarkan dengan pertumbuhan
ekonomi Amerika yang pesat. Pada tahun 1929, Adolf Miller, Presiden the Federal
Reserve Board, mengeluarkan kebijakan uang ketat dan menaikkan suku bunga
pinjaman secara agresif. Akibatnya banyak perusahaan yang memiliki struktur hutang
yang buruk menjadi kesulitan dalam membayarkan kewajiban hutangnya. Hal tersebut
diperparah dengan aksi profit taking yang dilakukan oleh para investor di sektor
finansial. Berbagai pencetus tersebut kemudian menyebabkan krisis ekonomi terburuk
yang pernah dialami oleh Amerika dan mengakibatkan depresi ekonomi yang
berkepanjangan.

Hari Selasa, tanggal 29 Oktober 1929, tercatat sebagai hari terburuk dalam sejarah
finansial bangsa Amerika, yang kemudian dikenal sebagai Black Tuesday. Krisis
dimulai pada hari sebelumnya tanggal 28 Oktober, terjadi aksi profit taking besar-
besaran yang menyebabkan Indeks Dow Jones turun menjadi 12.8%. Transaksi yang
terlalu besar menyebabkan sistem pita penghitung (the ticker tape system) menjadi
kelebihan beban dan rusak, padahal peranan pita penghitung tersebut amat vital sebab
menjadi satu-satunya sumber informasi investor tentang harga saham terkini. Investor
pun mencoba mencari informasi melalui telefon dan telegraf yang menyebabkan
kelebihan kapasitas dari kedua jaringan tersebut. Praktis pada hari itu terjadi
kebuntuan informasi yang membawa investor dalam kondisi kegamangan.

Keesokan harinya terjadi kekacauan di lantai bursa. Investor yang tidak mengetahui
perkembangan informasi tentang pasar finansial, dan terdorong oleh resiko yang
semakin besar akibat berlakunya sistem margin trading, berbondong-bondong menjual
saham-saham yang mereka miliki. Dalam dua jam, nilai saham-saham papan atas turun
hingga lebih dari separuhnya, dan dalam dua minggu Indeks Dow Jones turun hingga
40%. Amerika Serikat baru bisa keluar sepenuhnya dari krisis pada tahun 1932 setelah
kehilangan sekitar 89% nilai saham-saham perusahaan publik dari puncak
keemasannya.

Dalam rangka mengembalikan kepercayaan investor pada pasar modal, Kongres Senat
Amerika Serikat mengeluarkan the Securities Act pada tahun 1933, yang mengatur
perihal operasional dan sistem yang berlaku pada pasar modal. Dan pada tahun 1934,
dibentuk Securities and Exchange Commission (SEC) yang berfungsi untuk
mengawasi pelaksanaan undang-undang tersebut. SEC terdiri dari lima orang
komisioner yang ditunjuk oleh Presiden Amerika Serikat dan disahkan oleh senat,
Joseph P. Kennedy ditunjuk menjadi ketua komisi pertama SEC masa bakti 1934-
1935. Guna melindungi investor dari aksi kejahatan finansial, SEC mewajibkan setiap
perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek untuk melaporkan keuangan perusahaan
yang telah diaudit, serta mengawasi setiap peralihan kepemilikan perusahaan-
perusahaan di Amerika Serikat.

Tahun 1971 menandai babakan baru dalam sejarah pasar modal. National Association
of Securities Dealers (NASD) memperkenalkan National Association of Securities
Dealers Automated Quotation (NASDAQ) yang sepenuhnya menerapkan prinsip pasar
modal elektronis untuk pertama kalinya. Semua data kepemilikan saham dan transaksi
keuangan dikonversikan menjadi data-data elektronik yang disimpan dalam satu
mainframe computer. Perdagangan saham tidak lagi dipusatkan dalam satu tempat,
namun dapat dilakukan dari mana saja asalkan terhubung dengan sistem NASDAQ,
suatu konsep yang istimewa mengingat pada saat itu koneksi internet belum lagi ada
dan teknologi tidak secanggih sekarang. Sistem yang demikian dikenal dengan istilah
over-the-counter (OTC). Saham-saham yang diperdagangkan oleh NASDAQ
kebanyakan berupa saham-saham perusahaan teknologi seperti IBM, Microsoft, Intel,
Cisco, dan lain sebagainya, oleh karena itu Indeks yang dipakai oleh NASDAQ
sebagai patokan pergerakan saham-saham yang tergabung di dalamnya dikenal sebagai
Indeks Teknologi NASDAQ. Saat ini NASDAQ bahkan telah mensponsori global
stock market dengan membuka cabang di berbagai daerah di luar negeri, diantaranya
Kanada dan Jepang, serta berasosiasi dengan pasar modal Hongkong dan Eropa.

2. Jenis-Jenis Saham

2.1. Saham Bonus

Saham bonus adalah sahan yang berasal dari kapitalisasi agio saham. Agio saham
sendiri adalah selisih antara harga saham saat penawaran umum dengan harga nominal
saham.

2.2. Saham Preferen


Saham ini adalah produk campuran antara saham biasa dengan efek pendapatan tetap
karena pemilik saham ini akan mendapatkan pendapatan tetap yang dibagikan secara
rutin dalam bentuk dividen.

2.3. Saham Biasa

Saham biasa adalah saham dimana pemegang saham yang memilikinya mewakili
kepemilikan di perusahaan sebesar modal yang ditanamkan.

3. Pembagian Pasar

3.1. Pasar Perdana

Pasar perdana adalah pasar dimana emitmen atau perusahaan menjual saham atau surat
berharga lain kepada publik untuk pertama kalinya. Jika investor membeli saham di
pasar perdana berarti investor membeli saham pada saat masa penawaran umum
perdana ini atau initial public offering (IPO).

3.2. Pasar Sekunder

Setelah penjualan melalui pasar perdana berakhir, saham kemudian akan


diperjualbelikan di pasar sekunder yaitu melalui bursa efek. Berbeda dengan harga
saham di pasar perdana dimana harga saham yang ditawarkan sudah ditentukan tanpa
ada tawar-menawar, harga saham di pasar sekunder atau bursa efek akan ditentukan
oleh mekanisme pasar.

4. Harga Saham

4.1. Harga Nominal

Harga nominal saham adalah harga yang tercantum pada lembar saham yang
diterbitkan.

4.2. Harga Pembukaan

Harga pembukaan adalah harga saham yang berlaku saat pasar saham dibuka pada hari
itu.

4.3. Harga Pasar


Setelah diperdagangkan di lantai bursa, harga saham tersebut kemudian akan
ditentukan oleh permintaan-penawaran. Harga pasar adalah harga saham di bursa efek
pada saat itu.

4.4. Harga Penutupan

Setelah dibuka sejak pagi, pasar atau bursa saham akan ditutup pada sore hari. Tepat
pada pukul 16.00 WIB, transaksi jual-beli saham di Bursa Efek Indonesia dihentikan
dan akan dilanjutkan keesokan harinya. Saat bursa tutup, harga pasar saham yang saat
itu sedang berlaku akan menjadi harga penutupan pada hari itu yang juga akan menjadi
acuan harga pembukaan untuk keesokan harinya.

5. Nilai Saham

5.1. Par Value / Face Value / Stated Value

Perusahaan menerbitkan saham dengan tujuan untuk mendapatkan tambahan modal


yang berasal dari masyarakat atau investor. Berapa jumlah modal yang akan disetor
dapat dilihat dari harga nominal saham dikalikan dengan banyaknya saham yang
dikeluarkan suatu perusahaan.

Untuk itu, pada lembar saham tersebut akan tercantum nilai nominal (par value / face
value / stated value) yang akan digunakan untuk mencatat modal disetor penuh
tersebut.

5.2. Base Value

Base value atau nilai dasar adalah hasil perkalian antara base price (harga dasar)
dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares).

5.3. Market Value

Market value atau kapitalisasi pasar adalah hasil perkalian antara harga pasar (market
price) suatu saham itu dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares).
Market price itu sendiri adalah harga saham pada saat pasar berlangsung di pasar
sekunder atau bursa efek.

6. Keuntungan Investasi Saham

6.1. Dividen
Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya
saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang
tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang
adalah tujuan utama suatu bisnis.

Dividen dapat dibagi menjadi dua jenis:

6.1.1. Dividen Saham

Dividen saham adalah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam
bentuk saham dengan proporsi tertentu.

6.1.2. Dividen Tunai

dividen tunai adalah dividen yang dibayarkan berupa uang tunai.

6.2. Capital Gain

Selain keuntungan yang diperoleh dari hasil kinerja perusahaan berupa dividen,
investor juga bisa mendapatkan keuntungan dari perubahan harga saham perusahaan
berupa capital gain. Capital gain bisa diperoleh jika investor menjual saham yang
dimiliki dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli.

7. Kerugian Investasi Saham

7.1. Capital Loss

Berlawanan dengan capital gain, capital loss adalah kerugian dari penjualan saham
dimana harga jualnya lebih rendah dari harga beli.

7.2. Tidak Menerima Dividen

pemegang saham biasa tidak memiliki jaminan pasti akan mendapatkan dividen.
Akibat merugi, perusahaan tidak membagikan dividen kepada pemegang saham.
Dalam kondisi perusahaan untung, pemegang saham juga belum tentu mendapatkan
dividen ketika RUPS memutuskan sebagian keuntungan perusahaan tidak untuk
dibagikan sebagai dividen.

7.3. Likuidasi Perusahaan


Jika perusahaan yang sahamnya dimiliki investor dinyatakan bangkrut lantas
kemudian ditutup. Maka saham yang dimiliki investor tidak lagi bernilai. Hak klain
pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan
dapat dilunasi dari hasil penjualan kekayaan perusahaan. Jika masih terdapat sisa dari
hasil penjualan, sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada pemegang saham.
Namun, jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak
akan memperoleh apa-apa.

8. Online Trading

Online trading adalah sistem perdagangan secara online atau melalui teknologi
internet, dimana dengan cara ini investor tidak perlu datang atau menelepon broker /
kantor pialang, karena dengan akses internet saat ini mudah untuk mendapatkan apa
yang anda minta. Anda bisa hanya dengan duduk diam di rumah sambil menikmati
hidangan kopi dan gorengan sembari bermain dengan keluarga, nongkrong di warnet
atau kafe yang memiliki layanan internet Hotspot, semua informasi harga dan eksekusi
investasi bisa dilakukan, dimana saja serta kapan saja selagi anda masih bisa
berhubungan dengan internet.

Sumber internet: https://hedisasrawan.blogspot.com/2012/10/saham-artikel-lengkap.html

Anda mungkin juga menyukai