a. Bidang politik,
Dalam kehidupan politik, terlihat kesan kuat bahwa telah timbul apa yang pernah disebut dan dikhawatirkan
oleh dr. Mohammad Hatta sebagai suatu ultra demokrasi. Walaupun lembaga legislatif serta lembaga eksekutif
telah dipilih secara demokratis, namun demonstrasi ke jalan-jalan bukan saja tidak berhenti, tetapi sudah
menjadi suatu hal yang terjadi secara rutin. Tiada hari tanpa demonstrasi. Partai-partai politik yang seyogyanya
berfungsi sebagai lembaga demokrasi yang mengagregasi serta mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan
rakyat serta sebagai wahana untuk seleksi kepemimpinan ditengarai hanya asyik dengan dirinya sendiri dan
telah mulai kehilangan kepercayaan dari rakyat.
Dalam contoh lain, seperti :
1. Dengan adanya partai-partai politik yang berbeda-beda namun memiliki asas yang sama yaitu asas
Pancasila. Setiap partai politik tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, sifat organisasinya, anggaran
rumah tangganya, dan terutama perbedaan dalam kebijaksanaan programnya.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum anggota-
anggota badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat yang telah tiga kali diubah, yaitu dengan Undang
Undang Nomor 4 Tahun 1975, Undang Undang Nomor 3 Tahun 1985, serta untuk menggantikan
Peraturan Pemerintahan Nomor 41 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Undang Undang Pemilihan
Umum.
b.Bidang ekonomi, seperti :
1. Ekonomi Indonesia yang “sosialistik” sampai 1966 berubah menjadi “kapitalistik” bersamaan dengan
berakhirnya Orde Lama (1959-1966). Selama Orde Baru (1966-1998) sistem ekonomi dinyatakan
didasarkan pada Pancasila dan kekeluargaan yang mengacu pasal 33 UUD 1945, tetapi dalam praktek
meninggalkan ajaran moral, tidak demokratis, dan tidak adil. Ketidakadilan ekonomi dan sosial
sebagai akibat dari penyimpangan/penyelewengan Pancasila dan asas kekeluargaan telah
mengakibatkan ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang tajam yang selanjutnya menjadi
salah satu sumber utama krisis moneter tahun 1997.Aturan main sistem ekonomi Pancasila yang lebih
ditekankan pada sila ke-4 Kerakyatan (yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan) menjadi slogan baru yang diperjuangkan sejak reformasi. Melalui
gerakan reformasi banyak kalangan berharap hukum dan moral dapat dijadikan landasan pikir dan
landasan kerja. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang memihak pada dan
melindungi kepentingan ekonomi rakyat melalui upaya-upaya dan program-program pemberdayaan
ekonomi rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sub-sistem dari sistem ekonomi Pancasila, yang
diharapkan mampu meredam ekses kehidupan ekonomi yang liberal.
2. Untuk menyehatkan perekonomian nasional maka pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan paket
Oktober (Pakto), Kebijaksanaan devaluasi, peningkatan ekspor non migas dan kebijaksanaan-
kebijaksanaan di bidang moneter dan perbankan yang lainnya.
3. Kebijaksanaan menaikkan harga BBM, kerjasama ekonomi dengan Negara-negara lain dan
sebagainya. Kesemuanya itu tetap berpedoman pada perekonomian yang berdasarkan Pancasila,
sebagaimana diatur secara kolektif dalam Pasal 33 UUD 1945).
c.Bidang Kebudayaan, misalnya :
1. Pemerintahan mengembangkan kebudayaan nasional, namun demikian kebudayaan daerah harus tetap
dijaga dan dilestarikannya.
2. Tidak menutup kemungkinan masuknya kebudayaan asing namun harus tetap berpedoman pada
budaya Pancasila sebagai kepribadian bangsa dasar filsafat Negara Indonesia.
1. Setiap pemeluk agama beribadah dan menggunakan ajaran-ajaran agama sesuai dengan ajaran agama
masing-masing.
2. Diwujudkannya Undang-undang Perkawinan, yang berdasarkan ajaran agama masing-masing, dan
lain sebagainya.
Adapun pengamalan atas sila-sila yang terdapat Pancasila, antara lain secara singkat adalah sebagai
berikut;
Penjabaran atas nilai dasar tersebut tertuang secara penuh dalam Pembukaan UUD 1945, khususnya
terdapat dalam alinea ke-4. Yang memberikan penjelasan tentang kedudukan Pancasila sebagai Dasar
Negara dengan jaminan atas nilai-nilai yang diberikan.
3. Nilai Soverenitas
4. Nilal Nasionalitas
5. Nilai Sosialitas
Nilai Dasar Pancasila dan Contohnya
Adapun penjelasan atas implementasi nilai dasar yang dimaksud sebagai berikut;
Contoh pengamalan yang nyata dalam nilai religiusitas yang menjadi corak dalam sila pertama ini
misalnya saja disebutkan bahwa Pasal 29 bahwa negara akan senantiasnya berdasarkan pada
kepercayaan bahwa tuhan yang maha Esa.
Oleh karena itulah untuk mewujudkannya segala larangan ajaran tanpa beragama akan senantiasanya
dilakukan pencegahan, misalnya saja terjadi pada PKI (Partai Komunis Indonesia) yang secara tegas
ingin menjadikan Indonesia sebagai negara tanpa agama.
Contoh mengenai pengamalan dalam nilai dasar kedua Pancasila ini, misalnya saja Pasal 28 dalam
Undang-Undang Dasar 1945 yang memberikan kemerdekaan untuk berkumpul serta mengemukakan
pendapat dan usulan atas beragam masalah yang terjadi. Keadaan ini secara langsung memberikan
pandangan bahwa Pancasila senantiasanya mengahargai akan kebabasan manusia yang menjadi
bagian daripada HAM.
Contoh mengenai konsep daripada soverenitas ini misalnya saja tentang pengamalan dalam Pasal 35
yang menegaskan bahwa secara penuh Bendera Indonesia adalah Merah Putih. Diakui ataupun tidak
bentuk aturan tersebut menjadi contoh indentitas nasional Indonesia yang memberikan alat kesatuan dari
beragam suku yang ada.
Tanpa adanya simbul mengenai kesatuan berupa Bendera diatas, tentusaja kesatuan masyarakat akan
senantiasanya dipertanyakan. Oleh karena itulah nilai soverenitas menjadi aspek penting yang harus
senantiasanya dijaga masyarakat Indonesia.
Contoh penerapan dalam nilal nasionalitas yang menjadi bagian daripada Pancasila ini misalnya saja
tentang Pasal 4 yang memberikan kewenangan pengontrolan tugas presiden dan wakil presiden. Selain
itujuga dalam Pasal 2 yang memberikan pengamabaran akan arti lembaga legistatif.
Contoh pengamalan dalam nilai sosialitas ini misalnya saja Pasal 27 yang memberikan kedudukan tegas
bagwa setiap warga negara memiliki hak yang sama. Persamaan ini kemudian dijadikan sebagai dasar
untuk hukum yang diatur oleh lembaga yudikatif bersifat netral tidak pada dalam segi perekonomian,
sosial, status, ataupun yang lainnya.
Dari penjelasan tentang pengertian nilai dasar Pancasila ini makan dapatlah disimpulkan bahwa
karakteristiknya ialah mutlak dan tetap melekat pada kelangsungan hidup negara. Pembukaan yang
memuat nilai-nilai dasar Pancasila memiliki kedudukan sebagal norma dasar negara atau pokok kaidah
negara yang fundamental (staatsfundamentalnorm).
Dengan kedudukannya sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, Pembukaafl UUD 1945 tidak
boleh diubah oleh siapa pun. Mengubah Pembukaan UUD 1945 yang memuat nilai dasar ideologi
Pancasila sama halnya dengan membubarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selengkapnya,
baca; Fungsi Pancasila bagi Masayarakat Indonesia dan Contohnya
Demikianlah penjelasan dan pengulasan secara lengkap mengenai pengertian dan contoh nilai dasar
Pancasila. Semoga melalui tulisan ini bisa memberikan wawasan dan menambah pengetahuan bagi
segenap pembaca yang mencari materi, tentang “Pancasila“. Trimakasih,