Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AYAT TENTANG NAFKAH DAN RADHA'AH

Dosen Pengampu:

Dr.H Supardi Mursalin, M.Ag

Oleh:

Fara Safa Aini( 2011110043)


Agusti Randa ( 20111100)

FAKULTAS SYARIAH

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Berkat
limpahan Rahmat dan Karunia nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan benar serta tepat pada waktunya dalam makalah ini akan dibahas
mengenai, “ Ayat Tentang Nafkah Dan Radha'ah ” makalah ini dibuat dengan
metode tentang Ayat Tentang Nafkah Dan Radha'ah dengan mengambil
sampel beberapa warga yang merupakan bagian dari masyarakat indonesia
makalah ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangandan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami
berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang membangun
untuk penyempurnaan makalah kedepannya. Penyusun juga berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat memberikan
contoh tentang Ayat Tentang Nafkah Dan Radha'ah.

Bengkulu, oktober 2021

Penulis
COVER

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar belakang .....................................................................................


B. Rumusan masalah.................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

A. Ayat Tentang Nafkah Dan Radha'ah ....................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nafkah adalah pemberian dari suami yang diberikan kepada istri setelah

adanya suatu akad pernikahan. Nafkah wajib karena adanya akad yang sah,

penyerahan diri istri kepada suami, dan memungkinkan untuk terjadinya

bersenang-senang. Syari’at mewajibkan nafkah atas suami kepada istrinya.

Nafkah hanya diwajibkan atas suami karena tuntutan akad nikah dan karena

keberlangsungan bersenang-senang sebagaimana istri wajib taat kepada suami,

selalu menyertainya, mengatur rumah tangga, mendidik anak-anaknya. Ia

tertahan untuk melaksanakan haknya, “Setiap orang yang tertahan untuk hak

orang lain dan manfaatnya, maka nafkahnya atas orang yang menahan

karenanya”.

Kemurahan Allah terhadap manusia salah satunya yaitu mengutus seorang

Rasul kepada umat manusia dengan menjadikan Al-Qur‟an sebagai kitab

pedoman.karena Al-Qur‟an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya

selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Allah menurunkan Al-

Qur‟an kepada Rasulullah s.a.w. untuk mengeluarkan manusia dari suasana

yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang

lurus.1 Al-Qur‟an yang secara harfiah berarti "bacaan sempurna" merupakan

suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun

sejak manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun yang lalu yang dapat

menandingi Al-Quran Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.


B. Rumusan Masalah

1. Apa itu nafkah?

2. Apa itu radha’ah?

3. Apa sajakah ayat tetang nafkah dan radha’ah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Apa itu nafkah

2. Untuk mengetahui Apa itu radha’ah

3. Untuk mengetahui Apa sajakah ayat tetang nafkah dan radha’ah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nafkah

Nafkah terambil dari suku kata‫ نافاك‬- ‫ َنافا – يناك ال‬yang artinya mengeluarkan,

membelanjakan, atau membiayai. Secara terminologis, nafkah berarti

mencukupi makanan, pakaian, dan tempat tinggal bagi yang menjadi

tanggungannya. Atau pengeluaran biaya seseorang terhadap orang yang wajib

dinafkahinya, Wabah az-Zuhaili juga berpendapat tentang nafkah yaitu:

Artinya : “Yaitu mencukupi kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya

berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal”. Nafkah merupakan suatu hak

yang wajib dipenuhi oleh seorang suami terhadap istrinya, nafkah ini

bermacam-macam, bisa berupa makanan, tempat tinggal, pelajaran (perhatian),

pengobatan, dan juga pakaian meskipun wanita itu kaya. Atas dasar Alqur‟an,

Sunah, ijma‟, dan dalil, Para ahli fikih mewajibkan nafkah untuk istri atas

suaminya.

Secara etimologi, nafkah berasal dari bahasa Arab yakni dari suku

kata anfaqa yunfiqu- infaqan. Dalam kamus Arab-Indonesia, secara etimologi

kata nafkah diartikan dengan “pembelanjaan”. Dalam tata bahasa Indonesia

kata nafkah secara resmi sudah dipakai dengan arti “pengeluaran” Dalam

kitab-kitab fiqh pembahasan nafkah selalu dikaitkan dengan pembahasan

nikah, karena nafkah merupakan konsekuensi terjadinya suatu aqad antara

seorang pria dengan seorang wanita. (tanggung jawab seorang suami dalam
rumah tangga/keluarga), sebagaimana yang diungkapkan oleh al- Syarkawi

: “Ukuran makanan tertentu yang diberikan (menjadi tanggungan) oleh suami

terhadap isterinya, pembantunya, orang tua, anak budak dan binatang ternak

sesuai dengan kebutuhannya” .

Defenisi yang dikemukakan oleh al-Syarkawi di atas belum mencakup

semua bentuk nafkah yang dijelaskan dalam ayat dan sunnah Rasul. Wahbah

al-Zuhaili menjelaskan pengertian nafkah sebagai berikut :

“Nafkah Yaitu mencukupi kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya

berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal”. Mencermati beberapa definisi

serta batasan tersebut di atas dapat dipahami, bahwa nafkah itu adalah

pengeluaran yang biasanya dipergunakan oleh seseorang untuk orang yang

menjadi tanggungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik berupa

pangan, sandang ataupun papan dan lainnya dengan sesuatu yang baik.

Nafkah adalah pemberian dari suami yang diberikan kepada istri setelah

adanya suatu akad pernikahan. Nafkah wajib karena adanya akad yang sah,

penyerahan diri istri kepada suami, dan memungkinkan untuk terjadinya

bersenang-senang. Syari’at mewajibkan nafkah atas suami kepada istrinya.

Nafkah hanya diwajibkan atas suami karena tuntutan akad nikah dan karena

keberlangsungan bersenang-senang sebagaimana istri wajib taat kepada suami,

selalu menyertainya, mengatur rumah tangga, mendidik anak-anaknya. Ia

tertahan untuk melaksanakan haknya, “Setiap orang yang tertahan untuk hak

orang lain dan manfaatnya, maka nafkahnya atas orang yang menahan

karenanya”.
Yang dimaksud dengan nafkah di sini adalah seluruh kebutuhan dan

keperluan istri yang berlaku menurut keadaan dan tempat, seperti makanan,

pakaian, rumah, dan sebagainya. Banyaknya nafkah yang diberikan adalah

sesuai dengan kebutuhan yang secukupnya dan sesuai dengan kemampuan

suami.

Kadar Nafkah yang paling ideal diberikan oleh para suami kepada segenap

keluarganya adalah cukup, Tetapi, ketentuan cukup ini sangat bervariasi dan

relatif apalagi jika dilihat dari selera pihak yang diberi yang notabene manusia

itu sendiri memilliki sifat dasar tidak pernah merasa cukup. Kaitannya dengan

kadar nafkah keluarga, Islam tidak mengajarkan untuk memberatkan para

suami dan juga tidak mengajarkan kepada anggota keluarga untuk gemar

menuntut. Sehingga kadar cukup itu bukan ditentukan dari pihak keluarga yang

diberi, melainkan dari pihak suami yang memberi. Kecukupan disesuikan

dengan kemampuan suami, tidak berlebihan dan tidak terlalu kikir.

B. Macam-macam nafkah

Ulama fikih sependapat, bahwa nafkah yang harus dikeluarkan adalah yang

dapat memenuhi kebutuhan pokok eperti makan, pakaian dan tempat tinggal.

Ulama fikih membagi nafkah atas dua macam :

1. Nafkah Diri Sendiri Sesorang harus mendahulukan nafkah untuk dirinya

dari nafkah kepada orang lain, dengan sabda Rosulullah SAW


Artinya : “mulailah dengan diri engkau, kemudian bagi orang yang berada

dibawah tanggung jawabmu”.( HR. Muslim, Ahmad bin Hambl, Abu

Dawud, dan an Nasa‟i dari Jabir bin Abdullah )

2. Nafkah seseorang terhadap orang lain Kewajiban nafkah terhadap orang

lain, menurut kesepakatan ahli fikih, ada tiga hal yang menyebabkan

terjadinya nafkah :

a) Hubungan perkawinan

b) Hubungan kekerabatanHubungan perkawinan yaitu suami diwajibkan

memberi nafkah kepada isterinya yang taat, baik makanan, pakaian,

tempat tinggal, dan lain-lain menurut keadaan ditempat masing-masing

dan menurut kemampuan suami. Sebab kekerabatan yaitu bapak atau ibu,

jika bapak tidak ada wajib memberi nafkah kepada anaknya, begitu juga

kepada cucu. Tetapi dengan syarat anak kecil dan miskin.

C. Pengertian Radha’ah

Radha'ah adalah penyusuan/menyusui bayi yang dilakukan oleh

perempuan selain ibu kandung. Hal ini terjadi karena banyak faktor. Seperti

ibu asli bayi tidak keluar ASI atau tidak mau menyusui atau ibu asli bayi

meninggal dunia atau memiliki penyakit yang menular sehingga dikuatirkan

menular ke anaknya apabila memaksa menyusui bayinya, dan lain sebagainya.

Radha'ah memiliki akibat hukum dalam Islam. Yakni, terjadinya hubungan

mahram antara bayi (radhi') dan ibu yang menyusui (murdhi'ah) serta anak-

anaknya ibu yang menyusui.


“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,

Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah

memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang

tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang

ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena

anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin

menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan

permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin

anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila

kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu

kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu

kerjakan”.

Namun dalam ayat tersebut dapat kita lihat bahwasannya bukan hanya

masalah penyusuan anak kepada orang lain dikarenakan ada faktor urgen yang

bisa terjadi hal seperti itu, tetapi ada hal yang sangat menarik yaitu seorang

ibu kandung menyusui anaknya sampai umur dua tahun. Karena menurut

penelitian Penelitian medis dan psikologis menyatakan bahwa masa dua tahun

pertama sangat penting bagi pertumbuhan anak agar tumbuh sehat secara fisik

dan psikis. Selama masa penyusuan anak mendapatkan dua hal yang sangat

berarti bagi pertumbuhan fisik dan nalurinya.

Anak mendapatkan makanan berkualitas prima yang tiada bandingannya.

ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan anak untuk

pertumbuhannya, sekaligus mengandung antibodi yang membuat anak tahan


terhadap serangan penyakit. Anak mendapatkan dekapan kehangatan, kasih

sayang dan ketentraman yang kelak akan mempengaruhi suasana kejiwaannya

di masa mendatang. Perasaan mesra, hangat, dan penuh cinta kasih yang

dialami anak ketika menyusu pada ibunya akan menumbuhkan rasa kasih

sayang yang tinggi kepada ibunya.

D. Ayat- ayat tentang nafkah dan radha’ah

1. Q.S Al-baqarah

ٗ‫اعةَ ۗ َو َعلَى الْ َم ْولُْوِد لَو‬


َ‫ض‬ َّ ‫ْي لِ َم ْن اََر َاد اَ ْن يُّتِ َّم‬
َ ‫الر‬ ِ ْ َ‫ْي َك ِامل‬
ِ ْ َ‫ت يُر ِض ْعن اَْوََل َد ُى َّن َح ْول‬ ِ
َ ْ ُ ‫َوالْ َوال ٰد‬

ۤ ِ ِۗ
‫ضا َّر َوالِ َدة ۚبَِولَ ِد َىا َوََل‬ ِ
ُ َّ‫ِرْزقُ ُه َّن َوك ْس َوتُ ُه َّن ِِبلْ َم ْع ُرْوف ََل تُ َكل‬
َ ُ‫ف نَ ْفس اََّل ُو ْس َع َها ۚ ََل ت‬

‫اض ِّمْن ُه َما َوتَ َش ُاوٍر‬ ِ ِ ِ ِ ‫مولُود لَّوٗ بِولَ ِدهٗ وعلَى الْوا ِر‬
ٍ ‫ص ااَل َع ْن تَ َر‬ َ ‫ث ِمثْ ُل ٰذل‬
َ ‫ك ۚ فَا ْن اََر َادا ف‬ َ ََ َ ْ َْ

‫اح َعلَْي ُك ْم اِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َّمآْ اٰتَ ْي تُ ْم‬ ِ ِ ِ


َ َ‫اح َعلَْيه َما َۗوا ْن اََرْد ُُّّْت اَ ْن تَ ْستَ ْرضعُْْٓوا اَْوََل َد ُك ْم فَ ََل ُجن‬
َ َ‫فَ ََل ُجن‬

ِۗ ‫ِِبلْمعرو‬
ِ ‫ف واتَّ ُقوا ٰاّلل و ْاعلَمْٓوا اَ َّن ٰاّلل ِِبَا تَعملُو َن ب‬
‫صْي ر‬ َ ْ َ ْ َّ ْ ُ َ َّ َ ُْ ْ َ

Artinya: Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,

bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung

nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani

lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan

jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun
(berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan

persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas

keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka

tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut.

Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang

kamu kerjakan.

2. Q.S. An-Nisa 4:34

ِ ۤ ِ
ۗ ‫ض َّوِِبَآْ اَنْ َف ُق ْوا ِم ْن اَْم َوالِِ ْم‬
ٍ ‫ض ُه ْم َع ٰلى بَ ْع‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ٰ
‫اّلل‬ ‫َّل‬
‫ض‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ِ
‫ِب‬ ‫ء‬ ‫ا‬ ُ ‫اَ ِّلر َج‬
َ ْ َ ُّ َ َ َ ‫ال قَ َّو ُام ْو َن َعلَى النّ َس‬

‫اّللُ َۗوا ٰلِّ ِْت ََتَافُ ْو َن نُ ُش ْوَزُى َّن فَعِظُْوُى َّن َو ْاى ُج ُرْوُى َّن‬
ّٰ ‫ظ‬َ ‫ب ِِبَا َح ِف‬
ِ ‫ت ٰقنِتٰت ٰح ِف ٰظت لِّْلغَْي‬ ِ ٰ َ‫ف‬
ُ ‫الصل ٰح‬
ّ

‫اّللَ َكا َن َعلِيِّا َكبِْي ارا‬ ِ ِ ِ ‫ِِف الْمض‬


ّٰ ‫اض ِربُ ْوُى َّن فَا ْن اَطَ ْعنَ ُك ْم فَ ََل تَْب غُ ْوا َعلَْي ِه َّن َسبِْي اَل ۗا َّن‬
ْ ‫اج ِع َو‬ َ َ

Artinya: "Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah

telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain

(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari

hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat

(kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah

menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz,

hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur

(pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka
menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya.

Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar." (Q.S. An-Nisa': 34).

3. Q.S Al-thalaq 65: 6-7

َ ُ‫وى َّن لِت‬


‫ضيِّ ُقوا َعلَْي ِه َّن َوإِ ْن ُك َّن‬ ُ ‫ار‬ َ ُ‫ث َس َك ْن تُ ْم ِم ْن ُو ْج ِد ُك ْم َوال ت‬
ُّ ‫ض‬ ُ ‫وى َّن ِم ْن َح ْي‬
ُ ُ‫َس ِكن‬
ْ‫أ‬

‫ورُى َّن‬
َ ‫ُج‬
ُ ‫وى َّن أ‬
ُ ُ‫ض ْع َن لَ ُك ْم فَآت‬ َ َ‫ُوالت ََحْ ٍل فَأَنْ ِف ُقوا َعلَْي ِه َّن َح ََّّت ي‬
َ ‫ض ْع َن ََحْلَ ُه َّن فَِإ ْن أ َْر‬ ِ ‫أ‬

‫) لِيُ ْن ِف ْق ذُو َس َع ٍة ِم ْن َس َعتِ ِو‬6( ‫ض ُع لَوُ أُ ْخ َرى‬ ٍ


ِ ‫وف وإِ ْن تَ عاسرُُْت فَستُ ر‬ ِ
ْ َ ْ َ َ َ ‫َوأْ ََت ُروا بَ ْي نَ ُك ْم ِِبَْع ُر‬

ُ‫اَّلل‬ َ ‫سا إِال َما‬


َّ ‫آَت َىا َسيَ ْج َع ُل‬ َّ ‫ف‬
ً ‫اَّللُ نَ ْف‬ ُ ِّ‫اَّللُ َال يُ َكل‬ َ ‫َوَم ْن قُ ِد َر َعلَْي ِو ِرْزقُوُ فَ لْيُ ْن ِف ْق ِِمَّا‬
َّ ُ‫آَته‬

)7( ‫بَ ْع َد عُ ْس ٍر يُ ْس ًرا‬

Artinya: Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah di talak) itu

sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin,

kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu, maka berikanlah

kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala

sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain

boleh menyusukan (anak itu) untuknya. Hendaklah orang yang mampu memberi

nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya,


hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah

tidak memikulkan beban kepada seseorang, melainkan (sekadar) apa yang Allah

berikan kepadanya. Allah kelak akan memberi kelapangan sesudah kesempitan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nafkah terambil dari suku kata‫ نافاك‬- ‫ َنافا – يناك ال‬yang artinya mengeluarkan,

membelanjakan, atau membiayai. Secara terminologis, nafkah berarti

mencukupi makanan, pakaian, dan tempat tinggal bagi yang menjadi

tanggungannya. Atau pengeluaran biaya seseorang terhadap orang yang wajib

dinafkahinya, Wabah az-Zuhaili juga berpendapat tentang nafkah yaitu:

Artinya : “Yaitu mencukupi kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya

berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal”. Nafkah merupakan suatu hak

yang wajib dipenuhi oleh seorang suami terhadap istrinya, nafkah ini

bermacam-macam, bisa berupa makanan, tempat tinggal, pelajaran (perhatian),

pengobatan, dan juga pakaian meskipun wanita itu kaya. Atas dasar Alqur‟an,

Sunah, ijma‟, dan dalil, Para ahli fikih mewajibkan nafkah untuk istri atas

suaminya.

Radha'ah adalah penyusuan/menyusui bayi yang dilakukan oleh perempuan

selain ibu kandung. Hal ini terjadi karena banyak faktor. Seperti ibu asli bayi

tidak keluar ASI atau tidak mau menyusui atau ibu asli bayi meninggal dunia

atau memiliki penyakit yang menular sehingga dikuatirkan menular ke anaknya

apabila memaksa menyusui bayinya, dan lain sebagainya


DAFTAR PUSTAKA

ahmad Warson Munawir, Kamus Al Munawwir,(Yogyakarta:Pondok Pesantren al

Munawwir, 1984)

Drs. H. Rahmat Hakim, Hukum Pernikahan Islam. (Bandung: Pustaka Setia

2000)

bnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, Penerjemah; M.A. Abdurrahman, (Semarang:

Asy-Syifa’, 1990)

Anda mungkin juga menyukai