Anda di halaman 1dari 11

532

SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

DARI FULL DAY SCHOOL KE KEBIJAKAN ENAM HARI


SEKOLAH: RASIONALISASI PRAKTIK DAN EVALUASI
PEMBELAJARAN PASCA FULL DAY SCHOOL DI SMA NEGERI
1 KEDUNGREJA KABUPATEN CILACAP
Apriyani, Nurul Fatimah, Harto Wicaksono
Universitas Negeri Semarang
Email: apriyani467@gmail.com, fatimahnurul18@mail.unnes.ac.id, hartowicaksono@mail.unnes.ac.id

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana praktik dan evaluasi pembelajaran pasca Full Day
School (FDS) di SMA Negeri 1 Kedungreja pasca praktik FDS. Penelitian dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Kedungreja dengan pendekatan kualitatif. Adapun fokus penelitiannya, yaitu rasionalitas
kebijakan kembali enam hari sekolah, praktik pembelajaran pasca FDS, dan tanggapan guru, orangtua,
dan peserta didik terhadap diberlakukannya kebiajkan enam hari sekolah. Teknik pengumpulan data
dilaksanakan melalui observasi partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Data penelitian dianalisis
dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) alasan SMA Negeri
1 Kedungreja kembali pada kebijakan enam hari sekolah pasca full day school karena dalam
pelaksanaan full day school sekolah mengalami kendala yang berdampak pada kualitas pembelajaran,
baik pada aspek proses maupun hasil. (2) Proses pelaksanaan pembelajaran dalam sekolah enam hari
pasca full day school di SMA Negeri 1 Kedungreja tidak jauh berbeda dengan pembelajaran ketika full
day school baik dilihat dari model dan metode yang digunakan. (3) Guru, peserta didik, dan orang tua
peserta didik memberikan tanggapan yang beragam terkait pelaksanaan sekolah enam hari pasca full
day school, baik pro dan kontra sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Kata kunci: Kebijakan, Full Day School, Sekolah Enam Hari

1 PENDAHULUAN tersebut tidak berarti peserta didik berada di


sekolah selama 24 jam. Peserta didik berada di
Pemerintah Indonesia telah melakukan sekolah dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas WIB, dengan durasi istirahat setiap dua jam
pendidikan formal di Indonesia. Hal demikian sekali. Jadi peserta didik berada di sekolah selama
harus dilakukan agar outcome pendidikan dapat 9 jam. Lama waktu peserta didik di sekolah
berdaya saing global, namun tetap tidak dengan sistem FDS lebih panjang 3 jam dari
meninggalkan nilai dan pendidikan karakter yang peserta didik yang bersekolah dengan sistem half
selama ini banyak dikembangkan. Upaya untuk day school. Oleh karena itu, sekolah dapat
meningkatkan Sumberdaya Daya Manusia (SDM) mengatur jadwal pelajaran secara leluasa yang
mulai dari meningkatkan kualitas bagi tenaga disesuaikan dengan bobot mata pelajaran yang
pendidik, penyediaan sarana dan prasarana ditambah dengan pendalaman materi.
sekolah yang berkualitas, sampai mengubah FDS sendiri diadopsi dari pendidikan yang
kurikulum dalam penyelenggaraan pendidikan di ada di Amerika. Alasannya banyaknya ibu di
sekolah. Beberapa upaya tersebut bahkan menjadi Amerika Serikat yang memiliki pekerjaan di luar
kebijakan nasional yang mau tidak mau, sekolah rumah tangga menginginkan anaknya memiliki
wajib mengikutinya. Mulai dari perencanaan, prestasi akademik yang lebih baik serta peserta
proses, sampai hasil dan evaluasi menjadi fokus didik dapat terhindar dari hal-hal yang negatif jika
sekolah untuk dapat menyesuaikan kebijakan berada di luar sekolah. Sementara kebijakan FDS
pemerintah. Salah satu kebijakan yang sempat di Indonesia dilatarbelakangi kurangnya waktu
menjadi perbincangan dan menarik untuk dikaji peserta didik untuk menjalin kedekatan dengan
adalah kebijakan mengenai Full Day School keluarga. Ketika akhir pekan peserta didik
(FDS) yang tertuang dalam permendikbud tahu diharapkan memiliki waktu yang lebih banyak
2017, nomor 23 mengenai hari sekolah. untuk bersama keluarganya, sehingga kedekatan
FDS berasal dari Bahasa Inggris yang antara anak dan orang tua terjalin dengan baik.
memiliki arti sekolah sehari penuh, namun istilah Ada beberapa alasan mengapa FDS banyak


533
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

bermunculan. Pertama, kurang baiknya Negeri 1 Kedungreja berdiri pada tahun 1996.
lingkungan masyarakat. Hal ini menuntut orang SMA Negeri 1 Kedungreja bukanlah satu-satunya
tua harus selalu megawasi anak-anaknya karena sekolah yang menerapkan kebijakan FDS.
dikahawatirkan anak akan ikut dalam pergaulan Kebijakan ini berjalan bersamaan dengan sekolah
atau lingkungan sosial yang kurang baik. Kedua, Negeri lainnya di Kabupaten Cilacap yang siap
kurang adanya waktu yang disediakan orang tua dengan program FDS.
untuk menemani anaknya dikarenakan adanya Pada proses Full day school di SMA Negeri 1
tuntutan pekerjaan, sosial atau apapun yang Kedungreja, banyak kendala yang dihadapi guru
menyibukkan orang tua. Ketiga, kecenderungan dan peserta didik ketika pembelajaran di kelas.
anak apabila di rumah hanya bermain dan malas Pada saat jam pelajaran ke enam hingga selesai,
untuk belajar (Arsyadana, 2010). peserta didik sudah tidak bisa fokus dengan
Praktik sistem FDS di Indonesia sebenarnya materi yang disampaikan oleh guru, sehingga
sudah berjalan sebelum adanya kebijakan dari kelas menjadi tidak kondusif dan banyak peserta
Kemendikbud, yaitu pada sekolah swasta dan didik yang tidak bisa mengikuti pelajaran dengan
sekolah internasional yang mengharuskan peserta baik.
didiknya untuk tinggal di asrama dan sekolah Pada awal tahun ajaran 2016/2017 SMA
yang berbasis keagamaan seperti pesantren. Sejak Negeri 1 Kedungreja resmi kembali pada
disahkannya kebijakan Kemendikbud tentang kebijakan sekolah enam hari yang sebelumnya
FDS, sekolah negeri pun mulai sudah melalui rapat evaluasi menyangkut
mengimplementasikan sistem tersebut yang kebijakan FDS yang telah berjalan selama dua
dipadukan dengan kurikulum di sekolah masing- semester. Dalam evaluasi yang dilakukan oleh
masing. kepala sekolah, komite, dewan guru, dan wali
Dalam kesehariannya, pelaksanaan FDS juga murid, hasilnya kebijakan FDS tidak berjalan
disebut dengan Sekolah Lima Hari (SLH) secara efektif dan berimbas pada berbagai aspek.
(Sofanudin, 2017). Dari isu FDS sampai Sehingga melalui berbagai pertimbangan, sekolah
penerapannya, kebijakan ini menjadi mengambil keputusan untuk menghentikan full
problematika sendiri baik bagi penyelenggara day school dan kembali pada sekolah enam hari.
pendidikan maupun orangtua peserta didik. Penelitian tentang FDS telah banyak
Munculnya kebijakan FDS memunculkan pro dan dilakukan seperti penelitian yang dilakukan oleh
kontra. Munculnya pro dan kontra diikuti dengan Refliandra (2014) tentang Perbedaan Tingkat
berbagai respon, bagi yang pro berargumentasi Stres antara Peserta didik Sekolah Dasar yang
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Bersistem Full Day dan Half Day di beberapa SD
Sementara yang kontra beranggapan bahwa yang menerapkan sistem full day school dan half
keberadaan FDS akan menggerus pendidikan day school di Yogyakarta. Hasil penelitian
nonformal keagamaan seperti TPQ. Respon menunjukkan bahwa tingkat stres peserta didik
tersebut muncul karena terjadi pemadatan sekolah SD full-day 82,90 persen lebih tinggi daripada
dari enam hari menjadi 5 hari dengan konsekuensi peserta didik SD half-day yaitu 43,93 persen.
jam pulang sekolah peserta didik menjadi sore, Dari hasil kategorisasi, peserta didik SD full-day
anak lelah, dan tidak bisa mengikuti pendidikan berada pada tingkat stres yang sedang, sedangkan
nonformal pada masyarakat dengan baik. peserta didik SD half-day berada pada tingkat
Kondisi di atas juga terjadi pada masyarakat stres yang rendah. Hal ini disebabkan karena
Jawa Tengah, khususnya setelah adanya peserta didik di sekolah full-day mendapatkan
himbauan dari Gubernur JawaTengah dengan beban tugas yang lebih berat, waktu belajar di
adanya surat edaran Nomor 420/006752/2015 sekolah yang lebih panjang daripada peserta didik
tentang penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolah half-day. Hal ini juga ada kesesuain
lima hari di Provinsi Jawa Tengah. Gubernur dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari,
Jawa Tengah menghendaki untuk pendidikan dkk (2018) yang membahas tentang analisis
menengah atas, terutama yang berstatus negeri implementasi kebijakan FDS. Apa yang dibahas
untuk mengikuti kebijakan pusat mengenai oleh Refliandra dan Wulandari merupakan
penyelenggaraan FDS di sekolah. Dalam hal ini evaluasi terhadap pelaksanaan FDS yang
termasuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 dilakukan di sekolah, sementara apa yang
Kedungreja tanpa kecuali, walaupun dalam dilakukan oleh penulis adalah melihat kembalinya
praktiknya sekolah ini kembali kepada kebijakan sekolah dari kebijakan FDS ke kebijakan enam
lama, yaitu kembali pada kebijakan pendidikan hari. Apa yang belum dilaksanakan oleh peneliti
enam hari sekolah. sebelumnya, dikaji oleh penulis dalam rangka
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kedungreja melengkapi kajian tentang FDS, baik dari aspek
merupakan salah satu sekolah negeri di pelaksanaan kebijakan FDS maupun impact FDS
Kabupaten Cilacap yang pernah sehingga sekolah kembali pada kebijakan yang
mengimplementasikan kebijakan FDS. SMA lama.


534
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

Studi lain dilakukan oleh Holm (2014) tentang program adalah upaya penyediaan informasi
Parental perspectives on Danish full-day schools untuk disampaikan kepada pengambil keputusan
for ethnicminority students. Hasilnya (Arikunto dan Cepi Safrudin, 2014: 5). Evaluasi
menunjukkan bahwa penerapan program full day program dapat dilakukuan di berbagai bidang
school untuk etnik minoritas Danish di Vollmosh salah satunya adalah program pendidikan.
mengalami konflik dan pertentangan antara pihak Evaluasi program dalam bidang pendidikan
orang tua dengan pihak sekolah. Beberapa orang merupakan suatu kegiatan terencana yang
tua khawatir dengan percobaan sekolah sehari bertujuan untuk mengetahui tercapainya program
penuh didasarkan pada anak-anak di Vollsmose pendidikan. Model yang digunakan oleh peneliti
yang "tidak pada tingkat yang sesuai dengan dalam penelitian ini adalah evaluasi model CIPP
usia", karena alasan inilah yang mengharuskan (Context, Input, Process, Product). (2) Teori
orangtua untuk mentransfer anak-anak mereka ke difusi inovasi dalam pendidikan oleh Evrett
sekolah lain yang tidak menjalankan program Roger. Teori difusi inovasi menurut Roger adalah
sekolah sehari penuh. Hari yang panjang di bagaimana suatu difusi disampaikan melalui
sekolah membatasi anak untuk merencanakan saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada
kegiatan mereka di waktu yang luang. Baik kami sekolompok anggota dari sistem sosial. Terdapat
(penulis) maupun Holm melihat kendala dalam empat elemen pokok dalam difusi inovasi
penyelenggaraan FDS, namun Holm menurut pemikiran Roger (dalam Yusuf, 2013):
memfokuskan pada tindakan orangtua yang (a) Inovasi merupakan gagasan tindakan atau
memindahkan anaknya ke sekolah yang tidak barang yang dianggap baru oleh seseorang, (b)
menerapkan FDS. Sementara kami memfokuskan Saluran komunikasi merupakan alat untuk
pada kebijakan intern sekolah yang melihat menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber
kurang efektifnya penyelenggaraan FDS, kepada penerimanya, (c) Jangka waktu dalam
sehingga berdasarkan keputusan bersama pihak proses pengambilan keputusan untuk menerima
sekolah, komite, dan orangtua peserta didik atau menolak inovasi, (d) Sistem sosial yang
sepakat pada kembalinya ke kebijakan enam hari merupakan kumpulan unit yang berbeda secara
sekolah. fungsional dan terkait kerjasama untuk
Perspektif lain dalam mengkaji FDS dilakukan memecahkan masalah dalam rangka mencapai
oleh Arioka. Arioka (2018) melihat FDS sebagai tujuan bersama. Tulisan ini bertujuan untuk; (1)
sebuah kebijakan dengan pendekatan teori kritis. mengetahui alasan sekolah mengambil keputusan
Konsekuensinya, dasar lahirnya FDS ditempatkan untuk kembali ke kebijakan enam hari sekolah
sebuah ideologi yang pro terhadap kapitalis. pascakebijakan full day school di SMA Negeri 1
Menurutnya Di tataran hubungan kuasa Kedungreja, (2) mengetahui proses pelaksanaan
(power/proxy power) hasil penelitiannya sekolah enam hari dalam kegiatan pembelajaran
menyatakan bahwa adannya hegemoni ideologi di kelas pasca full day school di SMA Negeri 1
kapitalistik dalam penerapan FDS. Ideologi ini Kedungreja, (3) mengetahui tanggapan dari
kemudian dilegitimasi lewat otoritas pengambil peserta didik dan orang tua peserta didik atas
kebijakan, yakni Mendikbud (yang mendapatkan diberlakukannya kembali kebijakan enam hari
dukungan dari Presiden dan Wakil Presiden. Hal sekolah di SMA Negeri 1 Kedungreja.
ini berbeda dengan kami yang melihat FDS
sebagai sebuah kebijakan yang ketika diterapkan
tidak banyak menguntungkan peserta didik dan 2 METODE PENELITIAN
penyelenggara pendidikan yang terkait, sehingga
sekolah penyelenggara memberikan respon untuk
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
kembali pada kebijakan enam hari sekolah.
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan
Penelitian ini menyempurnakan berbagai kendala
data yang mendalam, suatu data yang
yang diterapkan oleh sekolah dalam menerapkan
mengandung makna dan tidak menekankan pada
FDS dengan berani mengambil sikap positif dan
generalisasi (Sugiyono, 2013). Fokus kajian
berbeda dari himbauan dan kebijakan, tetapi tidak
dalam penelitian ini terletak pada dampak sekolah
mengesampingkan kualitas pendidikan sekolah.
enam hari pasca full day school dalam
Kebijakan lokal dan tanggungjawab intern
pembelajaran di SMA Negeri 1 Kedungreja yang
sekolah menjadi daya tarik untuk dilakukan
berkonsekuensi pada kembalinya penerapan
penelitian yang belum banyak dikaji oleh peneliti
kebijakan enam hari sekolah. Lokasi penelitian ini
terdahulu.
adalah SMA Negeri 1 Kedungreja Kabupaten
Dalam membahas topik FDS, maka kami
Cilacap dengan alasan SMA Negeri 1 Kedungreja
menggunakan beberapa teori, yaitu (1) teori
merupakan satu-satunya sekolah yang berstatus
evalasi program model Context, Input, Process,
negeri di wilayah Kabupaten Cilacap bagian Barat
Product, Output oleh Stufflebeam yang
yang menghentikan program full day school dan
dikembangkan Arikunto tahun 2000. Evaluasi
kembali pada kebijakan sekolah enam hari.


535
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

Informan utama dalam penelitian ini adalah guru, keadaan guru PNS dan Wiyata Bhakti. Sebagian
peserta didik, dan waka kurikulum, sedangkan besar guru yang ada di sekolah berasal dari daerah
informan pendukung dalam penelitian ini adalah sekitar Kecamatan Kedungreja dan Kecamatan
orang tua peserta didik. Teknik pengumpulan data Sidareja.
yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Keabsahan data menggunakan Praktik Full Day School di SMA
triangulasi data. Teknik analisis data meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, Negeri 1 Kedungreja
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Pelaksanaan full day school di SMA Negeri 1
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Kedungreja dijalankan berdasarkan surat edaran
dari Gubernur Jawa Tengah Nomor
420/006752/2015 tentang penyelenggaraan
Penelitian ini dilaksanakan pada 17 Maret
kegiatan pendidikan di Provinsi Jawa. Dalam
s/d 8 April 2017 di SMA Ngeri 1 Kedungreja
surat edaran tersebut tertuang perintah untuk
yang terletak di Jalan Raya Tambaksari Tromol
menyelenggarakan pendidikan lima hari per
Pos 212 Kecamatan Kedungreja Kabupaten
minggu. Berdasarkan surat edaran tersebut, maka
Cilacap. SMA Negeri 1 Kedungreja memiliki
pada awal tahun ajaran 2015/2016 SMA Negeri 1
berbagai prestasi di bidang akademik dan non
Kedungreja resmi menjalankan pendidikan lima
akademik. Berbagai kejuaraan di raih Sekolah,
hari per minggu. Dilihat dari kesiapan sekolah
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh
dalam penyelenggaraan pendidikan lima hari per
penulis SMA Negeri 1 Kedungreja memiliki
mingu, sebenarnya sekolah belum siap dengan
berbagai kejuaraan yang pernah diraih sekolah
program tersebut. Sekolah belum benar-benar siap
pada tahun 2016 dan 2017 diantaranya juara II
untuk menyelenggarakan program full day school
OSN tingkat kabupaten pada tahun 2016, juara II
karena banyak hal yang harus dipersiapkan mulai
lomba FLS2N tingkat Kabupaten pada tahun
dari sarana prasarana, kesiapan guru, kesiapan
2016, Juara III lomba Seni Kriya tingkat
peserta didik, dan assessment lainnya. Meskipun
Kabupaten tahun 2017, Juara II Lomba Baca puisi
kebijakan tersebut berlaku bagi sekolah yang
tingkat kabupaten tahun 2017, dan juara I lomba
sudah siap dengan program penyelenggaraan
tilawatil Qur’an tingkat Kabupaten. SMA Negeri
pendidikan lima hari per minggu, SMA Negeri 1
1 Kedungreja memiliki visi yaitu “Prestasi
Kedungreja tetap menjalankan program tersebut
Unggul Bermartabat” untuk mencapai visi
serentak dengan sekolah menengah atas lain yang
tersebut melalui misi yang ada. Berikut adalah
ada di Kabupaten Cilacap bagian Barat seperti
misi SMA Negeri 1 Kedungreja; Pertama,
SMA Negeri 1 Sidareja, SMA Negeri 1 Patimuan,
melaksanakan kurikulum tingkat satuan
SMA Negeri 1 Majenang, SMA Negeri 1
pendidikan. Kedua, menyediakan sarana
Bantarsari, dan SMA Negeri 1 Cipari.
pendidikan pendukung kegiatan belajar mengajar.
Dalam praktiknya full day school di SMA
Ketiga, mewujudkan pendidikan yang
Negeri 1 Kedungreja, sekolah mengatur ulang
menghasilkan lulusan berkualitas, beriman dan
jadwal yang sudah berjalan sebelumnya yaitu
berkompetensi. Keempat, menumbuhkan minat
ketika sekolah enam hari. Adapun perubahan
belajar peserta didik secara optimal. Kurikulum
jadwal kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri
merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
1 Kedungreja ketika full day school sebagai
sekolah. Kurikulum yang diterapkan di SMA
berikut setiap hari senin sampai jumat sekolah
Negeri 1 Kedungreja adalah KTSP dan
masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 16.00,
Kurikulum 2013. Sekolah mulai menerapkan
sedangkan waktu istirahat yaitu istirahat pertama
kurikulum 2013 di kelas X sedangkan KTSP
jam 10.00 sampai dengan jam 10.15 dan istirahat
masih diterapkan di kelas XI dan kelas XII. Hal
kedua jam 11.45 sampai jam 12.30 waktu untuk
ini karena sekolah memiliki alasan dan bahan
istirahat kedua sekolah membuatnya lebih
pertimbangan mengapa tidak mengganti
panjang karena peserta didik harus makan siang
kurikulum 2013 secara keseluruhan.
dan melaksanakan ibadah sholat dzuhur begitu
SMA Negeri 1 Kedungreja memiliki ruang
pun dengan guru. Setiap hari terdapat sepuluh
kelas sebanyak 20 ruang yang digunakan untuk
jam pelajaran yang berisis lima hingga enam mata
belajar mengajar, dengan rincian sebagai berikut
pelajaran. Sekolah memiliki estimasi waktu
Kelas X memiliki 4 kelas untuk program MIA
pelajaran 45 menit untuk setiap satu jamnya.
dan 2 kelas untuk program IIS, kelas XI dan XI
Sementara itu, kegiatan lain yang termasuk di
memiliki 4 kelas untuk program MIA dan 3 Kelas
dalamnya adalah kegiatan ekstrakulikuler selain
Untuk program IIS. SMA Negeri 1 Kedungreja
pramuka dilaksanakan setiap hari selasa.
memiliki jumlah Guru sebanyak 39 orang dengan
rincian jumlah guru laki-laki sebanyak 23 orang
dan Perempuan sebanyak 16 orang dengan


536
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

Rasionalitas SMA Negeri 1 program full day school. Komponen hasil dapat
berupa pembelajaran yang diperoleh guru dan
Kedungreja Kembali pada Kebijakan peserta didik. Program full day school yang telah
Enam Hari Sekolah diterapkan di SMA Negeri 1 Kedungreja, hasilnya
Pelaksanaan full day school di SMA terdapat penurunan pada prestasi akademik
Negeri 1 Kedungreja hanya dapat berjalan selama peserta didik, kelelahan yang dirasakan oleh guru
dua semester. Pada awal tahun ajaran 2016/2017 dan peserta didik pada saat pembelajaran dan
sekolah memutuskan untuk menghentikan full kurangnya waktu bagi guru dan peserta didik
day school dan kembali pada kebijakan lama, untuk berkumpul bersama dengan keluarga
yaitu sekolah enam hari karena dalam berpengaru terhadap kualitas hasil akademik.
pelaksanaan full day school banyak kendala yang
dihadapi oleh sekolah. Melalui rapat pleno yang Proses dan Evaluasi Pembelajaran
diselenggrakan sekolah dengan melibatkan kepala Pasca Full Day School
sekolah, dewan guru dan komite sekolah,
membahas tentang evaluasi pelaksanaan program Secara prosedur, tidak ada perubahan
full day school yang telah berjalan, hasilnya dalam proses pembelajaran antara sekolah lima
banyak kendala yang dihadapi sekolah terutama hari dan sekolah enam hari. Pembelajaran pada
pada guru dan peserta didik ketika pembelajaran sekolah enam hari tidak jauh berbeda dengan
dengan sistem full day school. Selain melibatkan pembelajaran ketika sekolah lima hari baik dari
kepala sekolah, komite dan dewan guru, model dan metode yang digunakan. Hanya saja
sebelumnya sekolah telah memberikan surat pembelajaran pada sekolah lima hari lebih
kepada orang tua peserta didik untuk memilih membutuhkan banyak variasi dalam
anaknya sekolah lima hari atau enam hari. pembelajaran guna mengatasi kejenuhan
Hasilnya sebanyak 75% orang tua peserta didik peserta didik, sedangkan pada sekolah enam
memilih anaknya sekolah enam hari. Hal ini hari pembelajaran dilakukan dengan monoton.
dijadikan sebagai salah satu pertimbangan Kelas XI di SMA Negeri 1 Kedungreja
sekolah dalam rapat evaluasi program full day sampai saat ini masih menerapkan Kurikulum
school. Tingkat Satuan Pendidikan. Hal ini akan
Roger (1983) mendefinisikan sistem sosial mempengaruhi bagaimana proses pembelajaran
sebagai suatu kumpulan unit yang berbeda secara di kelas. Penulis memilih kelas XI IIS 2 sebagai
fungsional dan saling terikat dalam kerjasama
kelas contoh dalam penelitian karena kelas
untuk memecahkan masalah dalam rnagka
tersebut adalah kelas yang tergolong tidak aktif.
mencapai tujuan. Di antara anggota sistem sosial
ada yang memegang peranan penting dalam Materi yang dibahas adalah masyarakat
proses difusi, yakni mereka yang disebut degan multikultural. Pembelajaran dilakukan pada
pemuka pendapat. Pemuka pendapat merupakan jam ke lima dan jam ke enam yaitu tepatnya
orang yang memengaruhi sikap dan tingkah laku pukul 09.45 sampai dengan pukul 11.45. Dalam
orang lain. Pemuka pendapat memiliki pengaruh materi masyarakat multikultural terdapat nilai
terhadap proses penyebaran inovasi. Kepala karakter yang akan ditanamkan Guru kepada
Sekolah merupakan seseorang yang memiliki kepada peserta didik. Nilai nilai yang tertanam
pengaruh besar di sekolah terkait kebijakan salah kepada peserta didik dalam materi masyarakat
satunya full day school. Dalam pengambilan multikultural yaitu sikap toleransi, rasa ingin
keputusan SMA Negeri 1 Kedungreja tahu, cinta kebangsaan akan adanyanya
menggunakan tipe keputusan inovasi opsional masyarakat yang multikultural, sikap peduli
yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi dengan lingkungan sekitar dan memiliki sikap
berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh tanggung jawab.
individu yang dalam hal ini keputusan di ambil Sebelum melaksanakan pembelajaran
oleh Kepala SMA Negeri 1 Kedungreja. Ada Sosiologi di Kelas XI IIS 2, Bapak Novrianto
beberapa bahan pertimbangan sekolah dalam (guru) memasuki ruang kelas dan melakukan
mengambil keputusan untuk menghentikan full apersepsi berupa pembacaan Asmaul Husna
day school dan kembali pada kebijakan sekolah bersama-sama dan dilanjutkan dengan
enam hari di antaranya; aspek psikologis, apek
membaca doa. SMA Negeri 1 Kedungreja
sarana dan prasarana, aspek guru dan peserta
sudah membiasakan peserta didiknya untuk
didik, aspek nilai akademik peserta didik dan
aspek kondisi sosial enonomi peserta didik. membaca Asmaul Husna sebelum pelajaran
Komponen variabel evaluasi program full sejak delapan tahun yang lalu.
day school ialah Product (Hasil). Komponen
Hasil adalah sesuatu yang didapat oleh peserta
didik dan guru yang berupa pencapaian tujuan


537
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, peserta didik
mengerjakan “Ujian Penguasaan Materi” yang
ada di buku pegangan Guru. Guru menuliskan
soal di papan tulis dan peserta didik menjawab
soal secara runtut. Selanjutnya, peserta didik
mengumpulkan lembar jawab kepada Guru dan
Guru memilih beberapa lembar jawab untuk
melihat hasil pekerjaan peserta didik. Selanjutnya
Gambar 1. Pembacaan Asmaul Husna dilakukan pembahasan soal dan jawaban
Sebelum Pelajaran bersama-sama. Selama membahas soal, Guru
(Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017) menunjuk peserta didik untuk memberikan
jawaban dan alasannya. Hal ini bertujuan untuk
Pengaruh globalisasi dan perkembangan melatih peserta didik berpikir kritis dalam
IPTEK yang begitu deras, berdampak bagi memecahkan masalah serta melatih keberanian
masyarakat termasuk anak-anak, remaja dan peserta didik untuk belajar menyampaikan
orang tua, untuk itu harus disikapi dengan arif dan pendapatnya di depan umum, selanjutnya peserta
bijaksana, untuk menyikapinya dibutuhkan filter didik dan guru membuat rangkuman secara
solihnya mental spriritual. Oleh karena itu, bersama-sama. Dari sini dapat terlihat bahwa
program keagamaan yang ditanamkan di sekolah keaktifan siswa terbentuk karena proses
sangat dibutuhkan guna menyeimbangkan penunjukkan oleh guru, tidak pada kebutuhan
perilaku dan pengetahuan anak. Kegiatan inti belajar dari peserta didik. Proses semacam ini
dalam pembelajaran meliputi : merupakan upaya guru dalam membentuk sikap
kritis pada peserta didik lewat keaktifan
a. Eksplorasi berargumentasi meskipun guru tidak banyak
Dalam kegiatan eksporasi, guru melibatkan melakukan inovasi, baik dari aspek metode,
peserta didik XI IIS 2 dalam mencari informasi model, dan teknik pembelajaran dalam kelas.
menggunakan sumber belajar berupa LKS
Sosiologi dan koran terkait masyarakat c. Konfirmasi
multikultural. Dalam kegiatan eksplorasi guru Dalam kegiatan konfirmasi, guru
mendorong peserta didik untuk berpartisipasi memberikan umpan balik terhadap apa yang
aktif baik melalui pendapat dan menyampaikan dihasilkan peserta didik melalui pengalaman
informasi baru yang telah ditemukan dan di belajar, memberikan apresiasi terhadap kekuatan
diskusikan oleh peserta didik terkait materi dan kelemahan hasil belajar, menambah informasi
masyarakat multikultural. Selanjutnya Guru bagi peserta didik dan mendorong peserta didik
memberikan pertanyaan terkait kelompok- menggunakan pengetahuan lebih lanjut dari
kelompok dalam masyarakat dan salah satu sumber terpecarcaya untuk lebih menguatkan
peserta didik laki-laki menjawab. Pada kegiatan penguasaan kompetensi belajar.
elaborasi, Guru memfasilitasi terjadinya interaksi
antara peserta didik dengan Guru maupun peserta
didik dengan peserta didik. Selanjutnya Guru
memberikan penjelasan terkait pengertian
masyarakat multikultural dan faktor yang
mempengaruhi terbentuknya masyarakat
multikultural. Guru menggunakan buku pegangan
sosiologi dan menuliskan informasi baru di papan
tulis. Ketika Guru menjelaskan, peserta didik
menyimak Lembar Kerja Peserta didik dan
menulis jika ada informasi baru yang tidak ada di Gambar 2. Proses Tanya Jawab antara Guru
LKS. dan Peserta didik
( Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017)


538
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

Pada kegiatan konfirmasi dalam Dampak Sekolah Enam Hari Pasca


pembelajaran masyarakat multikultural, peserta Full Day School dalam Pembelajaran
didik menyimpulkan dan menjelaskan tentang
di SMA Negeri 1 Kedungreja
hal-hal yang belum diketahui seperti pengertian
Sekolah enam hari pasca full day school
masyarakat multikutural dan faktor pembentuk
mulai dijalankan kembali pada awal tahun ajaran
masyarakat multicultural. Sedangkan guru 2016/2017 sampai sekarang. Dalam praktiknya
berperan sebagai fasiitator dan narasumber serta sekolah enam hari pasca full day school
memberikan konfirmasi melalui berbagai sumber berdampak pada proses pembelajaran sosiologi
seperti buku pegangan guru terhadap hasil dalam berbagai aspek di antaranya; Pertama,
eksplorasi dan elaborasi yang telah dilakukan oleh keaktifan belajar peserta didik. Keaktifan belajar
peserta didik. Kegiatan inti pada pembelajaran adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
masyarakat multikultural membutuhkan waktu
maupun di luar sekolah yang menunjang
selama 110 menit mulai dari kegiatan eksplorasi, keberhasilan belajar peserta didik. Terdapat
elaborasi dan konfirmasi. beberapa aktifitas yang dilakukan peserta didik
dalam kegiatan belajar yaitu mendengar, melihat,
d. Kegiatan Akhir mencium, meraba, merasa, mengolah ide dan
menyatakan pendapat. Belajar merupakan
Pada kegiatan akhir, guru memberikan aktifitas yang berlangsung melalui proses,
pertanyaan kepada seluruh peserta didik di kelas tentunya tidak terlepas dari pengaruh baik dari
dan secara bersama-sama peserta didik menjawab dalam individu yang mengalaminya. Pada
pertanyaan yang diberikan oleh guru, selanjutnya penelitian pertama dan kedua yang telah
peserta didik di beri tugas oleh guru untuk dilakukan oleh penulis terkait proses
mengerjakan soal latihan di LKS Sosiologi pada pembelajaran Sosiologi pasca full day school di
halaman 56-58 yang akan dibahas pada kelas XI IIS 2, penulis melihat terdapat keaktifan
pertemuan selanjutnya. Guru mengakhiri belajar peserta didik. Selain aktifitas
pertemuan dan memberikan salam. mendengarkan, menulis, menyimak, dan
Dari aspek praktik dan evaluasi mengolah ide, peserta didik juga mampu
pembelajaran matapelajaran Sosiologi di SMA berpartisipasi dalam menyampaiakan pendapat
Kedungreja pasca FDS, tidak banyak mengalami mereka megenai pengertian masyarakat dan
perubahan. Secara kualitas baik saat menjalankan pengetian multikultural, selanjutnya salah satu
dan pasca FDS tetap menggunakan model, teknik, peserta didik bernama Iham Hidayatulloh
dan metode pembelajaran dengan memperhatikan menyampaikan pertanyaan kepada guru seputar
kompleksitas materi dan kondisi peserta didik. masyarakat multicultural. Kedua, Kinerja Guru.
Bedanya hanya terletak pada variasi model Kinerja guru merupakan merupakan proses
pembelajaran dan lamanya jam pelajaran di pembelajaran sebagai upaya mengembangkan
sekolah. Pada saat pelaksanaan FDS, model yang kegiatan yang ada menjadi kegiatan yang lebih
digunakan lebih bervariasi, tetapi kondisi fisik baik, sehingga tujuan pendidikan yang telah
dan psikis para para fasilitator dan peserta didik ditetapkan dicapai dengan baik melalui suatu
tidak memungkinkan terjadinya pembelajaran kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
yang ideal. Sementara pasca FDS, model guru sesuai dengan target dan tujuan. Terdapat
pembelajarannya kurang bervariatif, tetapi tidak beberapa faktor yang memepengaruhi kinerja
mengesamping kualitas pembelajaran dengan guru Sosiologi di SMA Negeri 1 Kedungreja
berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran yaitu faktor individu, psikologis dan faktor
pedagogik. Berbagai upaya tetap dilakukan oleh organisasi. Melalui observasi yang telah
guru (Sosiologi) untuk memungkinkan proses dilakukan penulis dalam pembelajaran sosiologi
pembelajaran yang ideal dengan menawarkan satu di kelas XI IIS 2, penulis mendapatkan data
paket didaktif dalam pembelajaran dengan terkait kinerja guru sosiologi di SMA Negeri 1
pendekatan ilmiah. Pun demikian dengan guru Kedungreja berdasarkan perilaku dan sikap guru
matapelajaran yang lain tetap melakukan berbagai selama proses pembelajaran berlangsung. Guru
upaya untuk menghasilkan proses dan hasil Sosiologi di SMA Negeri 1 Kedungreja memiliki
pembelajaran yang berkualitas. semangat mengajar yang tinggi. Hal ini
berdasarkan indikator penilaian kinerja guru
seperti guru yang selalu memotivasi peserta didik,
guru menguasai materi, guru menggunakan
sumber belajar yang relevan, guru dapat
mengelolah kelas, guru dapat berinteraksi dengan
peserta didik ,guru memiliki gestur tubuh yang


539
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

tegap, suara mengajar yang lantang, menguasai dan prasarana sekolah yaitu dengan pergi ke
materi dan selalu responsif terhadap peserta didik. laboratorium komputer untuk megakses
Dimulai dari awal hingga pembelajaran berakhir internet, namun konektivitas jaringan internet
guru selalu memiliki perilaku dan sikap seperti di sekolah dalam kondisi yang tidak stabil dan
awal pembelajaran. Ketiga, nilai Akademik sering bermasalah. Ketiga, Kondisi ekonomi
Peserta didik. sosial peserta didik. Keterbatasan ekonomi
Nilai akademik peserta didik merupakan sosial peserta didik menjadi salah satu
salah satu alat yang menjadi tolak ukur penghambat pembelajaran, yaitu kepemilikan
ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang
buku paket. Selain LKS yang digunakan
dilihat berdasarkan kuantitas. Meskipun tidak
peserta didik dalam mengakses sumber belajar,
selamanya nilai akademik dijadikan sebagai satu-
satunya patokan untuk melihat ketercapaian
buku paket juga sangat diperlukan untuk
pembelajaran. Nilai akademik peserta didik di menunjang pembelajaran dan menambah
dapatkan melalui pre-test dan post-test yang wawasan pengetahuan karena di dalam buku
diberikan oleg guru. Nilai tersebut bukanlah paket terdapat materi yang lebih lengkap. LKS
didapatkan dari salah satu aspek saja seperti aspek berisi materi sekilas saja dan berisi soal-soal
kognitif, melainkan juga didapatkan dari aspek latihan. Tidak semua peserta didik mampu
afektif dan psikomotorik yang ketiganya akan di membeli buku paket, sehingga pada saat
gabungkan dan menjadi satu nilai yaitu nilai akhir pembelajaran peserta didik harus berbagi
yang berupa angka maupun angka yang dengan temannya yang memiliki buku. Hal ini
dikonversikan menjadi huruf. Nilai kriteria membuat pembelajaran menjadi kurang efektif
ketuntasan minimal atau KKM pada mata karena peserta didik yang bergabung dengan
pelajaran sosiologi yaitu untuk kelas X memiliki teman yang memiliki buku paket akan
KKM 70, kelas XI memiliki KKM 71 dan kelas mengobrol di luar materi pelajaran.
XII memiliki KKM 73. Sebagaian besar peserta
didik mendapatkan nilai yang meningkat ketika
pembelajaran pasca full day school, nilai tersebut
Tanggapan terhadap Praktik dan
di atas nilai KKM dengan kriteria tuntas. Evaluasi pembelajaran pasca FDS di
SMA N 1 Kedungreja
Kendala dalam Proses Pembelajaran Berikut merupakan beberapa tanggapan
Sekolah Enam Hari pasca Full Day dari hasil praktik dan sebagai evaluasi
School pembelajaran pasca FDS di SMA N 1
Kedungreja, yaitu:
Meskipun sekolah sudah menghentikan
kebijakan full day school, dalam pelaksanaan
pembelajaran sosiologi masih terdapat a. Tanggapan Guru
beberapa kendala yang dihadapi guru dan Guru merupakan pihak yang terlibat langsung
peserta didik, di antaranya: Pertama, dalam pelaksanaan kebijakan sekolah enam hari,
ketersediaan Sumber Daya Manusia. Jumlah khususnya dalam proses pembelajaran di kelas.
guru sosiologi yang terdapat di SMA Negeri 1 Sebagian guru di SMA negeri 1 Kedungreja
Kedungreja adalah satu orang saja yaitu Bapak setuju dengan kebijakan sekolah enam hari per
Novrianto, Bapak Novrianto harus mengampu minggu dengan beberapa alasan di antaranya,
sebanyak 12 kelas per minggu. Keterbatasan yaitu sekolah enam hari lebih efektif, dalam
jumlah guru sosiologi membuat Bapak proses pembelajaran peserta didik lebih responsif,
Novrianto menjadi kerepotan karena selain guru tidak terforsir dan kelelahan serta guru dapat
harus mengajar seorang diri, beliau jug harus pulang lebih awal dan memiliki waktu untuk
keluarga lebih banyak.
membuat perangkat pembelajaran dan
Ibu Yeti adalah salah satu guru
mengoreksi ulangan sendiri, selain itu ketika
ekonomi yang mengampu pelajaran ekonomi
beliau menjumpai kesulitan dalam materi
pada kelas X IIS dan lintas minat pada kelas MIA.
sosiologi, beliau tidak memiliki teman untuk di Beliau setuju dengan keputusan yang diambil
ajakberdiskusi membahas permasalahan yang sekolah terkait kebijakan sekolah enam hari pasca
di hadapinya. Kedua, Sarana dan prasarana. full day school karena pada saat pelaksanaan
Peserta didik di SMA Negeri 1 sekolah lima hari beliau merasa kesulitan
Kedungreja dilarang membawa alat komunikasi membagi waktu dengan keluarga. Di samping itu,
berupa handphone atau smartphone oleh karena jam mengajar yang terlalu banyak ketika full day
itu, jika ada pembelajaran yang bersumber dari school membuat beliau kelelahan dan jenuh.
internet, peserta didik memanfaatkan sarana Selain mengajar, beliau juga memiliki tugas di


540
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

luar jam sekolah seperti membina kegiatan Erik dapat belajar dan mengerjakan tugas sekolah
ekstrakulikuler pramuka dan OSN bidang dengan maksimal.
ekonomi. Beliau bengatakan bahwa terdapat
perbedaan antara full day school dan sekolah c. Tanggapan Orang Tua Peserta
enam hari. Perbedaan tersebut terdapat pada
respon peserta didik. Peserta didik lebih antusias Didik
dan lebih semangat ketika sekolah enam hari hal Orang tua peserta didik ikut terlibat dalam
ini dilihat berdasarkan keaktifan belajar peserta proses pengambilan keputusan sekolah terkait
didik. penghentian kebijakan full day school di SMA
Menurut Roger (1938) salah satu Negeri 1 Kedungreja melalui angket yang di
hambatan dalam difusi inovasi adalah telah
berada pada wilayah zona nyaman. Penerima berikan kepada ornag tua peserta didik, hasilnya,
inovasi yang berada pada zona nyaman cenderung sebanyak 75% orang tua peserta didik setuju dan
akan merasa lebih berat untuk menerima 25% orang tua tidak setuju dengan kebijakan
penyebaran inovasi. Sebelum menjalankan full tersebut. Orang tua peserta didik memiliki
day school, SMA Negeri 1 Kedungreja berbagai alasan mengapa mereka menyetujui
menerapkan kebijakan sekolah enam hari dari sekolah enam hari pasca full day school di
awal sekolah berdiri, yakni pada tahun 1988
antaranya; full day school membuat anak menjadi
hingga tahun 2015. Guru dan peserta didik di
sekolah tersebut sudah terbiasa dengan sekolah tertekan dan kelelahan karena seharian berada di
enam hari yang memiliki jadwal pelajaran lebih sekolah, full day school membuat anak-anak tidak
sedikit dan waktu pulang lebih awal daripada full bisa mengikuti madrasah sore hari sehingga anak
day school. Ketika Gubernur Jawa Tengah tidak bisa menuntut ilmu agama, full day school
mengeluarkan peraturan nomor 420/006752/2015 membuat orang tua khawatir karena anak pulang
tentang penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan terlalu sore, dan full day school membuat nilai
sekolah ditunjuk untuk mengimplementasikan
akademik anak menjadi menurun.
kebijakan tersebut, maka sekolah belum memiliki
persiapan yang matang dari berbagai aspek serta Bapak Darsim (51 Tahun) adalah salah
guru dan peserta didik sudah terbiasa dengan satu orang tua peserta didik yang setuju dengan
sekolah enam hari, sehingga sekolah mengalami kebijakan sekolah enam hari pasca full day
kendala dalam pelaksaaan full day school. school. Beliau merupakan orang tua dari siswi
Konsekuensinya sekolah memutuskan untuk yang bernama Ari Rahmawati kelas XI IMIA 1.
menghentikan full day school dan kembali pada Beliau setuju dengan kebijakan penghentian full
kebijakan sekolah enam hari. Keputusan sekolah
untuk kembali pada kebijakan lama yaitu sekolah day school dan kembali pada sekolah enam hari
enam hari, merupakan sebuah bentuk kegagalan karena beliau merasa kasihan dengan anaknya
dari full day school itu sendiri. yang selalu pulang sekolah pada waktu menjelang
maghrib. Jarak sekolah sekitar 9 km dari rumah
b. Tanggapan Peserta Didik membuat siswi tersebut harus berangkat pukul
Peserta didik di SMA Negeri 1 Kedungreja 06.00 dan pulang sampai di rumah pada pukul
sebagian besar setuju dengan kebijakan sekolah 17.30.
enam hari pasca full day school. Peserta didik Tanggapan orang tua peserta didik yang
memiliki beberapa alasan mengapa lebih memilih tidak setuju dengan penghentian full day school
sekolah enam hari pasca full day school yaitu;
salah satunya adalah Ibu Sugiyah (37 Tahun)
durasi waktu sekolah enam hari lebih singkat dari
full day school, peserta didik dapat pulang lebih merupakan orang tua dari siswi Siti Rofidah XI
awal, peserta didik dapat membantu orang tua di MIA 1. Ibu sugiyah bekerja sebagai pedagang
rumah dan mendapatkan nilai akademik yang makanan di Pasar Setuan. Beliau salah satu orang
lebih bagus. tua yang tidak setuju jika kebijakan full day
Erik Sujatmiko merupakan peserta didik school dihentikan karena hari libur selama dua
kelas XI MIA 2 sekaligus sebagai ketua OSIS di
hari dapat digunakan anaknya untuk
SMA Negeri 1 Kedungreja. Selain berorgaanisasi,
peserta didik tersebut juga memiliki prestasi membantunya berjualan di pasar setuan. Hari
akademik yang bagus, dan selalu menjadi juara sabtu merupakan hari pasaran di Pasar Setuan,
kelas. Erik setuju dengan kebijakan sekolah enam sehingga ketika hari Sabtu, maka pembeli akan
hari pasca full day school, karena pulangnya tidak lebih ramai dari biasanya dan Siti Rofidah selalu
terlalu sore sehingga sampai rumah bisa membantu ibunya untuk melayani pembeli. Ibu
beristirahat dan membantu orang tua. Selain itu, Sugiyah juga lebih senang jika anaknya pulang


541
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

sore karena anak sudah pasti melakukan kegiatan aspek guru dan peserta didik, aspek nilai
yang positif jika berada di sekolah. selain itu, akademik peserta didik dan aspek kondisi
beliau dan suaminya tidak berada di rumah dari ekonomi sosial peserta didik. Kendala di atas
pagi hingga sore sehingga tidak bisa mengontrol merupakan kendala yang dihadapi oleh SMA
aktivitas anaknya dan lebih memercayakan Negeri 1 Kedungreja dalam pelaksanaan full day
sekolah sebagai tempat yang lebih tepat. school.
Proses pelaksanaan pembelajaran dalam
d. Tanggapan Kepala Sekolah jika sekolah enam hari pasca full day school di SMA
Negeri 1 Kedungreja tidak jauh berbeda dengan
Full Day School Resmi
pembelajaran ketika full day school baik dilihat
Dijalankan oleh Pemerintah dari model dan metode yang digunakan.
Meskipun sekolah sudah tidak menjalankan full
Kepala SMA Negeri 1 Kedungreja day school dan kembali pada kebijakan sekolah
mengatakan bahwa pihak sekolah akan enam hari, terdapat beberapa kendala yang
menyelenggarakan kembali kebijakan full dihadapi guru dan peserta didik dalam
day school, namun melalui beberapa tahap. pembelajaran sosiologi di kelas seperti kurangnya
Sekolah membutuhkan persiapan yang guru sosiologi, sarana dan prasarana yang belum
matang untuk menyelenggarakan kebijakan lengkap dan kepemilikan buku paket bagi peserta
full day school, seperti yang disampaikan didik. Selain itu sekolah enam hari berdampak
oleh Bapak Kusworo selaku kepala SMA pada keaktifan belajar peserta didik, kinerja guru
Negeri 1 Kedungreja: dan nilai akademik peserta didik.
“ iya mbak, jadi karena full day school ini Guru, peserta didik, dan orang tua peserta
sudah resmi dijalankan di seluruh Indonesia, didik memberikan tanggapan yang beragam
maka sekolah memiliki rencana untuk
terkait pelaksanaan sekolah enam hari pasca full
kembali menjalankan program full day
day school. Guru dan peserta didik menyambut
school, tapi tidak secara langsung saat ini
baik akan kebijakan tersebut, sedangkan orang tua
juga karena sekolah membutuhkan persiapan
peserta didik ada yang setuju dan ada pula yang
yang benar-benar matang seperti melengkapi
sarpras yang masih kurang, persiapan bagi tidak setuju dengan masing-masing alasan.
guru dan peserta didik, sosialisasi ulang Kepala sekolah memberikan tanggangapan jika
kepada orang tua peserta didik dan full day school resmi dilaksanakan, maka sekolah
perencanaan program yang akan dijalankan akan kembali menjalankan kebijakan tersebut
ketika full day school. dengan melalui beberapa tahap pesiapan
Adapun persiapan yang dilakukan oleh diantaranya pemenuhan sarana dan prasarana,
sekolah dalam mengimplementasikan persiapan sumber daya manusia atau tenaga
kebijakan full day school yaitu: pertama, pendidik, persiapan bagi peserta didik, sosialisasi
pemenuhan saran dan prasarana. Kedua, terhadap orang tua peserta didik dan persiapan
persiapan sumber daya manusia atau tenaga dalam managemen sekolah.
pendidik. Ketiga, persiapan peserta didik.
Keempat, sosialisasi kepada orang tua peserta REFERENSI
didik. Dan kelima, managemen sekolah. Arikunto, Suharsimi & Cepi Safruddin. 2014.
Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:
4 KESIMPULAN Bumi Aksara.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas
terdapat beberapa poin penting dalam kebijakan Arioka, Ni Wayan Widayanti. 2018. Pro Kontra
Wacana Full Day School. Dalam Jurnal
kembalinya sekolah dalam menerapkan kebijakan
Studi Kultural. Volume 3. No.1. Hal 1-5.
enah ari sekolah pasca FDS. Adapun alasan SMA
Negeri 1 Kedungreja kembali pada kebijakan Arsyadana, Addin (2010), Penerapan Sistem Full
enam hari sekolah pasca full day school karena Day School Sebagai Upaya Untuk
dalam pelaksanaan full day school di SMA Negeri Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Mi
1 Kedungreja, sekolah mengalami kendala dalam Al-Qamar Nganjuk. Skripsi. UIN Malang
beberapa aspek seperti aspek psikologis, aspek
sarana dan prasarana, aspek kebijakan sekolah,


542
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

Clark, P. 2004. “Recent Research on All-Day Refliandra,Rina. 2014. Perbedaan Tingkat Stress
Kindengarten”. ERIC Journal. Vol. 01. antara Peserta didik Sekolah Dasar yang
No: 3. Bersistem Full Day dan Half Day. Jurnal
Proyeksi. Vol 6 No 1 Hal 40-44.
Hastuti Afsya Oktaviani dan Nurul Fatimah.
2015. Implementasi Pendidikan Karakter Yusuf Amin, 2013. Difusi Inovasi Pendidikan.
Religius dalam Pembelajaran Sosiologi. Semarang : Deepublish.
Jurnal Komunitas. Vol 4 No. 2 Hal. 121-
130. Sofanudin, Ali. 2017. Dalam
http://jateng.tribunnews.com/2017/06/15/
Holm Lars. 2014. Parental Perspectives on mengulas-kebijakan-full-day-school-plus-
Danish Full-day School For Ethnic minus-lima-hari-sekolah?page=all.
Minority Students. International Journal
about Parent in Education Vol 8. No 1. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.
Page: 23-33 Bandung: Alfabeta.

Insriani, Hezti. 2011. Pembelajaran Sosiologi Wulandari, dkk. 2018. Analisis Implementasi Full
yang menggugah Minat Peserta didik. Day School Sebagai Upaya Pembentukan
Jurnal Komunitas. Vol 3 No 1. Hal 92- Karakter Peserta didik di SD
102. muhammadiyah 4 kota malang. Dalam
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD.
Lamadirisi Maryam. 2012. Tingkat Afeksi Peserta Volume 6, Nomor 1, April 2018. Halaman
didik dalam Mengikuti Pembelajaran 65-74.
Sosiologi dengan Contextual Teaching and
Learning. Jurnal Komunitas. Vol 4 No. 1
Hal 205-215.

Anda mungkin juga menyukai