Anda di halaman 1dari 11

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

MEDICAL SURGICAL NURSING 3

Judul: Pelaksanaan Latihan Range Of Motion

Nama Pasien (Initial) : Tn. E Nama Praktikan : Claudia Adreina AST II


Usia : 60 Tahun (01501180340)
No. Rekam Medis : 01-92-08 Priskila Krismonica

Diagnosa Medis
: CVDNH

(015011180282)

Nama Ruang Rawat : RSUS Lt. 6B


Nama Pembimbing :
Ibu Kinan

Tanggal Masuk
: 31 Desember 2019
Tanggal Tindakan : 1 Januari 2020
No Kriteria Bobot/Nilai
Mahasiswa
1. Diagnosa Keperawatan (PE): 10
Hambatan Mobilitas b.d Penurunan kekuatan otot d.d Pasien mengalami kelemahan tubuh bagian kiri dan ADL pasien di
bantu penuh oleh perawat dan keluarga, Kekuatan otot pasien :
4433 4444
4433 4444
(NANDA, 2018)
2. Data Subjekif: 10
- Pasien mengeluh mengalami kelemahan tubuh sebelah kiri dan terasa kebas sehingga tidak dapat melakukan
aktivitasnya sendiri dan Lelah saat beraktifitas.
- Pasien mengeluh sakit kepala 6/2 seperti ditekan, rasa nyeri hilang timbul
3. Data Objektif: 10
- TTV (TD: 190/120 mmHg, T: 36,70 C, P: 28x/menit, N: 112x/menit, SpO2: 94%)
- Pasien tampak dyspnea
- Wajah Pasien tampak pucat
- Pasien Bedrest total
- ADL pasien di bantu penuh oleh perawat dan keluarga
- Kekuatan otot :
4433 4444
4433 4444
- Hasil EKG Negative T-wave (Lateral, anterior).
4. Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan (menurut teori): 10
Persiapan pasien
- Mengecek program terapi medik *)
- Mengucapkan salam terapeutik *)
- Mengkonfirmasi identitas pasien *)
- Melakukan evaluasi/validasi *)
- Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik) *)
- Menjelaskan langkah - langkah tindakan

Persiapan Alat *)
- Handuk , Lotion / minyak penghangat ( jika diperlukan) dan Handscone
Langkah – langkah tindakan
- Memberitahukan pasien bahwan akan segera melakukan tindakan
- Menjaga privasi pasien (menutup sampiran) *)
- Mencuci tangan dan gunakan handscone *)
- Memposisikan pasien dengan posisi supine dan senyaman mungkin serta memudahkan perawat dalam melakukan
tindakan *)
- A. Fleksi Bahu
1. Menempatkan tangan kiri perawat diatas siku pasien , tangan kanan memegang siku pasien
2. Mengangkat tangan ke atas dari sisi tubuh, menggerakan tangan secara perlahan kearah kepala sejauh mungkin
3. Meletakan tangan di bawah kepala dan tahan untuk dan tahan untuk mencegah dorongan fleksi, menekuk
tangan dan siku lalu mengangkat kembali lengan keatas ke posisi semula.
4. Kemudian ulangi latihan kurang lebih 3 kali
B. Abduksi Bahu
1. Menempatkan tangan kiri perawat diatas siku pasien , tangan kanan memegang siku pasien
2. Mempertahankan posisi tersebut kemudian gerakan lengan sejauh mungkin dari tubuh dalam keadaan lurus
3. Tekuk dan gerakan lengan secara perlahan ke atas kepala sejauh mungkin
4. Mengembalikan pada posisi semula kemudian ulangi latiahan kurang lebih 3 kali
C. Rotasi Interna dan Eksterna Bahu
1. Menempatkan lengan pasien pada titil jauh dari tubuh, bengkokkan siku, pegang lengan atas, dan tempatkan
pada bantal
2. Mengangkat lengan dan tangan
3. Menggerakan lengan kebawah dan gerakan tangan ke belakang sejauh mungkin secara perlahan
4. Mengembalikan lengan pada posisi semula kemudian ulangi latihan kurang lebih 3 kali

D. Adduksi dan Abduksi Bahu


1. Menemptkan tangan kiri perawat di bawah siku dan tangan lain memegang tangan pasien
2. Mengangkat lengan pasien, dan memposisikan setinggi bahu, gerakan tangan menyilang kepala sejauh
mungkin
3. Mengembalikan lengan pada posisi semula kemudia ulangi latihan 1-3 kali.
E. Supinasi dan Pronasi Lengan
1. Pemulaan posisi: memegang tangan pasien dengan kedua tangan, posisi telunjuk pada telapak tangan dan ibu
jari di punggung tangan
2. Menekuk telapak tangan pasien menghadap wajah pasien, kemudian menekuk tangan pasien hingga
punggung tangan pasien menghadap wajah pasien. Kemudian ulangi latihan 1-3 kali.
F. Ekstensi dan Fleksi Pergelangan Tangan dan Jari
1. Memegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan pasien menggenggam tangan perawat, kemudia
menekuk tangan pasien ke belakang dengan mempertahankan posisi jari lurus
2. Meluruskan tangan pasien, kemudian menekuk tangan pasien kedepan sambil jari jari pasien menutup
membuat genggaman lalu buka tangan. Kemudian mengulangi latihan kurang lebih 3 kali
G. Fleksi dan Ekstensi Ibu Jari
1. Memegang tangan pasien tekuk ibu jari ke dalam telapak tangan pasien, mendorong ibu jari kebelakang pada
titik terjauh dari telapak tangan pasien dan mengulangi kurang lebih 3 kali
2. Menggerakan ibu jari pasien memutar secara sirkular pada satu lingkaran
H. Fleksi dan Ekstensi Panggul dan Lutut
1. Menempatkan salah satu tangan perawat di bawah lutut pasien, tangan lain di atas tumit dan menahan kaki
pasien. Mengangkat tungkai kaki dan menekukan pada lutut kemudia menggerakan tungkai ke belakang
sejauh mungkin.
2. Meluruskan lutut di atas permukaan kaki dan mengembalikan pada posisi semula, kemudian mengulangi
latihan kurang lebih 3 kali
I. Rotasi Interna dan Eksterna Panggul
1. Menempatkan satu tanagn perawat pada lutut pasien, tangan yang lain di atas tumit kaki pasien. Mengangkat
tungkai dan menekuk membuat sudut yang besar di atas lutut.
2. Memegang lutut dan kaki pasien mendorong ke hadapan perawat, menggerakan kaki ke posisi semula dan
mengulangi latihan kurang lebih 1-3 kali
J. Adduksi dan Abduksi Panggul
1. Menempatkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan letakan tangan yang lain di bawah tumit.
Kemudian pegang tungkai dalam keadaan lurus dan angkat ke atas setinggi 5 cm dari kasur
2. Menarik kaki pasien ke arah luar menghadap perawat lalu mendorong tungkai ke belakang kemudian
kembalikan ke posisi semula, ulangi latihan kurang lebih 3 kali.
K. Dorso dan Planta Flesksi Pergelangan Kaki
1. Memegang tumit pasien lalu tekan telapak kaki dan gerakan menghadap tungkai. Pindahkan tangan perawat
pada posisi semula.
2. Kemudian pindahkan tangan ke kaki dan bawah kaki, dan mendorong kaki kebawah pada titik maksimal
secara bersamaan, kemudia dorong kembali ke atas pada tumit. Ulangi latihan kurang lebih 3 kali
L. Eversi dan Inversi Kaki
1. Memutar kaki satu per satu ke arah luar, kemudian kembali kearah dalam dan ulangi latihan kurang lebih 3
kali
M. Ekstensi dan Fleksi Jari-Jari Kaki
1. Menarik ujung kaki ke atas dan ujung- ujung jari kaki di dorong ke bawah, lakukan latihan kurang lebih 3
kali.
- Merapihkan pasien dan memposisikan pasien pada posisi nyaman*)
- Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan*)

Evaluasi*)
- Mengamati respon pasien
- Memberitahu rencana tindak lanjut
- Membuat kontrak yang akan dating
- Melakukan terminasi
Dokumentasi*)
- Mendokumentasikan respon pasien (sebelum, selama dan setelah tindakan)
- Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

(Siam, E.N., 2016)


5. Dasar Pemikiran: 15
Pembuluh darah yang pecah akibat tersumbat oleh bekuan darah dapat mempengaruhi distribusi nutrisi dan oksigen
menuju ke otak menjadi pemicu terjadinya stroke. Stroke terbagi menjadi stroke hemoragi dan stroke iskemik/non
hemoragi, stroke hemoragi terjadi karena adanya hambatan aliran darah yang normal dan rembesan darah ke otak akibat
pecahnya pembuluh darah sehingga merusak otak. Sedangkan stroke non hemoragi adalah stroke yang terjadi akibat
terganggunya pasokan darah menuju otak yang menyebabkan aliran darah ke otak terhenti sehingga terjadi pembekuan
darah yang dapat menyumbat pembuluh darah otak atau arterosklerosis (Susanti & Bistara,D.N, 2019).

Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap arteri utama menuju dan berada di otak,
Stroke terjadi ketika pembuluh darah yang mengangkut oksigen dan nutrisi menuju otak pecah atau terblokir oleh bekuan
sehingga otak tidak mendapat darah yang dibutuhkannya. Jika kejadian berlangsung lebih dari 10 detik akan menimbulkan
kerusakan permanen otak. Stroke merupakan penyakit yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi
syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan syaraf tersebut menimbulkan
gejala antara lain: kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancer, bicara tidak jelas (pelo), mungkin perubahan
kesadaran, gangguan penglihatan, dan lainlain (Riskesdas, 2013).
Stroke menimbulkan dampak berupa hemiparase (kelemahan) dan hemiplegia (kelumpuhan) yang merupakan salah satu
bentuk deficit motorik. Hal ini disebabkan oleh gangguan motorik neuron dengan karakteristik kehilangan kontrol gerakan
volunteer (gerakan sadar), gangguan gerakan, keterbatasan tonus otot, dan keterbatasan reflek (Susanti & Bistara,D.N,
2019). Pasien stroke akan mengalami gangguan-gangguan yang bersifat fungsional, gangguan sensoris dan motorik post
stroke mengakibatkan gangguan keseimbangan termasuk kelemahan otot, penurunan fleksibilitas jaringan lunak, serta
gangguan kontrol motorik dan sensorik. Pasien stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh disebabkan
oleh karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakkan tubuhnya. Immobilisasi yang tidak mendapatkan
penanganan yang tepat, akan menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas tonus, orthostatic hypotension, deep vein
thrombosis dan kontraktur. Hemiparese yang disebabkan oleh stroke akut menyebabkan kekakuan, kelumpuhan, kekuatan
otot melemah dan akibatnya mengurangi rentang gerak sendi dan fungsi ekstremitas atas, aktivitas hidup sehari-hari
Activity Daily Living (ADL) pasien. Salah satu intervensi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah hemiparese pada
ekstremitas atas pasien stroke adalah dengan melakukan latihan ROM baik aktif maupun pasif. (Bakara & Warsito, 2016).
Latihan Range Of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai
masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Range of Motion (ROM)
merupakan salah satu terapi pemulihan dengan cara latihan otot untuk mempertahankan kemampuan pasien menggerakkan
persendian secara normal dan lengkap (Susanti & Bistara,D.N, 2019).
Dari teori di atas kita dapat mengetahui tujuan dilakukannya latiahan ROM adalah untuk mempertahankan atau
memelihara kekuatan otot, mobilitas persendian, dan menstimulasi sirkulasi, dan mencegah angka kejadian kecacatan
yang ditimbulkan dari stroke. Dari data subjektif, pasien mengeluh mengalami kelemahan tubuh sebelah kiri dan terasa
kebas dan dari data objektif aktivitas harian pasien/ ADLs di bantu oleh perawat dan keluarga dan kekuatan otot pasien:
4433 4444
4433 4444
Sehingga perlu dilakukanya ROM untuk meningkatkan kekuatan otot pasien dan mengurangi resiko terjadinya kecacatan.
6. Analisa Tindakan Keperawatan: 15
Prinsip tindakan yang dilakukan adalah bersih dan memperhatikan patient safety. Latihan ROM merupakan sekumpulan
gerakan yang dilakukan pada bagian sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibelitasdan kekuatan otot
(Potter,Perry, 2010). Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif
ataupun pasif. ROM baik pasif maupun aktif memberikan efek pada fungsi motorik pada anggota ekstremitas atas pada
pasien pasca stroke (Chaidir & Zuardi, 2014). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki
pasien, sedangkan rentang gerak aktif berguna untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya saat pasien berbaring pasien menggerakkan tangan atau kakinya sendiri
tanpa bantuan (Mubarak, Lilis, Joko, 2015). ROM pasif yang dilakukan pada pasien stroke dapat meningkatkan rentang
sendi, dimana reaksi kontraksi dan relaksasi selama gerakkan ROM pasif yang dilakukan pada pasien stroke terjadi
penguluran serabut otot dan peningkatan aliran darah pada daerah sendi yang mengalami paralisis sehingga terjadi
peningkatan penambahan rentang sendi abduksi -adduksi pada ekstremitas atas dan bawah hanya pada sendi-sendi besar.
Sehingga ROM pasif dapat dilakukan sebagai alternatif dalam meningkatkan rentang sendi pada pasien stroke yang
mengalami paralisis (Bakara & Warsito, 2016).
Kekuatan otot meningkat dan kemampuan fungsional meningkat secara signifikan setelah diberikan latihan. Hal ini berarti
latihan ROM berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan dan kemampuan fungsional pasien stroke dengan hemiparese.
Dalam melakukan ada beberapa prinsip yaitu ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari,
ROM dilakukan perlahan dan hati-hati agar tidak melelahkan pasien, dalam merencanakan program latihan ROM,
perhatikan umur pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring (Sager, M., Sylvain G., 2014). Dalam penelitian
yang dilakukan (Chaidir & Zuardi, 2014) Latihan Range Of Motion memiliki pengaruh terhadap rentang gerak pasien bila
dilakukan dengan frekuensi dua kali sehari dalam enam hari dan dengan waktu 10-15 menit dalam sekali latihan.
7. Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) 10

Bahaya:
Pasien dapat kelelahan dan mengalami sesak napas
Pencegahan:
Observasi pernapasan selama melakukan intervensi, dan istirahat jika pasien merasa lelah

8. Hasil yang didapat: 10

S: Pasien mengatakan ia masih merasakan nyeri kepala dengan skala 5/2 seperti ditekan, rasa nyeri hilang timbul. Pasien
mengatakan lemah saat melakukan aktivitas dan tubuh bagian kiri masih terasa kebas dan lemah untuk di gerakan.
- O:
- Pasien tampak lemah
- ADL pasien dibantu oleh perawat dan keluarga
- kekuatan otot pasien :
4443 4444
4443 4444
- Selama melakukan latihan ROM pasien masih kesulitan menggerakan tubuh bagian kiri
- ROM pasif dilakukan dengan bantuan perawat
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
9. Evaluasi Diri: 5
Kelebihan:
- Selama mengerjakan tugas kami mampu mencari sumber-sumber yang diperlukan dengan sumber yang jelas dan
terpercaya.
- Selama mengerjakan tugas kami belajar untuk lebih sabar dan saling menghargai pendapat satu dengan yang lain.
Kelemahan:
- Selama mengerjakan tugas kami kesulitan untuk mengaitkan teori dengan kondisi pasien pada kasus.
Perbaikan untuk selanjutnya:
- Kami perlu melatih kemampuan berfikir kritis kami dengan banyak membaca jurnal kasus
10. Daftar Pustaka (APA style): 5
1. Bakara & Warsito. (2016). Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif Terhadap Rentang Sendi Pasien Pasca Stroke.
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 2.
2. Chaidir, R., & Zuardi, I. M. (2014). Penggaruh Latihan Range Of Motion pada Ekstremitas Atas dengan Bola
Karet Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragi di Ruang Rawat Stroke RSSN Bukiinggi Tahun 2012.
Jurnal Ilmu Kesehatan Afiyah. 1(1): 2-6.
3. Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2018-2020. Jakarta: EGC.
4. Potter,Perry, (2010). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses dan praktek. Jakarta: EGC
5. Riskesdas (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
6. Susanti & Bistara,D.N. (2019). Pengaruh Range of Motion terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Stroke. Jurnal
Kesehatan Vokasional, Vol. 4 No. 2
7. Siam, E.N. ( 2016). SOP Range Of Motions. Healthcare
8. Mubarak, W. I., Lilis I., Joko S., (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasa Buku 1. Jakarta. Salemba Medika.
9. Sager, M., Sylvain G., (2014). Comparison Of Yoga Versus Static Stretching For Increasing Hip and Shoulder
Range Of Motion. International Journal Of Physical Medicine & Rehabilitation 2014
Total 100

Anda mungkin juga menyukai